Praktek Sesi 5
Praktek Sesi 5
Praktek Sesi 5
1. Heteroskedastisitas
2. Autokorelasi
3. Multikolineritas
1. HETEROSKEDASTISITAS
Heteroskedastisitas: keadaan dimana variabel penganggu (error) atau e, diasumsikan memiliki varian
yang tidak konstan.
Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana , artinya semua residual mempunyai variansi yang sama.
Padahal, ada kasus-kasus tertentu dimana varinsi ui tidak konstan, tetapi berubah-ubah.
Heteroskedastisitas banyak ditemukan pada data cross section, karena pengamatan dilakukan pada
individu yang berbeda pada saat yang sama.
Salah satu cara untuk mendeteksi penyakit heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Park.
Uji Park dilakukan dengan cara melakukan pemangkatan terhadap residual, lalu dilakukan
transformasi LN (logaritma Natural), baru kemudian melakukan regresi terhadap variabel
independent.
Apabila terjadi masalah hetersokedastis, akan mengakibatkan sebuah keraguan/ketidakakuratan
pada hasil regresi.
Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung penyakit heteroskedastis
Langkah-Langkah Uji Park:
Rumuskan Hipotesis:
H0 : Tidak ada heteroskedastisitas
Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu dari periode tertentu (e t)
Rumuskan Hipotesis:
H0 : Tidak ada autokorelasi (positif/negative)
Tidak ada autokorelasi negative Tidak ada keputusan 4-du < d < 4-dl
Multikolinearitas adalah suatu korelasi linear diantara variabel bebas yang dimasukkan ke dalam
model.
Misalkan terdapat hubungan sbb: ;
Secara substansi diketahui bahwa total income bersumber dari upah (wages) dan non upah
(nonwages). Bila model tsb ditaksir menggunakan OLS, maka tidak dapat diperoleh, karena income =
wages + nonwages, sehingga terjadi perfect multicollinearity.
Ciri suatu model memiliki gejala multikol adalah memiliki R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang
signifikan dari uji t;
Dampaknya koefisien yang dihasilkan tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan
interpretasi.
Contoh: berikut ini adalah data konsumsi, pendapatan dan kekayaan mengikuti fungsi ekonometrik sbb:
Salah satu cara untuk mendeteksi masalah multikolinearitas yaitu menggunakan metode tolerance & VIF.
Berikut langkah-langkahnya:
1) Gunakan kembali file SPSS “Latihan 9”
2) Lakukan analisis regresi linear seperti biasa: analyze – regression – linear;
3) Pindahkan variabel konsumsi ke kolom dependent; dan variabel Pendapatan dan kekayaan ke
kolom independent;
4) Klik tombol statistics, lalu hilangkan centang pada estimates dan model fit, lalu ceklis pada
collinearity diagnostics;
5) Klik continue dan tekan OK
6) Selanjutnya lakukan uji tolerance dan VIF
Kriteria Uji Tolerance dan VIF:
Jika nilai Tolerance > 0,100 dan VIF < 10,00, maka pada model tidak mengandung masalah
multikolinearitas.
Jika nilai Tolerance < 0,100 dan VIF > 10,00, maka pada model mengandung masalah
multikolinearitas.
Hasil Uji Tolerance dan VIF (perhatikan tabel coefficients berikut ini):
Pada variabel pendapatan: Nilai Tolerance < 0,100 dan VIF > 10,00,
maka variabel pendapatan mengandung masalah
multikolinearitas.
Pada variabel kekayaan: Nilai Tolerance < 0,100 dan VIF > 10,00,
maka variabel kekayaan mengandung masalah multikolinearitas.
Cara mengatasi Multikolinearitas:
1) Membuang salah satu variabel yang kolinier. Namun tetap harus hati-hati karena akan
menimbulkan specification bias, yaitu salah spesifikasi karena varaibel yang dibuang
merupakan variabel yang sangat penting.
2) Mentransformaiskan variabel, khususnya untuk data time series.
3) Mencari tambahan data/variabel. Dengan tambahan data, kolineritas dapat berkurang, tetapi
dalam praktek tidak mudah untuk mencari tambahan data.
4) Cara-cara lain, misalnya melakukan transformasi eksponensial.
Contoh lain:
Pada ketiga variabel bebas, yaitu pekerjaan, pendidikan dan jenis kelamin masing-masing
memiliki Nilai Tolerance > 0,100 dan VIF < 10,00. Artinya, ketiga variabel bebas terbukti tidak
saling berkorelasi, dan model yang digunakan layak untuk dianalisis menggunakan metode OLS