Tantangan Dalam Implementasi Layanan Digital Learning Pedesaan: Studi Kasus Jaringan Testbed Keerom-Papua

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: http://www.researchgate.net/publication/261439106

Tantangan dalam Implementasi Layanan


Digital Learning Pedesaan: Studi Kasus Jaringan
Testbed Keerom-Papua
CONFERENCE PAPER MAY 2010

CITATIONS

READS

145

4 AUTHORS, INCLUDING:
Aditya Arie Nugraha
National Institute for Research in Compute
13 PUBLICATIONS 25 CITATIONS
SEE PROFILE

Available from: Aditya Arie Nugraha


Retrieved on: 10 November 2015

Tantangan dalam Implementasi Layanan Digital Learning Pedesaan:


Studi Kasus Jaringan Testbed Keerom-Papua
Aditya Arie Nugraha, Bryan Yonathan, Yoanes Bandung, Armein Z. R. Langi
Digital Signal Processing Research and Technology Group
Kelompok Keahlian Teknologi Informasi
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika
Institut Teknologi Bandung
[email protected]
Abstraksi
Pembelajaran digital (digital learning) merupakan salah satu alternatif solusi untuk permasalahan tidak meratanya akses
pendidikan yang bermutu di daerah pedesaan karena kurangnya sumber daya pendidik (guru). Jaringan testbed Distrik
Arso, Kab. Keerom, Papua merupakan salah satu jaringan testbed pedesaan (Rural NGN) berbasis nirkabel yang dikelola
oleh Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK), Institut Teknologi Bandung (ITB). Dari segi lokasi,
Arso sesuai untuk merepresentasikan sebuah daerah pedesaan dengan fasilitas yang terbatas. Dari segi masyarakat,
penduduk Arso yang sebagian besar merupakan transmigran dari Pulau Jawa cocok untuk menguji layanan digital
learning karena sudah memiliki kesadaran yang cukup akan pentingnya pendidikan. Sedangkan, dari segi kebutuhan,
tersedianya metode pembelajaran alternatif sangat dibutuhkan oleh masyarakat mengingat bidang pendidikan di daerah
tersebut relatif tertinggal dibandingkan dengan yang ada di perkotaan. Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam
implementasi layanan digital learning pada Jaringan testbed Distrik Arso, Kab. Keerom, Papua, terutama yang terkait
dengan layanan multimedia streaming. Tantangan yang harus dihadapi meliputi permasalahan listrik, jaringan, aplikasi,
perangkat, dan sumber daya manusia (SDM). Permasalahan listrik berupa ketersediaan listrik di Papua yang terbatas.
Permasalahan jaringan meliputi throughput antar-node yang berbeda-beda dan penggunaan jaringan oleh pihak-pihak
yang tidak terkait dengan layanan. Permasalahan aplikasi berupa tidak memadainya tingkat fleksibilitas aplikasi ketika
dihadapkan dengan permasalahan kapasitas jaringan yang terbatas dan kondisi jaringan yang tidak stabil, serta
antarmuka pengguna yang masih kurang user-friendly. Permasalahan perangkat berkaitan dengan kehandalan server dan
biaya produksi. Sedangkan, permasalahan SDM berkaitan dengan kemampuan guru dan murid dalam mengoperasikan
serta memanfaatkan sistem dan layanan digital learning yang diberikan, serta kemampuan teknisi dalam melakukan
pemantauan dan pemeliharaan sistem.
Kata Kunci: digital learning, rural NGN, multimedia streaming

1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan
mendapatkan informasi. Di bidang pendidikan, penerapan
TIK memunculkan istilah pembelajaran digital (digital
learning atau e-learning). yang dapat dimanfaatkan untuk
mendukung proses pembelajaran konvensional (tatap
muka).
Salah satu masalah dalam bidang pendidikan di Indonesia
adalah tidak meratanya akses pendidikan yang bermutu di
daerah pedesaan. Hal ini terutama disebabkan oleh
kurangnya sumber daya pendidik (guru) di suatu daerah.
Selain itu, kualitas guru di daerah pedesaan juga relatif
lebih rendah dibanding guru di daerah perkotaan.
Pembelajaran digital merupakan salah satu alternatif
solusi yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah
sumber daya pendidik tersebut. Pembelajaran digital

memungkinkan proses belajar-mengajar dari seorang guru


di suatu daerah tersampaikan ke murid dan guru di daerah
lain. Oleh karena itu, selain dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh murid untuk memperoleh pengajaran, guru
juga dapat meningkatkan kompetensinya dengan
melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran
yang berjalan. Selain itu, pembelajaran digital juga
memungkinkan suatu konten untuk disimpan di server,
sehingga dapat diunduh dan digunakan kapan pun
dibutuhkan.
Selain sebagai sarana pembelajaran itu sendiri,
pembelajaran digital juga dapat dimanfaatkan sebagai
sarana mengenalkan pemanfaatan teknologi komputer dan
internet kepada masyarakat pedesaan. Diharapkan dengan
kondisi masyarakat yang familiar dengan teknologi,
teknologi dapat bermanfaat pula di bidang-bidang selain
pendidikan, misalnya kesehatan, perekonomian, dan
pertanian. Pada akhirnya, pemanfaatan teknologi

e-Indonesia Initiative 2010 (eII2010)


Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
5-7 Mei 2010, Bandung

diharapkan dapat berperan dalam mempercepat usaha


pengentasan kemiskinan.
Jaringan testbed Distrik Arso, Kab. Keerom, Papua
merupakan salah satu jaringan testbed berbasis nirkabel
yang dikelola oleh Pusat Penelitian Teknologi Informasi
dan Komunikasi (PP TIK) Institut Teknologi Bandung
(ITB). Dari segi lokasi, Arso sesuai untuk
merepresentasikan sebuah daerah pedesaan dengan
fasilitas yang terbatas. Dari segi masyarakat, penduduk
Arso yang sebagian besar merupakan transmigran dari
Pulau Jawa cocok untuk menguji layanan digital learning
karena sudah memiliki kesadaran yang cukup akan
pentingnya pendidikan. Sedangkan, dari segi kebutuhan,
tersedianya metode pembelajaran alternatif sangat
dibutuhkan oleh masyarakat mengingat bidang pendidikan
di daerah tersebut relatif tertinggal dibandingkan dengan
yang ada di perkotaan.

2. Topologi Jaringan
Jaringan testbed berbasis nirkabel Distrik Arso, Kab.
Keerom, Papua mengimplementasikan topologi star
dengan SMAN 1 Arso berperan sebagai node pusat
(Gambar 1).

Sosial), dan MediaWiki. Selain itu, server juga berfungsi


sebagai IP PBX dengan memanfaatkan layanan Asterisk.
Sebuah IP Phone juga terpasang di node ini.
Di setiap SD, tersedia Virtual Class Box (VC-Box) dan
sebuah IP Phone. VC-Box merupakan terminal yang
berfungsi untuk mengirim atau pun menerima streaming
saat virtual class berlangsung.

3. Layanan Digital Learning


Layanan digital learning yang diberikan dapat dibagi
menjadi dua kelompok layanan, yaitu (1) layanan
komunitas guru belajar dan (2) layanan virtual class [1].

3.1.

Layanan Komunitas Guru Belajar

Layanan komunitas guru menekankan pada penyediaan


fasilitas berbagi konten, membangun komunitas, dan
komunikasi. Tiga hal ini dapat dipenuhi oleh Moodle,
Elgg, dan MediaWiki. Tiga perangkat lunak ini disediakan
oleh sebuah server digital learning yang dipasang di
SMAN 1 Arso.
Moodle adalah sebuah Course Management System
(CMS) yang dapat difungsikan sebagai portal digital
learning dimana semua elemen dari suatu lembaga
edukasi, baik itu siswa, guru, maupun pihak lain, dapat
saling berkolaborasi untuk membentuk komunitas
pendidikan melalui internet. Elgg merupakan platform
jejaring sosial yang bersifat open source. Elgg
menawarkan fitur menulis blog, membangun jejaring
(mencari dan menambah teman), membangun komunitas,
mengumpulkan berita dengan fungsi agregator, dan
berbagi dokumen. Sedangkan, MediaWiki adalah sebuah
paket perangkat lunak wiki berlisensi GNU General
Public License yang memungkinkan pengguna untuk
menambah atau mengubah isi situs terkait.

3.2.

Layanan Virtual Class

Layanan virtual class merupakan layanan yang


mendukung proses pembelajaran jarak jauh dan
membantu guru mengajar di dalam kelas. Dua layanan
yang diberikan adalah multimedia streaming dan telepon
internet.

Gambar 1. Topologi Jaringan


SMAN 1 Arso memiliki koneksi internet dengan
menggunakan VSAT Jardiknas. Koneksi ini juga dapat
dimanfaatkan oleh tiga sekolah dasar (SD) yang tergabung
dalam jaringan testbed.
Server digital learning diletakkan di SMAN 1 Arso.
Server ini menyediakan layanan Moodle, Elgg (Jejaring

Multimedia streaming merupakan layanan yang


mengirimkan suara dan gambar melalui jaringan internet.
Melalui layanan ini, kegiatan belajar mengajar jarak jauh
dapat dilakukan. Layanan ini menggunakan VLC sebagai
inti. VLC adalah perangkat lunak open source berfungsi
lengkap untuk multimedia streaming dan multimedia
player. VLC merupakan portable multimedia player,
encoder, and streamer yang mendukung banyak tipe
codec, format file, dan beragam protokol streaming.
Sedangkan, telepon internet atau Voice over Internet
Protocol (VoIP) merupakan teknologi alternatif dari
telepon konvensional (PSTN). Telepon internet
menyediakan layanan komunikasi suara melalui jaringan
internet yang berbasis packet switching. Telepon internet
melewatkan trafik suara, video, dan data dalam bentuk

e-Indonesia Initiative 2010 (eII2010)


Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
5-7 Mei 2010, Bandung

paket melalui jaringan IP (Internet Protocol). Melalui


layanan ini, kegiatan diskusi tanya jawab jarak jauh dapat
dilakukan.

4. Tantangan
Tantangan yang harus dihadapi meliputi permasalahan
listrik, jaringan, aplikasi, perangkat, dan sumber daya
manusia (SDM).

4.1.

630 kbps di siang hari dan baru mencapai 1,5 Mbps di


malam hari. Dengan keterbatasan tersebut, SDN Inpres
Arso 7 tidak dapat melakukan streaming dengan baik.
Video yang diterima menjadi patah-patah atau diam.
Sedangkan, audio yang diterima putus-putus atau tidak
ada sama sekali.

Listrik

Ketersediaan listrik di Papua


yang terbatas,
mengakibatkan seringnya dilakukan pemadaman listrik.
Pemadaman dilaksanakan secara bergilir dari satu daerah
ke daerah lain. Hal ini akan menyebabkan masalah besar
apabila pemadaman terjadi di daerah SMAN 1 Arso
sehingga baik layanan digital learning mau pun koneksi
internet tidak dapat digunakan. Matinya listrik SMAN 1
Arso yang berperan sebagai pusat dalam topologi star juga
akan menyebabkan putusnya koneksi antar-SD yang
mungkin listriknya masih menyala.
Sebagai sebuah penyedia layanan, SMAN 1 Arso sedapat
mungkin memiliki jaminan ketersediaan listrik. Jaminan
dapat diberikan oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Akan
tetapi, kebijakan seperti itu tidak mudah diwujudkan
karena ketersediaan listrik yang memang terbatas dan
Pemda pasti tidak dapat mengabaikan prinsip keadilan
dengan memberikan jaminan ketersediaan listrik kepada
suatu daerah tertentu.
Oleh karena itu, antisipasi terhadap situasi listrik padam
perlu disiapkan. Salah satunya adalah penggunaan
uninterruptible power supply (UPS). Sebelumnya, perlu
diperhitungkan total kebutuhan daya untuk menghidupkan
layanan digital learning yang setidaknya terdiri dari
server, switch, dan perangkat radio. Oleh karena
kebutuhan daya perangkat pada umumnya dituliskan
dalam satuan watt dan kapasitas daya UPS dituliskan
dalam satuan VA, faktor daya (power factor) harus
dipertimbangkan agar dapat memilih produk UPS dengan
kapasitas daya yang mencukupi. Durasi pemadaman juga
perlu dipertimbangkan. Apabila durasi mencapai hitungan
jam, perlu adanya modifikasi terhadap produk UPS
dengan menambahkan aki. Selain itu, penggunaan
pembangkit listrik alternatif, seperti tenaga surya, air, dan
angin, juga dapat dipertimbangkan.

4.2.

Jaringan

Tantangan utama dalam hal jaringan adalah masalah


throughput antar-node yang berbeda-beda. Hal ini
terutama disebabkan oleh perbedaan jarak antar-node
(Gambar 2).
Link yang memiliki throughput paling kecil adalah link
SMAN 1 Arso dengan SDN Inpres Arso 7 yang berjarak
11,5 km. Tidak seperti link SMAN 1 Arso dengan SDN
Inpres 1 Arso 2 dan SDN Inpres Arso 6 yang rata-rata
memiliki throughput 1,5 Mbps, link SMAN 1 Arso
dengan SDN Inpres Arso 7 hanya memiliki throughput

Gambar 2. Peta Jaringan Testbed


Untuk memperbaiki masalah throughput tersebut, terdapat
beberapa alternatif solusi yang dapat dipertimbangkan,
yaitu meningkatkan kualitas perangkat radio dan
mengubah topologi jaringan [2], [3]. Contoh usaha
peningkatan kualitas perangkat radio adalah mengganti
antena radio dengan antena yang lebih berkualitas dan
melakukan pointing antena dengan lebih presisi. Selain
itu, penambahan ketinggian menara juga dapat
dipertimbangkan. Ketinggian menara, baik di SMAN 1
Arso mau pun SDN Inpres Arso 7, adalah 30 meter.
Dengan jarak 11,5 km, ketinggian tersebut seharusnya
sudah mencukupi karena dengan penggunaan frekuensi
2,4 GHz jari-jari fresnel zone-nya adalah sebesar 18,96
meter. Meskipun demikian, adanya kawasan hutan di
tengah link, seperti yang terlihat dari foto udara pada
Gambar 2, berpotensi mengganggu performa link. Hal ini
disebabkan tingginya kandungan air dalam pohon, padahal
air merupakan faktor peredam dari sinyal Wi-Fi.
Sayangnya, tidak ada informasi mengenai ketinggian ratarata pohon di hutan tersebut. Apabila diasumsikan
ketinggian antena 30 meter, ketinggian pohon lebih dari
11,04 meter (ketinggian antena dikurangi jari-jari fresnel
zone) sudah akan mengganggu performa link. Selain itu,
ketinggian lokasi yang berbeda, dimana SMAN 1 Arso
terletak pada ketinggian 43,1 meter dan SDN Inpres Arso
7 pada 35 meter, juga perlu turut diperhitungkan.

e-Indonesia Initiative 2010 (eII2010)


Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
5-7 Mei 2010, Bandung

Pengubahan topologi jaringan dapat dilakukan dengan


menghilangkan link SMAN 1 Arso dengan SDN Inpres
Arso 7 dan menggantinya dengan link SDN Inpres Arso 6
dengan SDN Inpres Arso 7. Dalam hal ini, SDN Inpres
Arso akan berperan sebagai repeater. Dengan demikian,
jaringan testbed tidak lagi menggunakan topologi star,
tetapi menggunakan topologi extended-star. Selain
memperpendek jarak antar-node, penggunaan topologi ini
juga akan menguntungkan karena link tidak melewati
kawasan hutan.

proses transmisi data. Teknologi tersebut harus dapat


mengirimkan materi pembelajaran, misal slide presentasi,
serta video dan audio guru yang sedang mengajar secara
terpisah. Dengan demikian, ketika video atau audio tidak
dapat dikirimkan karena masalah jaringan, materi
pembelajaran dalam bentuk slide masih dapat
tersampaikan. Selain itu, teknologi tersebut juga harus
mudah digunakan oleh masyarakat pedesaan.

Selain usaha perbaikan throughput, manajemen kapasitas


jaringan juga perlu dilakukan, terutama saat layanan
multimedia streaming berjalan. Penggunaan jaringan oleh
pihak-pihak yang tidak terkait dengan layanan sangat
berpotensi untuk mengganggu kelancaran streaming.
Ketidaklancaran multimedia streaming pada saat kegiatan
open-lesson yang dilaksanakan pada bulan November
yang lalu merupakan contoh riil dari terganggunya
layanan karena penggunaan jaringan oleh pihak-pihak
yang tidak terkait. Ketika gangguan terjadi, tim teknis
menemukan banyaknya koneksi http ke luar jaringan
lokal, yang juga berarti ada pihak-pihak tertentu yang
sedang menggunakan jaringan untuk browsing internet.
Meskipun berhasil diidentifikasi, permasalahan tidak
dapat diatasi dengan cepat karena antisipasi terhadap
permasalahan tersebut belum disiapkan.

Server digital learning yang dipasang di SMAN 1 Arso


menggunakan Mac Mini dengan sistem operasi Ubuntu.
Sayangnya, fitur auto recovery after power failure tidak
dapat berjalan, sehingga server tidak otomatis menyala
ketika listrik hidup kembali. Dengan kondisi listrik yang
sering padam, tidak berjalannya fitur ini menyebabkan
harus adanya operator (teknisi) yang siap untuk
menghidupkan server ketika listrik hidup kembali.

4.3.

Aplikasi

Multimedia streaming dengan menggunakan VLC dan


kegiatan open-lesson pada bulan November yang lalu juga
mengungkap hal-hal baru yang sebelumnya kurang
dipertimbangkan.
Pengembangan
layanan
yang
sebelumnya menekankan pada pengembangan teknologi
video ternyata tidak memiliki tingkat fleksibilitas yang
memadai ketika dihadapkan dengan permasalahan
kapasitas jaringan yang terbatas dan kondisi jaringan yang
tidak stabil. Ketika jaringan mengalami gangguan
sehingga kapasitas jaringan menyempit, pengiriman video
akan terhambat atau bahkan terhenti. Hal ini sangat
mengganggu jalannya proses pembelajaran karena materi
menjadi tidak tersampaikan sama sekali, padahal faktor
kunci dari proses pembelajaran adalah materi. Sedangkan,
audio dan video adalah sarana yang mempermudah
jalannya proses pembelajaran.
Selain itu, kemudahan dalam penggunaan teknologi juga
masih perlu ditingkatkan mengingat masyarakat pedesaan
masih kurang familiar dengan penggunaan komputer.
Kombinasi penggunaan graphical user interface (GUI)
dan skrip dalam mengoperasikan VLC saat kegiatan openlesson pada bulan November lalu kurang user-friendly
bagi pengguna awam. Pemanfaatan teknologi web perlu
dipertimbangkan karena memberikan fleksibilitas yang
tinggi dalam membuat antarmuka pengguna. Selain itu,
teknologi web tidak bergantung pada sistem operasi yang
digunakan, sehingga dapat diakses dengan sistem operasi
apa pun yang dimiliki oleh pengguna.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah teknologi yang
memberikan tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi dalam

4.4.

Perangkat

Dari segi biaya, agar nantinya sistem digital learning yang


dikembangkan dapat diimplementasikan di wilayahwilayah pedesaan lain dengan biaya murah, biaya
produksi sistem secara keseluruhan harus ditekan
semaksimal mungkin. Salah satu pos pembelanjaan yang
mungkin ditekan adalah biaya produksi menara. Untuk
jaringan testbed Distrik Arso, Kab. Keerom, Papua ini,
menara masih diproduksi di Pulau Jawa dan kemudian
dikirimkan ke Papua menggunakan kapal laut. Untuk
implementasi berikutnya, menara harus dapat diproduksi
secara lokal untuk menghilangkan komponen biaya
transportasi dalam biaya produksi menara.

4.5.

Sumber Daya Manusia (SDM)

Salah satu tantangan dalam hal SDM adalah kemampuan


guru dan murid dalam mengoperasikan serta
memanfaatkan sistem dan layanan digital learning yang
diberikan. Tidak banyak guru yang terbiasa menggunakan
komputer. Pelatihan yang intensif perlu dilakukan untuk
memperkenalkan layanan-layanan yang diberikan. Selain
itu, proses pendampingan juga perlu dilakukan agar guru
semakin terbiasa menggunakan komputer dan dapat
memanfaatkan internet untuk tujuan pembelajaran.
Diharapkan kemudian akan terjadi transfer ilmu dari guru
ke murid dalam pemanfaatan komputer dan internet untuk
tujuan pembelajaran.
Tantangan lain dalam hal SDM adalah kemampuan teknisi
dalam melakukan pemantauan dan pemeliharaan sistem.
Pelatihan perlu dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan teknis seorang teknisi agar teknisi tidak
hanya berperan sebagai operator, tetapi juga dapat
berperan sebagai administrator. Hal ini harus dicapai agar
sistem layanan digital learning benar-benar dapat berjalan
secara mandiri, tanpa mengandalkan tenaga ahli dari luar.
Penambahan jumlah teknisi utama juga perlu dilakukan.
Teknisi utama yang bertanggung jawab memantau dan
memelihara sistem sedapat mungkin berjumlah sekurangkurangnya dua orang. Selain untuk membagi beban kerja,
pemecahan masalah (troubleshooting) yang dilakukan

e-Indonesia Initiative 2010 (eII2010)


Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
5-7 Mei 2010, Bandung

oleh dua orang atau lebih dapat meningkatkan


kemampuan teknisi dengan lebih cepat karena akan terjadi
diskusi dalam proses pemecahan masalah.
Selain itu, diharapkan setiap sekolah yang terlibat
memiliki teknisi yang dapat diandalkan. Apabila SDM
terbatas, seorang guru juga dapat diberi tanggung jawab
dan dilatih untuk menjadi teknisi lokal. Teknisi lokal
bertanggung jawab untuk memantau dan memelihara
perangkat yang ada di sekolahnya masing-masing. Dengan
demikian, permasalahan yang bersifat lokal dapat
dipecahkan dengan lebih cepat, dibandingkan dengan
apabila harus mengandalkan teknisi utama.

5. Kesimpulan
Banyak tantangan yang harus dihadapi dalam
implementasi layanan digital learning pada Jaringan
testbed Distrik Arso, Kab. Keerom, Papua, terutama yang
terkait dengan layanan multimedia streaming. Tantangan
tersebut meliputi permasalahan listrik, jaringan, aplikasi,
perangkat, dan sumber daya manusia (SDM). Semua
tantangan tersebut harus dihadapi dan diatasi agar
nantinya sistem dan layanan digital learning yang
dikembangkan ini dapat diimplementasikan di wilayahwilayah pedesaan lain dengan lancar dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
metode
pembelajaran alternatif.

6. Ucapan Terima Kasih


Penelitian ini merupakan bagian dari Program Hibah
Kompetitif Penelitian Unggulan Strategis Nasional Tahun
2009 berjudul Teknologi Digital Learning untuk Daerah
Pedesaan yang dikerjakan di Pusat Penelitian Teknologi
Informasi dan Komunikasi, Institut Teknologi Bandung
(PPTIK ITB).

7. Daftar Pustaka
[1] A. Z. R. Langi, D. H. Widyantoro, Y. Bandung, G.
A. P. Saptawati, dan Liliasari, ICT-based
Approaches for Improving the Quality of Primary
Education in Rural Areas, Proceedings of
International Conference on Rural Information
and Communication Technology 2009, hlm. 264268, Mei 2009.
[2] C. Kameswari, R. Bhaskaran, dan S. Sayandeep,
Long-distance 802.11b links: performance
measurements and experience, MobiCom '06:
Proceedings of the 12th Annual International
Conference on Mobile Computing and Networking,
hlm. 74-85, 2006.
[3] R. Flickenger, Ed., Wireless Networking in the
Developing World, Edisi Kedua, 2007. [E-book]
Tersedia: wndw.net.

e-Indonesia Initiative 2010 (eII2010)


Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia
5-7 Mei 2010, Bandung

You might also like