tugas bu ela 24 sep
tugas bu ela 24 sep
tugas bu ela 24 sep
KELAS : 3A Semester 3
TUGAS : mandiri
NIM :230210354
1. Buat Resume anatomi dan fisiologi secara umum dari sistem pernafasan
3. Jelaskan definisi, etiologi serta tanda dan gejala dari TBC berdasarkan referensi buku
5. Buat data mayor dan minor secara subjektif dan objektif dari masalah keperawatan yang
ditemukan di nomor 3 merujuk pada referensi yang dibaca dan buku SDKI/buku Referensi lain
6. Buat Intervensi keperawatan (dengan urutan observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi) dari
masalah keperawatan yang ditemukan merujuk pada buku referensi yang dibaca serta buku
SIKI/buku referensi lain
Jawaban:
(1.) Resume Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan
1 Hidung: Merupakan tempat pertama udara masuk. Di sini udara disaring oleh rambut-rambut
halus, dipanaskan, dan dilembapkan sebelum masuk lebih jauh.
2 Faring (Tenggorokan): Berfungsi sebagai saluran bagi udara yang bergerak dari hidung ke
laring.
3 Laring (Kotak Suara): Menghubungkan faring dengan trakea dan mengandung pita suara.
Laring juga memiliki epiglotis, yang berfungsi untuk mencegah makanan masuk ke saluran
pernapasan saat menelan.
Pertukaran Gas:
3 Difusi Oksigen: Di alveolus, oksigen dari udara berdifusi masuk ke kapiler darah dan
mengikat hemoglobin dalam sel darah merah untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
4 Difusi Karbon Dioksida: Karbon dioksida yang dibawa oleh darah dari jaringan tubuh
berdifusi dari kapiler ke alveolus untuk dikeluarkan saat ekspirasi.
Pengaturan Pernapasan:
5 Pusat Pernapasan di Otak: Pusat pernapasan terletak di medula oblongata dan pons, yang
mengatur frekuensi dan kedalaman napas berdasarkan tingkat karbon dioksida dan oksigen
dalam darah.
6 Kemoreseptor: Reseptor yang terletak di aorta dan arteri karotis mendeteksi perubahan
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, dan mengirimkan sinyal ke otak untuk
menyesuaikan pola pernapasan.
(2.)
1 Inspeksi:
Mengamati bentuk, pergerakan, dan simetri dinding dada.
Memperhatikan pola napas, frekuensi napas, dan penggunaan otot bantu pernapasan.
Perhatikan adanya retraksi otot interkostal, sianosis, atau kelainan bentuk dada (seperti pectus
excavatum atau barrel chest).
2 Palpasi:
Memeriksa simetri pergerakan dinding dada saat pasien bernapas.
Memeriksa adanya nyeri tekan atau massa di dinding dada.
Menilai fremitus (getaran yang dirasakan ketika pasien berbicara). Penurunan fremitus bisa
menandakan adanya efusi pleura, sedangkan peningkatan fremitus bisa menunjukkan konsolidasi
paru seperti pada pneumonia.
3 Perkusi:
Dilakukan untuk mengevaluasi resonansi paru.
Perkusi yang menghasilkan bunyi resonan menunjukkan paru normal berisi udara, sementara
bunyi redup menandakan adanya cairan (efusi pleura) atau massa, dan bunyi hiperresonan bisa
menandakan kondisi seperti pneumotoraks.
4 Auskultasi:
Mendengarkan suara napas menggunakan stetoskop. Suara napas vesikuler normal terdengar
lembut dan halus.
Menilai adanya suara tambahan seperti ronki (bisa menandakan cairan di saluran napas),
wheezing (menandakan obstruksi bronkus), atau suara napas bronkial yang abnormal (biasanya
menunjukkan konsolidasi).
(3.)
Jika TBC menyerang organ lain (TBC ekstraparu), gejalanya bisa bervariasi tergantung pada
organ yang terkena. Misalnya, pada TBC tulang, gejalanya bisa berupa nyeri tulang dan
kelemahan otot, sementara TBC otak bisa menyebabkan sakit kepala berat dan gangguan
neurologis.
Referensi untuk topik ini bisa didapat dari buku-buku medis seperti:
1 Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2017). Robbins Basic Pathology (10th ed.).
Elsevier.
2 Murray, J. F. (2005). Tuberculosis and Respiratory Diseases.
(4.)
Berikut adalah pathway penyakit TBC (Tuberkulosis) sampai menemukan masalah keperawatan:
1. Penularan TBC
Agent: Mycobacterium tuberculosis.
Cara Penularan: Melalui droplet saat penderita TBC aktif batuk, bersin, atau berbicara.
2. Infeksi Primer
Masuknya bakteri ke paru-paru melalui saluran pernapasan.
Bakteri akan terperangkap di alveoli dan memulai proses infeksi.
Respons imun tubuh: Tubuh akan berusaha melawan bakteri dengan membentuk granuloma untuk
mengisolasi bakteri.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Tes dahak: Untuk mendeteksi adanya Mycobacterium tuberculosis.
Rontgen dada: Untuk melihat adanya kelainan pada paru-paru.
Tes Mantoux (Tuberculin Skin Test) atau Tes IGRA: Untuk mendeteksi adanya respons imun
terhadap TBC.
Tes darah: Untuk mendukung diagnosa dan menilai kondisi kesehatan umum.
6. Hasil Diagnosis
Hasil pemeriksaan yang mengonfirmasi adanya infeksi TBC aktif.
Masalah Fisik:
Bersihan jalan napas tidak efektif: Terkait produksi sputum berlebihan dan batuk terus-menerus.
Intoleransi aktivitas: Terkait kelelahan yang berlebihan akibat penyakit.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh: Terkait penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan.
Nyeri dada: Terkait inflamasi paru-paru.
Masalah Psikososial:
Cemas: Terkait kondisi penyakit yang serius dan lama pengobatan.
Kurangnya pengetahuan: Terkait proses penyakit dan pengobatan.
Masalah Sosial:
Isolasi sosial: Terkait perlunya isolasi karena sifat penyakit yang menular.
Manajemen bersihan jalan napas: Posisi, pemberian cairan, pengajaran teknik batuk efektif.
Manajemen nutrisi: Dukungan gizi dan pemantauan berat badan.
Pendidikan kesehatan: Tentang pengobatan TBC, pentingnya kepatuhan minum obat, dan
pencegahan penularan.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara berkala untuk melihat perkembangan pasien dan efektivitas tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
(5.)
, data mayor dan minor dalam keperawatan dipisahkan berdasarkan pengamatan klinis yang
bersifat objektif dan subjektif. Berikut adalah cara untuk mengidentifikasi dan menuliskan data
mayor dan minor secara subjektif dan objektif.
1. Data Subjektif
Data Mayor:
1 Pasien mengatakan merasa sesak napas.
2 Pasien mengeluh nyeri pada skala 6 dari 10.
3 Pasien merasa cemas berlebihan.
Data Minor:
1 Pasien mengatakan merasa pusing saat duduk.
2 Pasien melaporkan merasa kelelahan setelah aktivitas ringan.
3 Pasien mengeluh kehilangan nafsu makan.
2. Data Objektif
Data Mayor:
1 Saturasi oksigen menurun hingga 90%.
2 Tekanan darah 160/100 mmHg.
3 Adanya luka pada kulit dengan diameter 5 cm.
Data Minor:
1 Kemerahan di sekitar luka.
2 Frekuensi pernapasan 24 kali per menit (takipnea ringan).
3 Pasien tampak lemah dan lelah.
Langkah Penulisan:
Tentukan Masalah Keperawatan: Berdasarkan nomor 3, jika misalnya masalah keperawatannya
adalah Ketidakefektifan Pola Pernapasan maka Anda dapat mengkategorikan data mayor dan
minor sebagai berikut:
Data Subjektif:
Mayor: "Pasien mengatakan sulit bernapas dan sering merasa sesak."
Minor: "Pasien mengeluhkan pusing saat bangun dari duduk."
Data Objektif:
Mayor: "Saturasi oksigen 89%, frekuensi napas 30 kali per menit."
Minor: "Warna kulit tampak pucat."
Referensi:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia)
NANDA International
Buku Keperawatan Klinis
(6.)
DS: Mengeluh sesak
DO:
PCO2 meningkat/menurun
PO2 menurun
pH arteri meningkat/menurun
Takikardia
Adanya bunyi napas tambahan (mis. wheezing, rales)
Bila data diatas tidak muncul, atau yang muncul hanya satu atau dua saja (kurang dari 80%), maka
Perawat harus mempertimbangkan adanya masalah lain, misalnya “pola napas tidak efektif” atau
“bersihan jalan napas tidak efektif,” yang sama-sama masalah keperawatan pada sub
kategori respirasi dalam SDKI.
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
status kesehatan.
Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan
….” pada struktur diagnosis keperawatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah gangguan pertukaran gas adalah:
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Perubahan membran alveolus-kapiler.
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya
menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dibuktikan
dengan napas sesak, PCO2 menurun, PO2 menurun, pH arteri meningkat, takikardia,
wheezing.
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d napas sesak, PCO2 menurun,
PO2 menurun, pH arteri meningkat, takikardia, wheezing.
Perhatikan:
Masalah = Gangguan pertukaran gas
Penyebab = ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Tanda/gejala = napas sesak, dst.
b.d = berhubungan dengan
d.d = dibuktikan dengan
Luaran (HYD)
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis gangguan
pertukaran gas adalah: “pertukaran gas meningkat.”
Pertukaran gas meningkat diberi kode L.01003 dalam SLKI.
Pertukaran gas meningkat berarti oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada
membrane alveolus-kapiler dalam batas normal.
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan
bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa
intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis gangguan
pertukaran gas adalah:
Pemantauan respirasi
Terapi oksigen.
Observasi
Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan cukup
Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, Analisa gas darah), jika perlu
Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Monitor monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas
Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
Diagnosis Terkait
Daftar diagnosis lainnya yang masuk dalam kategori fisiologis dan subkategori respirasi adalah:
Bersihan jalan napas tidak efektif
Gangguan penyapihan ventilator
Gangguan ventilasi spontan
Pola napas tidak efektif
Risiko aspirasi
Referensi
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1
Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi
1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
TAMBAHAN:
SLKI-
LUARAN UTAMA: pertukaran gas
LUARAN TAMBAHAN:
1 Dispenea-2
2 Bunyi nafas tambahan-3
3 Takikardia-2
4 Pusing-3
5 Gelisah -3
6 Pc02-3
7 Po2-3
8 pH arteri-3
9 sianisis-4
10 pola nafas-3
11 warna kulit-4