Hiu karang abu-abu
Hiu karang abu-abu
| |
---|---|
Carcharhinus amblyrhynchos | |
Status konservasi | |
Genting | |
IUCN | 39365 |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Carcharhinus amblyrhynchos Bleeker, 1856 |
Tata nama | |
Sinonim takson | Carcharias amblyrhynchos Bleeker, 1856
Carcharias menisorrah* Müller & Henle, 1839 Carcharias nesiotes Snyder, 1904 Carcharhinus wheeleri Garrick, 1982 Galeolamna coongoola Whitley, 1964 *sinonim ambigu |
Distribusi | |
Hiu karang abu-abu atau hiu karang kelabu (Carcharhinus amblyrhynchos) adalah spesies hiu karang yang tubuhnya berwarna abu-abu. Habitat dari hiu karang abu-abu di ekosistem terumbu karang, utamanya di terumbu karang berwarna merah muda, hijau dan biru. Hiu karang abu-abu termasuk spesies mendekati terancam karena perburuan untuk dijual siripnya sebagai bahan pembuatan sup sirip hiu.[1]
Taksonomi
[sunting | sunting sumber]Hiu karang abu-abu merupakan salah satu spesies hiu.[2] Nama takson untuk hiu karang abi-abu adalah Carcharhinus amblyrhynchos.[3] Pemberi nama takson bagi hiu karang abu-abu adalah Pieter Bleeker pada tahun 1856.[4] Hiu karang abu-abu sebagai spesies termasuk dalam famili Carcharhinidae,[5] dan termasuk dalam ordo Carcharhiniformes.[6]
Di Pulau Lombok, hiu karang abu-abu dikenal dengan nama merak bulu. Sedangkan di Pulau Jawa, hiu karang abu-abu dikenal sebagai hiu lanyam.[1] Hiu karang abu-abu juga dikenali dengan nama hiu lonjor.[7] Ada pula yang menyebutnya sebagai cucut lanjaman.[1]
Anatomi
[sunting | sunting sumber]Panjang tubuh dari hiu karang abu-abu ketika dilahirkan antara 63–70 sentimeter. Hiu karang abu-abu memiliki batas hitam yang lebar pada bagian belakang sirip ekor. Di antara sirip punggung hiu karang abu-abu terdapat gurat sisi yang tidak jelas atau terkadang tidak ada. Sirip punggung pertama pada hiu karang abu-abu cukup tinggi yang pangkalnya berada di atas ujung celah sirip dada. Hiu karang abu-abu memiliki moncong bulat yang melebar. Moncong ini dapat dilihat dari arah bawah. Gigi bagian atas dari hiu karang abu-abu berukuran kecil dan berbentuk segitiga. Pada salah satu tepinya terdapat lekukan. Sementara gigi bagian bawah dari hiu karang abu-abu berukuran kecil, tetapi ramping dan tegak. Pada bagian tepnya bergerigi halus.[8]
Rata-rata panjang tubuh hiu karang abu-abu dewasa sedikit berbeda antara jantan dan betina. Hiu karang abu-abu jantan dapat mencapai panjang tubuh rata-rata 130–140 sentimeter. Sedangkan hiu karang abu-abu betina dapat mencapai panjang tubuh rata-rata 125–135 sentimeter.[1] Namun panjang tubuh hiu karang abu-abu dapat mencapai 150 sentimeter.[9]
Warna tubuh hiu karang abu-abu adalah abu-abu atau berwarna perunggu keabu-abuan. Pada bagian perutnya, warna abu-abu tampak pucat. Sirip punggung pertama pada hiu karang abu-abu terkadang memiliki warna putih pada bagian tepinya. Sementara pada ujung sirip lainnya sering berwarna kehitaman.[10]
Habitat
[sunting | sunting sumber]Hiu karang abu-abu termasuk salah satu jenis ikan demersal.[11] Habitat dari hiu karang abu-abu pada ekosistem terumbu karang.[12] Hiu karang abu-abu memiliki kesetiaan untuk menetap pada suatu lokasi tertentu.[13] Hiu karang abu-abu menghuni terumbu karang dengan kondisi perairan yang dangkal dan hangat.[14] Lokasi hidup yang disukai oleh hiu karang abu-abu adalah lereng terumbu karang yang dalam dengan kedalaman rata-rata 26 meter di bawah permukaan laut.[15]
Hiu karang abu-abu dapat ditemukan di sepanjanh pesisir Samudra Pasifik. Kawanannya juga dapat ditemukan di sekitar terumbu karang dengan kedalaman hingga 140 meter.[7] Populasi hiu karang abu-abu dua kali lipat lebih banyak ditemukan pada terumbu karang berwarna merah muda dibandingkan dengan terumbu karang berwarna hijau. Sementara itu, populasi hiu karang abu-abu di terumbu karang berwarna hijau lebih banyak empat kali dibandingkan dengan populasinya yang berada di terumbu karang berwarna biru.[16]
Kebiasaan
[sunting | sunting sumber]Pemangsaan
[sunting | sunting sumber]Hiu karang abu-abu mencari mangsa di perairan terumbu karang yang beriklim tropis. Daerah penjelajah hiu karang abu-abu di tebing dan ngarai bawah air. Hiu karang abu-abu sangat sensitif dengan bau darah. Penciumannya dapat merasakan keberadaan mangsa meski hanya mencium setetes darah. Mangsa yang berdarah akan langsung diserang dan dibunuh menggunakan giginya. Ketika menyerang mangsanya, hiu karang abu-abu mendorong rahang bawahnya ke atas sehingga gigi bawahnya menjadi alat penusuk tubuh mangsanya. Kemudian rahang atasnya didorong ke depan sehingga gigi atasnya dapat mengoyak daging mangsanya.[17]
Hiu karang abu-abu mencari mangsa di dasar laut. Jenis mangsa hiu karang abu-abu meliputi ikan karang, gurita dan cumi-cumi. Hiu karang abu-abu juga diketahui memangsa kepiting.[7] Hiu karang abu-abu memiliki agresivitas yang tinggi dan dapat memangsa manusia.[18]
Rasa ingin tahu
[sunting | sunting sumber]Rasa ingin tahun dari hiu karang abu-abu membuatnya sering berenang mendekati penyelam. Hiu karang abu-abu akan melengkungkan punggung dan merendahkan sirip depannya ketika meraca terancam. Selain itu, rasa terancam membuat hiu karang abu-abu mengibaskan kepala dan ekornya dengan keras.[7]
Kawanan dan daerah jelajah
[sunting | sunting sumber]Hiu karang abu-abu pada umumnya membentuk kawanan di dekat terumbu karang. Kawanan hiu karang abu-abu aktif bergerak pada malam hari. Ketika hiu karang abu-abu yang betina sedang mengandung, kawanan hiu karang abu-abu akan lebih sering berada di perairan yang hangat dan dangkal.[7]
Ancaman kepunahan
[sunting | sunting sumber]Hiu karang abu-abu sering ditangkap oleh nelayan karena siripnya dapat dijual, Sirip hiu karang abu-abu merupakan bahan pembuatan sup sirip hiu. Penangkapan hiu karang abu-abu membuat keberadaannya terancam mengalami kepunahan.[14] Data dari Uni Internasional untuk Konservasi Alam untuk tahun 2003–2006 menetapkan Hiu karang abu-abu sebagai spesies mendekati terancam.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e Tim Perikanan WWF-Indonesia (April 2015). Panduan Penanganan Hiu sebagai Tangkapan Sampingan (PDF). WWF-Indonesia. hlm. 7. ISBN 978-979-1461-63-4.
- ^ Pusat Data dan Analisa Tempo (2019). Menguak Surga Alami Kawasan Raja Ampat. Tempo Publishing. hlm. 58–59. ISBN 978-623-262-945-5.
- ^ Baraclough 2017, hlm. 10.
- ^ Duffy, C., dkk. (Juni 2018). Conservation status of New Zealand chondrichthyans (chimaeras, sharks and rays), 2016 (PDF). Wellington: Publishing Team, Department of Conservation. hlm. 3. eISSN 2324-1713. ISBN 978-1-98-851462-8.
- ^ Rhodes, K. L., Baremore, I., dan Graham, R. T. (Agustus 2019). "Grouper (Epinephelidae) spawning aggregations affect activity space of grey reef sharks, Carcharhinus amblyrhynchos, in Pohnpei, Micronesia" (PDF). Plos One: 2.
- ^ Alaydrus, I. S., Fitriana1, N., dan Jamu, Y. (Oktober 2014). "Jenis dan Status Konservasi Ikan Hiu yang Tertangkap di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Labuan Bajo, m=Manggarai Barat, Flores" (PDF). Al-Kauniyah: Jurnal Biologi. 7 (2): 85.
- ^ a b c d e Taylor 2020, hlm. 238.
- ^ White, W. T., dkk. (2006). Hiu dan Pari Bernilai Ekonomis Penting (PDF). Canberra: Australian Centre for International Agricultural Research. hlm. 114. ISBN 1-86320-517-9.
- ^ Djonler, S. A., dan Gordon, A. R. (2016). Pengetahuan Biologi Laut di Daerah Batuley. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 10.
- ^ McAuley, R., Newbound, D., dan Ashworth, R. (Juli 2002). Field identification guide to Western Australian Sharks and Shark-like Rays (PDF) (dalam bahasa Inggris). Perth: Departemen Perikanan, Australia Barat. hlm. 16. ISBN 1-877098-03-5.
- ^ Noor, R. R., dkk. (Desember 2019). Setiyono, Agus, ed. Pencapaian Swasembada Protein Hewan Melalui Lintas Sektor Menuju Ketahanan Pangan Nasional. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 182. ISBN 978-602-440-944-9.
- ^ "Relationship between the biomass of reef shark and fish in South Morotai Waters, North Maluku, Indonesia". Biodiversitas: Journal of Biological Diversity. 21 (12): 5605. Desember 2020. doi:10.13057/biodiv/d211205. ISSN 1412-033X.
- ^ Vianna, G. M. S., dkk. (April 2013). "Environmental Influences on Patterns of Vertical Movement and Site Fidelity of Grey Reef Sharks (Carcharhinus amblyrhynchos) at Aggregation". PLOS One. 8 (4): 1.
- ^ a b Sopyan, Danang Irawan (2012). 301++ Hewan dan Tumbuhan Mengagumkan di Dunia. Puspa Swara. hlm. 64. ISBN 978-602-892-257-9.
- ^ Smith, A., dkk. (18 Oktober 2022). "Quantifying Catch Rates, Shark Abundance and Depredation Rate at a Spearfishing Competition on the Great Barrier Reef, Australia" (PDF). Biology. 11 (1524): 14.
- ^ Ayling, A. M., dan Choatm J. H. (Agustus 2008). Abundance patterns of reef sharks and predatory fishes on differently zoned reefs in the offshore Townsville region: Final report to the Great Barrier Reef Marine Park Authority (PDF). hlm. 1. ISBN 978-1-876945-77-0.
- ^ Baraclough 2017, hlm. 11.
- ^ Taylor 2020, hlm. 239.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Baraclough, Susan (2017). Hiu dan Monster Bawah Air Edisi Revisi. Jakarta: Elex Media Komputindo. ISBN 978-602-040-203-1.
- Taylor, Barbara (2020). Encyclopedia of Sharks [Ensiklopedia Hiu]. Diterjemahkan oleh Dewi, Luh Gede Tri Purwani. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. ISBN 978-623-001-686-8.