Lompat ke isi

Kajeng Kliwon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kajeng Kliwon adalah upacara memberikan korban suci sebagai persembahan kepada Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) beserta seluruh manifestasinya.[1] Persembahan itu dilakukan dengan kepercayaan bahwa sang dewa akan melindungi segenap manusia dan memberi kesejahteraan bagi yang mengikuti upacara.[1] Upacara ini boleh dilaksanakan setiap 15 hari. Ada hari Kajeng Kliwon khusus yang disebut Pemelastali atau Watugunung Runtuh.[2] Kajeng Kliwon merupakan hari pemujaan terhadap Sanghyang Siwa, karena diyakini pada hari itu Sanghyang Siwa sedang bersemedi.[2] Upacara Kajeng Kliwon termasuk dalam upacara Dewa Yadnya.[1] Masyarakat Hindu di Bali percaya bahwa upacara Kajeng Kliwon begitu suci sehingga dianggap keramat.[1] Pada saat Kajeng Kliwon, sesajian diberikan kepada Sang Hyang Dhurga Dewi.[1] Sesajian tersebut berupa nasi kepel lima warna, yakni nasi merah, nasi kuning, nasi hitam, nasi cokelat dan nasi putih.[1] Selain nasi lima warna, beberapa bawang putih dan tuak atau arak berem juga diberikan sebagai sesaji.[2] Sesajian tersebut diberikan dengan harapan rumah tangga dan anggota keluarga mendapatkan keselamatan.[2] Selain itu, sesajian tersebut juga merupakan ungkapan rasa terima kasih atas segala yang telah diberikan Sang Hyang Widhi.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g "Upacara Kajeng Kliwon yang Kramat". bali.panduanwisata.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-21. Diakses tanggal 12 Juni 2014.22.00. 
  2. ^ a b c d "Kajeng Kliwon". wisatadewata.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-26. Diakses tanggal 12 Juni 2014.