Das Alang
Das Alang
Abstrak
Data debit aliran merupakan informasi penting dalam pengelolaan sumber daya air. Pengelolaan sumber daya air memiliki
berbagai aspek keperluan seperti pengendalian banjir, potensi energi listrik dan sebagainya. Untuk pengelolaan sumber daya air
dan perencanaan infrastruktur DAS Alang jangka panjang, dibutuhkan data debit aliran dimasa yang akan datang. Sehingga perlu
dilakukan pendekatan untuk penyediaan data debit dengan model JST. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui koefisien
parameter JST, (2) Mengetahui debit prediksi tahun 2013-2016 dan (3) Mengetahui keandalan model.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dimana data yang dipakai merupakan data sekunder. Data sekunder yang
digunakan diperoleh dari instansi terkait. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah mengumpulkan data hujan dan debit tahun
2001-2012 serta peta topografi. Melakukan perhitungan hujan wilayah menggunakan metode poligon Thiessen. Hasil hujan
wilayah diubah menjadi debit menggunakan metode Rasional pada JST Backpropagation dengan bantuan Software Matlab (R2010b).
Kemudian melakukan simulasi sampai hasil yang diperoleh berada pada batas yang ditetapkan dan sekaligus memperoleh debit
prediksi. Selanjutnya melakukan uji keandalan model.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter JST : Periode = 4 tahun, Hidden Layer = 2 buah (masing-masing 2 neuron), Epoch
= 150000, Momentum = 0,6 dan Goal = 0,02. Kemudian untuk debit prediksi DAS Alang pada tahun 2013-2016 dapat dilihat
pada tabel 5. Keandalan model 58,17% yang diperoleh dari analisis reliabilitas. Model telah mencapai keandalan 58,17% dan
memenuhi syarat Confidence 95%, tetapi parameter model perlu dimodifikasi untuk mengaplikasikannya ke DAS lain.
Kata kunci : prediksi potensi debit, hujan, jaringan syaraf tiruan
PENDAHULUAN
Data debit aliran merupakan informasi penting dalam pengelolaan sumber daya air. Pengelolaan sumber daya air
memiliki berbagai aspek keperluan seperti pengendalian banjir, potensi energi listrik dan sebagainya. Indonesia
mempunyai banyak pulau dan daerah aliran sungai. Daerah aliran sungai tidak seluruhnya mempunyai stasiun debit
sehingga perlu dilakukan pendekatan teknis untuk mengatasi pengabsahan data yang dapat dipertanggung jawabkan.
Hujan yang mempunyai hubungan erat terhadap debit sehingga perlu kiranya melakukan penelitian untuk
memprediksi potensi debit berdasarkan data hujan maksimum bulanan dengan metode jaringan syaraf tiruan. Untuk
e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL Vol. 2 No. 1/Maret 2014/55
pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur serta jaringan sungai, perlu diketahui seberapa besar potensi debit
yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Wonogiri mempunyai beberapa daerah aliran sungai (DAS) yang bermuara ke waduk Gajah Mungkur. DAS Alang
adalah salah satu DAS yang terletak di Wonogiri dan bermuara ke waduk Wonogiri. DAS ini merupakan sub DAS
Bengawan Solo Hulu 3 dengan luas wilayah 14769,50 Ha.
Model ini telah diaplikasikan pada DAS Kali Asem sub DAS Bondoyudo (Rintis, 2009). Sehingga berdasarkan
parameter model sebelumnya, maka model tersebut diaplikasikan kembali pada DAS Alang. Prediksi debit tahun
2013-2016 diharapkan dapat memberi solusi untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan infrastruktur di DAS
Alang. Untuk mengetahui debit prediksi maka terlebih dahulu diketahui parameter JST. Dan seberapa besar
keandalan model yang diaplikasikan pada DAS Alang tersebut.
Tinjauan Pustaka
Hujan merupakan komponen utama dalam siklus hidrologi, dapat digambarkan bahwa hujan mempunyai hubungan
dengan aliran. Oleh sebab itu, karakteristik hujan dan DAS sangat berhubungan erat dengan debit aliran yang tejadi.
Data hujan dapat diperoleh dari instansi yang melakukan pengamatan terhadap data hujan melalui stasiun hujan.
Instansi tersebut seperti Pengelola Bandara, Dinas Pengairan, Dinas Pertanian, Balai Besar Wilayah Sungai, Balai
Pengelola Sumber Daya Air, Balai Penelitian dan Teknologi Pengelola Daerah Aliran Sungai, Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG), dan Jasa Tirta (Sobriyah, 2012).
Data debit merupakan informasi penting bagi pengelola sumber daya air. Informasi ini akan untuk pengambilan
keputusan kelayakan pembangunan atau rekonstruksi infrastruktur dan jaringan sungai. Pengembangan sumber daya
air merupakan bagian dari kebutuhan irigasi yang erat kaitannya dengan sifat tanah sekitar, kondisi iklim, jenis
tanaman yang dikembangkan dan efisiensi irigasi tersebut. Air irigasi berfungsi memenuhi kebutuhan tanaman untuk
berkembang dengan baik. Kebutuhan air tergantung curah hujan, jenis tanaman, pengolahan tanah dan cara
penyalurannya (Vicky Tri Jayanti, 2013).
Analisis Hujan Wilayah
Perhiutngan hujan wilyah menggunakan metode poligon Thiessen. Metode poligon Thiessen memperhitungkan bobot
dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan disekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa
hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun
mewakili luasan tersebut. Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari
setiap stasiun. Metode poligon Thiessen banyak digunakan untuk menghitung hujan rerata kawasan (Bambang
Triatmojo, 2009). Persamaan poligon Thiessen seperti berikut ini [1] :
n
A1 p1 A2 p 2 A3 p3 ...... An p n
A pi
i
A1 A2 A3 ...... An
Ai
i 1
[1]
Dengan :
P
= hujan wilayah (mm),
P1, P2, P3..... Pn = tinggi curah hujan di pos 1,2,3,....n,
A1, A2, A3..... An = luas daerah pengaruh pos 1,2,3,....n.
Analisis Debit
Debit di suatu lokasi yang ditinjau dapat diperkirakan berdasarkan data hujan. Debit aliran di sungai berasal dari
hujan yang jatuh di DAS, sehingga dengan mengetahui kedalaman hujan dan kehilangan air seperti penguapan dan
infiltrasi. Untuk memperkirakan besarnya air aliran puncak (peak runoff, Qp), metode Rasional adalah salah satu teknik
yang dianggap baik. Persamaan matematik metode rasional untuk memperkirakan besarnya air aliran (Asdak, 1995 :
150), adalah sebagai berikut [2] :
Q 0,00278CiA
......[2]
e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL Vol. 2 No. 1/Maret 2014/56
ISSN 2354-8630
Dengan :
Q
= air aliran (debit) puncak (m3/detik)
C
= koefisien air aliran
I
= intensitas hujan (mm/jam)
A
= luas wilayah DAS (Ha)
Besar kecilnya nilai C tergantung pada permeabilitas dan kemampuan tanah dalam menampung air.
Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation
Menurut Hermawan (2006) Jaringan syaraf tiruan (artifical neural network) adalah sistem komputasi yang arsitektur dan
operasinya diilhami dari pengetahuan tentang sel syaraf biologis di dalam otak manusia. Jaringan syaraf tiruan dapat
digambarkan sebagai model matematis dan komputasi untuk fungsi aproksimasi non-linear, klasifikasi data cluster dan
regresi non-parametrik atau sebuah simulasi dari koleksi model jaringan syaraf biologi. JST terbentuk dari 3 bagian
yakni : 1) Perancangan Arsitektur Jaringan, 2) Algoritma dan Pelatihan, dan 3) Fungsi Aktivasi.
Menurut Puspaningrum (2006) Pelatihan pada jaringan syaraf backpropagation, feedfoward (umpan maju) dilakukan
dalam rangka perhitungan bobot sehingga pada akhir pelatihan akan diperoleh bobot-bobot yang baik. Selama proses
pelatihan, bobot-bobot diatur secara iteratif untuk meminimumkan error (kesalahan) yang terjadi. Sebagian besar
pelatihan untuk jaringan feedfoward (umpan maju) menggunakan gradien dari fungsi aktivasi untuk menentukan
bagaimana mengatur bobot-bobot dalam rangka meminimumkan kinerja. Ada 3 fase pelatihan backpropagation adalah
sebagai berikut : 1) propagasi maju, 2) propagasi mundur, dan 3) perubahan bobot.
Analisis Keandalan Model
Keandalan model dapat diukur dengan korelasi (r) dan analisis reliabilitas (r). Korelasi merupakan teknik analisis
yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel. Interpretasi koefesien korelasi akan menghasilkan
makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien
korelasi didasarkan pada jarak yang berkisar antara 0 1 (Jonathan Sarwono, 2006). Berikut adalah persamaan
korelasi [3] :
r
n( x
Dengan :
r
=
x
=
n
=
y
=
n xy x y
) ( x ) 2 n( y 2 ) ( y ) 2
..........................................................................................................[3]
Koefisien korelasi
Debit simulasi (m3/s)
Jumlah data
Debit lapangan (m3/s)
Selain uji korelasi, keandalan model juga dapat di ukur dengan metode lain, seperti analisis reliabilitas (Zulganef, 2006).
Keandalan reliabilitas (r) menggunakan persamaan umum Cronbach [4] :
r
n
i
..........................................................................................................................................[4]
1
2
n 1
2
(
)
ij
i
Dengan :
r
n
ij
i2
i2 + 2(ij)
= Keandalan
= Jumlah data
= Kovarian item i dan j,
= Jumlah varian i
= Total varian
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang menggunakan data sekunder. Data diperoleh dari
BPSDA Bengawan Solo dan BPTKPDAS Bengawan Solo.
e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL Vol. 2 No. 1/Maret 2014/57
Penelitian ini menggunakan alat Microsoft Excel, Software Matlab dan Software AutoCad. Dalam pengolahan data terlebih
dahulu menyiapkan data hujan dan debit tahun 2001-2012, kemudian melakukan uji panggah untuk data hujan
berdasarkan data hujan kumulatif tahunan, selanjutnya menghitung hujan wilayah menggunakan metode poligon
Thiessen. Setelah memperoleh hujan wilayah, maka dilakukan prediksi debit tahun 2013-2016 menggunakan jaringan
syaraf tiruan algoritma Backpropagation dengan software Matlab. Dan tahap selanjutnya melakukan uji korelasi (r) dan
analisis reliabilitas (r) terhadap debit hasil simulasi dan debit observasi untuk memperoleh keandalan model.
Rerata Stasiun
Nawangan
Pracimantoro
Song Putri
Nawangan
Pracimantoro
Song Putri
2001
1644,00
1323,50
428,00
875,75
1036,00
1483,75
2002
2076,00
992,00
1805,00
1398,50
1940,50
1534,00
Tabel 2. Lanjutan Hasil Uji Panggah Hujan Kumulatif DAS ALang Tahun 2001-2012 (mm)
Tahun
Kumulatif (Y)
Nawangan
Pracimantoro
Song Putri
Nawangan
Pracimantoro
Song Putri
2001
875,75
1036,00
1483,75
2390,85
1323,50
1168,82
2002
2274,25
2976,50
3017,75
3720,00
2524,29
2847,02
Tabel 1 - 2 merupakan hasil tabel uji panggah dengan metode Lengkung Massa Ganda (Double Mass Curve).
Kemudian akan diplot pada kurva Massa Ganda, absis X (kumulatif rerata) dan absis Y (kumulatif) pada gambar 1
berikut ini.
ISSN 2354-8630
Tabel 3. Curah Hujan Wilayah Bulanan pada bulan Januari dan Februari tahun 2001-2012 (mm)
Curah
Hujan
Bulanan
Januari
Februari
Tahun
2001
43,672
40,200
2002
47,558
71,747
2003
66,038
46,535
2004
42,742
24,569
2005
46,924
20,132
2006
60,337
24,534
2007
2,755
6,061
2008
32,871
40,832
2009
39,765
57,501
2010
25,991
51,900
2011
67,777
52,738
2012
36,106
67,488
Data Debit
Data debit berfungsi sebagai verikasi model. Berikut ini adalah contoh debit observasi tahun 2001-2012 bulan Januari
dan Februari.
Tabel 4. Data Debit Bulanan pada Bulan Januari dan Februari Tahun 2001-2012 (m3/dt)
Debit
Bulanan
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
0,000
17,530
7,879
1,011
14,817
32,961
0,000
17,067
22,467
0,000
12,829
4,102
Februari
0,000
1,130
0,361
5,315
1,973
24,557
0,134
18,660
24,396
2,304
3,241
0,134
Setelah data hujan diperoleh, maka tahapan selanjutnya melakukan prediksi debit dengan input data hujan wilayah
yang dikali dengan koefisien limpasan, luas wilayah serta faktor waktu dan data debit observasi sebagai objek training
kedalam software Matlab. Hasil prediksi debit dapat dilihat pada tabel 5.
Prediksi Debit Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpopagation
Dalam memprediksi debit dimasa yang mendatang, tahapan-tahapan yang akan dilakukan seperti berikut ini. 1)
Melakukan perancangan jaringan dengan menambahkan luas wilayah (A=14769,50 Ha), koefisien limpasan DAS
(C=0,414). 2) Input dan penentuan pola dengan membagi data keseluruhan menjadi 3 bagian yaitu : 1/3 menjadi
input, 1/3 jadi target training, dan 1/3 observasi. 3) Data input disimpan dalam format Microsoft Excel ( .xls) dengan
nama hujan bulanan. Data hujan dan debit terdiri dari baris dan kolom dengan matriks 12x12. 4) Validitas
ditentukan dari 2 hal, yaitu : Grafik hasil training cenderung menyerupai grafik observasi dan nilai simulasi (4,6545)
berada diantara batas atas (5,2059) dan batas bawah (4,4747).
Dec-12
Nov-12
Oct-12
Sep-12
Aug-12
Jul-12
Jun-12
May-12
Apr-12
Mar-12
Feb-12
Jan-12
Dec-11
Nov-11
Oct-11
Sep-11
Aug-11
Jul-11
35
30
25
20
15
10
0
A p r -0 5
M ay -0 6
A p r -0 6
M a r -0 6
Fe b -0 6
Ja n -0 6
D e c -0 5
N o v -0 5
O c t-0 5
Se p -0 5
A u g -0 5
Ju l-0 5
Ju n -0 5
M ay -0 5
10
D e c-1 6
N o v -1 6
O c t-1 6
Se p -1 6
A u g -1 6
Ju l-1 6
Ju n -1 6
M a y -1 6
A p r -1 6
M ar-1 6
Fe b -1 6
Ja n -1 6
D e c-1 5
N o v -1 5
O c t-1 5
Se p -1 5
A u g -1 5
Ju l-1 5
Ju n -1 5
M a y -1 5
A p r -1 5
M ar-1 5
Fe b -1 5
Ja n -1 5
D e c-1 4
N o v -1 4
O c t-1 4
D e c -0 8
N o v -0 8
O c t-0 8
Se p -0 8
A u g -0 8
Ju l-0 8
Ju n -0 8
M ay -0 8
A p r -0 8
M a r -0 8
Fe b -0 8
Ja n -0 8
D e c -0 7
N o v -0 7
O c t-0 7
Se p -0 7
A u g -0 7
Ju l-0 7
Ju n -0 7
M ay -0 7
A p r -0 7
M a r -0 7
Fe b -0 7
Ja n -0 7
D e c -0 6
N o v -0 6
O c t-0 6
Se p -0 6
Se p -1 4
Ju l-0 6
40
Ju n -0 6
45
A u g -1 4
Waktu
Ju l-1 4
Ju n -1 4
M a y -1 4
A p r -1 4
M ar-1 4
Fe b -1 4
Ja n -1 4
D e c-1 3
N o v -1 3
O c t-1 3
Se p -1 3
A u g -1 3
Ju l-1 3
Ju n -1 3
0,034
A p r -1 3
0,288
M a y -1 3
1,289
Jun-11
0,000
May-11
Februari
Ja n -0 5
0,179
Fe b -0 5
0,282
D e c -0 4
1,910
M a r -0 5
0,030
M ar-1 3
N o v -0 4
O c t-0 4
Se p -0 4
A u g -0 4
Ju l-0 4
Ju n -0 4
M ay -0 4
A p r -0 4
M a r -0 4
Fe b -0 4
Ja n -0 4
D e c -0 3
N o v -0 3
O c t-0 3
Se p -0 3
A u g -0 3
Ju l-0 3
Ju n -0 3
M ay -0 3
A p r -0 3
M a r -0 3
Fe b -0 3
Ja n -0 3
D e c -0 2
N o v -0 2
O c t-0 2
Se p -0 2
Januari
Ja n -1 3
Ju l-0 2
Ju n -0 2
A u g -0 2
2016
Fe b -1 3
A p r -0 2
M ay -0 2
Ju m la h D e b it m 3 / d t
2015
D e c-1 2
N o v -1 2
O c t-1 2
Se p -1 2
A u g -1 2
Ju l-1 2
Ju n -1 2
M a y -1 2
A p r -1 2
M ar-1 2
Fe b -1 2
Ja n -1 2
D e c-1 1
N o v -1 1
O c t-1 1
Se p -1 1
A u g -1 1
Ju l-1 1
Ju n -1 1
M a y -1 1
A p r -1 1
M ar-1 1
Fe b -1 1
Ja n -1 1
D e c-1 0
N o v -1 0
O c t-1 0
Se p -1 0
A u g -1 0
Ju l-1 0
Ju n -1 0
M a r -0 2
Fe b -0 2
Ja n -0 2
D e c -0 1
N o v -0 1
O c t-0 1
Se p -0 1
A u g -0 1
Ju l-0 1
Ju n -0 1
M ay -0 1
A p r -0 1
M a r -0 1
Fe b -0 1
Ja n -0 1
2014
Apr-11
A p r -1 0
M a y -1 0
Ju m la h D e b it m 3 / d t
2013
Mar-11
Feb-11
Jan-11
Dec-10
Nov-10
Oct-10
Sep-10
Aug-10
Jul-10
Jun-10
May-10
Apr-10
Mar-10
Feb-10
Jan-10
Dec-09
Nov-09
Oct-09
Sep-09
Aug-09
M ar-1 0
Fe b -1 0
Ja n -1 0
D e c-0 9
N o v -0 9
O c t-0 9
Se p -0 9
A u g -0 9
Ju l-0 9
Ju n -0 9
M a y -0 9
A p r -0 9
M ar-0 9
Fe b -0 9
Ja n -0 9
Debit
Bulanan
Jul-09
Jun-09
May-09
Apr-09
Mar-09
Feb-09
Jan-09
ISSN 2354-8630
Debit prediksi tahun 2013-2016 yang sudah diperoleh pada tabel 5. Sehingga debit 2001-2016 diplot pada gambar 5
dan 6 berikut ini.
45
40
35
30
25
20
15
10
Waktu
Gambar 5 dan gambar 6 merupakan gambar grafik debit dari tahun 2001-2016 dengan debit maksimum terdapat
pada bulan Maret 2006 sebesar 42,570 m3/dt.
25
20
15
Debit Obs
Debit Sim
Waktu
Berdasarkan hasil debit simulasi yang diperoleh dan debit observasi yang ada, dengan jumlah total data debit (n=48),
jumlah total debit simulasi (x=188,547), jumlah total debit observasi (y=131,793), jumlah total kuadrat debit simulasi
(x2=1330,020), jumlah total kuadrat debit observasi (y2=1797,167) dan jumlah total debit simulasi dikali debit
observasi (x.y = 936,235). Maka perhitungan korelasi (persamaan [3]) dapat dilakukan sebagai berikut :
r
0,4551
Untuk analisis reliabilitas, varian (i2 = 12,54025) dan kovarian (ij = 8,71964). Dengan jumlah data yang sama maka
perhitungan analisis reliabilitas (persamaan [4]) sebagai berikut.
48
12 ,54025
r
1
0 ,5817
48 1 12 ,54025 2 x 8, 71964
Dari hasil metode koefisien korelasi (r = 0,4551) dan analisis reliabilitas (r = 0,5817), maka hasil yang terbaik
diperoleh dari analisis reliabiltas dengan keandalan model sebesar 0,5817 atau 58,17%. Dan model ini telah
memenuhi syarat Confidence 95% dan toleransi 5%.
Model yang telah diaplikasikan pada DAS Kali Asem sub DAS Bondoyudo mencapai keandalan 85% (Rintis, 2009)
dan diaplikasikan dalam penelitian ini pada DAS Alang mencapai keandalan 58,17%. Dari kedua penelitian ini, maka
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh parameter JST dan koefisien debit. Sehingga bila model ini
sukses, maka dapat diaplikasikan pada DAS lain yang tidak memiliki stasiun debit.
SIMPULAN
Dari penelitian ini, maka dapat kesimpulan sebagai berikut : Parameter JST adalah Periode = 4 tahun, Hidden Layer =
2 buah (masing-masing 2 neuron), Momentum = 0,6, Epoch = 150000, dan Goal = 0,02. Prediksi debit tahun 2013
2016 dapat dilihat pada tabel 5 dan Keandalan model sebesar 58,17% dengan menggunakan analisis reliabilitas.
REFERENSI
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Bambang, Triatmodjo. 2009. Hidrologi Terapan. Yogyakarta : Beta Offset.
Hermawan, A. 2006. Jaringan Syaraf Tiruan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi
Jonathan, Sarwono. 2006. Teori Analisis Korelasi Mengenal Analisis Korelasi.
http://www.jonathansarwono.info/korelasi/korelasi.htm (Selasa, 01 Oktober 2013, 22 : 05 : 03 WIB)
Prabowo, Pudjo Widodo. Rahmadya, Trias Handayanto. 2012. Penerapan Soft Computing Dengan Matlab. Bandung :
Rekayasa Sains
Puspaningrum, D. 2006. Pengantar Jaringan Syaraf Tiruan. Yogyakarta : Andi Offset
Rr Rintis, Hadiani. 2009. Analisis Kekeringan Berdasarkan Data Hidrologi. Malang : Universitas Brawijaya Malang.
Sobriyah, 2012. Model Hidrologi. Surakarta : UNS Press.
Vicky, Tri Jayanti. 2013. Prediksi Neraca Air Pertanian Dengan Metode Mock Pada Daerah Aliran Sungai Keduang (Skripsi).
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Zulganef, 2006. Pemodelan Persamaan Struktur & Aplikasinya Menggunakan Amos 5. Bandung: Penerbit Pustaka.