Lompat ke isi

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing
印度尼西亚共和国大使馆北京
Koordinat39°56′27″N 116°27′35″E / 39.940799°N 116.459774°E / 39.940799; 116.459774
LokasiTiongkok Beijing, Tiongkok
Alamat4, Dongzhimenwai Dajie
Chaoyang District
Beijing, 100600, Tiongkok
Duta BesarDjauhari Oratmangun
Yurisdiksi Tiongkok
 Mongolia
Situs webkemlu.go.id/beijing/id

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing (KBRI Beijing) (Hanzi: 印度尼西亚共和国大使馆北京) adalah misi diplomatik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok dan merangkap sebagai perwakilan Indonesia untuk Mongolia.[1] Kantor diplomatik Indonesia lainnya di Tiongkok meliputi tiga konsulat jenderal di Guangzhou,[2] Hong Kong,[3] dan Shanghai.[4] Duta besar Indonesia pertama untuk Tiongkok adalah Arnold Mononutu (1953–1955).[5] Sementara duta besar saat ini adalah Djauhari Oratmangun yang dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 20 Februari 2018.[6]

Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Tiongkok dimulai pada tanggal 13 April 1950.[7][8] Pemerintah Indonesia mengirim Isak Mahdi dari KBRI Bangkok ke Beijing untuk merintis pembukaan perwakilan.[9] Mahdi kemudian menjadi kepala perwakilan Indonesia sebagai Kuasa Usaha sampai kedatangan Arnold Mononutu sebagai duta besar Indonesia pertama untuk Tiongkok pada tahun 1953.[10]

Namun setelah peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965 dan kepemimpinan negara berganti dari Soekarno ke Soeharto pada tahun 1967, hubungan antara Indonesia dengan Tiongkok terus memburuk. Pemerintah Indonesia mengganggap Tiongkok terlibat dalam Gerakan 30 September yang menewaskan tujuh perwira tinggi militer Indonesia. Pada tanggal 30 Oktober 1967, pemerintah Indonesia membekukan hubungan diplomatik dengan Tiongkok.[11] Djawoto yang pada saat itu adalah duta besar Indonesia untuk Tiongkok dinilai oleh pemerintah Indonesia telah berhaluan kiri dan memihak kepada Partai Komunis Indonesia. Kewarga-negaraannya bahkan dicopot sehingga semasa hidupnya, Djawoto tidak pernah lagi kembali ke Indonesia.[12][13]

Setelah lebih dari 20 tahun pembekuan hubungan diplomatik, pada tanggal 23 Februari 1989, Indonesia dan Tiongkok mengumumkan bahwa kedua negara akan memulai kembali hubungan diplomatik. Pernyataan ini disampaikan setelah pertemuan antara Presiden Soeharto dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Qian Qichen di Tokyo, Jepang di sela kunjungan Soeharto untuk menghadiri pemakaman Kaisar Jepang Hirohito.[14][15] Sebelumnya hubungan dagang secara langsung telah disetujui oleh kedua negara pada bulan Juli 1985.[15] Pada tanggal 3 Juli 1990, sebuah kominuke bersama ditandatangani oleh kedua negara di Beijing. Dalam kominuke tersebut dinyatakan bahwa hubungan diplomatik secara resmi akan dimulai kembali pada tanggal 8 Agustus 1990.[16] Duta besar Indonesia pertama untuk Tiongkok setelah pemulihan hubungan antara kedua negara adalah Abdurrachman Gunadirdja (1990–1994).[17]

Pada tahun 1950-an, KBRI Beijing berlokasi di Lishi Hutong di Distrik Dongcheng. Setelah pemulihan hubungan diplomatik pada tahun 1990, kantor KBRI Beijing berlokasi di Bangunan B Gedung Perkantoran Diplomatik Sanlitun (atau Building B Sanlitun Diplomatic Building Office) di Distrik Chaoyang. Pada bulan Juli 2004, kantor KBRI Beijing pindah ke lokasi saat ini di Jalan Dongzhimenwai Dajie.[10]

Daftar duta besar

[sunting | sunting sumber]
No. Foto Nama Mulai menjabat Selesai menjabat Merangkap Diangkat oleh Ref.
1 Arnold Mononutu 1953 1955   Soekarno [18]
2 Sukarjo Wiryopranoto 1956 1960 [19]
3 Soekarni Kartodiwirjo 1961 1964
4 Djawoto 1964 1966[cat. 1] [21]
5 Abdurrachman Gunadirdja 1990[cat. 2] 1994   Soeharto [22]
6 Juwana 1994 1997 [22]
7 Kuntara 1997 2001 [22]
8 Aa Kustia 2001 31 Juli 2005 [22][23]
9 Sudrajat 2005 2009 Mongolia   Susilo Bambang Yudhoyono
10 Imron Cotan 2010 2013 Mongolia [24]
11 Sugeng Rahardjo 24 Desember 2013
(Kredensial: 20 Maret 2014)
1 Desember 2017 Mongolia [25][26][27]
12 Djauhari Oratmangun 20 Februari 2018
(Kredensial: 24 April 2018)
Petahana Mongolia   Joko Widodo [28][29]
  1. ^ Hubungan diplomatik dengan Tiongkok dibekukan pada tanggal 30 Oktober 1967.[20]
  2. ^ Hubungan diplomatik dengan Tiongkok dipulihkan pada tanggal 8 Agustus 1990.[20]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, Tiongkok". Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, Tiongkok. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  2. ^ "Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Guangzhou, Tiongkok". Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Guangzhou, Tiongkok. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  3. ^ "Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Hong Kong, Wilayah Khusus Administratif Tiongkok". Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Hong Kong, Wilayah Khusus Administratif Tiongkok. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  4. ^ "Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Shanghai, Tiongkok". Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Shanghai, Tiongkok. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  5. ^ Nalenan, Ruben (1981). Arnold Mononutu: Potret Seorang Patriot. Jakarta: Gunung Agung. hlm. 264. 
  6. ^ Ihsanuddin (2018-02-20). "Presiden Lantik 17 Duta Besar, dari Muliaman Hadad hingga Todung Mulya Lubis". Kompas. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  7. ^ "Hubungan Indonesia-Tiongkok: dari Soekarno hingga Jokowi". ANTARA. 2015-04-13. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  8. ^ Dewi Fortuna Anwar (2019-03-28). "Indonesia-China Relations: To Be Handled With Care" [Hubungan Indonesia-Tiongkok: Tangani dengan Baik-Baik] (PDF). Perspective (dalam bahasa Inggris). 19 (2019): 2. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  9. ^ "Indonesia". Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bangkok, Thailand. 2013-03-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-17. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  10. ^ a b "Embassy History" [Sejarah KBRI] (dalam bahasa Inggris). Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, Tiongkok. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-29. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  11. ^ Lucky Setyo Hendrawan (2019-03-02). "Kilas Balik Hubungan Indonesia dan China". Times Indonesia. Diakses tanggal 2019-11-20. [pranala nonaktif permanen]
  12. ^ "Djawoto bukan warga-negara lagi, kata Adam Malik". Berita Harian. 1966-04-20. hlm. 3. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  13. ^ "Kisah mantan pekerja Djawoto di Beijing usai prahara '65". ANTARA. 2017-09-30. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  14. ^ "China and Indonesia Agree to Renew Ties Suspended in 1967" [Tiongkok dan Indonesia Setuju Untuk Memulai Lagi Hubungan yang Dibekukan pada tahun 1967]. New York Times (dalam bahasa Inggris). 1989-02-24. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  15. ^ a b Leo Suryadinata (Juli 1990). "Indonesia-China Relations: A Recent Breakthrough" [Hubungan Indonesia-Tiongkok: Terobosan Terbaru]. Asian Survey (dalam bahasa Inggris). 30 (7): 682–696. Diakses tanggal 2019-11-20. 
  16. ^ Southerl, Daniel (1990-07-04). "China, Indonesia Resume Diplomatic Relations" [Tiongkok, Indonesia Memulai Kembali Hubungan Diplomatik]. Washington Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-11-20. 
  17. ^ Gitosardjono, Sukamdani (2006). Dinamika hubungan Indonesia-Tiongkok di Era Kebangkitan Asia. Jakarta: Lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial, dan Budaya Indonesia-China. hlm. 69. 
  18. ^ Nalenan, Ruben (1981). Arnold Mononutu: Potret Seorang Patriot. Jakarta: Gunung Agung. hlm. 264. 
  19. ^ Hidayat, Syarif (2002). Menggali Potensi Eks-Karesidenan Banyumas. Banyumas: Yayasan Seruling Mas. 
  20. ^ a b Lucky Setyo Hendrawan (2019-03-02). "Kilas Balik Hubungan Indonesia dan China". Times Indonesia. Diakses tanggal 2019-07-29. [pranala nonaktif permanen]
  21. ^ "Jakarta Reported Firing Pro-Communist Envoys". The Globe and Mail. 1966-04-18. hlm. 10. 
  22. ^ a b c d Gitosardjono, Sukamdani (2006). Dinamika hubungan Indonesia-Tiongkok di Era Kebangkitan Asia. Jakarta: Lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial, dan Budaya Indonesia-China. hlm. 69. 
  23. ^ "Presiden Kirim 20 Nama Calon Dubes RI ke DPR". Merdeka. 2005-06-24. Diakses tanggal 2019-09-01. [pranala nonaktif permanen]
  24. ^ "Inilah 20 Duta Besar RI yang Baru". Kompas. 2010-01-20. Diakses tanggal 2019-07-29. 
  25. ^ "SBY Lantik 14 Dubes Baru". Detik News. 2013-12-24. Diakses tanggal 2019-07-29. 
  26. ^ "Chinese president receives credentials of 14 new ambassadors". Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di New York. 2014-03-21. Diakses tanggal 2019-08-16. 
  27. ^ M. Irfan Ilmie (2017-12-02). "Soegeng Rahardjo akhiri tugas sebagai Dubes RI di China". ANTARA News. Diakses tanggal 2019-08-16. 
  28. ^ Ihsanuddin (2018-02-20). "Presiden Lantik 17 Duta Besar, dari Muliaman Hadad hingga Todung Mulya Lubis". Kompas. Diakses tanggal 2019-07-29. 
  29. ^ "Indonesia dan Singapura Bahas Upaya Peningkatan Kerja Sama Ekonomi dan Investasi dengan Tiongkok". Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, Republik Rakyat Tiongkok. 2018-04-24. Diakses tanggal 2019-08-16. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]