Liputan6.com, Jakarta: Di satu sudut di arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta Pusat, sebuah stan bernuansa Aceh berdiri tenang. Tanpa melupakan duka perang di tanah aslinya di Nanggroe Aceh Darussalam, Rusli, pengelola kedai kecil itu berdiri ramah melayani para pembeli. Berbagai barang hasil kerajinan tangan khas Bumi Serambi Mekah dia jual dan pamerkan. Ada tas klasik berharga Rp 60 ribu, peci Aceh Rp 20 ribu, baju muslim, pisau, dan pernak-pernik lain yang dijamin masih terjangkau kocek masyarakat kebanyakan.
Menurut Rusli, barang-barang tersebut ada yang diproduksi di Jakarta ada pula yang didatangkan dari Aceh. Jika sedang ramai, dalam sehari omzet penjualan Rusli bisa mencapai Rp 1 juta. Namun di balik kesuksesan usaha mereka, Rusli mengatakan, di hati dia dan sesama pengusaha kerajinan Aceh lain tetap terselip rasa miris mengingat saudara sekampung di Aceh. Mereka berharap, konflik separatis di Aceh segera berakhir. "Segeralah. Damai itu kan indah," harap Rusli.(MTA/Christiyanto dan Eko purwanto)
Menurut Rusli, barang-barang tersebut ada yang diproduksi di Jakarta ada pula yang didatangkan dari Aceh. Jika sedang ramai, dalam sehari omzet penjualan Rusli bisa mencapai Rp 1 juta. Namun di balik kesuksesan usaha mereka, Rusli mengatakan, di hati dia dan sesama pengusaha kerajinan Aceh lain tetap terselip rasa miris mengingat saudara sekampung di Aceh. Mereka berharap, konflik separatis di Aceh segera berakhir. "Segeralah. Damai itu kan indah," harap Rusli.(MTA/Christiyanto dan Eko purwanto)