PROPOSAL PENGAJUAN JUDUL TUGAS AKHIR
JUDUL :
Perancangan Interior Hotel Dandelion Bali
Perancangan Interior Concert Hall SICC
Perancangan Interior Planetarium Ismail Marzuki
Disususn Oleh :
Nama : Pandu Satrya Wiranata
Nim : 41710010025
FAKULTAS DESAIN DAN SENI KREATIF
PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, akhirnya penulis bisa menyelesaikan proposal ini dengan baik. Adapun masalah yang dibahas adalah menyangkut Interior dan Arsitektur, dengan judul “PERANCANGAN INTERIOR HOTEL DENDELION BALI”.
Proposal ini penulis susun guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian Strata Satu Teknik Desain Interior Mercu Buana Jakarta dan sebagai syarat utama untuk mengikuti Tugas Akhir.
Namun dalam hal ini penulis menyadari sepenuhnya atas terbatasnya kemampuan, daya pikir dan pengalaman, data dan informasi serta bahan bacaan yang dapat diperoleh, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan jauh dari sempurna penyusunan proposal ini, baik dari tata bahasa maupun materinya. Sungguh demikian besar harapan penulis semoga proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuannya baik dari lingkungan Universitas Mercu Buana Jakarta maupun yang berasal dari luar Universitas Mercu Buana Jakarta sehingga dapat tersusunnya proposal ini.
Jakarta, 12 Februari 2014
Penulis
Alternatif 1 : Perancangan Interior Hotel Dandelion Bali
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hotel resort adalah hotel yang biasanya terletak diluar kota, di pegunungan, ditepi pantai, di tepi danau atau di daerah tempat berlibur / rekreasi yang memberikan fasilitas menginap kepada orang yang sedang berlibur dalam jangka waktu yang relatif lama, fasilitas yang disediakan agak beragam, lebih rileks, informal dan menyenangkan. Oleh karena di Indonesia merupakan daerah beriklim tropis, maka sangatlah menguntungkan bila tersedianya hotel-hotel resort yang dapat menggali potensi alam yang ada keindahan alamnya, sayangnya hal itu belum tercapai secara maksimal. Padahal warga masyarakat di kota-kota besar sering menghabiskan waktu berliburnya didaerah-daerah yang mempunyai potensi keindahan alam untuk dijadikan sarana berlibur/ istirahat.
Masyarakat di kota-kota / masyarakat mampu pada umumnya sering menghabiskan waktu berliburnya di suatu obyek wisata, namun terkadang fasilitas sarana dan prasarana kelengkapan suatu obyek wisata seperti hotel atau restoran kurang mewadahi lingkupnya. Sebagai contoh di daerah bandung terdapat obyek wisata dengan suasana pantai dan bukit – bukit yang berhawa sejuk dan kondisi alam yang indah. Dimana cenderung cocok bila di bangun resort yaitu daerah bali. Dilihat dari wisata alam di alam banyak memberi sarana rekreasi bagi masyarakat kota. Seperti arena berbelanja joger, pantai kuta, GBK, dan masih banyak.
Maka diharapkan jumlah pengunjung semakin meningkat, kalaupun ada fasilitas hotel-hotel di daerah tersebut sekiranya sampai sekarang belum ada fasilitas hotel berbintang yang memenuhi standar untuk lingkup kawasan tersebut. Hal itulah yang mendorong akan direalisasikannya atau ide untuk mewujudkan suatu hotel resort (bintang 4) dengan segala fasilitas-fasilitas yang disesuaikan dengan standar hotel berbintang, juga disesuaikan dengan kondisi alam sehingga dapat memberikan kepuasan pelayanan bagi pengunjung (dari segi arsitektural, bangunan, interior bangunan sampai pada fasilitas hotel) dengan memiliki ciri keunikan tesendiri.
1.2 Batasan masalah
Pada perancangan interior di batasi pada area lobby, restaurant, coffee shop dan beberapa tipe ruangan.
Perancangan interior dengan pemaksimalan view ke out door.
Perancangan interior dengan mengambil gaya Etnik Modern yang sesuai dengan kondisi alam di Bali.
1.3 Rumusan Masalah
Dengan melihat kaidah – kaidah yang ada pada perencanaan sebuah hotel resort adalah :
Bagaimana perancangan interior pada area lobby, restaurant, coffee shop dan area menginap pada hotel resort ?
Bagaimana perancangan desain untuk dapat menampilkan view out door pada interior bangunan ?
Bagaimana merancang suatu desain bergaya Etnik Bali Modern sehingga dapat terasa “atsmofer” alam bali terhadap interior bangunan ?
1.4 Tujuan dan Sasaran
Tujuan
Agar memudahkan pola sirkulasi karena antara restaurant dan coffee shop hampir mempunyai fungsi yang sama oleh karena itu pola ruangnya terletak dekat area loby.
Agar terwujudnya suatu desain yang dapat menjadi daya tarik pengunjung terhadap interior bangunan melalui pengoptimalan view out door keindahan alam bali.
Gaya etnik bali modern di ambil agar mampu memberikan atmosfer/suasana alam lembang terhadap perancangan hotel resort melalui penampilan bangunan ataupun interior bangunan.
Sasaran
Sasaran pengunjung hotel resort bintang empat ini adalah masyarakat konsumen menengah keatas yang sedang berwisata
Masyarakat yang berencana menginap untuk beristirahat di hotel resort ini
Masyarakat yang berencana tidak menginap namun sekedar beristirahat dan bersantai sambil menikmati fasilitas – fasilitas dan pelayanan ( makan,minuman, ataupun hiburan) pada area coffee shop di hotel resort ini
1.5 Manfaat
1. Bagi penulis
Dapat memberi wawasan dan referensi baru tentang perenanmaan dan perancangan sebuah hotel resort serta interior tropis dalam penerapannya serta sebagai studi banding antara fasilitas-fasilitas yang sudah ada dengan konsep perancangan yang didapat di bangku kuliah.
2. Bagi Dunia Akademik
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan proyek yang akan diambil mahasiswa dan sebagai wacana dan referensi tambahan mengenai hotel resort dan interior tropis.
3. Bagi Masyarakat Umum
Sebagai media untuk memperkenalkan sebuah hotel resort yang tidak terbatas pada satu fungsi melainkan dengan fungsi sebagai area beristirahat dan rileksasi ataupun hiburan dalam satu kesatuan bangunan.
1.6 Metodologi
Lokasi
Memberikan gambaran dan penjelasan tentang potensi kawasan alam lembang sebagai point dasar untuk mendapatkan latar belakang keberadaan hotel resort bintang empat dikawasan Bali
Sumber Data
Sumber data yang akan dimanfaatkan meliputi :
Informan / Narasumber
Tempat / Lokasi
Arsip / Dokumen
Internet
Teknik pengumpulan data
a. Studi Literatur
Yang tediri dari studi literature melalui media cetak (buku, majalah, suart kabar, tesis, laporan penelitian, konsep TA), media elektronik (internet, televisi) dan lain-lain.
b. Observasi Langsung
Pencarian data dengan mengamai objek langsung yang berhunbungan dengan objek peracangan sehingga dapat memperoleh data lapangan secara riil / nyata untuk dipergunakan sebagai bahan studi banding.
c. Wawancara
Melakukan wawancara langsung terhadap narasumber atau ornag-orang yang berkompeten dan berkecimpung dibidang yang berhubungan dengan objek perancangan, sehingga didapatkan data-data atau masukan sebagai gambaran terhadap objek perancangan.
d. Dokumentasi
Yaitu hasil dari foto-foto atau gambar yang berkaitan dengan survey lapangan pada berbagai hotel sebagai pendukung data-data lapangan.
e. Analisa Data
Melalui tahap-tahap pendekatan :
Mengumpulkan data yang relevan sebagi awa; pembahasan dengan pengamatan secara langsung di lapangan dan pengumpulan literature.
Mengungkapkan permasalahn perencanaan dan perancangan dari data– data yang ada.
Menentukan tujuan perencanaan dan perancangan .
Menyusun dasar-dasar teori dan aspek-aspek yang mendukung.
Menyusun konsep kegiatan
Menyusun konsep perancangan interor serta mengambil keputusan /penarikan kesimpulan
Alternatif 2 : Perancangan Interior Concert Hall SICC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah Gedung Pertunjukan
Gedung konser merupakan hasil inovasi arsitektur dari budaya barat yang secara teknis memang ditujukan untuk menunjang budaya seni musik. Sejarahnya dimulai sejak awal abad ke 19 dimulai dengan bangunan berupa amphitheater, gedung opera baru kemudian gedung konser. Perkembangannya ini juga seiiring dengan perkembangan ilmu akustik dan juga arsitektur. Pada jaman modern ini, gedung konser sudah merupakan hasil inovasi mutakhir dari berbagai teknologi, ilmu pengetahuan dan seni musik itu sendiri. Pada mulanya berupa pertunjukan tradisional pada upacara - upacara religus dan upacara - upacara lainnya, seperti pertunjukkan wayang di kraton dan tarian - tarian di pura - pura di Bali. Sejalan dengan perkembangan dan peradaban yang lebih maju dan unsur - unsur budaya barat yang ditanamkan bersa ma dengan masuknya bangsa - bangsa asing ke Indonesia, maka seni pertunjukan mengalami perkembangan pula, sehingga pada saat sekarang cenderung untuk dipertunjukkan di atas pentas. Baru pada abad XIX di Jakarta pada zaman Rafles, dibangun gedung pertunjukkan yang pertama, yaitu Gedung Kesenian (City Hall) yang berfungsi sebagai tempat penyajian seni pertunjukkan modern, dimana materi, sruktur, dan pengolahannya didasarkan pada seni pertunjukan barat, misalnya : seni opera, tari, balet drama barat.
1.2 Batasan masalah
Dalam bisnis dunia hiburan banyak sekali concert hall yang baru berdiri banyak dan banyak juga yang tutup usaha. Seiring perkembangan tehnologi dan semakin banyak ditemukannya alat musik digital baru maka semakin banyak warna musik yang baru lahir atau ditambahkan kedalam berbagai jenis musik, mulai dari musik konvensional hingga electronic dance music dan juga banyaknya acara music yang di lakukan di outdoor dari pada di indoor sehingga dari effect sirkulasi udarapun mempengaruhi. Semakin banyaknya model genre yang bertambah merupakan kendala dalam mengeksistensikan model yang hanya menghadirkan model trance adalah sebagai berikut :
Bagaimana cara menyajikan musik trance dalam di satu concert hall?
Bagaimana cara membuat perbedaan secara desain antara indoor dan outdoor pada sebuah concert hall?
Bagaimana cara mengatur sitting area pada concerthall sesuai kebutuhan?.
1.3 Rumusan Masalah
Beberapa pokok permasalahan yang timbul sebagai berikut :
Bagaimanakah budaya tata cara penataan interior concert hall mempengaruhi desain interior di SICC?
Bagaimanakah pengaplikasian pada desain interior di Concert Hall SICC yang terletak di bogor ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui konsep concert hall – SICC yang terletsk di bogor.
Untuk mengetahui pengaplikasian interior pada desain di concert hall – SICC yang terletak di bogor.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki beberapa manfaat yaitu:
Bagi pihak Concert Hall – SICC : sebagai bahan masukan dan pengetahuan bagi pihak Restoran untuk dapat mengembangkan usahanya di masa mendatang sehingga sesuai dengan konsep Jepang asli.
Bagi penelitian berikutnya: sebagai tambahan wawasan tentang desain interior arsitektur concert hall dan referensi untuk penelitian serupa di masa mendatang.
1.6 Metodologi
Lokasi
Memberikan gambaran dan penjelasan tentang potensi kawasan bogor sebagai point dasar untuk mendapatkan latar belakang keberadaan concert hall di kawasan bogor.
Sumber Data
Sumber data yang akan dimanfaatkan meliputi :
Informan / Narasumber
Tempat / Lokasi
Arsip / Dokumen
Internet
Teknik pengumpulan data
a. Studi Literatur
Yang tediri dari studi literature melalui media cetak (buku, majalah, suart kabar, tesis, laporan penelitian, konsep TA), media elektronik (internet, televisi) dan lain-lain.
b. Observasi Langsung
Pencarian data dengan mengamai objek langsung yang berhunbungan dengan objek peracangan sehingga dapat memperoleh data lapangan secara riil / nyata untuk dipergunakan sebagai bahan studi banding.
c. Wawancara
Melakukan wawancara langsung terhadap narasumber atau ornag-orang yang berkompeten dan berkecimpung dibidang yang berhubungan dengan objek perancangan, sehingga didapatkan data-data atau masukan sebagai gambaran terhadap objek perancangan.
d. Dokumentasi
Yaitu hasil dari foto-foto atau gambar yang berkaitan dengan survey lapangan pada berbagai hotel sebagai pendukung data-data lapangan.
e. Analisa Data
Melalui tahap-tahap pendekatan :
Mengumpulkan data yang relevan sebagi awa; pembahasan dengan pengamatan secara langsung di lapangan dan pengumpulan literature.
Mengungkapkan permasalahn perencanaan dan perancangan dari data– data yang ada.
Menentukan tujuan perencanaan dan perancangan .
Menyusun dasar-dasar teori dan aspek-aspek yang mendukung.
Menyusun konsep kegiatan
Menyusun konsep perancangan interor serta mengambil keputusan /penarikan kesimpulan.
Alternatif 3 : Perancangan Interior Planetarium Ismail Maszuki
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap saat kita senantiasa dapat melihat berbagai fenomena yang dihasilkan oleh benda-benda langit. Pergerakan masing-masing elemen dapat memberikan suatu pertunjukkan yang menarik. Mulai dari gerak harian matahari, gerak semu matahari, perlintasan komet, hujan meteor dan masih banyak lagi fenomena langit lainnya.
Ketertarikan manusia terhadap pergerakan benda-benda langit dan keindahannya telah diakui keberadaannya sejak Peradaban Mesir Kuno masih berjaya. Bahkan pada Peradaban Yunani mulai berkembang, astronomi menjadi salah satu bagian yang tak terpisahkan dari masyarakatnya. Ptolemeus, ahli astronomi Yunani bahkan memberikan nama-nama bagi berbagai gugusan bintang di angkasa yang menjadi cikal bakal dari 88 konstelasi bintang. (http://en.wikipedia.org).
Pengamatan terhadap langit pada zaman kuno dilakukan dengan menggunakan sejenis lensa sederhana. Hal ini memberikan interpretasi yang berbeda dari ahli astronomi saat ini yang telah menggunakan alat yang lebih mutakhir untuk melihat keindahan dan fenomena langit. Namun, penemuan Mekanisme Anthikyethera pada masa Archimedes menjadi bukti dari penggunaan alat serupa pada zaman dulu walaupun lebih sederhana dibandingkan alat-alat sekarang. (google. http://www.forumsains.com).
Diperkenalkannya buku Theorica Planetaria oleh Johannes Campanus (1220 – 1296) dan penemuan teleskop optikal pada tahun 1609 oleh Galileo menjadi awal dari berkembangnya berbagai wadah yang digunakan untuk pengamatan benda-benda amtariksa. Sejak saat itu mulailah bermunculan berbagai planetarium dan observatorium di Eropa dan Amerika.( google, http://en.wikipedia.org).
Perkembangan planetarium dan observatorium di kawasan Asia dapat dikatakan baru dimulai setelah Perang Dunia II. Pada masa itu Jepang yang muncul sebagai negara industri baru, berhasil menjadi salah satu produsen proyektor dan berbagai sistem simulasi pada planetarium. Namun, keberadaan planetarium dan observatorium di Asia saat sekarang ini dapat dikatakan masih sangat minim, dan di Indonesia telah ada Observatorium pada tahun 1919 sebelum perang dunia I. (google. http://tri.astraatmadja.org).
Hal ini juga dialami di Indonesia. Dengan hanya memiliki 3 planetarium dan sebuah observatorium, Indonesia masih kurang mampu memasyarakatkan dunia astronomi. Hal ini juga dikarenakan keberadaan planetarium dan observatorium tersebut terkonsentrasi di Pulau Jawa (hanya satu planetarium yang terletak di luar Jawa tepatnya di Kutai, Kalimantan Timur). Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menyebarluaskan pembangunan planetarium dan observatorium dalam usaha untuk memasyarakatkan dunia astronomi dan keantariksaan. (google. http://en.wikipedia.org).
DKI Jakarta sebagai kota metropolitan dan juga sebagai ibu kota negara dengan konsentrasi penduduk yang cukup besar, memiliki potensi yang besar menjadi rumah bagi salah satu planetarium atau observatorium di Indonesia. Selain itu, masyarakat Bali yang sudah sangat dekat dengan dunia astronomi dan keantariksaan dapat mempermudah realisasi dan penerimaan dari keberadaan planetarium dan observatorium di tempat ini.
Hal yang menjadi masalah adalah bagaimana mendesain interior Planetarium menjadi makna ruang sesuai dengan konsep yang akan diterapkan agar memiliki daya tarik pengunjung dan tidak terlepas dari unsur literatur yang telah ditetapkan.
1.2 Landasan Teori
Planetarium merupakan sebuah tempat wisata yang bersifat ilmiah dimana masyarakat, pelajar atau mahasiswa dan wisatawan dapat menikmati hiburan mengenai berbagai fenomena alam semesta yang terjadi sehingga dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap bumi yang mereka tempati serta memperlihatkan keindahan alam semesta melalui pertunjukan berbagai benda-benda angkasa seperti konstelasi bintang, komet, gugusan galaksi dan lain sebagainya. Berikut dijelaskan secara lebih spesifik tentang fungsi dari planetarium, yaitu : ( Darsa S, Planetarium Jakarta Tempat Wisata Ilmiah, Pemda DKI Jakarta. 1996 : 3 )
a. Sebagai tempat rekreasi ilmiah (wisata ilmiah) yang didalamnya terdapat pengetahuan tentang fenomena alam. Informasi ini disajikan secara presentatif sehingga masyarakat dapat mudah memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi, sehingga masyarakat mendapat hiburan yang baru.
b. Sebagai tempat pendidikan non formal, dalam planetarium terdapat informasi- informasi yang ilmiah tentang astronomi dan disajikan ke dalam bentuk pertunjukan dan pameran sebagai penunjang, sehingga terjadi suatu proses pendidikan terhadap masyarakat yang mengunjunginya.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat disimpulkan, yaitu :
a. Bagaimana konsep desain interior Planetarium di kota Jakarta?
b. Bagaimanakah wujud planetarium di kota Jakarta menjadi wadah kegiatan yang
dapat berfungsi sebagai media pendidikan sekaligus sebagai tujuan wisata?
c. Bagaimana menentukan implikasi desain interior Planetarium dalam pendidikan dan pariwisata di kota Jakarta ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui konsep planetarium – Ismail Marzuki yang terletsk di Jakarta.
Untuk mengetahui pengaplikasian interior pada desain di Planetariuml – Ismail Marzuki yang terletak di Jakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki beberapa manfaat yaitu:
Bagi pihak Planetarium – Ismail Marzuki : sebagai bahan masukan dan pengetahuan bagi pihak Restoran untuk dapat mengembangkan usahanya di masa mendatang sehingga sesuai dengan konsep Jepang asli.
Bagi penelitian berikutnya: sebagai tambahan wawasan tentang desain interior arsitektur concert hall dan referensi untuk penelitian serupa di masa mendatang.
1.6 Metodologi
Lokasi
Memberikan gambaran dan penjelasan tentang potensi kawasan Jakarta sebagai point dasar untuk mendapatkan latar belakang keberadaan concert hall di kawasan Jakarta.
Sumber Data
Sumber data yang akan dimanfaatkan meliputi :
Informan / Narasumber
Tempat / Lokasi
Arsip / Dokumen
Internet
Teknik pengumpulan data
a. Studi Literatur
Yang tediri dari studi literature melalui media cetak (buku, majalah, suart kabar, tesis, laporan penelitian, konsep TA), media elektronik (internet, televisi) dan lain-lain.
b. Observasi Langsung
Pencarian data dengan mengamai objek langsung yang berhunbungan dengan objek peracangan sehingga dapat memperoleh data lapangan secara riil / nyata untuk dipergunakan sebagai bahan studi banding.
c. Wawancara
Melakukan wawancara langsung terhadap narasumber atau ornag-orang yang berkompeten dan berkecimpung dibidang yang berhubungan dengan objek perancangan, sehingga didapatkan data-data atau masukan sebagai gambaran terhadap objek perancangan.
d. Dokumentasi
Yaitu hasil dari foto-foto atau gambar yang berkaitan dengan survey lapangan pada berbagai hotel sebagai pendukung data-data lapangan.
e. Analisa Data
Melalui tahap-tahap pendekatan :
Mengumpulkan data yang relevan sebagi awa; pembahasan dengan pengamatan secara langsung di lapangan dan pengumpulan literature.
Mengungkapkan permasalahn perencanaan dan perancangan dari data– data yang ada.
Menentukan tujuan perencanaan dan perancangan .
Menyusun dasar-dasar teori dan aspek-aspek yang mendukung.
Menyusun konsep kegiatan
Menyusun konsep perancangan interor serta mengambil keputusan /penarikan kesimpulan.