Trayu, Sumowono, Semarang
Trayu adalah merupakan sebuah desa di kecamatan Sumowono, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Trayu terdiri dari 4 (empat) dusun yaitu Dusun Trayu, Dusun Gelaran, Dusun Kalitumpang, dan Dusun Wonosari. Secara Keseluruhan Desa Trayu terdiri dari 4 RW dan 8 RT. Desa Trayu merupakan salah satu desa yang rawan longsor karena kondisinya berupa perbukitan dan lembah.Desa Trayu salah satu dari 16 desa yang ada di Kecamatan Sumowonono.
1.1.1 SEJARAH DESA
[sunting | sunting sumber]
Pada jaman penjajahan Belanda menurut cerita para sesepuh, Desa Trayu dulu hanya merupakan suatu tempat pelarian para pengungsi. Wilayah Desa Trayu yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal sehingga para pengungsi mendirikan rumah tempat tinggal. Menurut cerita tempat yang pertama kali didirikan rumah di tempat yang banyak/dekat dengan sumber mata air, tempat tersebut sampai sekarang diberi nama Kalitompak. Wilayah tersebut sangat aman dan dilereng pegunungan. Seiring berjalannya waktu mereka mencari tempat lain dan menemukan sumber mata air lagi di sebelah selatan maka diberinama sungai Kali kidul. Konon cerita bahwa orang yang menemukan tempat dan datang paling awal bernama Mbah Kyai Ibrahim bersama keluarga.
Selang beberapa tahun tempat tersebut menjadi sebuah kampung maka berkembanglah peduduknya dan lahirlah beberapa anak perempuan yang cantik-cantik (ayu) maka oleh para penduduk dimasa itu diberi nama tempat tersebut Trahe Wong Ayu yang kelak menjadi nama Dusun Trayu.
Karena kebutuhan manusia pada dasarnya adalah makan dan sebagian besar warga di masa itu belum mempunyai lahan untuk bercocok tanam maka sebagian warga Trahe Wong Ayu memutuskan untuk mencari tempat yang cocok untuk bercocok tanam. Akhirnya mereka menemukan sebuah hutan yang banyak dengan pohon jarak maka ada salah satu keluarga yang tinggal dihutan tersebut dan berkembang menjadi sebuah kampung yang diberi nama Sejarak. Seiring perkembangannya karena sejarak tempatnya sangat rendah dan dibawah bukit, mengakibatkan kurang mendapat sinar mata hari pagi dan banyak penduduk yang sakit. Akhirnya warga sepakat untuk pindah, dengan istilah bedol deso ke tempat yang sangat asri dan bagus maka didirikan rumah yang selanjutnya diberi nama Wono asri yang akhirnya menjadi Dusun Wonosari.
Disebelah utara kampung Trahe wong ayu dan Wono asri tinggal beberapa keluarga, tempatnya dibawah bukit, bukit tersebut bernama Gumuk Gatel tepatnya di Tuk Dumus. Karena penduduk Tuk Dumus sering terkena wabah penyakit gatal sehingga warganya pun tidak berkembang, maka penghuni Tuk Dumus memutuskan untuk pindah dari tempat tersebut. Di tempat lain yang letaknya tidak jauh dari Tuk Dumus sudah tinggal Raden kusumo pawiro bersama keluarga, tepatnya ditanah persawahan yang bernama Seleri. Ditempat tersebut terdapat sumber mata air dan disebelah selatan perkampungan kecil tersebut terdapat sungai. Kondisi serupa juga terdapat di bawah/sebelah barat sawah Seleri yaitu Kali Asinan sumber mata air terletak diatas sungai besar. Dikarenakan letak mata air dan sungai besar letaknya diatas dan bawah seperti tumpang tindih maka warga menyebut kampung Kalitumpang, sekarang menjadi Dusun Kalitumpang.
Seiring perkembanganya, penduduk masih ingin menambah wilayah untuk bercocok tanam maka seseorang yang bernama Mbah Kyai Singo Drono yang merupakan kerabat dari Raden Kusumo Pawiro memutuskan untuk membawa keluarganya pergi mencari tempat yang dipandang aman pada jaman itu dan mendirikan rumah untuk pelebaran (nggelar) wilayah yang akhirnya diberi nama Gelaran sekarang menjadi Dusun Gelaran dan tempat tersebut benar – benar dihuni para pendatang dari beberapa kampung.
Dan pada akhirnya dari awal pengungsi yang ada di desa Trayu tersebut maka terjadi dua wilayah yaitu Trayu yang di temukan oleh Kyai Ibrahim dengan satu kepala kampung yaitu Mbah Giyanti saudara atau kerabat dari Kyai Ibrahim, dan Kalitumpang satu kepala kampung ,Mbah Kyai Singodrono kerabat dari Raden Kusumo Pawiro yang telah lebih dulu bersemayam dimakam Jrakah yang pada akhirnya jadi tempat pemakaman warga dari dua dusun yaitu dusun Kalitumpang dan dusun Gelaran.
Dari cerita diatas ada dua Desa yaitu Trayu dan Kalitumpang, karena penemu atau yang cikal bakal wilayah tersebut bukan saudara maka mendirikan seperti pemerintahan secara adat sendiri - sendiri, namun pada jaman menjelang kemerdekaan Indonesia ada kesepakatan dari dua pemimpin yaitu Trayu yang membawahi Wonosari dan Kalitumpang yang membawahi Gelaran tersebut untuk bergabung menjadi satu pemerintahan. Maka dari empat kampung Trayu, Wonosari dan Kalitumpang, serta Gelaran sepakat bergabung menjadi satu wilayah desa dengan Trayu sebagai pusat pemerintahan, yang dipimpin oleh seorang kepala desa sampai sekarang.
Makam kedua orang pendiri kampung tersebut sampai sekarang tetap dikeramatkan oleh warga setempat dan di uri –uri serta di peringati setiap tahun dengan sebutan Kadeso (Merti Dusun / Desa)
1.1.2 Sejarah Pemerintahan Desa Trayu
[sunting | sunting sumber]
Desa Trayu merupakan desa yang pada jaman penjajahan Belanda dipimpin oleh seorang Kepala desa atau Lurah yang bersal dari Dusun Jlegong Desa Ngadikerso yang beristri orang Pingit yang mengemban tugas pemerintah menjadi guru di Desa Pledokan pada jaman pemerintahan Belanda.
* Kepala desa pertama
Kepala desa pertama dijabat oleh Bapak Budi Sutrisno pada tahun 1942 – 1950 dengan seorang Sekdes/ Carik Bapak Sukarto Wakiran,
- Lurah ke dua atau Kepala Desa
Lurah ke dua atau Kepala Desa dijabat oleh Bapak Kromorejo pada Tahun 1950 – 1970 dengan seorang Carik Bapak Darmo Wasito,
- Lurah atau Kepala Desa ke tiga
Lurah atau Kepala Desa ke tiga dijabat oleh Ibu Luwarti tahun 1970 – 1987 dengan seorang Carik Bapak Antonius Djarwoko,
- Lurah atau Kepala Desa ke empat
Lurah atau Kepala Desa ke empat dijabat oleh Bapak Antonius Djarwoko selama 2 pereode tahun 1988 – 1996 dan tahun 1998 – 2006 dengan seorang Sekretaris Desa Bapak Ngatmin,
pada pertengahan tahun 2007 telah diadakan Pemilihan Kepala Desa dengan Calon Tunggal yaitu Bapak Siyamno tetapi gagal hanya sampai tahap pendaftaran yang bersangkutan mengundurkan diri,
- Lurah atau Kepala Desa ke lima
Lurah atau Kepala Desa ke lima dijabat oleh Bp Suyitno tahun 2007 – 2013. Setelah Masa Jabatan Kepala Desa Bp Suyitno berakhir pada Th 2013, Bpk Suyitno Mengajukan diri kembali sebagai calon Kepala Desa tunggal dan terpilih menjadi Kepala Desa Untuk Periode ke dua, yaitu tahun 2013 - 2019 sebagai Sekretaris Desanya Bp Ngatmin. Pada tahun 2017 sekretaris Desa digantikan oleh Ibu Asih Setyarini. Pada Tahun 2019 Bulan Juni, Masa Bakti Bapak Suyitno Sebagai Kepala Desa periode 2013 – 2019 telah habis, kemudian pada bulan Oktober 2019 diselenggarakan Pemilihan Kepala Desa, yang diikuti oleh 2 orang Kontestan yaitu Bapak Ngatmin dari Dusun Gelaran, dan Bapak Surahman dari Dusun Trayu,
yang kemudian dimenangkan oleh Bapak Surahman Sebagai kepala desa ke enam dan disahkan sebagai Kepala Desa terpilih dan dilantik pada Bulan Januari tahun 2020 sebagai Kepala Desa Periode 2020 – 2026.
1.1.3 KONDISI GEOGRAFIS
[sunting | sunting sumber]
Desa Trayu Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang secara geografis terletak di 110º 29΄ 42,33″ BT dan terletak di 7º 22΄ 20,47″ LS. Secara topografi Desa Trayutermasuk dalam kategori Daerah dataran tinggi dengan ketinggian ±1500 meter dari permukaan laut (mdpl).
Kondisi Geografis Secara geografis Desa Trayu terletak di ketinggian kurang lebih 700 meter di atas permukaan laut,dengan suhu udara rata-rata 17- 28 derajat celcius dan berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Desa Mendongan, Desa Piyanggang
- Sebelah selatan : Desa Candigaron
- Sebelah Barat : Desa Pledokan, Desa Kemitir
- Sebelah Timur : Desa Sumowono, Desa Lanjan
Luas wilayah dan penggunaan lahan Desa Trayu mencapai ± 329,300 ha terdiri dari :
- Tanah Sawah :
- Sawah Irigasi : 30 ha
- Sawah Irigasi ½ teknis : 28,620 ha
- Sawah Tadah Hujan : 3 ha
- Jumlah Luas Sawah : 61,620 ha
- Tanah kering ;
- Tegal / ladang : 254.660 ha
- Pemukiman : 9,080 ha
- Tanah basah ;
- Tanah rawa : - ha
- Tanah surut : - ha
- Tanah Perkebunan ;
- Tanah Perkebunan Rakyat : - ha
- Tanah Perkebunan Negara : - ha
- Tanah Perkebunan Swasta : - ha
- Tanah fasilitas umum ;
- Kas Desa : - ha
- Perkantoran Pemerintah : 0,035 ha
- Lapangan : 0,610 ha
- Tanah bengkok : -
- Kepala Desa : 4.5 ha
- Sekertaris Desa : 2.5 ha
- Kaur : 1.5 ha
- Pembantu Kaur : 1.5 ha
- Kadus : 6 ha