Sasaran Indikator Dan Pengukuran Mutu Klinik

Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 61

Sasaran, indikator, dan pengukuran mutu klinik dan mutu pelayanan

Do you know
How much air did you breathe today ? How many calories did you consume today ? How much water did you drink today ? How many errors did you do today ? How much progress did your patient achieve today ? How is the outcome of your treatment to your patients ? How much money did you earn today ? How much money did you spend today ? How much money did you save today ?

Why measure ?

To identify the present state To compare to standard To compare to competitors (benchmarking) To monitor:
Stability Improvement Deterioration
Source: Stamatis (1996)

To identify opportunity for improvement

What to measure ?

How to measure ?
The importance of indicators The importance of instruments

Tugas
Tetapkan unit kerja sebagai contoh kasus Susun indikator pelayanan untuk menilai kinerja/mutu pelayanan pada unit kerja tsb (baik indikator input, proses, output, dan outcome)

No 1

Jenis Pelayanan Radiologi

Kriteria Input

Indikator Ketersediaan tenaga dokter yang sesuai kompetensi Ketersediaan tenaga radiografer yang sesuai kompetensi

Nilai 80 % 80 %

Batas Waktu 2 tahun

2 tahun

Proses

Waktu tunggu hasil pelayanan 3 jam Kepatuhan thd prosedur pelayanan Tidak terjadinya kesalahan labelling foto Kejadian kegagalan pelayanan radiologi
Ekspertisi oleh spesialis radiologi Kepuasan pasien

80 %
80 % 100 % 2% 90 % 80 %

1 tahun
1 tahun 1 tahun 1 tahun 2 tahun 1 tahun

Output Outcome

Problems in measurement
Precision of measurement: the smaller the scale the more precisely it measures Accuracy of measurement: the smaller the relative error the greater the accuracy Validity of measurement Reliability of measurement

Aims of indicators
Index: petunjuk

Quality problems in hospital services


Mortality Morbidity Quality Problems Disability

Unsatisfactory achievement of clinical outcome


Patient dissatisfaction

Mortality

Morbidity Quality Problems Disability Unsatisfactory achievement of clinical outcome


Preventable vs non preventable

Patient dissatisfaction

Severity of the disease

Individual biovariability

?
Complication Accident Incident

Quality Problems

Adverse event
Service delivery process Unsafe act:: Clinical Error Violation Sabotage

System approach to patient safety


Contributing factors RCA, FMEA
Adverse event Incident & Critical Incident

Structure Process Outcome


Standard of care Hazard Latent Condition Accident: Active Failure: Complication Unsafe acts Errors Violation Sabotage Errors: Human (slips, lapses, mistakes) Medical Medication Sumber:
The Canadian Patient SafetyDictionary, October 2003

Notes: Term to be avoided: Blame, Fault, Negligence, Recklessness

Severity of the disease

Human factor

Individual biovariability

Process variation Process failure Process incapabilty

Service delivery process

Latent conditions

Human factor Special cause Process variation Common cause Latent conditions Service delivery process

Intervensi perbaikan Standardisasi Process improvement:


step by step improvement radical improvement (reengineering)

Quality improvement process Model Nolan


Apa yang ingin kita capai? Bagaimana kita tahu bahwa perubahan yang dilakukan adalah perbaikan ?
Aims Measurements

Perubahan apa yang dapat kita lakukan yang hasilnya adalah perbaikan?

Planned change

A
C

P
D

Nolan model
Bentuk tim Tetapkan tujuan (setting aims) Tentukan pengukuran (establishing measures) Pilih perubahan yang perlu dilakukan (selecting changes) Uji coba beberapa perubahan (testing multiple changes) dalam skala kecil Implementasi perubahan (implementing changes) Sebarkan ke unit yang lebih luas (spreading changes)

Indikator untuk mengukur pencapaian sasaran mutu (aims)


Sasaran mutu dapat diukur jika ditetapkan indikator

Indikator sebagai wujud akuntabilitas pengukuran kinerja


Standar Pelayanan Minimum

Tinjauan dari sudut pandang peraturan perundangan


UU 22/99 Pemerintahan Daerah UU 32/2004, UU 33/2004 Perpu 3/2005 Otonomi daerah Kewenangan wajib
pedoman

Instruksi Presiden No 5/2004 Percepatan Pembrtsn Korupsi KepMenPan 28/2004 Akuntabilitas Pelay. publik

akuntabilitas

PP 8/2003 Pedoman organisasi PP 84/2000 Perangkat Daerah

PP 65/2005

Standar Pelayanan Minimal Permedagri 6/2007 KepMenKes 228/ 2002: RS

KepMenKes 1747/ 2000: Bid. Kes KepMenKes 1457/2003

Pasal 1 butir 23 UU No 1/2004


BLU dibentuk dg tujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum Fleksibilitas pengelolaan keuangan Prinsip ekonomi dan produktivitas Praktik bisnis yang sehat Tidak mencari keuntungan Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi produktivitas ala korporasi Pendapatan dapat digunakan secara langsung Bukan sebagai subjek pajak

SPM pada PP 23/2005


Pasal 1 butir 10: Rencana bisnis dan anggaran (RBA) memuat target kinerja Pasal 1 butir 11: SPM adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang diberikan oleh BLU kepada masyarakat Pasal 4 butir 4: Persyaratan administratif BLU:
a. pernyatan kesanggupan meningkatkan kinerja pelayanan b. pola tata kelola c. rencana strategis bisnis d. laporan keuangan pokok e. standar pelayanan minimum f. laporan audit terakhir

SPM pada PP 23/2005 (lanjutan)


Bab IV Ps 8 butir 1,2,3, perhatikan butir 3: SPM harus mempertimbangkan:
Kualitas layanan Pemerataan dan kesetaraan layanan Biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan

Pasal 10 butir 3 : RBA disusun berbasis kinerja Pasal 11 butir 2 : RBA disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan Pasat 28 butir 1`: Pimpinan BLU bertanggung jawab terhadap kinerja operasional BLU sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan dalam RBA

PP 23 tahun 2005
Standar layanan BLU semestinya memenuhi persyaratan SMART:
Specific Measurable Achievable Reliable diandalkan Time specific : fokus pada jenis layanan : dapat diukur : dapat dicapai : relevan dan dapat : ada batasan waktu

PP 65 / 2005 tentang pedomam penyusunan dan penerapan SPM


Pasal 1 Ketentuan umum:
6: Standar pelayanan minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal 7: Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan 8: Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan

PP 65/2005
Pasal 4: Ayat 3: Dalam penyusunan SPM yang dimaksud pada ayat (1) ditetapkan jenis pelayanan dasar, indikator SPM, dan batas waktu pencapaian SPM

Sifat SPM (PP 65/2005, ps 3)


Disusun sebagai alat pemerintah dan pemda untuk menjamin akses dan mutu Sederhana Konkrit Mudah diukur Terbuka Terjangkau Dapat dipertanggungjawabkan Mempunyai batas waktu pencapaian Disesuaikan perkembangan kebutuha, prioritas, kemampuan keuangan, kemampuan kelembagaan, dan kemampuan personil

KepMenKes No 228 tahun 2002


SPM RS adalah standar penyelenggaraan: Pelayanan medik Pelayanan penunjang Pelayanan keperawatan Manajemen rumah sakit
Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Keuangan Manajemen Sistem Informasi Rumah Sakit Sarana prasarana Mutu Pelayanan

Masyarakat
Standar Pelayanan Minimum

Standar Teknis

Standar Teknis

Standar Teknis

Fasilitas dan peralatan Kebijakan dan manajemen

Rencana Strategik Rumah Sakit

Indikator kinerja Rumah sakit

Ketersediaan data

SPM

Standar teknis SOP Rumah Sakit

SPM RS tahun 2006


Pelayanan Indikator Target (threshold)

Medik Penunjang Keperawatan Manajemen Pelayanan gakin


Specific, Measurable, Achievable, Reliable, Time specific

Pertimbangan dalam memilih indikator yang prioritas untuk menilai kinerja pelayanan
Diwajibkan/dipersyaratkan oleh peraturan perundangan Dipersyaratkan oleh pemilik (pertanggung jawaban) Ketersediaan data High risk, high cost, high volume, problem prone Konsensus Dipersyaratkan oleh customer

Cara menyusun indikator


Ada kejelasan tujuan dan latar belakang dari tiap-tiap indikator, mengapa indikator tersebut penting dan dapat menunjukkan tingkat kinerja organisasi/bagian/unit kerja Kejelasan terminologi yang digunakan Kapan pengumpulan data (kapan indikator harus di update), kapan harus dianalisis, cara analisis, dan interpertasinya Numerator dan denominator Threshold (target) Dari mana data diperoleh (sistem informasi untuk mendukung perolehan data)

Langkah penyusunan indikator kinerja


Menciptakan lingkungan yang menyadari perlunya mengukur kinerja (klinis):
Memahami konteks/latar belakang penyusunan indikator (apa yang ingin dikerjakan, mengapa, bagaimana, sebaik apa, dan problem apa yang mungkin dijumpai) Kejelasan tujuan penyusunan indikator Identifikasi pendukung dan penghambat dan bagaimana mengatasinya Membentuk tim penyusun Pelajari sistem mutu yang ada Tentukan sumber informasi yang dibutuhkan untuk menyusun indikator Workshop untuk mendapat dukungan dari pihak terkait

Penyusunan indikator:
Review indikator-indikator yang ada dari literatur maupun dari DepKes Review indikator-indikator yang selama ini digunakan Identifikasi unit-unit terkait Identifikasi indikator-indikator yang dapat dimonitor Susun indikator Tetapkan metoda pengumpulan data dan sumber informasi Tentukan metoda analisis Sosialisasi Tetapkan cara pelaporan indikator

Penerapan indikator:
Monitor proses pengumpulan data Monitor analisis terhadap indikator dan pelaporannya Monitor penggunaan hasil analisis indikator Hitung biaya implementasi

Review:
Kaji ulang terhadap indikator, cara pengumpulan data, analisis dan hasil analisis, pemanfaatan indikator untuk perbaikan, tindak lanjut perbaikan Perbaikan/penambahan/pengurangan indikator

Evaluasi dan ongoing monitoring

Cara menetapkan threshold


(Katz & Green, 1997)
Sentinel event (kejadian luar biasa, a serious, undesirable, and often avoidable process or outcome) indicator: target = 0, misalnya pembedahan pada sisi yang salah Rate based indicator:
Kumpulkan data untuk periode waktu tertentu Hitung mean dan standard deviasi Tetapkan simpangan yang bisa diterima Ingat rate-based indicator tidak pernah 100 %

Rujukan (referensi) sebagai konsensus nasional atau konsensus profesi Jika rate based indicator belum dapat ditentukan, dapat ditetapkan threshold secara konsensus pada tahun pertama. Adakalanya threshold tidak dapat ditetapkan, penilaian terhadap indikator berdasarkan trend naik atau turun.

Contoh:

Pelayanan

Indikator

Target minimal

Medik:

Pembedahan pada sisi yang salah Angka infeksi paska bedah Respons time rata-rata pelayanan IGD Penyelesaian foto rontgen plain foto biasa Penyelsaian foto rontgen plain foto cito ALOS Jumlah gakin dirawat di kelas tiga per bulan

0% 5% 10 menit

Penunjang

6 jam 30 menit 4 hari 40 orang

Keperawatan Gakin

Format SPM
No Jenis Pelayanan Indikator Rasionaslisa si Numerator Denominator Target Pencapaia n Target Waktu Dimensi mutu Keteranga n/ rujukan

Indikator Dimensi mutu Tujuan indikator

Diisi dengan judul indikator Diisi dengan dimensi mutu yang mana yang terkait dengan indikator tsb Diisi dengan apa yang ingin ditunjukkan dengan indikatr tsb (apa maksud dari penggunaan indikator tersebut); untuk memberi petunjuk/tanda bahwa. Diisi dengan latar belakang dan alasan mengapa indikator tsb perlu diambil sebagai alat pengukuran kinerja Jika ada istilah yang perlu dijelaskan, maka didefinisikan pada kolom ini Diisi dengan kapan pengumpulan data harus dilakukan apakah tiap hari, seminggu sekali, tiap bulan sekali, atau tiap tiga bulan sekali Diisi dengan kapan indikator tsb dianalisis untuk kemudian dilaporkan dan difeedback pada unit terkait Pembilang dari indikator tersebut Pembagi dari indikator tersebut Diisi dengan target yang harus dicapai Diisi dengan dari mana data dapat diperoleh, apakah dari survei, dari data rekam medik, dari register, dsb

Rationalisasi

Definisi terminologi yang digunakan Frekuensi updating data (pengumpulan data) Periode dilakukan analisis Numerator (pembilang) Denominator (penyebut) Standar pencapaian (threshold/target) Sumber data numerator dan denominator

Accesss Efficacy Efficiency Safety Continuity Of care Technical Competence Amenities Human relation

Akses thd pelayanan Keefektifan Efisiensi Keamanan Kesinambungan pelayanan Kompetensi tehnis Kenyamanan Hub. Antar manusia

Dimensi Mutu

Tugas
Pilih unit pelayanan Susun 3 indikator Lengkapi satu indikator dg format yang ditentukan Susun satu sasaran mutu untuk unit tsb

Indikator Dimensi mutu Tujuan indikator Rationalisasi

Rata-rata LOS maternal postnatal sesudah melahirkan Efficiency Memberikan signal apakah postnatal maternal LOS lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan rata-rata rumah sakit mitra benchmark
Ada kecenderungan early discharge bagi ibu segera sesudah melahirkan, sehingga perawatan belum sempurna, ibu sudah dipulangkan, dan dapat membahayakan bagi ibu dan bayi yang dilahirkan. Pada kasus-kasus tertentu justru terjadi perpanjangan lama perawatan yang berakibat pasien dirugikan

Definisi terminologi yang digunakan Frekuensi updating indikator (pengumpulan data) Periode dilakukan analisis Numerator (pembilang) Denominator (penyebut) Standar pencapaian (threshold/target) Sumber data numerator dan denominator

Pengertian postnatal :.dsb Tiap bulan

Tiap tiga bulan Postnatal LOS dari ibu di rumah sakit diukur dalam hari Tidak ada

Data persalinan dan statistik inpatient di rumah sakit

Indikator Dimensi mutu Tujuan indikator

Angka kelengkapan rekam medis Continuity of care, patient safety Untuk menilai kinerja dokter spesialis dalam melakukan pengisian dokumen rekam medis

Rationalisasi

Dari hasil survey tahun 2005 ternyata 50 % sampel RM yang diambil tidak diisi lengkap. Kelengkapan pengisian rekam medis sangat diperlukan untuk tindak lanjut pelayanan medis, begitu juga pada saat kunjungan ulang pasien.
Rekam medis adalah Kelengkapan rekam medis meliputi kelengkapan pengisian identitas, biodata, riwayat penyakit, diagnosis, terapi, tindak lanjug. Tiap bulan

Definisi terminologi yang digunakan Frekuensi updating indikator (pengumpulan data) Periode dilakukan analisis Numerator (pembilang) Denominator (penyebut) Standar pencapaian (threshold/target) Sumber data numerator

Tiap tiga bulan Jumlah rekam medis yang disampling yang terisi dengan lengkap pada periode satu bulan Jumlah seluruh rekam medis yang disampling pada periode satu bulan 90 % Dokumen rekam medis

Indikator Dimensi mutu Tujuan indikator Rationalisasi

Angka kejadian phlebitis di ruang rawat inap 2 hari setelah pemasangan infus Keselamatan pasien, kompetensi tehnis Untuk mengetahui apakah petugas bekerja sesuai protap pemasangan infus Dari 100 pasien yang diinfus 10 % mengalami phlebitis dari hasil survei Jan s/d Mar 2006. Terjadiany phlebitis terkait dengan ketidak taatan dalam menjalankan prosedur pemasangan infus. Phlebitis berpotensi untuk terjadinya sepsis Phlebitis adalah radang pada pembuluh darah balik setelah dilakukan pemasangan infus 2 hari dengan tanda-tanda:..... Setiap bulan

Definisi terminologi yang digunakan Frekuensi updating indikator (pengumpulan data)

Periode dilakukan analisis


Numerator (pembilang) Denominator (penyebut) Standar pencapaian (threshold/target) Sumber data numerator dan denominator

Setiap tiga bulan


Jumlah pasien yang mengalami phlebitis setelah dilakukan pemasangan infus 2 hari dalam waktu satu bulan Jumlah pasien rawat inap yang dipasang infus dalam waktu satu bulan 5% Dokumen rekam medis

Indikator Dimensi mutu Tujuan indikator Rationalisasi

Angka kejadian phlebitis di ruang rawat inap 2 hari setelah pemasangan infus Keselamatan pasien, kompetensi tehnis Untuk mengetahui apakah petugas bekerja sesuai protap pemasangan infus Dari 100 pasien yang diinfus 10 % mengalami phlebitis dari hasil survei Jan s/d Mar 2006. Terjadiany phlebitis terkait dengan ketidak taatan dalam menjalankan prosedur pemasangan infus. Phlebitis berpotensi untuk terjadinya sepsis Phlebitis adalah radang pada pembuluh darah balik setelah dilakukan pemasangan infus 2 hari dengan tanda-tanda:..... Setiap hari Setiap bulan Jumlah pasien yang mengalami phlebitis setelah dilakukan pemasangan infus 2 hari dalam waktu satu bulan Jumlah pasien rawat inap yang dipasang infus dalam waktu satu bulan 5%

Definisi terminologi yang digunakan Frekuensi updating indikator (pengumpulan data) Periode dilakukan analisis Numerator (pembilang) Denominator (penyebut) Standar pencapaian (threshold/target) Penanggung jawab pengumpulan data

Indikator Dimensi mutu Tujuan indikator Rationalisasi Definisi terminologi yang digunakan Frekuensi updating indikator (pengumpulan data) Periode dilakukan analisis Numerator (pembilang) Denominator (penyebut) Standar pencapaian (threshold/target) Sumber data numerator dan denominator

Ketepatan waktu pembayaran Efektivitas Untuk menunjukkan kinerja administrasi bapel Ketepatan waktu pembayaran klaim akan memperlancar proses pelayanan di PPK Waktu pembayaran yang tepat waktu adalah waktu yang dibutuhkan mulai dari klaim masuk sampai dengan klaim dibayarkan, tidak melebihi 6 hari kerja Setiap bulan

Setiap tiga bulan Jumlah klaim yang terbayar tepat waktu dalam waktu satu bulan Jumlah seluruh klaim dalam satu bulan 100 % Data klaim yang ada di bapel pada bulan dimaksud

Indikator Dimensi mutu Tujuan indikator Rationalisasi Definisi terminologi yang digunakan Frekuensi updating indikator (pengumpulan data) Periode dilakukan analisis Numerator (pembilang) Denominator (penyebut) Standar pencapaian (threshold/target) Sumber data numerator dan denominator

Kecepatan pembayaran klaim efektivitas

Waktu pembayaran klaim adalah waktu mulai klaim diterima sampai klaim dibayarkan

Jumlah kumulatif hari yang dibutuhkan untuk penyelesaian seluruh klaim yang masuk dalam satu bulan Jumlah seluruh klaim yang masuk dalam satu bulan < atau = 6 hari

Indikator Dimensi mutu Tujuan indikator Rationalisasi Definisi terminologi yang digunakan Frekuensi updating indikator (pengumpulan data) Periode dilakukan analisis Numerator (pembilang) Denominator (penyebut) Standar pencapaian (threshold/target) Sumber data numerator dan denominator

Angka dekubitus :
Appropriateness dari pelayanan keperawatan

Jumlah pasien yang jatuh dari tempat tidur dalam waktu satu bulan:
Patient safety

Angka kelengkapan rekam medis:


Continuity of care (kesinambungan pelayanan) Patient safety

Kelompok indikator menurut Balance Score Card Financial Status


ROCE

Customer Satisfaction

Customer loyalty On time delivery

Process

Process quality

Process cycle time

People

Employee skills
(thru learning & growth)

References
Bapelkes Gombong (2000), Laporan Evaluasi Pasca Pelatihan Jaminan Mutu, Gombong. Katz, J.M., Green, E.,(1997) Managing Quality: A Guide to System-Wide Performance Management in Health Care, 2nd ed, Mosby, St Louis: 24-32 Meisenheimer, C.G., (1997) Improving Quality: A guide to Effective Programs, 2nd ed, Aspen, Maryland:33-44. Mohr, J.J., Batalden, P.B., (2002), Improving Safety on the front lines: the role of clinical microsystems, Qual Saf Health Care: 11:45-50. Morris, A.H., Decision support and safety of clinical environment, Qual Saf Health Care. 11:6975. Moss, F., Barach, P., (2002), Quality and Safety in Health Care: a time of transition, Qual Saf Health Care, 11:1. NHMRC (National Health and Medical Research Council), 1998, A guide to development, implementation, and evaluation of clinical practice guidelines, Canberra. Pusdiklat DepKes RI, (1996) Modul Pelatihan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas, Jakarta Reason, J., Combating omission errors through task analysis and good reminders, Qual Saf Health Care, 11:40-44. Schroeder, P., (1994), Improving Quality and Performance: Concepts, Programs, and Technioques, Mosby, St Louis: 9-11 Swage, T., (2000), Clinical Governance in Health Care Practice, Butterworth Heinemann, Oxford: 197. WHO, Division of Strengthening of Health Services District Health System, The Contemporary use of Standards in Health Care, 1993.

UU 23/1992
Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien

UU No 8/99 Perlindungan konsumen pasal 5


Hak Konsumen adalah : a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan / atau jasa; b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; c. hak atas informasdi yang benar, jelas, dan jujur mengani kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlinndungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; h. hak untuk mendapatkannkompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

UU Perlindungan konsumen Pasal 7


Kewajiban pelaku usaha adalah : a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku; e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan; f. memberi komppensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat pengguunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; g. memberi konpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

UU Perlindungan konsumen
PERBUATAN YANG DILARANG BAGI PELAKU USAHA Pasal 8 (1). Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang : a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto , dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut; c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya; d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label , etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut; e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode,atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut; f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN promosi penjualan barang danm/atau jasa tersebut; g. tidak mencvantumkan tanggal kadaluawarsa atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu; h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkandalam label; i. tidak memasang label atau membuat penjelsan barang yang memuat nama barang,ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, atauran pakai, tanggal pembuatan,akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketenttuan harus di pasang/dibuat;

UUPK Pasal 44: Standar Pelayanan


1. Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan peraturan menteri

UUPK Pasal 49
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya 2. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diselenggarakan audit medis

UUPK Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajibab: a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi

You might also like