tugas bu ela 24 sep

Fazer download em docx, pdf ou txt
Fazer download em docx, pdf ou txt
Você está na página 1de 11

NAMA : Muhamad Ramadani

KELAS : 3A Semester 3

TUGAS : mandiri

NIM :230210354

TUGAS GANGGUAN SISTEM RESPIRASI PADA PASIEN TBC

1. Buat Resume anatomi dan fisiologi secara umum dari sistem pernafasan

2. Pemeriksaan fisik Paru (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

3. Jelaskan definisi, etiologi serta tanda dan gejala dari TBC berdasarkan referensi buku

4. Buat pathway dari penyakit TBC sampai menemukan masalah keperawatan

5. Buat data mayor dan minor secara subjektif dan objektif dari masalah keperawatan yang
ditemukan di nomor 3 merujuk pada referensi yang dibaca dan buku SDKI/buku Referensi lain

6. Buat Intervensi keperawatan (dengan urutan observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi) dari
masalah keperawatan yang ditemukan merujuk pada buku referensi yang dibaca serta buku
SIKI/buku referensi lain

7. Kumpulkan 1 hari sebelum proses perkuliahan dimulai (29) September 2024)

Jawaban:
(1.) Resume Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan

Anatomi Sistem Pernapasan


Sistem pernapasan manusia terdiri dari beberapa organ yang bekerja bersama untuk mengambil
oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Organ-organ tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian
utama, yaitu saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah.

Saluran Pernapasan Atas:

1 Hidung: Merupakan tempat pertama udara masuk. Di sini udara disaring oleh rambut-rambut
halus, dipanaskan, dan dilembapkan sebelum masuk lebih jauh.
2 Faring (Tenggorokan): Berfungsi sebagai saluran bagi udara yang bergerak dari hidung ke
laring.
3 Laring (Kotak Suara): Menghubungkan faring dengan trakea dan mengandung pita suara.
Laring juga memiliki epiglotis, yang berfungsi untuk mencegah makanan masuk ke saluran
pernapasan saat menelan.

Saluran Pernapasan Bawah:


1 Trakea (Batang Tenggorokan): Saluran utama udara yang membawa udara dari laring ke
bronkus.
2 Bronkus: Cabang dari trakea yang membawa udara masuk ke paru-paru. Bronkus bercabang
menjadi bronkiolus yang lebih kecil di dalam paru-paru.
3 Paru-paru: Organ utama dalam sistem pernapasan, terdiri dari lobus-lobus. Paru-paru kanan
terdiri dari tiga lobus, sedangkan paru-paru kiri terdiri dari dua lobus.
4 Alveolus: Kantung-kantung udara kecil di dalam paru-paru yang merupakan tempat
terjadinya pertukaran gas antara udara dan darah melalui kapiler.

Fisiologi Sistem Pernapasan


Fungsi utama sistem pernapasan adalah mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida
melalui proses pernapasan yang melibatkan mekanisme ventilasi dan pertukaran gas.

Ventilasi Paru-paru (Pernapasan):


1 Inspirasi (Menghirup): Saat diafragma dan otot-otot antar tulang rusuk berkontraksi, rongga
dada membesar dan udara masuk ke paru-paru.
2 Ekspirasi (Menghembuskan): Saat otot-otot tersebut relaksasi, rongga dada menyempit, dan
udara dikeluarkan dari paru-paru.

Pertukaran Gas:
3 Difusi Oksigen: Di alveolus, oksigen dari udara berdifusi masuk ke kapiler darah dan
mengikat hemoglobin dalam sel darah merah untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
4 Difusi Karbon Dioksida: Karbon dioksida yang dibawa oleh darah dari jaringan tubuh
berdifusi dari kapiler ke alveolus untuk dikeluarkan saat ekspirasi.

Pengaturan Pernapasan:
5 Pusat Pernapasan di Otak: Pusat pernapasan terletak di medula oblongata dan pons, yang
mengatur frekuensi dan kedalaman napas berdasarkan tingkat karbon dioksida dan oksigen
dalam darah.
6 Kemoreseptor: Reseptor yang terletak di aorta dan arteri karotis mendeteksi perubahan
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, dan mengirimkan sinyal ke otak untuk
menyesuaikan pola pernapasan.

(2.)
1 Inspeksi:
Mengamati bentuk, pergerakan, dan simetri dinding dada.
Memperhatikan pola napas, frekuensi napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Perhatikan adanya retraksi otot interkostal, sianosis, atau kelainan bentuk dada (seperti pectus
excavatum atau barrel chest).

2 Palpasi:
Memeriksa simetri pergerakan dinding dada saat pasien bernapas.
Memeriksa adanya nyeri tekan atau massa di dinding dada.
Menilai fremitus (getaran yang dirasakan ketika pasien berbicara). Penurunan fremitus bisa
menandakan adanya efusi pleura, sedangkan peningkatan fremitus bisa menunjukkan konsolidasi
paru seperti pada pneumonia.

3 Perkusi:
Dilakukan untuk mengevaluasi resonansi paru.
Perkusi yang menghasilkan bunyi resonan menunjukkan paru normal berisi udara, sementara
bunyi redup menandakan adanya cairan (efusi pleura) atau massa, dan bunyi hiperresonan bisa
menandakan kondisi seperti pneumotoraks.

4 Auskultasi:
Mendengarkan suara napas menggunakan stetoskop. Suara napas vesikuler normal terdengar
lembut dan halus.
Menilai adanya suara tambahan seperti ronki (bisa menandakan cairan di saluran napas),
wheezing (menandakan obstruksi bronkus), atau suara napas bronkial yang abnormal (biasanya
menunjukkan konsolidasi).

(3.)

Definisi TBC (Tuberkulosis)


Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru (TBC paru), tetapi bisa juga
mengenai organ lain seperti ginjal, tulang, otak, dan usus (TBC ekstraparu). Penyakit ini
menyebar melalui udara saat seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara.

Etiologi (Penyebab TBC)


Penyebab utama TBC adalah infeksi oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
menyebar melalui droplet (partikel kecil) yang dilepaskan ke udara ketika penderita TBC aktif
batuk atau bersin. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya TBC meliputi:

1 Sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pada penderita HIV/AIDS


2 Kondisi kesehatan yang buruk, seperti malnutrisi atau penyakit kronis lainnya
3 Tinggal di lingkungan yang padat dan lembap
4 Kontak erat dengan penderita TBC aktif
5 Faktor genetik atau kerentanan bawaan pada beberapa individu

Tanda dan Gejala TBC


TBC dapat menunjukkan gejala berbeda tergantung pada organ yang terkena, tetapi TBC paru,
yang paling umum, biasanya memiliki gejala sebagai berikut:

1 Batuk yang berlangsung lebih dari 2-3 minggu


2 Batuk berdarah atau sputum bercampur darah
3 Nyeri dada
4 Demam, terutama pada malam hari
5 Berkeringat malam hari tanpa sebab yang jelas
6 Penurunan berat badan secara signifikan
7 Kelelahan dan rasa lemah yang berkepanjangan
8 Kehilangan nafsu makan

Jika TBC menyerang organ lain (TBC ekstraparu), gejalanya bisa bervariasi tergantung pada
organ yang terkena. Misalnya, pada TBC tulang, gejalanya bisa berupa nyeri tulang dan
kelemahan otot, sementara TBC otak bisa menyebabkan sakit kepala berat dan gangguan
neurologis.

Referensi untuk topik ini bisa didapat dari buku-buku medis seperti:

1 Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2017). Robbins Basic Pathology (10th ed.).
Elsevier.
2 Murray, J. F. (2005). Tuberculosis and Respiratory Diseases.

(4.)

Berikut adalah pathway penyakit TBC (Tuberkulosis) sampai menemukan masalah keperawatan:

1. Penularan TBC
Agent: Mycobacterium tuberculosis.
Cara Penularan: Melalui droplet saat penderita TBC aktif batuk, bersin, atau berbicara.

2. Infeksi Primer
Masuknya bakteri ke paru-paru melalui saluran pernapasan.
Bakteri akan terperangkap di alveoli dan memulai proses infeksi.
Respons imun tubuh: Tubuh akan berusaha melawan bakteri dengan membentuk granuloma untuk
mengisolasi bakteri.

3. Tahap Latensi atau TBC Aktif


TBC laten: Bakteri tetap berada di dalam tubuh namun tidak berkembang biak. Pasien tidak
menunjukkan gejala dan tidak menular.
TBC aktif: Jika sistem imun melemah, bakteri dapat berkembang biak, menyebabkan penyakit
TBC aktif dengan gejala dan dapat menular.

4. Gejala TBC Aktif


Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu.
Batuk berdarah.
Nyeri dada.
Penurunan berat badan tanpa sebab.
Kelelahan.
Demam dan keringat malam.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Tes dahak: Untuk mendeteksi adanya Mycobacterium tuberculosis.
Rontgen dada: Untuk melihat adanya kelainan pada paru-paru.
Tes Mantoux (Tuberculin Skin Test) atau Tes IGRA: Untuk mendeteksi adanya respons imun
terhadap TBC.
Tes darah: Untuk mendukung diagnosa dan menilai kondisi kesehatan umum.
6. Hasil Diagnosis
Hasil pemeriksaan yang mengonfirmasi adanya infeksi TBC aktif.

7. Identifikasi Masalah Keperawatan


Setelah hasil diagnosis keluar, perawat dapat melakukan asesmen keperawatan untuk
mengidentifikasi masalah keperawatan berdasarkan data dari riwayat kesehatan, gejala yang
muncul, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil diagnostik. Beberapa masalah keperawatan yang
mungkin muncul adalah:

Masalah Fisik:
Bersihan jalan napas tidak efektif: Terkait produksi sputum berlebihan dan batuk terus-menerus.
Intoleransi aktivitas: Terkait kelelahan yang berlebihan akibat penyakit.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh: Terkait penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan.
Nyeri dada: Terkait inflamasi paru-paru.
Masalah Psikososial:
Cemas: Terkait kondisi penyakit yang serius dan lama pengobatan.
Kurangnya pengetahuan: Terkait proses penyakit dan pengobatan.
Masalah Sosial:
Isolasi sosial: Terkait perlunya isolasi karena sifat penyakit yang menular.

8. Perencanaan Tindakan Keperawatan


Berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan, tindakan keperawatan yang direncanakan
mencakup:

Manajemen bersihan jalan napas: Posisi, pemberian cairan, pengajaran teknik batuk efektif.
Manajemen nutrisi: Dukungan gizi dan pemantauan berat badan.
Pendidikan kesehatan: Tentang pengobatan TBC, pentingnya kepatuhan minum obat, dan
pencegahan penularan.

9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara berkala untuk melihat perkembangan pasien dan efektivitas tindakan
keperawatan yang telah diberikan.

(5.)
, data mayor dan minor dalam keperawatan dipisahkan berdasarkan pengamatan klinis yang
bersifat objektif dan subjektif. Berikut adalah cara untuk mengidentifikasi dan menuliskan data
mayor dan minor secara subjektif dan objektif.

1. Data Subjektif
Data Mayor:
1 Pasien mengatakan merasa sesak napas.
2 Pasien mengeluh nyeri pada skala 6 dari 10.
3 Pasien merasa cemas berlebihan.

Data Minor:
1 Pasien mengatakan merasa pusing saat duduk.
2 Pasien melaporkan merasa kelelahan setelah aktivitas ringan.
3 Pasien mengeluh kehilangan nafsu makan.
2. Data Objektif
Data Mayor:
1 Saturasi oksigen menurun hingga 90%.
2 Tekanan darah 160/100 mmHg.
3 Adanya luka pada kulit dengan diameter 5 cm.

Data Minor:
1 Kemerahan di sekitar luka.
2 Frekuensi pernapasan 24 kali per menit (takipnea ringan).
3 Pasien tampak lemah dan lelah.

Langkah Penulisan:
Tentukan Masalah Keperawatan: Berdasarkan nomor 3, jika misalnya masalah keperawatannya
adalah Ketidakefektifan Pola Pernapasan maka Anda dapat mengkategorikan data mayor dan
minor sebagai berikut:

Data Subjektif:
Mayor: "Pasien mengatakan sulit bernapas dan sering merasa sesak."
Minor: "Pasien mengeluhkan pusing saat bangun dari duduk."

Data Objektif:
Mayor: "Saturasi oksigen 89%, frekuensi napas 30 kali per menit."
Minor: "Warna kulit tampak pucat."

Referensi:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
NANDA International
Buku Keperawatan Klinis

(6.)
DS: Mengeluh sesak

DO:
PCO2 meningkat/menurun
PO2 menurun
pH arteri meningkat/menurun
Takikardia
Adanya bunyi napas tambahan (mis. wheezing, rales)
Bila data diatas tidak muncul, atau yang muncul hanya satu atau dua saja (kurang dari 80%), maka
Perawat harus mempertimbangkan adanya masalah lain, misalnya “pola napas tidak efektif” atau
“bersihan jalan napas tidak efektif,” yang sama-sama masalah keperawatan pada sub
kategori respirasi dalam SDKI.

Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
status kesehatan.
Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan
….” pada struktur diagnosis keperawatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah gangguan pertukaran gas adalah:
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Perubahan membran alveolus-kapiler.

Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya
menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dibuktikan
dengan napas sesak, PCO2 menurun, PO2 menurun, pH arteri meningkat, takikardia,
wheezing.
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d napas sesak, PCO2 menurun,
PO2 menurun, pH arteri meningkat, takikardia, wheezing.

Perhatikan:
Masalah = Gangguan pertukaran gas
Penyebab = ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Tanda/gejala = napas sesak, dst.
b.d = berhubungan dengan
d.d = dibuktikan dengan

Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis gangguan
pertukaran gas adalah: “pertukaran gas meningkat.”
Pertukaran gas meningkat diberi kode L.01003 dalam SLKI.
Pertukaran gas meningkat berarti oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada
membrane alveolus-kapiler dalam batas normal.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa pertukaran gas meningkat adalah:


Dispnea menurun
Bunyi napas tambahan menurun
Takikardia menurun
PCO2 membaik
PO2 membaik
pH arteri membaik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3
komponen, yaitu:
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka pertukaran gas meningkat, dengan
kriteria hasil:
Sesak napas menurun
Wheezing menurun
Takikardia menurun
PCO2 membaik
PO2 membaik
pH arteri membaik.
Perhatikan:
Label = “Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka pertukaran gas“
Ekspektasi = “Meningkat”
Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Lebih jelas baca artikel

Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan
bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa
intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis gangguan
pertukaran gas adalah:
Pemantauan respirasi
Terapi oksigen.

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Intervensi pemantauan respirasi dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.01014).

Pemantauan respirasi adalah intervensi yang dilakukan oleh


perawat untuk mengumpulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan napas dan keefektifan
pertukaran gas.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi pemantauan respirasi


berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas


2. Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai analisa gas darah
10. Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik

1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien


2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

Terapi Oksigen (I.01026)


Intervensi terapi oksigen dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode
(I.01026).
Terapi oksigen adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk memberikan tambahan
oksigen dalam rangka mencegah dan mengatasi kekurangan oksigen jaringan.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi terapi oksigen berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, Analisa gas darah), jika perlu
Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Monitor monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas
Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori respirasi adalah:
Bersihan jalan napas tidak efektif
Gangguan penyapihan ventilator
Gangguan ventilasi spontan
Pola napas tidak efektif
Risiko aspirasi

Referensi
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1
Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi
1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

TAMBAHAN:
SLKI-
LUARAN UTAMA: pertukaran gas
LUARAN TAMBAHAN:

1 keseimbangan asam basa


2 konservasi energi
3 perfusi paru
4 respon ventilasi mekanik
5 tingkat delirium
EKSPETASI-MENINGKAT
TINGKAT KESADARAN

1 Dispenea-2
2 Bunyi nafas tambahan-3
3 Takikardia-2
4 Pusing-3
5 Gelisah -3
6 Pc02-3
7 Po2-3
8 pH arteri-3
9 sianisis-4
10 pola nafas-3
11 warna kulit-4

Você também pode gostar