Ambang Batas Amonia, Nitrat, Nitrit PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa

PENGARUH PROGRAM KALI BERSIH


TERHADAP KESEHATAN KAWASAN LINGKUNGAN SUNGAI
Elsa Sari Yuliana, Zulfikar, Sari Zawitri
Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Polnep
Abstract
This paper aims to test the influence of Clean River Program to the healthy level of the river area.
The relationships seen by involve the quality level of river water, the waste load control and the society
awareness as mediation variable. This research provides the assessment of Clean River Program in DIY.
Analysis method of this research is regression.
The research result shows (1) Clean River Program statistically had not significance influence to
the quality level of river water, the liquid waste load control, but statistically had significance influence to
society awareness; (2) the liquid waste load control had not significance influence to the quality level of
river water statistically; (3) the society awareness had statistically significance influence to quality level of
river water; (4) together, the exercise of Clean River Program, the liquid waste load control, and the society
awareness significantly had not influence on statistic to the quality level of river water; (5) the exercise of
Clean River Program, the liquid waste load control, the society awareness, and the quality level of river
water had not significance influence to the healthy level of the river area. Thus, overall, we can conclude
that the Clean River Program had achieved their objectives not yet and it means the Clean River Program
had not influence the healthy level of the river area.
Keywords : clean River Program, the healthy level of the river area, the waste load control, the society
awareness, the quality level of river water
I. PENDAHULUAN
Lingkungan yang tidak sehat dan kemiskinan merupakan dua hal yang saling berhubungan (Miller
and Rose, 1991). Kerugian ekonomis akibat masalah lingkungan jauh lebih tinggi daripada investasi di
bidang lingkungan, karena lingkungan yang sehat dapat meningkatkan kreativitas berfikir dan bekerja
masyarakat. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyehatan
lingkungan tercantum dalam UU No 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan, sebagai fasilitator
dan regulator adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Bapedal yang mempunyai misi terwujudnya
perbaikan kualitas lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan berkelanjutan melalui penerapan
prinsip-prinsip good environmental government guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Dalam periode desentralisasi, perlindungan lingkungan menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah di tingkat propinsi dan kota/kabupaten sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004,
ayat 13 dan 14. UU tersebut mengatur pemerintah daerah untuk perlindungan lingkungan dalam:
merancang dan memantau pembangunan, perencanaan regional, pemberian fasilitas dan penatalaksanaan
lingkungan. Salah satu upaya menanggulangi masalah pencemaran air sungai, pemerintah bersama dengan
pihak industri mencanangkan program kali bersih. Program ini diharapkan mampu memenuhi tercapainya
kualitas air sungai yang baik, sehingga dapat meningkatkan fungsi sungai dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bagaimana pembuat kebijakan menggunakan teknik dan
perhitungan akuntansi terhadap permasalahan aktivitas tertentu (misalnya: kesehatan, pendidikan, imigrasi,
dan privatisasi layanan publik), memberi solusi terhadap visi, dan menerjemahkan tujuan dan solusi yang
abstrak menjadi praktik (Burchell et al., 1991; Miller and Rose, 1991; Preston et al, 1997). Masalah
lingkungan hidup, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga pelaku industri yang
secara langsung atau tidak langsung telah turut memperburuk rusaknya lingkungan.
Air dan udara merupakan bagian dari sumberdaya alam yang mutlak diperlukan untuk kehidupan
manusia dan mahluk lainnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Definisi air disini
termasuk air uang terdapat di badan air seperti: laut, danau, rawa, air tanah dan sungai. Dalam keadaan
alamiah kualitas air dan udara berkualitas baik, sehingga memenuhi fungsinya. Namun dengan adanya
pembangunan, membawa dampak yang negatif terhadap kualitas lingkungan dalam hal ini kualitas air dan
kualitas udara apabila tidak di kendalikan dengan baik. Penurunan kualitas air (khususnya kualitas air
sungai) disebabkan oleh beberapa aktivitas bisnis dan kegiatan masyarakat lainnya, seperti industri,
perdagangan, hotel, restoran, rumah sakit, perkantoran, pemukiman masyarakat dan lain sebagainya.

Edisi Januari 2012 | 1

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


Dengan kata lain, semua aktivitas tersebut menimbulkan terjadi pencemaran lingkungan hidup. Pencemaran
lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.
Salah satu masalah lingkungan yang juga terjadi di Yogyakarta adalah peningkatan pencemaran
air sungai, yaitu Sungai Code, Sungai Winongo, dan Sungai Gajah Wong. Dari hasil pantauan terlihat
kondisi sungai tersebut kotor dan tercemar limbah, tercium aroma sampah yang menyegat, air sungai
tampak keruh berwarna hijau kehitaman, dan agak sedikit berbusa. Diindikasikan air sungai tersebut
mengandung zat-zat pencemar antara lain E. Colli, merkuri, besi, tembaga, amonia, dan lain-lain, yang
kadarnya melebihi batas ambang baku mutu yang ditetapkan pemerintah.
Untuk mengendalikan pencemaran air diperlukan campur tangan pemerintah melalui pembuatan
peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Mentri,
Keputusan Gubernur dan lain-lainnya. Program Kali Bersih (Prokasih) merupakan salah satu upaya yang
dilakukan pemerintah untuk mengendalikan pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai agar berfungsi
sesuai peruntukkannya. Prokasih ini diatur pemerintah melalui Kep Men LH No. 35 tahun 1995.
Program Kali Bersih di Yogyakarta dilakukan dengan menetapkan Sungai Code, Sungai Winongo,
dan Sungai Gajah Wong sebagai sungai Prokasih. Namun pertanyaannya seberapa jauh Prokasih tersebut
berhasil mengendalikan pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai di Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah Pelaksanaan Program Kali Bersih (Prokasih) di
Kota Yogyakarta berhasil mengendalikan pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Sumber Daya Air dan Kesejahteraan Masyarakat
Jones (1996) mengemukakan bahwa tujuan utama pembangunan kesejateraan sosial adalah
penanggulangan kemiskinan dalam segala bentuk manifestasinya. Maknanya meskipun pembangunan
kesejahteraan dirancang guna memenuhi kebutuhan publik yang luas, target utamanya adalah para
pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial. Salah satu bentuk pemenuhan kesejahteraan adalah
penyehatan lingkungan.
Perlindungan terhadap lingkungan merupakan salah satu masalah paling penting di dunia yang
seharusnya bisa dipecahkan melalui instrumen ekonomi, meskipun ide ini sulit untuk direalisasikan,
karena sebuah kenyataan bahwa tidak ada ukuran konkret yang dikeluarkan dalam Earth Summit di
Rio De Janeiro. Padahal kebijakan lingkungan dapat meningkatkan kesejahteraan sosial, meskipun
tidak secara otomatis memperbaiki kesejahteraan setiap individu.
Salah satu indikasi kesejahteraan pada masyarakat adalah anak-anak yang sehat baik dari segi fisik
maupun mental. Menurut data WHO, setiap tahunnya 3 juta anak balita meninggal dunia akibat
kerusakan lingkungan hidup. Pada tahun 2000 tidak kurang dari 1,3 juta anak balita di negara
berkembang meninggal dunia akibat penyakit yang diakibatkan oleh konsumsi air yang tidak sehat,
serta buruknya kondisi sanitasi dan kesehatan pribadi. Pencemaran lingkungan juga menjadi salah
satu faktor meningkatnya penyakit autis dan hiperaktif serta gangguan syaraf lainnya pada anak
(Syumanda, 2005).
Pengejewantahan dari prinsip tanggung jawab mutlak terhadap lingkungan sebagaimana tercantum
dalam UU No.23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, seharusnya dapat dijadikan inisiatif
untuk mengarus-utamakan (mainstreaming) perlindungan lingkungan hidup dalam pembangunan
ekonomi. Beberapa prinsip yang perlu diterapkan oleh pemerintah dalam mewujudkan hak rakyat atas
lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah : (1) prinsip kehati-hatian dini (Precautionary
Principle); (2) prinsip persetujuan berdasarkan informasi menyeluruh (Free and Prior Informed
Consent); (3) prinsip pencemar membayar; (4) prinsip pendekatan yang holistik (Holistic Principle)
yang merupakan prinsip keterpaduan siklus-hidup dalam mengambil keputusan yang terkait dengan
lingkungan.
Salah satu unsur terpenting dalam kehidupan adalah air, sumber daya air merupakan karunia dari
Tuhan YME yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam segala bidang, sebagaimana yang dinyatakan dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang
sumber daya air. Bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang

Edisi Januari 2012 | 2

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola
dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras.
2.2. Kualitas Air
Pelestarian fungsi air perlu dilakukan melalui pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta
keseimbangan ekologis. Upaya pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dilakukan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001.
Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik,
kimia dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang
dapat diamati secara visual/ kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan,
kandungan partikel/ padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya.
Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus,
dan mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian, air sungai dapat
dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah
baku mutu air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001.
Tabel 1. Parameter dan Ambang Batas Kualitas Air Berdasarkan PP. 82/2001

No.

Parameter

Satuan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

pH
Residu Tersuspensi
Residu Terlarut
Daya Hantar Listrik
Oksigen Terlarut
BOD
COD
Nitrat
Nitrit
Amoniak
Sulfida
Phospahat Total
Fenol
Detergent
Minyak dan Lemak
Fluorida
Timbal

mg/L
mg/L
hos/cm
mg/L O2
mg/L
mg/L
mg/L NO3
mg/L NO2
mg/L NH3-N
mg/L S
mg/L PO4
g/L
g/L MBAS
g/L
mg/L F
mg/L Pb

Ambang Batas
PP.82/2001
6-9
50
1000
min.4
3
25
10
0,06
0,002
0,2
1
200
1000
1,5
0,03

18

Krom Hexavalent

mg/L Cr 6+

0,05

19

Bakteri Koli Tinja

JPT/100 mL

1000

20

Bakteri Total Koli

JPT/100 mL

5000

21

Debit

m3/dtk
Sumber: Bapedalda DIY

2.3. Limbah Cair


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Pasal 7 antara lain disebutkan bahwa setiap orang yang menjalankan suatu bidang
usaha wajib memelihara kelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk
menunjang pembangunan berkesinambungan. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Edisi Januari 2012 | 3

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, antara lain disebutkan bahwa pembuangan
Limbah Cair ke dalam air dilakukan dengan izin Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan pembuangan
Limbah Cair ke dalam air ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat
Peraturan daerah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No.3 tahun 1997 tentang pengendalian
pembuangan limbah cair mendefinisikan limbah cair adalah setiap bahan cair hasil samping kegiatan
ekonomi atau proses produksi atau permukiman yang masuk atau dimasukkan ke dalam sumber air
dalam jumlah atau kandungan dan cara tertentu akan menyebabkan perubahan kualitas sumber air.
Baku Mutu Limbah Cair adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang ditenggang adanya
dalam limbah cair untuk dibuang dari suatu jenis kegiatan tertentu.
Pengendalian pembuangan limbah cair dimaksudkan sebagai upaya pencegahan, penanggulangan
pencemaran air dan atau pemulihan kualitas air pada sumber air. Pengendalian pembuangan limbah
cair ke sumber air bertujuan agar air yang ada pada sumber air dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia serta untuk melindungi kelestarian hidup
fauna, flora dan mikro organisme yang bermanfaat yang terdapat pada sumber air tersebut.
Setiap pembuangan limbah cair yang dibuang ke dalam air sebagai akibat kegiatan usaha oleh
pemerintah diwajibkan memiliki izin dan jika dilakukan pembuangan limbah cair selain ke dalam air,
maka hanya dapat dilakukan dengan izin Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan syarat-syarat
permohonan izin yang harus memenuhi persyaratan baik secara teknis maupun administratif.
Persyaratan teknis meliputi: (1) Jenis Produksi, volume produksi dan kebutuhan air untuk produksi;
(2) Perkiraan debit limbah, kualitas limbah dan sifat limbah atau frekuensi pembuangan limbah; (3)
Jumlah dan sumber air yang digunakan dalam proses produksi; (4) Denah tata letak saluran
pembuangan limbah; (5) Susunan Instalasi Pembungan Air Limbah (IPAL) dan cara kerjanya; (6)
Prosedur penanggulangan keadaan darurat.
2.4. Sumber Pencemaran Air
Pertumbuhan jumlah penduduk dan industri yang sangat pesat serta berkembangnya sektor pariwisata
ternyata membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia, karena umumnya limbah yang
dihasilkan dari kegiatan tersebut sebagai sumber pencemaran air. Sehingga akan mengakibatkan
penurunan kualitas air yang ada. Sektor pariwisata yang menyediakan jasa pelayanan penginapan
yang dikelolah secara komersial yang meliputi hotel berbintang dan hotel melati harus mematuhi
aturan baku mutu limbah cair hotel yaitu batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan.
2.5. Kesadaran Individu dalam Masyarakat
Kesadaran individu dalam masyarakat mengenai lingkungan hidup dan kelestariannya merupakan
hal yang amat penting dewasa ini di mana pencemaran dan perusakan lingkungan merupakan hal
yang sulit dihindari. Kesadaran masyarakat yang terwujud dalam berbagai aktifitas lingkungan
maupun aktifitas kontrol lainnya adalah hal yang sangat diperlukan untuk mendukung apa yang
dilakukan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan penyelamatan lingkungannya. Dengan begitu kita
bisa mengatakan bahwa kesadaran masyarakat akan lingkungannya adalah suatu bentuk dari toleransi
ini. Toleransi atau sikap tenggang rasa adalah bagian dari konsekuensi logis dari kita hidup bersama
sebagai makhluk sosial. Melanggar konsekuensi ini juga berarti melanggar etika berkehidupan
bersama.
2.6. Program Kali Bersih (Prokasih)
Prokasih adalah program pengendalian pencemaran air sungai untuk meningkatkan kualitas air
sungai agar sesuai peruntukannya (Kepmen LH No. 35 tahun 1995). Prokasih mulai dilaksanakan
tahun 1989 dan merupakan program nasional yang pelaksanaan kegiatannya di daerah dilakukan oleh
masing-masing pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan program ini sempat terhenti
pada tahun 1999, dan pada tahun 2003 mulai dimunculkan
kembali melalui kegiatan
penandatanganan Surat Pernyataan Program Kali Bersih (Superkasih). Superkasih adalah pernyataan
yang dibuat oleh pihak industri untuk melakukan upaya pentaatan dalam batas waktu tertentu.
Program Prokasih meliputi lima langkah yaitu : (1) menetapkan tim Prokasih daerah; (2)
mengidentifikasi perusahaan tertentu di industri pencemar berat; (3) mengupayakan agar perusahaan

Edisi Januari 2012 | 4

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


tersebut menandatangani surat komitmen secara sukarela untuk mengurangi beban polusi selama
jangka waktu yang disepakati; (4) memantau hasil selanjutnya; (5) memberi tekanan lebih besar bagi
mereka yang tidak berusaha memenuhi komitmennya.

1.
2.
3.
1.
2.
3.

a.

b.
c.

d.
e.

Azas pelaksanaan prokasih adalah pelestarian fungsi lingkungan perairan sungai untuk menunjang
pembangunan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Tujuan prokasih adalah:
Terciptanya kualitas air sungai yang baik, sehingga dapat meningkatkan fungsi sungai dalam
menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
Terciptanya sistem kelembagaan yang mampu melaksanakan pengendalian pencemaran air secara
efektif dan efisien.
Terwujudnya kesadaran dan tanggungjawab masyarakat dalam pengendalian pencemaran air.
Sasaran prokasih adalah:
Meningkatnya kualitas air sungai pada setiap sungai prokasih minimal memenuhi baku mutu air
sesuai peruntukannya.
Menurunkan beban limbah dari tiap sumber pencemar, sampai minimal memenuhi baku mutu air
limbah.
Menguatkan sistem kelembagaan dalam pelaksanaan prokasih.
Upaya pengendalian yang dilakukan untuk mengurangi pencemaran air yaitu:
Melaksanakan dan meningkatkan kualitas kegiatan program kali bersih (Prokasih) yang dilakukan
dengan pemantauan secara berkala, serta partisipasi masyarakat melalui kegiatan gerakan kebersihan
sungai dan sosialisasi Prokasih melalui media massa.
Mewajibkan industri untuk mengolah limbah cairnya sebelum dibuang kedalam perairan umum.
Melaksanakan penerapan sanksi dalam rangka penegakan hukum bagi pengusaha yang belum
melaksanakan pengolahan limbah cair atau hasil buangannya belum memenuhi standar baku mutu
yang ditetapkan (Perda Propinsi DIY No.3/1997 tentang pembuangan limbah cair kedalam air).
Melakukan pembinaan dan penyuluhan terhadap pengusaha dan masyarakat mengenai pentingnya
pengelolaan lingkungan hidup, khususnya pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan.
Mensosialisasikan teknologi tepat guna tentang model pengendalian pencemaran industri untuk
minimisasi limbah dengan tidak mengurangi kualitas produksi pada industri tahu dan tempe.

Indikator keberhasilan Program Prokasih secara umum adalah kadar pencemaran air sungai tidak
melebihi batas ambang baku mutu yang telah ditetapkan. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran menyatakan bahwa untuk menjamin kualitas air
yang diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya, maka perlu dilakukan upaya
pengelolaan kualitas air. Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Pasal 1 kepmen LH No. 115 tahun 2003).
Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sungai agar memenuhi standar baku minimum air
sungai melalui pelaksanaan program Prokasih merupakan salah satu upaya memperbaiki lingkungan
masyarakat, karena lingkungan yang bersih dan sehat merupakan kebutuhan awal bagi manusia agar dapat
hidup sehat dan dapat meningkatkan kreativitas berfikir dan bekerja yang pada akhirnya dapat mewujudkan
masyarakat sejahtera. Berdasarkan landasan teoritis dan hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut:
H1.
H2.
H3.
H4.
H5.
H6.
H7.

Pelaksanaan Program Kali Bersih (Prokasih) berpengaruh terhadap tingkat kualitas air sungai
Prokasih
Pelaksanaan Prokasih berpengaruh terhadap pengendalian Beban Limbah Cair
Pelaksanaan Prokasih berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat.
Pengendalian Beban Limbah Cair berpengaruh terhadap tingkat kualitas air sungai Prokasih
Kesadaran Masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kualitas air sungai Prokasih
Pelaksanaan Prokasih, pengendalian Beban Limbah Cair, kesadaran masyarakat berpengaruh
terhadap tingkat kualitas air sungai Prokasih
Pelaksanaan Prokasih, pengendalian Beban Limbah Cair, kesadaran masyarakat, dan tingkat
kualitas air sungai Prokasih berpengaruh terhadap tingkat kesehatan lingkungan kawasan Daerah
Aliran Sungai

Edisi Januari 2012 | 5

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


III. METODA PENELITIAN
3.1. Sampel dan Sumber Data
Data penelitian ini terbagi menjadi data kualitas air sungai yang diambil dari data kualitas air di 28
titik lokasi pengambilan sampel sungai prokasih. Untuk Sungai Code diambil di 9 titik lokasi, Sungai
Winongo di 10 titik lokasi, dan Sungai Gadjahwong di 9 titik lokasi. Dan data diambil kualitas air
sungai tahun 2006 yang dilakukan empat kali dalam setahun yaitu bulan Februari, Mei, September,
dan Desember. Untuk data Limbah Cair diambil data dari pengukuran limbah cair dunia usaha yang
terdiri dari Industri, Hotel dan Rumah Sakit. Untuk industri sebanyak 12 industri dari total sampel
terdaftar 31 industri atau 38,7% dari populasi, data limbah hotel 3 dari 21 hotel terdaftar atau 14,28%
dari populasi, sedangkan rumas sakit sebanyak 6 rumah sakit dari 29 rumah sakit terdaftar atau
20,69% dari total populasi. Penentuan sampel ini dilakukan berdasarkan kelengkapan data yang
tersedia. Sampel yang digunakan mengenai kesadaran masyarakat adalah masyarakat yang tinggal
disekitar kawasan sungai sasaran Prokasih serta bidang usaha (Pariwisata, Rumah Sakit, industri dan
lainnya yang menggunakan sungai untuk pembuangan lmbah cairnya). Metoda pengambilan sampel
secara acak sederhana yaitu: (1) Kali Code, Kelurahan Terban, Gondokusuman ( Rt 01, 18, 19) dan
Kelurahan Cokro, Jetisharjo; (2) Kali Winongo, Tejokusuman; (3) Kali Gajah Wong, Banguntapan
Bantul dengan total responden sebanyak 56 responden. Untuk data tentang pelaksanaan Prokasih
didapat wawancara dengan koordinator pengawasan dan pengendalian Prokasih yaitu Bapedalda.
Sehingga data primer diperoleh melalui hasil pengisian kuesioner dan wawancara pelaksanaan
Prokasih, data sekunder meliputi Data Hasil Pemantauan Limbah Cair Industri, Rumah Sakit dan
Hotel tahun 2006, Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Prokasih tahun 2006, Buku Panduan
Pelaksanaan Kegiatan Prokasih, peraturan dan perundangan yang berkaitan.
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian
3.2.1. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan lingkungan kawasan
sungai, yang diukur dengan tingkat kualitas air sungai, seperti yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah No.82 tahun 2001, yaitu kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas
air, parameter ini meliputi parameter fisik, kimia dan mirobiologis. Kualitas air yang diatur
oleh PP No. 82 Tahun 2001 sesuai ambang batas yang harus dipenuhi, dengan parameter
seperti yang terdapat pada Tabel 1. Namun untuk tujuan penelitian ini parameter yang akan
digunakan hanyalah parameter inti dalam menentukan kualitas air yaitu COD, BOD, DO,
Residu Tersuspensi (TSS), Nitrit, Minyak&Lemak, Bahteri Koli Tinja dan Bahteri Total
Koli. Untuk mengukur kualitas air, dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok dan
diberi skor sebagai berikut:
Parameter

Skor
Di bawah ambang batas,
stabil
Dibawah ambang batas, tidak
stabil
Sesuai dengan ambang batas
Di atas ambang batas, stabil
Di atas ambang batas tidak
stabil

3.2.2.

5
4
3
2
1

Variabel independen (bebas)


1. Pelaksanaan program prokasih (X1)
yaitu aktivitas untuk mencapai tujuan dan sasaran program meliputi:
Untuk menilai pelaksanaan Prokasih dilihat dari 3 aspek, yaitu aspek pengawasan dan
pengendalian kegiatan Prokasih, Sistem kelembagaan dan Infrastruktur, serta partisipasi
masyarakat. Pengukuran dilakukan dengan range nilai 1-5, 5 menunjukkan program
dilaksanakan dengan sangat baik dan 1 apabila program tidak berjalan.

Edisi Januari 2012 | 6

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


2.

Beban limbah (X2)


Yaitu Baku Mutu Limbah Cair yang merupakan batas kadar dan jumlah unsur pencemar
yang ditenggang adanya dalam limbah cair untuk dibuang dari suatu jenis kegiatan
tertentu. Diatur dalam KepmenLH 52/58 Tahun 1995 dan Kepmen LH no. 3 Tahun
1998 tentang Baku Mutu Limbah cair. Sedangkan untuk DIY juga menetapkan baku
mutu limbah cair. Setiap bidang usaha kadar limbah yang diukur berbeda-beda
disesuaikan dengan jenis industrinya. Maka patokan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah berdasarkan keputusan gubernur. Kemudian dibandingkan antara limbah cair
sampel dunia usaha dengan aturan menurut Keputusan Gubernur terkait, dan diberi skor
sesuai dengan berikut:
Parameter
Skor
Di bawah ambang batas,
5
stabil
Dibawah ambang batas,
4
tidak stabil
Sesuai dengan ambang
3
batas
Di atas ambang batas,
2
stabil
Di atas ambang batas
1
tidak stabil

3.

Partisipasi masyarakat (X3)


yaitu aktivitas yang menunjukkan tanggung jawab terhadap penyehatan lingkungan
meliputi : mengeluarkan sustainability reporting, pengelolaan limbah cair sebelum
dibuang ke sungai (berdasar Kepmen LH No. 111/2003 dan Perda DIY No. 3/1997).
Partisipasi masyarakat diperoleh dengan questioner menggunakan Model Skala likert 15.

3.3. Metoda Analisis Data


Data dianalisis dengan menggunakan regresi sederhana dan regresi berganda, dengan persamaan
regresinya:

X 4 1 1 X 1
X 2 2 2 X1
X 3 3 3 X1
X 4 4 4 X 2
X 4 5 5 X 3
X 4 6 6 X 1 7 X 2 8 X 3
Y 7 9 X 1 10 X 2 11 X 3 12 X 4 .

Edisi Januari 2012 | 7

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa

3.4. Model Penelitian


H1

Pelaksanaan Prokasih
(X1)

Kualitas Air Sungai


(X4)
H6

H2
H4
Beban Limbah
(X2)

H7
H5

H3

Tingkat penyehatan Kawasan


Lingkungan Sungai (Y)

Kesadaran Masyarakat
(X3)

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Deskriptif Statistik
Penelitian ini melihat hubungan antara pelaksanaan Prokasih, beban limbah, kesadaran masyarakat
dengan kualitas air sungai. Sesuai dengan tujuan Prokasih yaitu (1) terciptanya kualitas air sungai
yang baik, sehingga dapat meningkatkan fungsi sungai dalam menunjang pembangunan yang
berkelanjutan, (2) terciptanya sistem kelembagaan yang mampu melaksanakan pengendalian
pencemaran air secara efektif dan efisien, dan (3) terwujudnya kesadaran dan tanggungjawab
masyarakat dalam pengendalian pencemaran air.
Descriptive Statistics
N
kualit as
limbah
prokasih
kesmas
Valid N (listwise)

8
25
23
24
8

Minimum
1,04
1,80
1
3,07

Maximum
4,96
5,00
5
4,63

Mean
2,9380
4,1524
3,65
3,9828

St d. Dev iation
1,67749
1,02122
1,112
,42968

Kualitas air
Kualitas air dilihat dari 8 parameter kualitas air yaitu Residu Tersuspensi, Oksigen Terlarut, BOD,
COD, Nitrit, Minyak dan Lemak, Bakteri Koli Tinja dan Bakteri Total Koli. Dan secara rata-rata
kualitas air sungai Prokasih, yaitu dengan skor rata-rata 2,94, sesuai dengan ambang batas yang
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Namun Deviasi standar sebesar 1,677,
yang cukup besar dibandingkan 3 variabel lain, yang menunjukkan terdapat perbedaan yang cukup
besar antara 8 parameter tersebut. Ada yang terlalu baik dan ada parameter kualitas air yang
kurang memadai. Untuk COD, BOD, Bakteri Koli Tinja dan Bakteri Total Koli yang
menunjukkan parameter yang paling penting, menunjukkan kualitas air yang buruk karena ratarata berada diatas ambang batas menurut PP No. 82 Tahun 2001. sedangkan parameter lainnya
menunjukkan kualitas air yang lebih baik, karena memenuhi batas ambang yang ditetapkan PP No.
82 tahun 2001.

Edisi Januari 2012 | 8

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


Beban Limbah
Untuk mengukur beban limbah industri digunakan parameter yang berbeda-beda. Karena setiap
industri menghasilkan limbah yang berbeda sehingga parameternya juga berbeda. Secara total
dalam penelitian ini menggunakan 25 parameter karena variasi jenis industri yang diukur. Secara
rata-rata beban limbah sumber pencemar sungai Prokasih, yaitu dengan skor rata-rata 4,15, berada
dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh Perda yang berbeda-beda untuk setiap industri. Untuk
beban limbah yang digunakan sebagai sampel disini adalah untuk industri yang melaporkan
limbahnya ke Bapedalda, sedangkan industri yang tidak melaporkan beban limbahnya, yang tidak
termasuk sampel, sangat banyak. Jadi sebenarnya beban limbah yang dibuang ke sungai Prokasih
mungkin saja lebih buruk dari yang ada dalam sampel sekarang, karena masih rendahnya
kesadaran industri untuk mengelola limbahnya dengan baik, yang terlihat dari rendahnya
kesadaran untuk melaporkan limbahnya secara berkala ke Bapedalda.
Tabel 2. Jenis Bidang Usaha yang terdaftar dan melaporkan Beban Limbah Cair untuk tahun 2006
Jenis Bidang
Bidang Usaha
Usaha
Terdaftar
Industri
31
Rumah Sakit
21
Hotel
29
Rata-rata
81
Sumber: Bapedalda DIY, tahun 2006

Bidang Usaha yg
Melapor
12
3
6
21

% industri yg
melapor
38,7%
14,28%
20,69%
24,56%

Dari tabel diatas, terlihat bahwa tingkat kesadaran dunia usaha terhadap pengelolaan beban
limbah industri baru 24,56%.
Program Kali Bersih
Variabel Prokasih diukur dengan proksi Prokasih, yang terdiri dari pengendalian dan pengawasan
Prokasih, sistem kelembagaan dan infrastruktur, dan partisipasi masyarakat. Skor rata-rata sebesar
3,65 yang menunjukkan bahwa Prokasih secara-rata berjalan dengan cukup baik. Dengan deviasi
stndar sebesar 1,11.
Kesadaran Masyarakat.
Kesadaran Masyarakat akan Program Kali Bersih menunjukkan skor rata-rata 3,98 dan dengan
deviasi standar yang paling kecil diantara 3 variabel lainnya yaitu 0,43. Hal ini menunjukkan
kesadaran masyarakat yang cukup tinggi.
4.2. Analisis Statistik
4.2.1. Pengaruh Pelaksanaan Prokasih terhadap Tingkat Kualitas Air Sungai
ANOVA(b)
Sum
of
Squares
Regression
,617
Residual
19,080
Total
19,698
a Predictors: (Constant), prokasih
b Dependent Variable: kualitas

Model
1

df
1
6
7

Mean Square
,617
3,180

F
,194

Sig.
,675(a)

Dari uji statistik yang dilakukan terhadap hubungan antara Prokasih dengan kualitas air sungai
Prokasih menunjukkan, pelaksanaan prokasih tidak berpengaruh terhadap tingkat kualitas air
sungai Prokasih. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji statistik, dengan tingkat signifikan dengan
0,675, bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan Prokasih dengan

Edisi Januari 2012 | 9

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


tingkat kualitas air sungai Prokasih. Hasil ini tidak mendukung Hipotesis 1 secara statistik, bahwa
pelaksanaan Prokasih berpengaruh terhadap tingkat kualitas air sungai.
a.

Pengaruh Pelaksanaan Prokasih terhadap Pengendalian Beban Limbah Cair


ANOVA(b)

Model
Sum of Squares
1
Regression ,219
Residual
18,460
Total
18,679
a Predictors: (Constant), prokasih
b Dependent Variable: limbah

Df Mean Square F
Sig.
1 ,219
,249 ,623(a)
21 ,879
22

Berdasarkan hasil pengujian statistik terlihat bahwa pelaksanaan prokasih tidak berpengaruh
kepada pengendalian beban limbah cair, yang terlihat dari tingkat signifikan pada 0,623.
Berarti hipotesis 2 tidak terdukung secara statistik
b. Pengaruh Pelaksanaan Prokasih terhadap Kesadaran Masyarakat
Model Summary

Model R
R Square
1
,457(a)
,209
a Predictors: (Constant), prokasih

Adjusted R Std. Error of


Square
the Estimate
,172
,39080

ANOVA(b)

Model
Sum of Squares
1
Regression ,849
Residual
3,207
Total
4,056
a Predictors: (Constant), prokasih
b Dependent Variable: kesmas

df Mean Square
F
Sig.
1 ,849
5,557 ,028(a)
21 ,153
22

Coefficients(a)

Model

Unstandardized
Coefficients

B
(Constant) 4,609
prokasih
-,177
a Dependent Variable: kesmas
1

Std. Error
,285
,075

Standardized
Coefficients
Beta
-,457

Sig.

B
16,147
-2,357

Std. Error
,000
,028

Untuk hipotesis 3, mengenai pengaruh pelaksanaan prokasih terhadap kesadaran


masyarakat, terdukung secara statistik, yaitu signifikan pada 2,8 %. Dengan R2 sebesar

Edisi Januari 2012 | 10

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


0,209, yang berarti 20,9% tingkat kesadaran masyarakat dapat di jelaskan dengan
Pelaksanaan Prokasih.

c. Pengaruh Pengendalian Beban Limbah terhadap Tingkat Kualitas Air Sungai Prokasih.
ANOVAb
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
5,505
14,192
19,698

df
1
6
7

Mean Square
5,505
2,365

F
2,328

Sig.
,178a

a. Predictors: (Constant), limbah


b. Dependent Variable: kualitas

Berdasarkan hipotesis 4, diduga pengendalian beban limbah berpengaruh terhadap tingkat


kualitas air sungai Prokasih, dan dari hasil uji statistik tidak mendukung hipotesis 4 ini.
Karena berdasarkan pengujian statistik diketahui, tingkat signifikasi hubungan
pengendalian beban limbah dengan tingkat kualitas air sungai, sebesar 0,178.
d. Pengaruh Kesadaran Masyarakat terhadap Tingkat Kualitas Air Sungai Prokasih
Model Summary
Model
1

R
,747a

R Square
,557

Adjusted
R Square
,483

St d. Error of
the Estimate
1,20559

a. Predictors: (Constant), kesmas


ANOVAb
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
10,977
8,721
19,698

df
1
6
7

Mean Square
10,977
1,453

F
7,552

Sig.
,033a

a. Predictors: (Const ant), kesmas


b. Dependent Variable: kualit as

Coeffi ci entsa

Model
1

(Constant)
kesmas

Unstandardized
Coef f icients
B
St d. Error
-6,466
3,448
2,301
,837

St andardized
Coef f icients
Beta
,747

t
-1,875
2,748

Sig.
,110
,033

a. Dependent Variable: kualitas

Berdasarkan uji statistik dengan regresi menunjukkan kesadaran masyarakat berpengaruh


signifikan terhadap tingkat kualitas air sungai prokasih, dengan tingkat signifikansi pada
0,033. Sedangkan R square sebesar 55,7%, menunjukkan besarnya nilai kualitas air sungai

Edisi Januari 2012 | 11

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


Prokasih dapat dijelaskan sebesar 55,7% berasal dari kesadaran masyarakat. Hal ini
mendukung hipotesis ke 5 bahwa kesadaran masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kualitas
air sungai Prokasih. Pengaruh ini dapat dinyatakan dengan persamaan: Y = 2,3 X3, sedangkan
konstanta tidak signifikan.
e. Pengaruh Pelaksanaan Prokasih, Pengendalian Beban Limbah, Kesadaran Masyarakat
terhadap Tingkat Kualitas Air Sungai Prokasih.
Dari hasil regresi didapat kan hasil sebagai berikut:
ANOVAb
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
13,574
6,124
19,698

df
3
4
7

Mean Square
4,525
1,531

F
2,955

Sig.
,161a

Sig.
,904
,806
,093
,285

a. Predictors: (Const ant), limbah, prokasih, kesmas


b. Dependent Variable: kualit as

Coeffi ci entsa

Model
1

(Constant)
prokasih
kesmas
limbah

Unstandardized
Coef f icients
B
St d. Error
1,097
8,548
,129
,493
2,124
,967
-1,652
1,339

St andardized
Coef f icients
Beta
,080
,689
-,358

,128
,262
2,196
-1,233

a. Dependent Variable: kualitas

Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis 6, tidak didukung secara statistik, karena tidak
signifikan secara statistik. Sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel independen yang
terdiri dari pelaksanaan Prokasih, pengendalian beban limbah, dan kesadaran masyarakat
tidak berpengaruh terhadap tingkat kualitas air.
f. Pengaruh Pelaksanaan Prokasih, Pengendalian Beban Limbah, Kesadaran Masyarakat
dan Tingkat Kualitas air terhadap Tingkat Penyehatan Kawasan Lingkungan Sungai
ANOVAb
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
1,890
,907
2,797

df
4
2
6

Mean Square
,473
,453

a. Predictors: (Const ant), kesmas, limbah, prokasih, kualitas


b. Dependent Variable: Kesehatan

Edisi Januari 2012 | 12

F
1,042

Sig.
,543a

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


Coeffi ci entsa

Model
1

(Constant)
kualit as
limbah
prokasih
kesmas

Unstandardized
Coef f icients
B
St d. Error
7,778
4,750
-,098
,326
-,771
,928
-,417
,284
,309
,820

St andardized
Coef f icients
Beta
-,232
-,443
-,653
,255

t
1,637
-,301
-,831
-1,465
,377

Sig.
,243
,792
,493
,280
,742

a. Dependent Variable: Kesehatan

Sama halnya dengan pengujian regresi hipotesis sebelumnya, pengujian regresi terhadap
hipotesis 7 ini juga tidak didukung secara statistik. Atau dengan kata lain pelaksanaan
Prokasih, pengendalian beban limbah, kesadaran masyarakat, dan tingkat kualitas air tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat penyehatan kawasan lingkungan sungai.
4.3. Pembahasan
Dari hasil uji statistik, dapat dilihat bahwa Program Kali Bersih belum mampu mencapai tujuan
program itu sendiri secara baik. Program tersebut pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kualitas air, yang diperkuat dengan tujuan meningkatkan sistem kelembagaan dan kesadaran
masyarakat. Akhirnya Prokasih ini dilaksanakan pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan kawasan lingkungan sungai Prokasih. Dari empat (4) variabel independen tersebut,
hanya kesadaran masyarakat yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas air sungai prokasih.
Hal ini menunjukkan bahwa secara individu masyarakat mempunyai kesadaran yang tinggi untuk
menjaga kebersihan kawasan sungai, namun tidak demikian halnya dengan dunia usaha, seperti
industri, hotel dan rumah sakit.
Dari hasil penelitian terlihat masih rendahnya kesadaran dunia usaha untuk mengelola limbah
cairnya dengan baik, hal terlihat dari rendahnya kesadaran dunia usaha untuk melaporkan
limbahnya ke Bapedalda. Dari data yang dikumpulkan, hanya 12 industri yang rutin melaporkan
hasil pemantauan limbah dari 31 industri yang terdaftar, atau sekitar 38,7% dari industri yang
terdaftar memperoleh izin pembuangan limbah. Sedangkan untuk pariwisata, hanya 3 hotel yang
melaporkan pemantauan limbah hotel, itu pun tidak rutin, dari 21 hotel yang terdaftar. Dan untuk
rumah sakit, hanya 6 rumah sakit yang rutin melaporkan pemantauan limbahnya dari 29 rumah
sakit yang terdaftar. Sehingga dapat dikatakan bahwa masih rendahnya kesadaran dunia usaha
untuk mengendalikan dan melaporkan pemantauan limbahnya. Sedangkan Prokasih di canangkan
lebih pada peningkatan kualitas air sungai yang sebagian besar di arahkan ke pengendalian limbah
dunia usaha.
Prokasih adalah program pemerintah dalam namun program ini tidak akan berhasil tanpa
komitmen dan dukungan dari seluruh pihak yang terkait dengan pemanfaatan daerah aliran sungai
prokasih. Komitmen perusahaan dan industri yang memanfaatkan daerah aliran sungai masih
dipertanyakan. Karena tingkat kepatuhan perusahaan dan industri untuk pengendalian dampak
lingkungan masih kurang. Hal ini dilihat dari rendahnya kepatuhan untuk melaporkan beban
limbah industrinya ke Bapedalda. Dan masih banyak industri yang memanfaatkan aliran sungai
prokasih sebagai pembuangan limbah industrinya, namun belum mendapat izin untuk itu.
Sehingga ini memperlemah pengendalian limbah itu sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh
Takahasi dan Uitto (2004), bahwa untuk dapat melakukan reformasi terhadap perbaikan
lingkungan sungai perlu melibatkan masyarakat, begitu juga perencanaan dan managemen sungai
berada pada tangan ahli tehnis dan politikus.
Apabila dilihat dari kualitas air sungai prokasih, masih kurang memuaskan karena kalau dilihat
dari parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas air sungai, rata-rata menunjukkan masih
berada di atas ambang batas yang ditetapkan oleh PP no. 82 tahun 2001. Terutama BOD, COD,

Edisi Januari 2012 | 13

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


Bakteri Koli Tinja dan Bakteri Total Koli, yang menunjukkan berada selalu diatas ambang batas.
Untuk parameter Bakteri Koli Tinja dan Bakteri Total Koli, umumnya berasal dari masyarakat dan
rumah sakit, kandungannya dalam air sungai sangat tinggi pada sungai prokasih.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cho, Sung dan Ha (2004), Water Quality
Management Model (WQMM), dengan genetic Algoritma (GA) yang dilakukan pada sungai
Youngsan Korea, yang kualitas airnya sangat rendah.Dalam WQMM menggunakan GA, hasil
dikalkulasi dengan menggunakan Qua12e model yang secara langsung digunakan untuk mengecek
kualitas air, Keuntungan menggunakan WQMM dengan GA, dalam menyatakan non-linearity
model kualitas air matematis, mempertimbangkan beberapa parameter kualitas air dan dapat
menemukan solusi optimal yang tepat untuk masalah cost optimization. Berdasarkan penelitian
tersebut terliaht bahwa untuk perencanaan managemen air sungai perlu mempertimbangkan
parameter kualitas air dan kos optimumnya. Hal ini belum ditemukan pada Prokasih.
Keberhasilan Prokasih ini juga tidak lepas dari komitmen dinas yang terkait untuk menjalankan
Prokasih dengan baik. Sejauh ini Prokasih Daerah Istimewa Yogyakarta sudah mempunyai
program strategis yang cukup baik, namun dalam implementasinya masih perlu dipertanyakan.
Sedangkan harapan masyarakat cukup tinggi dengan keberhasilan Prokasih ini. Kurangnya
pemahaman masyarakat tentang kriteria air sungai yang baik dan bebas dari pencemaran, membuat
masyarakat kurang mampu menafsirkan dengan baik keberhasilan program ini. Karena
berdasarkan penilaian secara aggregat bahwa kualitas air sungai Prokasih relatif stabil, namun di
atas ambang yang ditetapkan pemerintah.
Apabila dilihat pelaksanaan Prokasih ini sendiri, masih terdapat beberapa kelemahan yang perlu
kita sikapi. Pemerintah daerah sudah menyusun rencana strategis Prokasih, namun masih terdapat
beberapa kelemahan dalam renstra itu sendiri begitu juga dengan pelaksanaannya. Dalam renstra
tersebut masih terdapat aspek pengendalian kegiatan prokasih terutama pada penyusunan laporan
kegiatan prokasih dan tindak lanjut laporan. Hal ini tidak dinyatakan dalam renstra dengan baik
siapa yang bertanggung jawab untuk menyusun laporan dan kepada siapa laporan tersebut
dipertanggung jawabkan, tidak dijelaskan dengan baik mengingat bahwa Prokasih ini kegiatan
lintas sektoral. Dengan tidak adanya pelaporan prokasih ini dengan baik menyebabnya tidak dapat
diketahui progress kegiatan yang pada akhirnya tidak ada kegiatan tindak lanjut yang dapat
diidentifikasi. Hal inilah yang menyebabkan lemahnya aspek pengendalian kegiatan prokasih.
Aspek penegakan hukum juga dinilai lemah, hal ini dilihat dari rendahnya kesadaran melaporkan
limbah cair dari dunia usaha. Berdasarkan diskusi dengan Bapedalda diketahui bahwa hal yang
tersulit untuk ditetapkan adalah menerapkan sanksi hukum bagi dunia usaha yang membuang
limbah yang belum diolah dengan baik ke daerah aliran sungai. Jadi dapat diduga bahwa
rendahnya kesadaran dunia usaha karena lemahnya sanksi hukum yang diterapkan.
Untuk infrastruktur kegiatan prokasih sudah memadai, seperti struktur oganisasi, sarana
dan prasarana laboratorium lingkungan, perda terkait prokasih, septitank communal, ketersediaan
tenaga analis laboratorium dan bimbingan tehnis, webside, dan sebagainya.
Untuk dapat meningkatkan kualitas air secara baik maka diperlukan upaya yang sungguhsungguh dari semua pihak. Seperti yang nyatakan dalam penelitian Yang, Nan dan Sun (2006),
perlunya on-line water quality monitoring dalam menjaga kualitas air sesuai dengan
peruntukkannya. Bukan hanya mengharapkan kesadaran masyarakan dan dunia industri untuk
menjaga kualitas air, tapi perlu pengendalian dan pengontrolan yang kontinu dari tenaga ahli untuk
dilaporkan dan kemudian ditindak lanjuti secara tepat. Sehingga upaya yang sudah dilakukan akan
menjadi lebih baik.
Hasil tersebut sejalan dengan review Tietenberg (1998), yang mengidentifikasi tujuh
channels pengungkapan informasi yang andal terhadap publik atas kinerja lingkungan
perusahaan dapat mempengaruhi perilaku perusahaan. Secara khusus, pengungkapan publik
memungkinkan: (1) mempengaruhi permintaan atas barang perusahaan; (2) mempengaruhi
persediaan perusahaan; (3) mempengaruhi perusahaan untuk menggaji dan mempertahankan
karyawan; (4) meyakinkan untuk bertindak sesuai hukum melawan pembuat polusi; (5)

Edisi Januari 2012 | 14

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


membangun dukungan terhadap legislasi pengendalian polusi; (6) meningkatkan jaminan hak atas
lingkungan yang sehat dan; (7) memotivasi perusahaan untuk mengurangi polusi.
V. PENUTUP
Dari hasil analisis dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Program Kali Bersih, belum
cukup mampu mencapai tujuan program itu sendiri. Hal ini terlihat dari masih lemahnya sistem
kelembagaan prokasih, rendahnya kesadaran dunia usaha untuk melaporkan beban limbah cairnya yang
membuat sulit untuk mengontrol apakah dunia usaha sudah mengolah dengan baik limbah cairnya sebelum
di alirkan ke sungai Prokasih. Hal ini berakibat pada kualitas air sungai Prokasih yang menurut parameter
kualitas air yang ditentukan oleh PP No.82 tahun 2001, masih diatas ambang batas yang ditentukan.
Sehingga ini akan berdampak kepada masyarakat yang menggunakan air tersebut, karena masyarakat hanya
melihat secara kasat mata sehingga kurang memahami apakah air tersebut aman digunakan atau tidak.
Namun dari hasil penelitian masyarakat individual mempunyai kesadaran yang cukup tinggi dalam
menjaga kualitas air sungai, dan hal ini merupakan harus selalu menjadi perhatian pemerintah bagaimana
memenuhi keingingan masyarakat akan lingkungan kawasan sungai yang bersih.
Sebagaimana diketahui tujuan utama Prokasih sesuai dengan Kepmen LH No. 35 tahun 1995,
adalah meningkatkan kualitas air sungai sesuai dengan peruntukannya. Oleh karena itu perlu program
kegiatan yang memang proaktif terkait menjaga kualitas air secara tehnis kimia, serperti on-line
monitoring, melibatkan tenaga ahli-ahli dan dukungan politis yang cukup. Sehingga kualitas air dapat
diketahui dengan cepat dan dapat ditentukan tindakan apa yang harus dilakukan secara tepat. Yang berarti
bahwa bagaimana membuat program yang betul-betul tepat guna untuk menjaga kualitas air.
Dalam upaya meningkatkan pengawasan dan pengendalian Prokasih perlu ditentukan batas tugas
dan tanggungjawab, namun yang tidak kalah pentingnya adalah pertanggungjawaban dari kegiatan. Untuk
dapat diketahui progres program dan dapat digunakan untuk merencanakan perbaikan di masa mendatang.
Dalam Prokasih DIY belum dijelaskan secara tegas proses pertanggungjawaban.
Penegakan hukum juga merupakan hal yang patut di bahas, karena masih lemahnya penegakan
hukum. Hal ini dilihat dari belum berjalannya sangsi yang tegas terhadap pelaku usaha yang tidak
mengindahkan peraturan DIY (perda DIY No. 3/1997) terkait pengendalian limbah cair dan sangsi.
Namun penelitian ini masih sarat dengan kelemahan seperti sampel masyarakat yang secara relatif
masih sangat kurang, jika dibanding dengan populasinya karena keterbatasan waktu. Sehingga hasil
penelitian ini belum dapat digeneralisir. Karena keterbatasan ilmu peneliti tentang teknis kimia dan
tehnologi terkait kualitas air, maka penelitian selanjutnya perlu dikembangkan tentang metode alternatif
untuk menjaga kualitas air dengan melibatkan tenaga ahli dibidang lingkungan terutama air. Dalam upaya
untuk memberi masukan terhadap pemerintah tentang metode alternatif yang dapat diterapkan pemerintah
secara efektif untuk menjaga kualitas air sungai yang tercemar.
VI. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Sasaran
Prokasih Tahun 2005, Yogyakarta.
[2]. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Sasaran
Prokasih Tahun 2006, Yogyakarta.
[3]. Cho, Jae Heon, Ki Seok Sung dan Sung Ruong Ha, 2004, A River Water Quality Management Model
for Optimising Regional Wastewater Treatment Using a Genetic Algorithm, Journal of
Environmental Management,73, pp 229-242
[4]. Jones, R., 1996, An Environmental Review of Rechem International Ltd for the Purpose of BS En ISO
14001: 1996 and EMAS, MSc Thesis, University of Glamorgan, Pontypridd.
[5]. Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 35A Tahun 1995 tentang Program Penilaian
Perusahaan/Kegiatan Usaha dalam Pengendalian Pencemaran dalam Lingkungan Kegiatan
Prokasih (Proper Prokasih).
[6]. Lembaran Negara, 2004, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7, Sumber Daya Air.
[7]. Lembaran Negara, 2004, Undang Undang No. 32 tentang Pemerintahan Daerah.
[8]. Lembaran Negara, 1997, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23, Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

Edisi Januari 2012 | 15

Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa


[9]. Lembaran Negara, 1995, Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 35, tentang Program Kali
Bersih
[10]. Lembaran Negara, 2003, Kepmen LH No. 115, Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
[11]. Miller, P. And Rose, N,N., 1990, Governing Economic Life, Economy and Society, Vol. 19, pp. 1-31.
[12]. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
[13]. Syumanda, Rully, 2005, Lingkungan Hidup, available at: www.google.com. 3 Oktober 2007.
[14]. Takahasi, Yutaka dan Juha I. Uitto, 2004, Evolution of River Management in Japan: From Focus on
Economic Benefits to a Comprehensive View, Global Environmental Change 14, pp 63-70.
[15]. Tietenberg, T. 1998, disclosure Strategics for Pollution Control, Environmental and Resource
Economics, pp 23-32.
[16]. World Bank, 2001, Indonesia: Environment and Development, A World Bank Country Study,
Washington, D.C.

Edisi Januari 2012 | 16

You might also like