Sukses

Legenda dan Kekayaan Negeri 1001 Malam

Negeri Irak mempunyai sejarah peradaban yang termasuk tertua di dunia. Dulu, di lembah Sungai Tigris dan Eufrat, berdiam sebuah kebudayaan Mesopotamia. Kini, wilayah itu berlimpah minyak.

Liputan6.com, Baghdad: Syahdan ada sebuah wilayah subur di antara dua sungai. Bentuknya mirip bulan sabit. Dalam buku-buku sejarah dunia, daerah tersebut biasa disebut Mesopotamia yang berarti tanah di antara dua sungai, yaitu Sungai Eufrat dan Tigris. Sudah sering didengar bahwa dahulu, pusat-pusat peradaban dunia mesti di sekitar aliran sungai. Ini dipercaya karena air adalah sumber kehidupan. Semisal Mesir Kuno dengan Sungai Nil-nya.

Di Mesopotamia yang kini dikenal sebagai wilayah Irak, ada Kerajaan Babylonia dengan Raja Hammurabi yang terkenal dengan hukumnya. Ada juga Taman Gantung di zaman Nebukadnezar, Menara Babel sebagai simbol keangkuhan, Nabi Ibrahim, dan Nabi Yunus. Di tanah Irak juga dikisahkan Nabi Adam dan Hawa bertemu pertama kali setelah terpisah lantaran tak tinggal di surga lagi. Lalu Baghdad yang tenar dikisahkan dalam Kisah 1001 Malam-nya. Ini belum termasuk Sultan Salah al-Din Yusuf ibn Ayyub (1137-1193 M) yang di dunia Barat dikenal sebagai Sultan Saladin dan pernah menaklukkan Yerusalem (1187 M), menguasai Mesir, Suriah, Yaman, dan Palestina. Sesudah ditaklukkan Hulagu, cucu Jengis Khan dari Mongol pun, Irak masih terus diperbincangkan orang sebagai pusat peradaban, khususnya Islam. Selama berabad-abad, Baghdad menjadi pusat kekuasaan dan kebudayaan Islam yang begitu penting.

Lalu, belakangan ini, nama Irak kembali menjadi perbincangan masyarakat dunia. Di daerah asal Kisah Sinbad Si Pelaut itu kini tengah berlangsung sebuah peperangan. Ya, sejak Kamis pekan silam, Presiden Amerika Serikat memproklamirkan pertempuran melawan Irak untuk menggulingkan Presiden Saddam Hussein. Benar atau tidaknya tujuan perang untuk menurunkan Saddam, hanya Bush yang tahu. Yang jelas, banyak pihak menuding bahwa perang tersebut hanya untuk memenuhi ambisi Bush menguasai minyak Irak. Tuduhan itu wajar saja lantaran cadangan minyak Irak memang terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Menurut warga Indonesia yang lama tinggal di Irak, Adam Riyanto, Rabu (26/3), hampir di setiap penjuru Negeri 1001 Malam, ada ladang minyak. Bahkan, saking banyaknya minyak, dia mengistilahkannya dengan seseorang yang berniat menggali gurun di Irak untuk mencari air, maka yang keluar adalah minyak. Dahsyat.

Pria yang pertama kali ke Irak pada 1977 ini mengaku sangat menyayangkan perang. Menurut dia, Irak adalah negeri yang damai. "Rakyat Irak sangat simpatik, welcome terhadap pengusaha dari luar," kata Adam. Di Irak juga ada wilayah yang hijau dan subur. Letaknya dekat Mosul, di bagian utara Irak.

Sementara untuk jalur masuk dan keluar barang di Irak, menurut Adam, pemerintah dan warga setempat menggunakan Pelabuhan Umm Qasr. Dibandingkan Pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta Utara, menurut Adam, laut di Umm Qasr lebih dalam sehingga memudahkan kapal-kapal besar buat berlabuh. Mengenai badai pasir, Adam mengakui bahwa di Irak memang kerap terjadi bencana tersebut, terutama di musim panas. "Biasanya berlangsung tiga, empat jam. Pasirnya bisa sampai masuk ke dalam rumah," kata Adam.

Adam menduga Perang Teluk II terjadi karena minyak. "[Karena] sampai sekarang minyak memang masih jadi alternatif utama buat energi," ujar Adam. Kini, perang tengah berlangsung. Yang jelas, rakyat dan serdadu Irak tak akan bertopang dagu menghadapi serangan Irak. Menurut dia, rakyat Negeri 1001 Malam akan melawan. Apalagi, Suku Kurdi di bagian utara Irak yang selama ini menjadi oposisi Saddam juga bahu-membahu mengusir AS dari tanah Mesopotamia. Sementara warga di belahan dunia lainnya juga turun ke jalan buat menentang perang. Belum jelas kapan perang akan berakhir di bumi tempat peradaban umat manusia ini lahir. Akankah sisa-sisa kejayaan Taman Gantung, Istana Saladin, dan Kisah 1001 Malam masih bisa dinikmati anak-cucu generasi masa depan? Atau dihancurkan perang?(SID)
    Video Terkini