Css Dermatitis

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 103

DERMATITIS

Preceptor: Diana Wijayanti, dr., SpKK

Nisa Astuti
12100120681
Alieska Fitria Dewi 12100120682
Dito Dewantoro S 12100120562
Achmad Cesario L 12100120591
DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau
faktor endogen, menyebabkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal.

Tanda polimorfik tidak selalu terjadi bersamaan, bahkan mungkin hanya satu jenis misalnya hanya berupa papula
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronik.
ETIOLOGI
TATA NAMA
(NOMENKLATUR)
Belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanama dan klasifikasi dermatitis,
tidak hanya karena penyebabnya multi factor, tetapi juga karena seseorang dapat
mengalami lebih dari 1 jenis dermatitis pada waktu yang bersamaan.
Nomenklatur:
-Etiologi: co/ dermatitis kontak, dermatitis medikamentosa
-Morfologi: co/ dermatitis madidans, dermatitis eksfoliativa
-Bentuk: co/ dermatitis nummular
-Lokalisasi: co/ hand dermatitis, dermatitis intertriginosa
-Stadium: co/ dermatitis akut, subakut, kronis
KLASIFIKASI

DERMATO ALERGO
INFEKSI
IMUNOLOGIC

Dermatits Atopik
Dermatitis Herpetiformis Duhring
Dermatits Numularis
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatits Popok
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatits Seboroik
Neurodermatitis Sirkumkripta/
Liken simpleks kronikus
Dermatitis statis
DERMATITIS INFEKSI
Dermatitis Numularis
Definisi
Dermatitis numularis adalah suatu kelainan kulit inflamatif berupa papul dan papulovesikel yang
berkonfluensi membentuk plak berbentuk koin berbatas tegas dengan oozing, krusta, dan skuama.
Sangat gatal, dengan predileksi pada ekstremitas atas dan bawah. Sinonim: eksema diskoid.
Diagnosis
1. Anamnesis
● Menyerang terutama orang dewasa (50-65 tahun), jarang pada bayi dan anak-anak, puncak
onset pada anak-anak yaitu pada usia 5 tahun.
● Keluhan subjektif sangat gatal, terutama pada fase akut.
● Pada sebagian pasien dermatitis numularis didapatkan insidensi atopi yang tinggi, tetapi pada
sebagian yang lain tidak.
● Pencetus antara lain kulit kering, fokus infeksi pada gigi, saluran napas atas, atau saluran
napas bawah. Faktor alergen lingkungan yang berperan sebagai pencetus yaitu: tungau debu
rumah dan Candida albicans.
● Stres emosional, disfungsi liver atau konsumsi alkohol berlebihan dapat memperberat
penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
● Predileksi: ekstremitas atas termasuk punggung tangan (wanita) dan ekstremitas bawah (pria).
● Kelainan kulit dapat bersifat akut, subakut, atau kronik.
● Lesi karakteristik berupa plak berukuran 1-3 cm berbentuk koin yang terbentuk dari
konfluensi papul dan papulovesikel.
● Pada bentuk akut terdapat vesikel, erosi dan eksudasi membentuk lesi yang basah (oozing),
serta krusta pada dasar eritema. Pada fase kronis, berupa plak kering, berskuama, dan
likenifikasi.
● Dapat timbul komplikasi berupa infeksi bakteri sekunder.
● Lesi menyembuh dimulai dari bagian tengah membentuk gambaran anular.
● Kelainan kulit dapat meluas ke badan, wajah dan leher3 atau menjadi generalisata.
3. Pemeriksaan penunjang
● Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus.
● Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai diagnosis banding.
● Pada kasus berat atau rekalsitran, dilakukan uji tempel.
DIagnosis banding
1. Dermatitis kontak alergi
2. Dermatitis stasis
3. Dermatitis atopik
4. Tinea korporis
Penatalaksanaan
Evidence base untuk tatalaksana dermatitis numularis sebagian besar berdasarkan penelitian-
penelitian dermatitis atopik.

Non Medikamentosa
1. Hindari/atasi faktor pencetus.
2. Berikan emolien apabila ditemukan kulit kering.

Medikamentosa
Prinsip: Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai dengan manifestasi klinis. Terdapat
beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
A. Kompres pada lesi akut.
B. Antiinflamasi dan/atau antimitotik:
o Pilihan utama: kortikosteroid topikal potensi sedang hingga kuat.
o Pilihan lainnya inhibitor kalsineurin seperti takrolimus dan pimekrolimus atau preparat tar.
2. Sistemik
A. Antihistamin oral.
B. Pada kasus dermatitis numularis berat dan refrakter dapat diberikan:
o Kortikosteroid sistemik.
o Pada anak dapat diberikan metotreksat dengan dosis 5-10 mg perminggu.
C. Pada kasus dermatitis numularis dengan lesi generalisata dapat ditambahkan fototerapi
broad/narrow band UVB.
Edukasi
1. Hindari/atasi faktor pencetus.
2. Cegah garukan dan jaga hidrasi kulit agar tidak kering.
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Perjalanan klinis umumnya berlangsung kronis. Penyakit ini sering mengalami rekurensi dan
umumnya timbul pada lokasi yang sama atau dekat dengan lokasi sebelumnya.
Dermatitis Popok
Definisi
Definisi Dermatitis popok (napkin dermatitis, diaper dermatitis) adalah dermatitis akut yang terjadi
di daerah genitokrural sesuai dengan tempat kontak popok (bagian cembung) terutama dijumpai
pada bayi akibat memakai popok.
Diagnosis
Klinis
● Riwayat perjalanan penyakit: kontak lama dengan popok basah (urin/feses).
● Tempat predileksi: bokong, area perianal, genital, paha bagian dalam dan daerah pinggang,
sesuai dengan area kontak popok.
● Pada anak frekuensi tertinggi pada usia 9-12 bulan dan 12-24 bulan.
● Makula eritematosa, berbatas agak tegas (bentuk mengikuti bentuk popok yang berkontak,
mons pubis, skrotum pinggang dan perut bagian bawah), disertai papul, vesikel, pustul, erosi,
maserasi ringan dan eskoriasi.
● Pada stadium lanjut gambaran klinis lebih berat (Jacquet’s dermatitis) dapat menjadi erosi,
nodul, infiltrat dan ulserasi.
● Bila terinfeksi jamur kandida (biasanya harus dipikirkan bila sudah lebih dari 3 hari) tampak
plak eritematosa (merah cerah), lesi lebih basah disertai maserasi, berbatas tegas, didaerah
tepi lesi terdapat papul, pustul, kadang terdapat lesi satelit.
2. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan khusus. Bila diduga terinfeksi jamur kandida, dilakukan pemeriksaan KOH
atau jika terinfeksi bakteri, pemeriksaan Gram dari kerokan kulit.
Diagnosis banding
1. Kandidosis kutis
2. Dermatitis seboroik infantil
3. Akrodermatitis enteropatika
4. Sebopsoriasis
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
1. Daerah popok dibersihkan dengan hati-hati dengan air dalam minyak, yang diulang setiap kali
sesudah buang air besar.
2. Sesudah dibersihkan, gunakan krim untuk mencegah penetrasi bahan iritan.
3. Dapat digunakan zinc oxide, dimetikon, lanolin, dan petrolatum.

Medikamentosa
Prinsip: proteksi kulit dari feses dan urin, menekan inflamasi dan mengatasi terjadinya infeksi
sekunder. Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
● Bila ringan: krim/salep yang bersifat protektif seperti seng oksida, pantenol, lanolin dan
petrolatum jelly. Kortikosteroid potensi lemah hingga sedang (salep hidrokortison 1%/2,5%)
waktu singkat.
● Bila terinfeksi kandida: antifungal kandida yaitu nistatin atau derivat azol mikonazol,
flukonazol, klotrimazol, atau kombinasi mikonazol nitrat dengan seng oksida dan petrolatum.
● Bila terinfeksi bakteri: diberikan mupirosin 2 kali sehari.
2. Sistemik
Bila terjadi infeksi bakteri yang berat pada bayi yang lebih tua, dapat diberikan amoksisilin
klavulanat, klindamisin, sefaleksin atau trimetoprimsulfametoksasol.
Edukasi
Edukasi cara menghindari penyebab dan menjaga higiene, serta cara penggunaan popok.
● Daerah popok dijaga tetap bersih, kering. Hindari gesekan serta keadaan lembab. Mengganti
popok secara rutin agar daerah popok tidak lama berkontak dengan urin dan feses. Bila
menggunakan popok tradisional segera diganti bila basah. Bila memakai popok sekali pakai,
popok diganti bila kapasitasnya telah penuh. Untuk bayi baru lahir sebaiknya diganti 2 jam
sekali, sedangkan bayi lebih besar 3-4 jam sekali.
● Dianjurkan memakai popok sekali pakai jenis highly absorbent, dengan materi yang
microporous sehingga terdapat ventilasi (breathable) sehingga dapat mencegah terjadinya
eksim popok, 4,9-11 dan menurunkan 38-50 % infeksi yang disebabkan oleh Candida.
● Membersihkan daerah popok dengan air hangat dan sabun non-irritating (mild) atau sabun
dengan pH netral, atau minyak setiap habis b.a.k dan b.a.b. Gunakan barrier creams seperti
zinc oxide, lanolin, petrolatum sesudah kulit dibersihkan.
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
Edukasi orang tua atau caregivers sangat penting untuk mencegah kekambuhan.
Dermatitis Seboroik
Definisi

Dermatitis seboroik (DS) adalah kelainan kulit papuloskuamosa kronis yang umum
dijumpai pada anak dan dewasa. Penyakit ini ditemukan pada area kulit yang memiliki
banyak kelenjar sebasea seperti wajah, kulit kepala, telinga, tubuh bagian atas dan fleksura
(ingunal, inframammae, dan aksila).
Kriteria Diagnosis

Klinis
1. Anamnesis
Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan. Sering disebut cradle cap. Keluhan
utama biasanya berupa sisik kekuningan yang berminyak dan umumnya tidak gatal. Pada anak dan
dewasa, biasanya yang menjadi keluhan utama adalah kemerahan dan sisik di kulit kepala, lipatan
nasolabial, alis mata, area post aurikula, dahi dan dada. Lesi lebih jarang ditemukan di area
umbilikus, interskapula, perineum dan anogenital. Area kulit yang kemerahan biasanya gatal.
Pasien juga dapat mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika). Keluhan dapat memburuk jika terdapat
stressor atau cuaca dingin. Pada bayi umumnya bersifat swasirna sementara cenderung menjadi
kronis pada dewasa
2. Pemeriksaan Fisik
Pada bayi, dapat ditemukan skuama kekuningan atau putih yangnberminyak
dan tidak gatal. Skuama biasanya terbatas pada batas kulit kepala (skalp) dan
dapat pula ditemukan di belakang telinga dan area alis mata. Lesi lebih jarang
ditemukan di lipatan fleksura, area popok dan wajah.

Pada anak dan dewasa dapat bervariasi mulai dari:


o Ketombe dengan skuama halus atau difus, tebal dan menempel pada kulit
kepala
o Lesi eksematoid berupa plak eritematosa superfisial dengan
skuamanterutama di kulit kepala, wajah dan tubuh
o Di dada dapat pula menunjukkan lesi petaloid atau pitiriasiformis.
Apabila terdapat di kelopak mata, dapat disertai dengan blefaritis.
Dapat meluas hingga menjadi eritroderma
Diagnosis Banding

1. Pada bayi: dermatitis atopik, skabies, psoriasis


2. Pada anak dan dewasa: psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis kontak, impetigo,
tinea
3. Di lipatan: dermatitis intertriginosa, kandidosis kutis
Harus disingkirkan: histiositosis sel Langerhans (pada bayi)
Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk diagnosis. Apabila


diagnosis meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit
dengan pewarnaan KOH untuk menyingkirkan infeksi jamur atau biopsi
kulit
TATALAKSAN
Dewasa
1. Daerah non skalp A
Ringan
o Antijamur topikal: krim ciclopirox 1% , krim ketokonazol 2% , 2 kali sehari selama 4
minggu.
o AIAFp: krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol 2 kali sehari selama 4 minggu
o Kortikosteroid topikal kelas I: krim atau salep hidrokortison 1% 2 kali sehari selama 4
minggu
o Inhibitor kalsineurin topikal: krim pimekrolimus 1%, salep takrolimus 0,1% 2 kali sehari
selama 4 minggu

Sedang/berat
o Kortikosteroid topikal kelas II: krim desonide 0,05%, salep aclometasone 0,05%5,6 2 kali
sehari selama 4 minggu
o Antijamur sistemik:
- Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu kemudian 200 mg/hari selama 2 hari/bulan
selama 11 bulan
- Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau 250 mg/hari selama 12
hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermiten)
Urutan pilihan terapi

o Lini pertama
- Ketokonazol topikal
- Kortikosteroid topikal potensi ringan-sedang
- AIAFp topikal

o Lini kedua
- Lithium succinate/lithium gluconate topikal
- Krim ciclopirox
- Inhibitor kalsineurin topikal

o Lini ketiga
- Terbinafin oral
- Itrakonazol oral NOTE!
- Gel metronidazol
- Krim non steroid AIAFp: non steroid anti-
- Terbinafin topikal inflammatory agent with antifungal
- Benzoil peroksida properties
- Fototerapi
2. Daerah skalp

Ringan
o Antijamur topikal: sampo ciclopirox 1-5%, ketokonazol sampo 1-2%5-7,19
(A,1), foaming gel 2%, hydrogel 20 mg/gel 2-3 kali/minggu
o AIAFp: sampo piroctone olamine/bisabolol/glychirretic acid/lactoferrin 2- 3
kali/minggu5-6,21
o Keratolitik:
- Sampo asam salisilat 3% 2-3 kali/minggu, sampo tar 1-2% 1-2 kali/minggu
o Bahan lainnya:
- Sampo selenium sulfida 2,5% 2-3 kali/minggu
- Sampo zinc pyrithione 1-2% 2-3 kali/minggu
o Kortikosteroid topikal kelas I: linimentum dan solusio hidrokortison 1%,
losion hidrokortison 0,1% 1 kali sehari selama 4 minggu minggu
o Kortikosteroid topikal kelas II: salep aclometasone 0,05%, krim desonide
0,05% 1 kali sehari selama 4 minggu
Sedang/berat
o Kortikosteroid topikal kelas III: sampo fluocinolon acetonide 0,01% 2 kali seminggu,
didiamkan selama 5 menit selama 2 minggu
o Kortikosteroid topikal kelas IV: sampo klobetasol propionat 0,05% 2 kali seminggu,
didiamkan selama 5 menit selama 2 minggu
o Antijamur sistemik:
- Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu kemudian 200 mg/hari selama 2
hari/bulan selama 11 bulan
- Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau 250 mg/hari
selama 12 hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermiten)
- Flukonazol 50 mg/hari selama 2 minggu atau 200-300 mg/minggu selama 2-4
minggu
Urutan pilihan terapi
o Lini pertama
- Sampo ketokonazol
- Sampo ciclopirox
- Sampo zinc pyrithione

o Lini kedua
- Propylene glycol lotion
- Kortikosteroid topikal potensi kuat-sangat kuat
- Salep tacrolimus
- Mikonazol
- Sampo selenium sulfida
Bayi
1. Daerah skalp
o Antijamur topikal: sampo ketokonazol 2% 2 kali/minggu selama 4
minggu

o Emolien: white petrolatum ointment sebagai penggunaan sehari-hari


o AIAFp: krim piroctone olamine/alglycera/bisabolol setiap 12 jam

2. Daerah non skalp


o Antijamur topikal: krim ketokonazol 2% 1 kali sehari selama 7 hari
o Kortikosteroid topikal kelas I: krim hidrokortison 1% 1 kali sehari
selama 7 hari
EDUKASI

1. Menghindari faktor pemicu/pencetus misalnya:


- Penggunaan pendingin ruangan (air conditioner) atau udara dengan
kelembapan rendah di lingkungan kerja
- Hindari garukan yang dapat menyebabkan lesi iritasi
- Hindari bahan-bahan yang dapat menimbulkan iritasi
- Mengkonsumsi makanan rendah lemak
- Tetap menjaga higiene kulit
1. Mencari faktor-faktor predisposisi yang diduga sebagai penyebab
2. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit (tujuan
pengobatan, hasil pengobatan yang diharapkan, lama terapi, cara penggunaan
obat, dan efek samping obat yang mungkin terjadi)
3. Edukasi mengenai pentingnya perawatan kulit dan menghindari pengobatan
diluar yang diresepkan
PROGNOSIS
Ad vitam: ad bonam
Ad functionam: ad bonam
Ad sanationam: ad bonam

Dermatitis seboroik pada bayi bersifat swasirna. Sementara pada orang dewasa
bersifat kronis dan dapat kambuh
TATALAKSANA
Dermatitis Atopik
Definisi
● Dermatitis atopik (DA) merupakan peradangan kulit yang bersifat kronis berulang, disertai
rasa gatal, timbul pada tempat predileksi tertentu dan berhubungan dengan penyakit atopi
lainnya, misalnya rinitis alergi dan asma bronkial.
● Kelainan dapat terjadi pada semua usia, merupakan salah satu penyakit tersering pada bayi
dan anak, sebanyak 45% terjadi pada 6 bulan pertama kehidupan.
● Terdapat 2 bentuk DA, yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Bentuk ekstrinsik didapatkan pada 70-
80% pasien DA. Pada bentuk ini terjadi sensitisasi terhadap alergen lingkungan disertai serum
IgE yang meningkat.
Diagnosis
Klinis
● Rasa gatal, dapat sangat berat sehingga mengganggu tidur.
● Efloresensi lesi sangat bergantung pada awitan dan berat penyakit.
● Riwayat perjalanan penyakit kronis berulang.
● Hill dan Sulzberger membagi dalam 3 fase.
1. Fase bayi (usia 0-2 tahun) Bentuk lesi: lesi akut, eritematosa, papul, vesikel, erosi,
eksudasi/oozing dan krusta. Lokasi lesi: kedua pipi, kulit kepala, dahi, telinga, leher dan
badan dengan bertambah usia, lesi dapat mengenai bagian ekstensor ekstremitas.
2. Fase anak (usia 2 tahun-pubertas) Bentuk lesi: lesi subakut, lebih kering, plak eritematosa,
skuama, batas tidak tegas dapat disertai eksudat, krusta dan ekskoriasi. Lokasi lesi: distribusi
lesi simetris, di daerah fleksural pergelangan tangan, pergelangan kaki, daerah antekubital,
popliteal, leher dan infragluteal.
3. Fase dewasa Bentuk lesi: lesi kronik, kering, papul/plak eritematosa, skuama dan likenifikasi.
Lokasi lesi: lipatan fleksural, wajah, leher, lengan atas, punggung serta bagian dorsal tangan,
kaki, jari tangan dan jari kaki.
Diagnosis Banding

1. Pada Bayi . dermatitis atopik, skabies, psoriasis


2. Pada anak dan dewasa. Psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis kontak, impetigo, tinea
3. Di lipatan : dermatitis intertriginosa, kandidosis kutis
Harus disingkirkan : histositosis sel Langerhans (pada bayi)
Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk diagnosis. Apabila diagnosis meragukan, dapat dilakukan
pemeriksaan kerokan kulit dengan pewarnaan KOH untuk menyingkirkan infeksi jamur atau biopsi kulit.
Penatalaksanaan

I. Dewasa
Pilihan pengobatan dapat berupa salah satu atau gabungan dari terapi sebagaiberikut (lihat bagan alur):
1. Daerah non skalp
· Ringan
o Anti jamur topikal: krimciclopirox1% ,krimketokonazol2% 2 kali sehari selama 4 minggu.
o AIAFp:krimpiroctoneolamine/alglycera/bisabolol 2 kali sehari selama 4 minggu
o Kortikosteroid topikal kelasI: krim atau salep hidrokortison 1% 2 kali sehari selama 4 minggu
o Inhibitor kalsineurin topikal: krim pimekrolimus 1%, salep takrolimus 0,1 % 2 kali sehari selama 4
minggu
· Sedang/berat
o Kortikosteroid topikal kelas II: krim desonide 0,05%, salep aclometasone 0,05% 2 kali sehari
selama 4 minggu
o Anti jamur sistemik:
- Itrakonazol 200mg/hari selama 1 minggu kemudian 200mg/hari selama 2 hari/bulan
selama 11bulan
- Terbinafin 250mg/hari selama 4-6 minggu (regimen kontinu) atau 250 mg/hari selama 12
hari/bulan untuk 3 bulan (regimenintermiten)
· Urutan pilihan terapi
o Lini pertama
- Ketokonazol topikal
- Kortikosteroid topikal potensi ringan-sedang
- AIAFp topikal
o Lini kedua
- Lithium succinate / lithium gluconate topikal
- Krim ciclopirox
- Inhibitor kalsin eurin topikal
o Liniketiga
- Terbinafinoral
- Itrakonazoloral
- Gelmetronidazol
- Krimnonsteroid
- Terbinafintopikal
- Benzoilperoksida
- Fototerapi

*AIAFp:non steroid anti-inflammatory agent with antifungal properties


Bayi
1. Daerah skalp
o Anti jamur topikal : sampo ketokonazol 2 % 2 kali/minggu selama 4 minggu
o Emolien :white petrolatumointment sebagai penggunaan sehari-hari

o AIAFp:krimp iroctoneolamine /algly cera/bisa bolol setiap 12 jam


2. Daerah non skalp
o Anti jamur topikal : krimketokonazol 2% 1 kali sehari selama 7 hari
o Kortikosteroid topikal kelas I : krim hidrokortison 1 % 1 kali sehari selama 7 hari

Tindaklanjut:
Bila menjadi eritro derma atau bagian dari penyakit Leiner : perlu dirawat untuk pemantauan penggunaan
antibiotik dan kortikosteroid sistemik jangka panjang. Bila ada kecurigaan penyakit Leterrer-Siwe perlu
kerjasama dengan dokter spesialis anak.
I. Edukasi
1. Menghindari faktor pemicu/pencetus misalnya:
· Penggunaan pendingin ruangan (air conditioner) atau udara dengan kelembapan rendah
dilingkungan kerja
· Hindari garukan yang dapat menyebabkan lesi iritasi
· Hindari bahan-bahan yang dapat menimbulkan iritasi
· Mengkonsumsi makanan rendah lemak
· Tetap menjaga higiene kulit
2. Mencari faktor-faktor predisposisi yang diduga sebagai penyebab
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit (tujuan pengobatan, hasil
pengobatan yang diharapkan, lama terapi, cara penggunaanobat, dan efek samping obat yang
mungkin terjadi)
4. Edukasi mengenai pentingnya perawatan kulit dan menghindari pengobatan diluar yang diresepkan 6
Prognosis

Quo advitam: bonam


Quo ad functionam: bonam
Quo ad sanactionam: dubia

Dermatitis seboroik pada bayi bersifat swasirna. Sementara pada dewasa bersifatkronis dan dapat
kambuh.
Dermatitis Herpetiformis Duhring
DEFINISI

Dermatitis herpetiformis Duhring adalah penyakit bulosa autoimun yang bersifat


kronik berulang, dengan kelainan kulit berupa ruam polimorfik papulovesikular yang
tersusun berkelompok dan simetris serta terasa sangat gatal. Kelainan kulit berkaitan
dengan deposit IgA pada tautan dermoepidermal kulit dan penyakit enteropati sensitif
gluten
KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesis
Penyakit ini banyak terjadi pada rentang usia 30-40 tahun, meskipun dapat terjadi pada usia
anak-anak.
Perbandingan kejadian antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1.
Riwayat perjalanan penyakit: kronik, hilang timbul.
Keluhan utamanya berupa rasa gatal, tetapi dapat bervariasi berupa rasa panas hingga
tanpa gejala.
Dicetuskan oleh gluten
Pemeriksaan fisik:

Predileksi pada ekstensor ekstremitas dan badan, terdistribusi secara simetris, dapat juga
timbul pada kulit kepala berambut dan tengkuk.
Lesi dapat diawali dengan suatu papula eritema dan plak menyerupai urtika yang selanjutnya
akan menjadi vesikel dan bula tegang yang tersusun berkelompok pada dasar eritema. Lesi
yang digaruk akan menyebabkan erosi, ekskoriasi, dan krusta. Kelainan kulit yang telah
sembuh dapat meninggalkan lesi dispigmentasi pascainflamasi.
Dianggap sebagai manifestasi kulit pada penyakit seliak (enteropati gluten, celiac sprue)
Diagnosis banding
1. Pemfigoid bulosa
2. Dermatosis IgA linear
3. Eritema multiform bulosum
4. Papular urtikaria
5. Dermatitis atopik
6. Scabies
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

1. Pemeriksaan histopatologi: mikroabses neutrofil pada papila dermis dan


celah subepidermal.
2. Direct immunofluorescence (DIF): deposit IgA granular pada papila
dermis atau tautan dermoepidermal.
Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa
Diet bebas gluten (DBG): menghindari makanan yang mengandung gandum (roti, sereal, mie).

Medikamentosa
1. Prinsip:
● Mengurangi gatal dan menekan inflamasi.
● Konsultasi ke bagian gastroenterologi bila terdapat dugaan penyakit seliak.
● Konsultasi ke ahli gizi untuk pemberian diet bebas gluten.
2. Topikal: kortikosteroid topikal poten.
3. Sistemik:
● Dapson: dosis awal dewasa 50 mg/hari, dapat ditingkatkan hingga 200 mg/hari.
Dosis pada anak 1-2 mg/kgBB/hari.
Dosis pemeliharaan 0,5-1 mg/kg/hari.
● Sulfasalazin 1-2 g/hari.
● Antihistamin generasi ke-2 (nonsedatif) dapat mengontrol pruritus.
● Kortikosteroid sistemik: metilprednisolon 28 mg/hari selama 7 hari lalu tapering off.
EDUKASI
1. Penjelasan kepada pasien dan/atau keluarga mengenai penyakit,
terapi, serta prognosis.
2. Memberi edukasi cara merawat lepuh, menghindari penggunaan
obat-obat tanpa sepengetahuan dokter.
3. Menghindari diet yang mengandung gluten (diet bebas gluten).
PROGNOSIS
Ad vitam: ad bonam
Ad functionam: ad bonam
Ad sanationam: dubia ad malam
DERMATITIS KONTAK
DEFINISI DERMATITIS KONTAK
Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/ substansi yang menempel d kulit
Dermatitis Kontak Alergi
Definisi
Dermatitis kontak alergi (DKA) ialah dermatitis yang terjadi akibat
pajanan dengan bahan alergen di luar tubuh, diperantai reaksi hiper
sensitivitas tipe 4 (Coombs danGel).
Klasifikasi:

1. DKAlokalisata
2. DKAsistemik
Kriteria Diagnostik Klinis
· Riwayat terpajan dengan bahan alergen.
· Terjadi reaksi berupa dermatitis, setelah pajanan ulang dengan alergen tersangka yang
sama. Bila pajanan dihentikan maka lesi akan membaik.
· Gambaran klinisnya polimorfik, sangat bervariasi bergantung stadiumnya:
1. Akut: eritema,edema,dan vesikel
2. Subakut: eritema,eksudatif (madidans),krusta
3. Kronik: likeni fikasi, fisura, skuama
· Lesi dapat juga non-eksematosa, misalnya: purpurik, likenoid, pigmented, dan
limfomatoid
· Gejala subyektif berupa rasa gatal.
· Pada DKA lokalisata, lesi berbatas tegas dan berbentuk sesuai dengan bahan
penyebab.
· Pada DKA sistemik,lesi dapat tersebar luas /generalisata.
· Dapat berhubungan dengan pekerjaan / lingkungan pekerjaan
· Bila berhubungan dengan pekerjaan, memenuhi 4 dari 7 kriteria Mathias yaitu:
1. Manifestasi klinis sesuai dengan dermatitis kontak
2. Pada lingkungan kerja terdapat bahan yang dicurigai dapat menjadi iritan atau
alergen
3. Distribusi anatomi sesuai dengan area terpajan
4. Terdapat hubungan temporal antara waktu terpajan dan timbulnya
manifestas iklinis
5. Penyebab lain telah disingkirkan
6. Kelainan kulit membaik pada saat tidak bekerja / libur / cuti
7. Tes tempel atau tes provokasi dapat mengidentifikasi penyebab
DIAGNOSIS BANDING DAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Diagnosis Banding
1. Dermatitis kontak iritan
2. Dermatitis numularis (bila berbentuk bulat oval)
3. Dermatitis seboroik (dikepala)
4. Dishidrosis (bila mengenai telapak tangan dan kaki)

PemeriksaanPenunjang
1. Uji tempel untuk mencari penyebab. Uji tempel dapat digunakan dengan alergen
standar, alergen seri tertentu (misal seri kosmetik, seri sepatu,dll), serta alergen
tambahan yang berasal dari bahan yang dicurigai (misalnya dari potongan sepatu,
bahan dari pabrik tempat bekerja).
2. Pada DKA kosmetika, apabila tes tempel meragukan/negatif dapat dilanjutkan dengan
tes pakai (use test), tes pakai berulang (repeated open application test-ROAT)2(C,3)
PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa
1. Identifikasi dan penghindaran terhadap bahan alergen tersangka.
2. Anjuran penggunaan alat pelindung diri (APD), misalnya sarung tangan, apron,sepatu bot. *Pada beberapa
kondisi oklusif akibat penggunaan sarung tangan terlalu lama dapat memperberat gangguan sawar kulit.
Medikamentosa:
1. Sistemik : simtomatis, sesuai gejala dan sajian klinis
Derajat sakit berat : dapat ditambah kortikosteroid oral setara dengan prednison 20 mg/hari jangka pendek (3hari)
2. Topikal:
Pelembab setelah bekerja.disarankan pelembab yang kaya kandungan lipid misalnya vaselin (petrolatum).
Sesuai dengan gambaran klinis
· Basah(madidans): beri kompres terbuka (2-3lapis kain kasa) dengan larutan NaCl0,9%
· Kering : beri krim kortikosteroid potensi sedang sampai tinggi ,misalnya mometasonfuroat ,
flutikason propionat, klobetasolbutirat.
· Bila dermatitis berjalan kronis dapat diberikan klobetasol propionatein teriten.
3. Pada kasus yang berat dan kronis, atau tidak respons dengan steroid bisa diberikan inhibitor
kalsineurin atau fototerapi BB/NB UVB, atau obat imunosupresif sistemik misalnya azatioprin atau siklosporin . Bila
ada super infeksi oleh bakteri: antibiotik atopikal / sistemik.

Tindaklanjut : Pada DKA yang mengenai telapak tangan (handdermatitis) dapat sangat menyulitkan untuk
melaksanakan tugas sehari-hari sehingga dianjurkan pemakaian APD yang sesuai dan pemberian emolien.
KOMPLIKASI, EDUKASI DAN PROGNOSIS
I. Komplikasi
1. Infeksi sekunder (penata laksanaan sesuai dengan lesi, pemilihan jenis antibiotik sesuai
kebijakan masing-masing rumah sakit).
2. Hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi paska inflamasi.

II. Edukasi
1.Edukasi mengenai prognosis, informasi mengenai penyakit, serta perjalanan penyakit yang akan
lama walaupun dalam terapi dan sudah modifikas ilingkungan pekerjaan, perawatan kulit.
2.Edukasi mengenai penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan, bila
dermatitis berhubungan dengan kerja.
3.Edukasi mengenai perawatan kulit sehari-hari dan penghindaran terhadap alergen berdasarkan
hasil uji tempel.

III. Prognosis
Pada kasus dermatitis kontak ringan, prognosis sangat bergantung pada kemampuan menghindari
bahan iritan penyebab. Pada kasus dermatitis kontak yang berat diakibatkan pekerjaan keluhan dapat
bertahan hingga 2 tahun walaupun sudah berganti pekerjaan.
Dermatitis Kontak Iritan
Definisi
Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah inflamasi pada kulit, akibat respons terhadap pajanan bahan
iritan, fisik, atau biologis yang kontak pada kulit, tanpa dimediasi oleh respons imunologis.
Klasifikasi
1. Subjective irritancy
2. Irritant reaction
3. Suberythematous irritation
4. DKI akut
5. Delayed acute irritancy
6. DKI kronik (kumulatif)
7. Frictional dermatitis
8. Traumatic reactions
9. Pustular/acneiform reactions
10. Asteatotic irritant eczema
Diagnosis
Klinis
● Terdapat riwayat pajanan dan hubungan temporal dengan bahan iritan.
● Tangan adalah lokasi tersering, diikuti wajah, dan kaki.
● Gejala subyektif berupa rasa gatal, terbakar/nyeri.
● Sajian klinis bergantung pada jenis iritan dan pola pajanan. (Lihat tabel D.5)
● Biasanya disertai kulit kering atau gangguan sawar kulit.
● Bila pajanan dihentikan maka lesi membaik. Seringkali berhubungan dengan
pekerjaan/lingkungan pekerjaan (Lihat tabel D.4 pada PPK dermatitis kontak alergi).

Pemeriksaan penunjang
● Uji tempel bila tidak dapat dibedakan dengan dermatitis kontak alergi.
● Open test.
Diagnosis banding
1. Dermatitis kontak alergi
2. Dermatitis numularis
3. Dermatitis seboroik (bila di kepala)
4. Dermatitis statis
5. Penyakit Bowen
6. Cutaneus T Cell Lymphom
Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa
1. Identifikasi dan penghindaran terhadap bahan iritan tersangka.
2. Anjuran penggunaan alat pelindung diri (APD), misalnya sarung tangan apron, sepatu bot. Pada
beberapa kondisi oklusif akibat penggunaan sarung tangan terlalu lama dapat memperberat
gangguan sawar kulit.
3. Edukasi mengenai prognosis, informasi mengenai penyakit, serta perjalanan penyakit yang akan
lama walaupun dalam terapi dan sudah modifikasi lingkungan pekerjaan, perawatan kulit.

Medikamentosa
1. Sistemik: simtomatis, sesuai gejala dan sajian klinis Derajat sakit berat: dapat ditambah
kortikosteroid oral setara dengan prednison 20 mg/hari dalam jangka pendek (3 hari).
2. Topikal
Pelembap setelah bekerja/after work cream. Disarankan pelembap yang kaya kandungan lipid,
petrolatum. Sesuai dengan sajian klinis:
● Basah (madidans): beri kompres terbuka (2-3 lapis kain kasa) dengan larutan NaCl 0,9%.
● Kering: beri krim kortikosteroid potensi sedang, misalnya flusinolon asetoid.
● Bila dermatitis berjalan kronis dapat diberikan mometason fuorate intermiten.

3. Pada kasus yang berat dan kronis, atau tidak respons dengan steroid bisa diberikan inhibitor
kalsineurin atau fototerapi dengan BB/NB UVB atau obat sistemik misalnya azatioprin atau
siklosporin. Bila ada superinfeksi oleh bakteri: antibiotika topikal/sistemik.
Komplikasi
Infeksi sekunder (terapi infeksi sekunder sesuai dengan klinis dan pemilihan jenis antibiotik sesuai
dengan kebijakan masing-masing rumah sakit).
Edukasi
1. Edukasi mengenai prognosis, informasi mengenai penyakit, serta perjalanan penyakit yang
akan lama walaupun dalam terapi dan sudah modifikasi lingkungan pekerjaan, perawatan
kulit.
2. Edukasi mengenai penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan, bila
dermatitis berhubungan dengan kerja.
3. Edukasi mengenai perawatan kulit sehari-hari dan penghindaran terhadap iritan yang
dicurigai.
Prognosis
Pada kasus dermatitis kontak ringan, prognosis sangat bergantung pada kemampuan menghindari
bahan iritan penyebab. Pada kasus dermatitis kontak yang berat diakibatkan pekerjaan, keluhan
dapat bertahan hingga 2 tahun walaupun sudah berganti pekerjaan.
.
NEURODERMATITIS SIRKUMKRIPTA
DEFINISI
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan
atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik
Gejala klinis
● Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur.
● Rasa gatal memang tidak terus menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit
ditahan untuk tidak digaruk.
● Penderita merasa enak bila digaruk; setelah Iuka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara
(karena diganti dengan rasa nyeri).
● Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun
edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan
ekskoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.
● Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi.
● NS, tidak biasa terjadi pada anak, tetapi pada usia dewasa-manula; puncak insiden pada usia
antara 30 hingga 50 tahun. Perempuan lebih sering menderita daripada laki-laki.
● Letak lesi dapat timbul di mana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di skalp, tengkuk,
samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, medial tungkai atas,
lutut, lateral tungkai bawah, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki.
● Neurodermatitis di daerah tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada perempuan, berupa
plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas hingga ke skalp. Biasanya skuama menyerupai
psoriasis.
● Variasi klinis NS dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan
penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah,
permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, lambat laun menjadi keras dan
berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi).
● Lesi iasanya multipel, lokalisasi tersering di ekstremitas, berukuran mulai beberapa
millimeter sampai 2 cm.
Diagnosis
Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis, biasanya tidak terlalu sulit.
Namun perlu dipikirkan kemungkinan penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus,
misalnya liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik.
Penatalaksanaan
● Secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan memperburuk keadaan
penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari.
● Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid topikal atau intralesi,
produk ter.
● Antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif (contoh: hidroksizin,
difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer.
● Dapat pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka pendek (maksimum 8
hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat, bila perlu ditutup dengan
penutup impermeable; kalau masih tidak berhasil dapat diberikan secara suntikan intralesi.
● Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi dengan ter yang mempunyai efek antiinflamasi.
Ada pula yang mengobati dengan UVB dan PUVA.
● Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasari, bila memang ada harus juga diobati.
Prognosis
Prognosis bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari), dan status psikologik
penderita.
.
DERMATITIS STATIS
Definisi
Dermatitis gravitasional/ekzem stasis/dermatitis hipostatik/ekzem varikosa/dermatitis
venosa/dermatitis stasis venosa adalah penyakit peradangan pada kulit tungkai bawah yang
disebabkan insufisiensi dan hipertensi vena yang bersifat kronis.
Gejala klinis
● Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah, akan terjadi pelebaran vena atau
varises, dan edema.
● Lambat laun kulit berwama merah kehitaman dan timbul purpura (karena ekstravasasi sel
darah merah ke clalam dermis), dan hemosiderosis.
● Edema dan varises mudah terlihat bila penderita lama berdiri. Kelainan ini dimulai dari
permukaan tungkai bawah bagian medial atau lateral di atas maleolus. Kemudian secara
bertahap akan meluas ke atas sampai di bawah lutut, dan ke bawah sampai di punggung kaki.
● Dalam perjalanan selanjutnya terjadi perubahan ekzematosa berupa eritema, skuama, kadang
eksudasi, dan gatal. Bila telah berlangsung lama kulit akan menjadi tebal dan fibrotik,
meliputi sepertiga tungkai bawah, sehingga tampak seperti botol yang terbalik. Keadaan ini
disebut lipodermatosklerosis.
● Dermatitis stasis dapat mengalami komplikasi berupa ulkus di atas maleolus disebut ulkus
venosum atau ulkus varikosum; dapat pula mengalami infeksi sekunder, misalnya selulitis.
Dermatitis stasis dapat diperberat karena mudah teriritasi oleh bahan kontaktan, atau
mengalami autosensitisasi.
Diagnosis
● Diagnosis didasarkan atas gambaran klinis.
● Untuk mencari penyebab dan mengatasi insufisiensi vena pada pasien, konsultasi ke bagian
terkait perlu dilakukan, antara lain konsultasi kepada dokter ahli bedah vaskular (untuk
memeriksa pembuluh darah, misalnya dengan melakukan USG Dopler, dll) dan dokter ahli
hematologi (apakah ada gangguan sistem pembekuan darah, dll)
Diagnosis banding
● Dermatitis kontak (dapat terjadi bersama-sama),
● Dermatitis numularis, dermatitis asteatotik
● Penyakit Scharnberg.
Penatalaksanaan
● Lesi yang basah dan mengeluarkan eksudat harus dikompres hingga kering. Kortikosteroid
topikal potensi sedang dapat diberikan dan cukup efektif untuk mengatasi inflamasi dan
mengurangi keluhan gatal.
● Dalam sebuah laporan kasus, takrolimus topikal juga dapat digunakan pada pengobatan
dermatitis stasis. 189 Sawar kulit yang rusak pada dermatitis stasis dan penggunaan
kortikosteroid topikal berulang dapat mempermudah terjadinya infeksi sekunder.
● Antibiotik topikal (asam fusidat, mupirosin) maupun sistemik dapat diberikan sesuai indikasi.
● Pada kasus dermatitis stasis kronis perlu diberi pelembab yang tidak mengandung bahan
sensitizer, misalnya vaselin, sebagai terapi pemeliharaan.
● Untuk mengatasi edema, tungkai dinaikkan waktu tidur dan waktu duduk. Bila tidur kaki
diangkat di atas permukaan jantung selama 30 menit, dilakukan 3 hingga 4 kali sehari, untuk
mengurangi edema dan memperbaiki mikrosirkulasi. Kaas kaki penyangga varises atau
pembalut elastis dapat digunakan saat pasien beraktivitas.
Prognosis
Prognosis baik kalau pengobatan tepat, namun bisa berisiko rekuren.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai