Jurnal Persaingan Usaha
Jurnal Persaingan Usaha
Jurnal Persaingan Usaha
Published by
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Jakarta-Indonesia
ISSN: 1410-2625
____________________________________________________________________________
Advisory Board:
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, University of Indonesia
Emil Salim, University of Indonesia
Juwono Sudarsono, University of Indonesia
Muslimin Nasution, MWA Bogor Agricultural University
Nurimansjah Hasibuan, Sriwijaya University
Suroso Imam Zadjuli, Airlangga University
Director:
M. Fadhil Hasan, Director of INDEF
Editor-in-Chief:
Bustanul Arifin, Institutional Economics
Assistants to the Editor:
Deniey Adi Purwanto, Macro Economics, Monetary and Banking
Enny Sri Hartati, Development Economics
Editorial Board:
Aviliani, Banking and Finance
Didik J. Rachbini, Development Economics, Political Economy
Didin S. Damanhuri, Development Economics, Political Economy
Dradjad H. Wibowo, Macro Economics, Development Economics
Faisal H. Basri, Development Economics
Iman Sugema, Macro Economics, Monetary and Banking
Indra J. Piliang, Political Science
M. Fadhil Hasan, Agricultural Economics, International Trade
M. Nawir Messi, Industry and Trade, Environmental Economics
Ravli Harun, Law
Rina Oktaviani, International Trade
Syamsul Muarif, Industry and Trade
______________________________________________________________________________
Bisnis & Ekonomi Politik (Quarterly Review of the Indonesian Economy) is devoted to the study of political economy and
business issues, focusing on encouraging transparency in economic decision making process in Indonesia. The review is
published quarterly in January, April, July and October by the Institute for Development of Economics and Finance (INDEF),
Jakarta, Indonesia. Subscription information, change of address, request for advertising rate and other business correspondence
should be sent to: Bisnis & Ekonomi Politik (Quarterly Review of the Indonesian Economy) INDEF, Jl. Batu Merah No.45,
Pejaten Timur, Jakarta 12510, Indonesia. e-mail at: [email protected], Facsimile at +62-21-7919-4018, Website: www.indef.or.id
CONTENTS
M. Fadhil Hasan
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha
pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
M. Fadhil Hasan dan Evi Noor Afifah
Persaingan Industri Telekomunikasi dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan
Nurul Achjar
29
41
51
61
73
Refleksi P
ersaingan Usaha
Persaingan
pada Industri T
elek
omunik
asi di Indonesia
Telek
elekomunik
omunikasi
M. Fadhil Hasan
****
****
Atas dasar latar belakang di atas,
beberapa tulisan tentang persaingan usaha
pada industri telekomunikasi di Indonesia
akan disajikan dalam BEP Volume 8 Nomor
4 tahun 2007. Tulisan-tulisan ini adalah
sebagai berikut:
1.
5.
2.
3.
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Kepemilik
an Silang,
Kepemilikan
Pola T
arif dan P
ersaingan Usaha
Tarif
Persaingan
pada Industri T
elepon Seluler di Indonesia
Telepon
M. Fadhil Hasan1 dan Evi Noor Afifah2
Abstract
By examining the empirical evidence of cellular market in Indonesia, this paper evaluates the impact of
intensity of competition at the level of network operation and service provision. The paper uses both the
standard industry structure analysis, as well price and accounting ratios comparisons to explore the degree of
competition and possible collusive behaviors among operators. The paper reveals that the Indonesias cellular
telecommunication industry is characterised by unsymmetrical competition, where three large operators dominated
around 84 percent of the market. Furthermore, in-line with the market power hypothesis in the industrial
organisation analysis, it is shown that higher concentration index reflects colluciveness and deliveres high
profits to operators in this industry.
2) Peneliti INDEF
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
1.
Pendahuluan
Industri Telekomunikasi merupakan
10
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
2.
Perkembangan Industri
Telekomunikasi Seluler
11
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 1
Peranan Industri Telekomunikasi terhadap PDB
Nilai Tambah
Bruto
Komunikasi
Pertumbuhan
Komunikasi
(%)
Kontribusi
Komunikasi
(% PDB)
0.79
7,034.50
8.70
1.85
0.09
398,016.80
4.92
7,895.80
12.24
1.98
0.40
2001
411,753.60
3.45
8,887.20
12.56
2.16
0.27
2002
426,943.00
3.69
10,285.40
15.73
2.41
0.23
2003
444,453.50
4.10
11,968.06
16.36
2.69
0.25
Tahun
PDB
1999
379,352.50
2000
Pertumbuhan
PDB (%)
Elastisitas
Pertumbuhan
Telekomunikasi
Gambar 1
Teledensitas Dunia
12
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Gambar 2
Teledensitas Negara-negara ASEAN
Tabel 2
Perbandingan Teledensitas antara Telepon Seluler dan Telepon Tetap
Tahun
Seluler
Telepon tetap*
populasi
(00 jiwa)
1999
2,154,708
5,810,951
2,030,470.00
2000
3,508,670
5,810,951
2,058,430.00
Teledensitas
Telepon
Seluler
Tetap
1.1
2.9
1.7
2.9
2001
6,394,179
6,414,348
2,086,470.00
3.1
3.2
2002
11,273,420
7,347,166
2,120,030.00
5.6
3.6
2003
18,495,251
7,650,349
2,182,332.43
9.1
3.8
2004
30,336,607
10,030,779
2,237,452.82
14.9
4.9
2005
46,959,972
13,057,318
2,263,933.33
23.1
Sumber: Dirjen Postel, diolah
Catatan: * Telepon tetap mulai tahun 2004 sudah termasuk telepon bergerak terbatas
6.4
13
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 3
Pangsa Pasar Berdasarkan Jumlah Pelanggan
(September 2006)
Operator
Jumlah
Pelanggan
% Share
Telkomsel
29.987.000
56,72
Indosat (Cell)
14.655.238
27,71
Exelcomindo
8.233.774
15,57
52.876.012
100
Total
Sumber: Dirjen Postel, diolah
Jika ditinjau pangsa pasar menurut
jumlah pelanggan per September 2006,
jumlah pelanggan telepon GSM di Indonesia
telah mencapai hampir 53 juta pelanggan.
Telkomsel menguasai 56,72 persen pangsa
pasar, Indosat sebesar 27,71 persen, dan
Exelcomindo sebesar 15,57 persen. Pangsa
pasar telepon seluler di Indonesia didominasi
oleh Telkomsel dan Indosat. Kedua
operator tersebut menguasai 84,4 % pangsa
pasar telepon seluler GSM.
Tabel 4
Pangsa Pasar Telepon CDMA Berdasarkan Jumlah Pelanggan
Operator
Telkom (Flexi)
Indosat (Starone)
Bakri Telecom (Esia)
Mobile 8 (Fren)
Total
Jumlah
Pelanggan
4.100.000
235.036
1.073.228
1.450.000
6.858.264
% Share
59,78
3,43
15,65
21,14
100
14
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 5
Jumlah Pelanggan Operator Telepon Seluler Pra dan Paskabayar
Berbasis GSM (Tahun 2003-2006)
Telkomsel
Tahun
INDOSAT
(Satelindo&IM3)
Excelcomindo
2003
Prabayar
(unit)
8,581,773
Pascabyr
(unit)
1,007,034
Prabayar
(unit)
5,600,882
Pascabyr
(unit)
361,562
Prabayar
(unit)
2,908,000
Pascabyr
(unit)
36,000
2004
14,963,000
1,328,000
9,214,663
539,944
3,743,000
48,000
2005
22,798,000
1,471,000
13,836,046
676,407
6,802,325
176,194
Sept-06
28,415,000
1,572,000
13,978,831
676,407
8,057,580
176,194
15
2001
2002
2003
Pendapatan
Market Pendapatan Market
Usaha
Share
Usaha
Share
(Rp miliar)
(%)
(Rp miliar)
(%)
Pendapatan
Usaha
(Rp miliar)
2004
Market
Share
(%)
Pendapatan
Usaha
(Rp miliar)
2005
Market
Share
(%)
Pendapatan
Usaha
(Rp miliar)
2006
Market
Share
(%)
Pendapatan
Usaha
(Rp miliar)
Market
Share
(%)
4918
41,54
7572,9
45,96
11146
51,59
14765,1
53,14
21132,9
59,06
20916
63,15
5138,1
43,40
6767
41,07
8229,6
38,09
10430,1
37,54
11589,8
32,39
8871,6
26,79
1783,7
15,07
2138,8
12,98
2228,7
10,32
2590,7
9,32
3059,1
8,55
3333,7
10,07
11839,8
100
16478,7
100
21604,3
100
27785,9
100
35781,8
100
33121,3
100
Tabel 7
Nilai Tambah Bruto Operator Seluler di Indonesia 2001-2006 (Rp Milyar)
2001
Operator
Telkomsel
Indosat
XL
16
Total
2002
2003
2004
2005
2006
Pendapatan
Pendapatan
Pendapatan
Pendapatan
Pendapatan
Pendapatan
Kontribusi
KontriKontriKontriKontriUsaha
Usaha Kontri- Usaha
Usaha
Usaha
Usaha
NTB
(Rp miliar)
(Rp miliar) busi (Rp miliar) busi (Rp miliar) busi (Rp miliar) busi (Rp miliar) busi
(%)
3648,2
13,32
5287,2
48,15
8189,1
56,62
10969,9
59,28
16102,1
67,29
15548
68,64
22891,9
83,56
3754,6
34,19
4647,7
32,14
6408,7
34,63
6697,7
27,99
5003,5
22,09
856,2
3,13
1939,1
17,66
1625,4
11,24
1126,2
6,09
1129,7
4,72
2099,7
9,27
27396,3
100
10980,9
100
14462,2
100
18504,8
100 23929,5
100
22651,2
100
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 6
Pendapatan Usaha dan Pangsa Pasar Perusahaan Penyedia Jasa
Telekomunikasi Seluler (Rp Milyar)
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 8
Perbandingan Rasio-Rasio Keuangan Indosat, Telkomsel dan Excelcomindo
Indikator
INDOSAT
TELKOMSEL
XL
68,49
69,34
41,51
45,68
81,37
74,43
26,58
26,72
14,42
17,95
38,04
37,15
3,11
3,32
2,38
2,41
11,71
10,84
38,80
38,54
34,73
39,31
46,75
49,91
4,54
4,78
5,75
5,28
14,39
14,56
58,09
57,38
72,91
72,28
56,67
62,71
EBIT
31,51
30,66
58,49
54,32
18,63
25,57
RoA
11,14
11,61
48,01
41,03
6,09
10,23
RoE
25,51
24,53
69,68
57,80
15,71
64,27
EBITDA
3.
Tingginya
konsentrasi
pasar
memper mudah perusahaan untuk
meng gunakan kekuatan pasarnya
menghasilkan keuntungan yang tinggi yang
menandakan kinerja pasar yang rendah
karena konsumen membayar harga yang
terlampau tinggi. Perusahaan-perusahaan
pada industri yang terkonsentrasi cenderung
memiliki market power yang besar yang
memungkinkan terciptanya profit margin yang
tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
profit yang tinggi mengindikasikan performance
pasar yang bur uk, karena konsumen
membayar tingkat harga yang sangat tinggi.
Untuk melihat efek manakah yang lebih
dominan antara kekuatan pasar (Market
Power Hypothesis) dengan efisiensi (Efficiency
17
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 9.
Hasil Uji Regresi dengan Profitabilitas sebagai Variabel Terikat
Variabel Bebas
Indosat
Telkomsel
Herfindahl Index
Signifikan
positif
Signifikan
positif
negatif
negatif
Signifikan
positif
Signifikan
positif
XL
Signifikan
positif
Signifikan
positif
negatif
Keseluruhan
Industri
Signifikan
positif
negatif
Signifikan
positif
18
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 10
KOLUSI
Dependent Variable: kolusi
Variable
Coefficient
Herfindahl Index
Signifikan positif
19
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
4.
Tabel 11
Perbandingan Tarif Pasca-Bayar dan Pra-Bayar
2002
Operator
2003
Pra
Pasca
Telkomsel
1.137
Indosat
1.341
XL
1.665
perbandingan
2004
Pasca
1.042
1.137
1.042
1.208
999
1.206
999
1.146
1.031
1.573
1.031
1.286
1.643
1.128
(%)
Pra
2005
Pra
(%)
Pasca
2006
Pra
Pasca
1.697
1.126
1.697
1.366
1.697
1.833
1.067
1.833
1.083
1.833
1.643
984
1.643
(%)
(%)
Pra
Pasca
(%)
Telkomsel
109,05
109,05
71,22
66,37
80,49
Indosat
134,22
120,72
62,53
58,20
59,10
XL
161,43
152,54
78,25
68,64
59,88
20
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Gambar 4
Jumlah Pelanggan dan Tarif Pasca Bayar Zona 0 On Peak
2003 - Sept2006
21
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 12
Rata-Rata Tarif Percakapan Pasca Bayar dalam Zona 0
Hari Kerja (Rp/Menit)*
Ke PSTN
Kartu Halo
Matrix
Pro XL/Xplor
2003
504
504
489
2004
531
531
530
2005
531
531
530
2006
531
531
530
Sesama Operator
Kartu Halo
Matrix
Pro XL/Xplor
2003
813
813
812
2004
813
813
810
2005
813
813
810
2006
813
813
810
Antar Operator
Kartu Halo
Matrix
Pro XL/Xplor
2003
910
910
895
2004
938
938
935
2005
938
938
935
2006
938
938
935
Rata-Rata Tarif
Kartu Halo
Matrix
Pro XL/Xplor
2003
742
742
732
2004
761
761
758
2005
761
761
758
2006
761
761
758
Tarif baru Karto Halo efektif per 1 Mei 2004 zona lokal hari kerja 08.00-21.59.59 WIB
Tarif baru Matrix Reguler efektif per 1 Juni 2004 zona lokal hari kerja 08.00-22.00 WIB
Tarif baru Xplore efektif per 1 Oktober 2004 zona lokal hari kerja 08.00-21.59 WIB
*Tarif belum termasuk PPN 10%
22
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 13
Uji Pola Tarif Pasca Bayar
Operator
Uji Lavene
Peak
Telkomsel-Indosat-XL
Indosat-XL
Uji Anova
Off Peak
Peak
Off Peak
Peak
Off Peak
sama
sama
sama
Tidak sama
Sama
sama
Tidak sama
23
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 14
Uji Pola Tarif Pra Bayar
Operator
Uji Lavene
Peak
Telkomsel-Indosat-XL
Uji Anova
Off Peak
Sama
Peak
Sama
Sama
Off Peak
Sama
Tukey test,
Bonfferoni test
Peak
Off Peak
Sama
Sama
5.
24
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
Tabel 15
Welfare Cost
2002
Indosat
Telkomsel
XL
Jumlah Welfare
Cost
2003
2004
2005
2006
376.157,2
876.422,0
1.140.624,3
1.093.181,7
851.135,2
1.493.450,3
2.020.088,8
3.528.816,6
5.283.356,3
5.952.737,8
77.948,9
163.011,9
430.055,5
447.867,4
812.688,1
1.949.558,4
3.061.525,7
5.101.500,4
6.826.410,4
7.618.567,2
6.
Kesimpulan
1.
25
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
4.
26
3.
Kepemilikan Silang, Pola Tarif dan Persaingan Usaha pada Industri Telepon Seluler di Indonesia
5.
6.
27
Persaingan Industri T
elek
omunik
asi
Telek
elekomunik
omunikasi
dan P
engaruhnya T
erhadap Kesejahteraan:
Pengaruhnya
Terhadap
Sebuah T
injauan P
ustak
a
Tinjauan
Pustak
ustaka
Nuzul Achjar1) dan Ibrahim Kholilulrohman2)
Abstract
This paper is a literature review to indicate the impact of telecommunication liberalization on welfarfe.
Two approaches are used to indicate social welfare such as additional consumer surplus and net welfare gain.
Using the case study of Japan and South Korea, this paper provides a methodological framework to analyze
additional consumer surplus and net welfare gain following the liberation of telecommunication industry. After
the introduction, the paper will discuss the development of Indonesian telecommunication industry, followed
with welfare analysis in telecommunication industry. Summary is presented at the last part of the paper that
also contains implicit recommendations.
1)
2)
29
1.
Pendahuluan
Industri telekomunikasi nasional pada
2.
30
31
32
33
Q = Q( Ps , Pc , Pz , N , I )
(1)
34
Gambar 1.
Surplus konsumen sebelum dan sesudah deregulasi
35
36
(3)
CSD = (b + c + d ) + (e + f )
(4)
37
Gambar 2.
Net welfare gain setelah deregulasi
(5)
Ringkasan
Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka
38
Daftar Pustaka
Hausman, J. A. (1981). Exact consumers
surplus and deadweight loss. The
American Economic Review, 71(4),
662676.
****
39
Aspek Ek
onomi dan P
ersaingan
Ekonomi
Persaingan
pada Industri T
elek
omunik
asi Seluler
Telek
elekomunik
omunikasi
Mohamad Ikhsan Modjo
Abstract
This paper shows that Cellular Telecommunication Services is not a natural monopoly. Therefore, it
requires neither a regulation nor protection to prevent any additional provider from entering the market. It
then shows that the price level and the dynamic within this market depend chiefly on the existense and the
intensity of competitions between producers. Based on these, this paper will argues that minimum competition
within the Indonesia cellular tellecomunication industry is the reason for the high level of price charged to the
consumers and excessive profits earned by the producers. Therefore, this paper not only appreciates a recent
move by the Indonesian competition watch dog (KPPU) which mandates Temasek holding releases its shares
in PT Indosat or PT Telkomsel, it also suggests KKPU to be more pro active in the future to prevent any loss
accumulations for consumers.
41
1.
Pendahuluan
2.
42
43
3.
44
Tabel 1.
Pertumbuhan Industri Telekomunikasi Sebelum dan Setelah Kompetisi
di Beberapa Negara
Negara
Tahun-1
Tahun-a
Tahun+1
Romania
37
1300
44
Estonia
NA
121.1
127
Philipina
161
153
111
Singapura
42
90
57
Belgium
85
116
125
Italia
26
57
81
Taiwan
19
58
37
45
Tabel 2.
Operator Jasa Telekomunikasi Seluler di Indonesia per September 2006
Operator
Jumlah Pelanggan
% Share
PT Telkomsel
29,987,000
55%
Pt Indosat
14,655,238
27%
Excelcomindo
8,233,774
15%
Lainnya
1,450,000
3%
TOTAL
54,326,012
100%
46
47
Kekhawatiran-kekhawatiran sebagian
kalangan bahwa keputusan majelis komisi
KPPU akan berimbas negatif pada tingkat
invetasi di Indonesia adalah kekhawatiran
yang berlebihan. Sebab dari berbagai studi
yang diuraikan sebelumnya tingkat
persaingan yang sehat justru menjamin
adanya keberlanjutan tingkat investasi.
5.
Penutup
48
Daftar Pustaka
****
Bisnis & Ekonomi Politik, Vol.9 (1), Januari 2008
49
Persaingan Usaha
elek
omunik
asi Seluler di Indonesia:
Telek
elekomunik
omunikasi
Industri T
Perspektif Huk
um
Hukum
Rikrik Rizkiana, Albert Boy Situmorang & Hermanto Muljo
Abstract
51
52
53
Ibid.
54
55
56
Idem
57
Operator
Telkomsel
Indosat
XL
Celcom
B-Mobile
DTAC
BSN
Singtel
Mobiphone
Intraoperator (Rp)
Peak
Off Peak
1500
1500
1248
1493
289
524
475
924
462
737
Interoperator (Rp)
Peak
Off Peak
1600
1300
1500
1500
1537
1537
1493
978
577
524
518
924
462
819
PSTN
Harga
950
900
837
629
% terhadap
OVUM
151,03%
143,08%
133,07%
Seluler lain
Harga
1600
1500
1537
893
% terhadap
OVUM
178,17%
167,04%
171,16%
58
*****
59
Abstraksi
Marjin laba usaha industri telekomunikasi (seluler) nasional melampaui rata-rata capaian industri
sejenis di dunia. Meski demikian, belum memberikan kontribusi yang sepadan terhadap peningkatan value
perusahaan dan bagian laba bagi pemegang saham. EBITDA tinggi, namun tingkat kembalian modal
(RoE) dan kembalian aset (RoA) terbilang rendah. Ini menandakan tingkat efisiensi dan efektifitas
manajemen dinilai masih memerlukan perbaikan. Likuidititas tergolong rendah, utamanya berkait dengan
kegiatan pembelanjaan aktiva tetap (Capex) dan beban utang yang relatif tinggi. Telkomsel dinilai memiliki
kinerja keuangan paling baik dibanding dua operator seluler GSM lain: Indosat dan Excelcomindo.
61
1.
Pendahuluan
62
2.
Kapitalisasi Usaha
Sampai akhir 2005, Indosat menduduki
Tabel 1
Kapitalisasi Usaha Industri Seluler Berbasis GSM
INDOSAT
Indikator
Miliar
Rp
Pangsa
(%)
TELKOMSEL
Miliar
Rp
XL
Pangsa
(%)
Miliar
Rp
Pangsa
(%)
Total Aktiva
32,787
48.30
25,747
37.93
9,354
13.78
12,865
72.23
1,462
8.21
3,484
19.56
Ekuitas
14,315
40.12
17,740
49.71
3,629
10.17
Pendapatan Usaha
11,590
32.39
21,133
59.06
3,059
8.55
Laba Usaha
3,652
22.02
12,361
74.54
570
3.44
EBITDA
6,732
28.20
15,408
64.54
1,734
7.26
63
3.
Pertumbuhan Usaha
Tabel 2
Pertumbuhan Usaha Rata-rata Industri Seluler
Periode 2003-2006
Indikator
Total Aktiva
Utang Jk. Panjang
Ekuitas
Pendapatan Usaha
Biaya usaha
Laba usaha
EBITDA
INDOSAT
11.87%
8.29%
9.47%
16.32%
16.35%
16.66%
18.67%
TELKOMSEL
33.14%
2.90%
35.28%
40.93%
36.65%
44.73%
44.80%
XL
28.29%
22.54%
80.87%
22.89%
27.87%
38.14%
26.35%
64
Benchmark Internasional
Pertumbuhan pendapatan usaha ratarata dalam 5 tahun terakhir berdasarkan data
emiten di Bursa New York (New York Stock
Exchange/ NYSE) adalah sebesar 49,93%
untuk industri jasa dan 21,99% untuk sektor
telekomunikasi. Sektor telekomunikasi
adalah bagian dari industri jasa yang jumlah
seluruhnya mencakup 301 emiten saham
dari seluruh dunia.
Telkomsel membukukan rata-rata
pertumbuhan pendapatan usaha yang jauh
lebih tinggi dibanding rata-rata sektor seluler
di seluruh dunia. Sementara Indosat jauh
lebih rendah, dan XL cukup moderat di
kisaran kinerja sektoral dunia. Data itu
menguatkan bahwa kinerja Telkomsel paling
Tabel 3
Likuiditas Rata-rata Industri Seluler, Periode 2003-2006
Rasio Keuangan
Quick Ratio
Current Ratio
INDOSAT
TELKOMSEL
XL
0.73
1.23
0.60
0.86
0.37
0.67
Benchmark NYSE
*)
Sector
Industry
2.77
1.11
3.08
1.53
*) Rata-rata 5 tahun terakhir untuk emiten industri (jasa) dan sektor (telekomunikasi).
Sumber: - Laporan Keuangan Konsolidasi, diolah
- Reuters, diolah
65
Tabel 4
Arus Kas Rata-rata Industri Seluler, Periode 2003-2006
Sumber dan Penggunaan Kas
Kas masuk kegiatan usaha
Kas masuk kegiatan investasi
INDOSAT
Miliar Rp
TELKOMSEL
%
Miliar Rp
EXCELCOMINDO
%
Miliar Rp
12,202
86.13%
19,780
98.34%
4,274
56.68%
396
2.80%
37
0.19%
29
0.38%
1,568
11.07%
296
1.47%
3,237
42.94%
14,166
100.00%
20,113
100.00%
7,539
100.00%
(6,510)
44.22%
(8,924)
44.45%
(2,181)
29.01%
(6,391)
43.41%
(6,991)
34.82%
(3,185)
42.35%
(1,820)
12.36%
(4,163)
20.73%
(2,153)
28.63%
(14,721)
100.00%
(20,078)
100.00%
(7,519)
100.00%
(555)
-3.91%
35
0.17%
21
0.28%
Benchmark Internasional
Likuiditas seluler nasional lebih rendah
dibanding rata-rata likuiditas industri yang
sama di dunia. Rata-rata quick ratio dan
current ratio sektor telekomunikasi dunia
masing-masing sebesar 1,11 dan 1,53 kali.
Sementara indikator yang sama di dalam
negeri kurang dari 1 kali, kecuali current ratio
Indosat yang mencapai 1,23 kali. Keadaan
ini menandakan secara umum industri
66
5.
Benchmark Internasional
Tabel 5
Debt to Equity Ratio Rata-rata Industri Seluler
Periode 2003-2006
Rasio Keuangan
INDOSAT
TELKOMSEL
XL
Benchmark NYSE *)
Industry
Sector
LT Debt to Equity
0.78
0.16
2.26
0.71
0.92
1.17
0.45
2.94
0.74
1.05
*) Rata-rata 5 tahun terakhir untuk emiten industri (jasa) dan sektor (telekomunikasi).
Sumber: - Laporan Keuangan Konsolidasi, diolah
- Reuters, diolah
67
6.
Profitabilitas
Tabel 6
Profitability Ratios Rata-rata Industri Seluler, Periode 2003-2006
Rasio Keuangan
INDOSAT
TELKOMSEL
XL
EBITDA Margin
57.70%
72.40%
Operating Margin
29.98%
13.67%
Benchmark NYSE *)
Industry
Sector
57.85%
33.18%
22.62%
56.58%
22.05%
17.81%
13.94%
38.66%
1.62%
9.20%
8.51%
*) Rata-rata 5 tahun terakhir untuk emiten industri (jasa) dan sektor (telekomunikasi).
Sumber: - Laporan Keuangan Konsolidasi, diolah
- Reuters, diolah
68
Benchmark Internasional
Seperti disajikan dalam Tabel 6,
profitabilitas emiten sektor telekomunikasi
dunia rata-rata dalam lima tahun terakhir
jauh lebih rendah dibanding seluler nasional.
Margin EBITDA, laba usaha dan laba bersih
berturut-turut sebesar 22,62%, 13,94%, dan
8,51%. Bagi investor bursa, pertimbangan
investasi umumnya diarahkan terhadap
indikator margin laba bersih untuk menilai
harga wajar suatu saham/efek. Sementara
nilai EBITDA lebih mencer minkan
kemampuan emiten melakukan investasi
aktiva tetap untuk mendukung kegiatan
operasinya dalam jangka panjang, serta
menyangga kebutuhan likuiditas emiten.
7.
69
Tabel 7
Indikator Efektivitas Manajemen Rata-rata Industri Seluler
Periode 2003-2006
Rasio Keuangan
INDOSAT
TELKOMSEL
XL
Benchmark NYSE *)
Industry
Sector
Return On Assets
4.98%
29.69%
0.69%
8.49%
6.89%
Return On Equity
11.00%
43.09%
1.55%
17.33%
15.42%
*) Rata-rata 5 tahun terakhir untuk emiten industri (jasa) dan sektor (telekomunikasi) .
Sumber: - Laporan Keuangan Konsolidasi, diolah
- Reuters, diolah
Benchmark Internasional
Sebagaimana tertera dalam Tabel 7, nilai
RoA dan RoE Telkomsel jauh di atas nilai
acuan emiten sektor telekomunikasi dunia.
Sebaliknya, Indosat dan XL berada jauh di
bawahnya. Untuk memperoleh nilai acuan
yang lebih relevan, diperlukan telaahan
terhadap kinerja perusahaan sekelas, atau
emiten-emiten dengan perkembangan usaha
8.
70
Gambar 1
Perkembangan Harga Saham Indosat di New York Stock Exchanges
Periode: November 2006 November 200
****
71
Gambar 2
Perkembangan Harga Saham Indosat di Bursa Efek Jakarta
Periode 2003-2006
Gambar 3
Perkembangan Harga Saham Indosat, Telkom dan Exelcomindo
di Bursa Efek Jakarta
72
Perk
embangan Ek
onomi Indonesia 2007
erkembangan
Ekonomi
Ahmad Erani dan Sugiyono
1.
Pendahuluan
2.
73
74
Tabel 1.
Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
Lapangan Usaha
Triwulan II
2007 thd
Triwulan I
2007
Triwulan III
2007 thd
Triwulan II
2007
Triwulan III
2007 thd
Triwulan III
2006
Triwulan I
s/d III 2007
thd Triwulan
I s/d III 2006
Sumber
Pertumbuhan
(Y-O-Y)
6,0
-0,5
1,5
4,9
1,9
2,8
4,3
10,2
0,3
3,0
3,6
3,2
4,1
5,2
8,9
1,8
4,5
11,7
7,5
6,9
12,5
4,3
3,7
5,0
10,3
8,3
7,4
12,2
1,3
0,2
1,2
0,1
0,5
1,2
0,8
1,8
1,7
2,4
2,7
2,1
1,1
3,9
4,0
8,0
5,7
6,5
6,9
7,9
6,5
6,3
6,8
0,7
0,5
6,5
6,4
75
Tabel 2.
Pertumbuhan Industri Manufaktur Nasional
Tahun
2004
2005
2006
2007*
Pertumbuhan (%)
7,5
5,9
4,6
5,0
76
Tabel 3.
BI Rate Periode Januari Oktober 2007 (dalam persen)
Waktu
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Besaran
9,50
9,25
9,00
9,00
8,75
8,50
8,25
8,25
8,25
8,25
77
Tabel 4.
Penyaluran Kredit tahun 2007
1 .0 0 0 .0 0 0
9 0 0 .0 0 0
8 0 0 .0 0 0
7 0 0 .0 0 0
Miliar
6 0 0 .0 0 0
5 0 0 .0 0 0
4 0 0 .0 0 0
K r e d it
3 0 0 .0 0 0
2 0 0 .0 0 0
1 0 0 .0 0 0
Sep-07
Agust-07
Jul-07
Jun-07
Mei-07
Apr-07
Mar-07
Feb-07
Jan-07
Des-06
2005
2004
78
Tabel 5.
Perbandingan Kondisi Pasar Modal Indonesia,
Malaysia, dan Thailand
79
Tabel 6.
Nilai Ekspor Indonesia Menurut Sektor
80
Tabel 7.
Cadangan Devisa Tahun 2007
Negara
China
Jepang
Taiwan
Korsel
India
Singapura
Hongkong
Malaysia
Thailand
Indonesia
Filipina
Pakistan
Banglades
Total
Cadangan Devisa
(dalam miliar US$)
1.433,60
945,60
262,94
257,29
247,76
152,45
140,80
98,20
80,70
52,88
30,75
16,12
5,16
3.724,25
Pertumbuhan
(%)
34,45
5,62
(1,21)
7,65
39,78
11,43
5,71
19,03
20,45
24,13
33,70
24,96
32,99
18,38
81
82
Tabel 8.
Besar Peringkat Daya Tarik Investasi
Peringkat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2000
China
USA
Thailand
Indonesia
Malaysia
Taiwan
India
Vietnam
Korea
Filipina
2001
China
USA
Thailand
Indonesia
India
Vietnam
Taiwan
Korea
Malaysia
Singapura
2002
China
Thailand
USA
Indonesia
Vietnam
India
Korea
Taiwan
Malaysia
Brazil
2003
China
Thailand
USA
Vietnam
India
Indonesia
Korea
Taiwan
Malaysia
Rusia
2004
China
Thailand
India
Vietnam
USA
Rusia
Indonesia
Korea
Taiwan
Malaysia
2005
China
India
Thailand
Vietnam
USA
Rusia
Korea
Indonesia
Brazil
Taiwan
2006
China
India
Vietnam
Thailand
USA
Rusia
Brazil
Korea
Indonesia
Taiwan
Tabel 9.
Penjualan Mobil Domestik
Keterangan: - *) Persentase perubahan merupakan perubahan dari peroiode yang sama tahun
sebelumnya.
**) Merupakan angka prediksi
Sumber: Gaikindo, 2007
83
Tabel 10.
Ringkasan Pendapatan dan Belanja 2007(dalam triliun rupiah)
84
Tabel 11.
Kinerja Perpajakan Tahun 2000-2007
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
PDB
(Rp triliun)
1.315
1.476
1.610
1.791
1.990
2.624
3.040
3.531
Peranan dalam
APBN (%)
53,6
61,1
70,4
73,9
79,7
71,5
64,3
70,4
Rasio Pajak
(%)
11,8
12,8
13,1
13,8
14,0
13,6
13,4
14,4
Jumlah WP
(Juta)
1,9
2,5
2,9
3,3
3,6
10,0
12,0
-
Penerimaan Pajak
(Rp triliun)
124
157
180
211
239
303
348
509
85
Tabel 12.
Posisi Pinjaman Luar Negeri 2003 2007 (dalam juta US$)
Uraian
Saldo awal
Tambahan utang
Saldo sementara
Cicilan pokok
Saldo akhir
2003
2004
2005
2006
2007*
63.763
5.224
68.988
4.956
68.914
68.914
2.602
71.517
5.222
68.575
63.575
5.538
74.113
3.838
63.094
63.094
3.661
66.755
5.787
62.021
62.021
631
62.652
2.596
59.084
86
Tabel 13.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia
Tahun
1996
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Persentase Penduduk
Miskin
17,74
24,23
23,43
19,14
18,41
18,20
17,42
15,56
15,97
17,75
16,58
Keterangan: - Jumlah dan persentase penduduk miskin di atas merupakan gabungan dari
desa dan kota
Sumber: BPS, 2007
87
untuk
masalah
88
Tabel 14.
Anggaran untuk Program Kemiskinan (dalam triliun rupiah)
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Anggaran
18
23
42
51
65,5
89
Tabel 15.
Angkatan Kerja dan Persentase Pengangguran (Februari 2007)
Daerah
Sumatera
Jawa
Bali dan NTT
Kalimantan
Sulawesi
Maluku dan Papua
Total Indonesia
Angkatan Kerja
(juta)
21,45
64,81
6,22
6,16
7,26
2,24
108,13
Bekerja
(juta)
19,38
58,07
5,88
5,67
6,54
2,04
97,58
Pengangguran
(%)
9,62
10,39
5,49
7,95
9,94
8,77
9,75
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (%)
66,68
65,80
73,93
71,02
63,40
70,63
66,60
Keterangan: - Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap jumlah
penduduk usia kerja (15+)
- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah pengangguran terbuka terhadap jumlah
angkatan kerja
90