Dasar Dasar Terapi Secara Rasional
Dasar Dasar Terapi Secara Rasional
Dasar Dasar Terapi Secara Rasional
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS Subandi/ Fakultas kedokteran Universitas Jember Materi Kuliah Budaya Ilmiah 29 September 2009
Materi
Mengapa seorang klinisi atau dokter harus
Pendahuluan
Seorang klinisi atau dokter dalam menjalankan
profesinya tidak hanya menentukan diagnosis dan terapi saja, tetapi yang lebih penting adalah membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah penyakit yang diderita dan kematian.
3.
Memperpanjang harapan hidup dengan harapan mencegah kematian lebih dini. Memperpanjang kualitas hidup (quality of life ) sehingga kecacatan akibat suatu penyakit dapat dihindari atau diminimalisir. Mengatasi keluan atau gejala yang menjadi masalah penderita.
Adapun cara mencapai tujuan tersebut melalui penanganan penderita secara komprehensip yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
2.
3.
Prevensi primer bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi faktor resiko (immunisasi, menghentikan merokok terapi hipertensi dll) Prevensi sekunder bertujuan untuk deteksi awal suatu penyakit atau menghilangkan penyakit( terapi kuman tbc, terapi kuman tiphoid,dll) . Prevensi tertier bertujuan membatasi dampak terhadap suatu penyakit (terapi radiasi, mastektomi parsial)
gejala-gejala penyakit.
Terapi non farmakologi . Terapi farmakologi.
Pendahuluan
Evaluasi kemajuan terapi pada masa lalu menunjukan
hasil yang kurang efisien dan terkadang memerlukan proses yang membahayakan karena tidak berdasarkan evidence base medicine (EBM). Profesi dokter dan kesehatan tidaklah cukup hanya berpedoman pada kemampuan klinik dan pengalaman tanpa bukti penelitian terbaru seorang dokter akan ketinggalan (out of date).
subyek pasien dan kejadian klinik dalam membuat keputusan klinik . EBM merupakan hasil-hasil penelitian terbaru yang merupakan integrasi antara pengalaman klinik, pengetahuan patofisiologi dan keputusan terhadap kesehatan pasien. Atau merupakan integrasi kejadian untuk menentukan terapi atau penatalaksanaan suatu penyakit.
Menentukan diagnosis yang tepat, Memilih rencana pemeriksaan terbaru, Memilih terapi terbaru
terbaru.
dan dokumen-dokumen, sehingga memudahkan seorang dokter atau klinisi untuk memanfaatkanya.
pengelompokan pada penyakit yang sama dapat digunakan untuk pembuatan suatu practice guidelines atau konsensus. Manfaat practice guideline oleh para klinisi digunakan untuk menentukan :
Diagnostik.
Terapi.
EBM Klinik
Merupakan bukti penelitian terbaru
untuk memutuskan tentang penatalaksaan pasien-pasien
Klasifikasi EBM
1. Evidence-Base guideline.
EBM praktis pada tingkat organisasi atau institusi dalam
Membantu menurunkan mortalitas atau kematian pasien. Memperbaiki derajat kesehatan dan perawatan. Mengevaluasi dan merencanakan terapi. Memilih pola hidup dan perawatan kesehatan terbaik.
Pressure Control in the Management of Type 2 Diabetes Mellitus Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 oleh PERKENI 2002. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia oleh PERKENI 2006 JNC VII for hipertension.
U.S. Preventive Services Task Force U. K. National Health Service (level of evidence [LOE])
Level I:
Designed randomized controlled trial.
Level II-1:
Designed controllled trial tanpa random
Level II-2:
Studi cohort atau case-control analytic.
Level II-3:
Multiple time series dengan atau tanpa intervensi.
Level III:
Pendapat ahli, penelitian klinik dasar, studi descriptive atau laporan kasus.
diagnosis, prognosis dan therapy. Level A: Consistent Randomised Controlled Clinical Trial, Cohort study, keputusan klinik berdasarkan validitas pada populasi yang berbeda. Level B: Consistent Retrospective Cohort,Explonatory Cohort, Ecological Study,,Outcomes Research, Case-control Study, atau extrapolasi dari studi level A. Level C: Case-series Study atau extrapolasi dari studi level B Level D: Opini tanpa critical appraisal atau berdasarkan patophysiologi.
penelitian baru. Systemic overview Topik klinik dan untuk mejawab pertanyaan yang spesifik. Randomized Controlled Clinical Trial/Controlled Clinical Trial Diagnostik, terapi dan efektifitas profilaksi. Cohort Study (Penelitian prospektif) Prognosis, etiologi dan prevensi. Case-control Study (Penelitian retrospektif) Prognosis, etiologi dan prevensi Cross-Sectional Study Review
Meta-analisis atau sistemikbila tidak ada overview Digunakan untuk informasi terapi
penelitian RCT dalam jumlah besar. Meningkatkan kekuatan (akibat intervensi ) secara statistik bila dibandingkan dengan penelitian RCT dalam jumlah kecil. Meningkatkan presisi bila dibandingkan dengan beberapa penelitian RCT. Bisa memperkirakan efek terapi.
sumber yang paling baik untuk memperkirakan manfaat dan kerugian dari hasil penelitian. Kesempatan yang sama diantara kelompok penelitian. Bisa meninimalkan bias (kesalahan) Metode doubel-blind RCT merupakan gold standar untuk mengetahui efek terapi atau intervensi.
eksperimental yang direncanakan dengan mengikutsertakan pasien dan dirancang untuk mendapatkan terapi pasien yang sesuai dimasa mendatang dengan kondisi medis tertentu ( Pocock, 1984). Ciri khas dari uji klinik adalah hasil-hasil berdasarkan jumlah sampel yang terbatas
Untuk mendapatkan kesimpulan mengenai bagaimana terapi dapat
digunakan Dapat digunakan untuk terapi pada masa yang akan datang.
prinsip-prinsip eksperimental ilmiah merupakan satusatunya dasar yang dapat dipercaya untuk dapat menilai efisiensi dan keamanan dari terapi yang baru Uji klinik merupakan jenis khusus dari studi kohort yang kondisi studinya selektif, dintervensi yang bertujuan untuk membandingkan suatu obat baru dengan obat standart.
1.
Ada 2 pertanyaan yang dijawab dalam uji klinis yaitu : Dapatkah bekerja pada keadaan ideal ?
Efikasi adalah lebih memberikan manfaat dari pada kerugian dalam kondisi edeal
2.
pengobatan ?
Sebaiknya mengacu pada Teori yang sesuai logika Hasil uji secara eksperimental.
terapi ?
Berdasarkan pengalaman pribadi. Berdasarkan pengalaman yang didapat baik secara
Tidak sembuh
Alokasi
Sampel Sembuh Intervensi pembanding (kontrol)
Tidak sembuh
Studi pada binatang tidak dimasukan dalam uji klinik. Yang termasuk uji klinik adalah
Percobaan pada manusia sukarelawan sehat Uji lapangan dari vaksin. Uji pencegahan unutk subyek dengan gejala progejala. Uji kelompok pasien.
2 Uji Tahap II
Uji efek pengobatan (efektifitas dan keamanan). Terhadap pasien terbatas antara 100-200 pasien.
skala besar.
Kesimpulan
Terapi diberikan apabila seorang klinisi sudah
mempunyai kejelasan tentang tujuan terapi. Terapi diberikan berdasarkan hasil-hasil uji klinis dengan prinsip EBM. Dalam membaca journal terapi sebaiknya dipilih journal dengan metode Randomised clinical trials atau Meta-analysis.
Kepustakaan.
Greenberg,et al, 2001 . Medical Epidemiology. Edisi 3
Lange Medical Books/ MCGraw-Hill.Toronto Gerstein H.C and Haynes RB. 2001 Evidence-based diabetes care. BC decker Inc London. http://en.Wikipedia.org/wiki/Evidence-based_medicine Soeparto ,dkk. 1998 Epidemiologi Klinis .Gramik FK UNAIR. Tierney et al. 2005.Current medical Diagnosis & treatment . MacGraw-Hill Toronto.