Jurnal Sintesis 2 PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Mimpin Ginting, Darwis Surbakti, dan Thamrin

JURNAL PENELITIAN MIPA


Volume 1, Nomor 2 .... 2008

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA POLIHIDROKSI YANG


DIPEROLEH MELALUI EPOKSIDASI MINYAK KEMIRI
(SYNTESIS AND CHARACTERISTIC POLYHYDROXY COMPOUND
FROM EPOXIDATION OF COUNDLENUT OIL)
Mimpin Ginting, Darwis Surbakti, dan Thamrin
Departemen Kimia FMIPA-USU

Abstract
Polyols originates from the oleochemical mixture industry mach used as the stuff of surfactant also
much used as plastisizer stuff, both the softer and filler inside any polimer material. Unsaturated fatty acid
C 18 : 1, C 18 : 2 and C 18 : 3 composition of the coundlenut oil through epxidation followed by hidroyisis
in this research using the stuff done for the synthetic of polyols.
Epoxidation of coundlenut oil on the methyl ester of the ester of the coundlenut oil using ferformic
acid on the refluks temperature 40-450C condition followed stearing during 2 hours continued by hidrolisis
and result the polyols of the coundlenut oil and methyl ester polyols of fatty acids of the coundlenut oil.
The characteristic of polyols can be gained thragh spectroscopy analizes FT-IR giving spectrum
vibration peeks and the numerical inter the moves of 3445 cm-1 and the last of the peek at the zone 3006 cm1 and 1654 cm-1 showing arises the hidroksil rows is at the poliol and methyl ester of the fatty acid of
coundlenut oil. The result analyzes quantitatively showing the coundlenut oil coundlenut has the hidroksi
methyl ester of the coundlenut oil has the hidroksi number of 224.29 dan HLB = 14.85
Keywords : Coundlent oil, epoxidation, hidrolysis, polyols

PENDAHULUAN
Penggunaan senyawa polihidroksi dari
berbagai sumber banyak dimanfaatkan seperti
halnya ester poliol dari senyawa sakarida dengan
asam lemak telah umum digunakan sebagai bahan
surfaktan
untuk formulasi dalam makanan,
kosmetika maupun farmasi seperti obat-obatan.
Demikian juga dalam industri polimer digunakan
untuk pembuatan berbagai bahan material sebagai
pemelastis, pelunak maupun pemantap. Senyawa
poliol ini dapat diperoleh dari hasil industri
petrokimia. maupun langsung dari hayati seperti
selulosa amilum ataupun hasil olahan industri
oleokimia. Poliol dari industri oleokimia memiliki
keunggunal karena disamping penggunaan yang
luas, dapat diperbaharui maupun sumbernya
diperoleh serta
akrap dengan lingkungan
(Narine,S.S., dkk, 2007).
Melalui transformasi kimia terhadap ikatan
pada senyawa organik merupakan salah satu
sumber senyawa poliol yang umum dilakukan
melalui epoksidasi. Pada minyak nabati dengan
adanya ikatan dalam asam lemak yang
dikandungnya telah banyak dimanfaatkan sebagai
sumber senyawa poliol seperti halnya epoksidasi
yang dilakukan terhadap minyak kacang kedelai

(Parrine, T.F, dkk, 2002), metil oleat (Godung, D.U,


dkk,2004 dan Hasibuan, M.H.E.,2002) dan minyak
kanola (Narine,S.S., dkk, 2007). Senyawa poliol dari
turunan asam lemak ini berbagai pemanfaatanya
telah dilaporkan seperti pembuatan sabun poliol
natrium dihidroksi stearat yang diperoleh dari asam
oleat dimana bahan tersebut dapat digunakan
sebagai bahan pencuci pada air sadah (Awang,R.,
dkk, 2001), demikian juga bahan pembuatan
poliuretan yang diperoleh dari minyak biji-bijian
(Narine,S.S., dkk,2007)
Kemiri merupakan tanaman yang banyak
tumbuh di Sumatera Utara maupun di daerah lainnya
di Indonesia. Dari buahnya dapat diperoleh minyak
kemiri yang kaya akan kandungan asam lemak tak
jenuh yaitu C18:1, C18:2 dan C18:3 sebagai trigliserida.
Mengingat asam lemak ini cukup potensial untuk
dioksidasi menjadi senyawa poliol maka dalam
penelitian ini dilakukan epoksidasi terhadap ikatan
dari asam lemak minyak kemiri tersebut baik
sebagai trigliserida maupun metil ester asam lemak
dengan menggunakan oksidator peroksida untuk
menghasilkan
epoksi
sebagai
zat
antara
pembentukan poliol. Poliol yang terbentuk
dilakukan analisis bilangan iodium, bilangan
hidroksi yang juga didukung melalui analisis gugus
fungsi secara spektroskopi FT-IR. Diharapkan hasil
1

Mimpin Ginting, Darwis Surbakti, dan Thamrin

JURNAL PENELITIAN MIPA


Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

penelitian ini dapat memberikan masukan sebagai


salah satu cara langkah awal untuk meningkatkan
nilai tambah kemiri demikian juga memberi
masukan terhadap pengembangan industri kimia
oleo dimana minyak kemiri merupakan salah satu
sumber senyawa polihidroksi
untuk dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan material
komersial.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
adalah
eksprimen
laboratorium dilakukan di laboratorium kimia
organik FMIPA-USU Medan. Kemiri yang digunkan
diambil dari petani kemiri di Kabupaten Karo serta
bahan kimia yang digunakan baik pereaksi maupun
pelarut organic adalah berderajat p.a. dan buatan E.
Merck. Langkah langkah yang dilakukan dalam
pelaksanaanya mengikuti prosudur berikut :
1. Ektraksi Minyak Kemiri
Buah kemiri yang baru dan telah tua
dikeringkan dibawah sinar matahari, kemudian biji
dipisahkan dari cangkang. Biji buah yang diperoleh
dikeringkan dan dihaluskan sehingga berbentuk
serbuk. Serbuk halus yang diperoleh diekstraksi
menggunakan
pelarut
n-heksana
melalui
perendaman selama 48 jam. Hasil ekstraksi
selantjutnya disaring. Filtrat hasil saringan
selanjutnya diuapkan menggunakan rotarievaporator
untuk mendapatkan minyak kemiri. Minyak yang
diperoleh dilakukan analisis bilangan peroksida,
iodine dan bilangan penyabunan, kandungan asam
lemak bebas, indeks bias, berat jenis dan kandungan
air.
2. Pemurnian Minyak Kemiri
Pemurnian minyak kemiri dilakukan untuk
menghilangkan kotoran yang berbentuk gum,
menurunkan kandungan asam lemak bebas serta
penghilangan warna yang dilakukan melalui tahapan
berikut :
1) Bleaching
Sebanyak 100 ml minyak yang diperoleh
dari hasil ekstraksi ditambahkan sebanyak 0,05%
H3PO4 dan dicampur dengan 2% Bleaching Eart di
dalam gelar Erlenmeyer bercabang. Selanjutnya
campuran diaduk dengan penaduk magnet sambil
dipanaskan pada suhu 1050C dalam keadaan vakum
selama 30 menit. Hasil yang diperoleh kemudian
disaring dengan kertas saring Whatman no. 4 untuk
mendapatkan minyak hasil Bleaching.

2) Netralisasi
Minyak kemiri hasil bleaching terlebih
dahulu ditentukan kandungan asam lemak bebasnya.
Beradsarkan jumlah asam lemak yang diperoleh
ditambahkan larutan NaOH 10% secara stiokiometri.
Campuran kemudian sambil diaduk dan dipanaskan
pada suhu 70oC. Fase air dan minyak kemudian
dipisahkan melalui corong pisah.
3) Deodorasi
Minyak kemiri hasil netralisasi dipanaskan
pada suhu 1050C dalam gelas Erlenmeyer bercabang
dan diaduk dengan pengaduk magnit dibawah
atmosfer gas nitrogen selama 15 menit. Minyak
selanjutnya di vakum dan diperoleh minyak yang
berwarna kuning muda. Terhadap minyak yang
diperoleh dilakukan analisis bilangan peroksida,
iodine dan bilangan penyabunan, kandungan asam
lemak bebas, indeks bias, berat jenis , kandungan
air,.komposisi asam lemak maupun pemeriksaan
melalui analisis spektroskopi FT-IR.
3. Pembuatan Metil Ester Asam Lemak Minyak
Kemiri
Sebanyak 200 ml methanol absolute
dimasukkan kedalam botol aspirator volume 2 liter,
kemudian ditambahkan 2 gram KOH dan diaduk
dengan pengaduk mekanik kecepatan 2000 rpm
hingga larut. Selanjutnya dimasukkan sebanyak 600
mL minyak kemiri yang telah dimurnikan dan
dilanjutkan pengadukan selama 1 jam dengan
kecepatan 3000 rpm. Hasil reaksi didiamkan hingga
terbentuk dua lapisan. Lapisan atas diluapkan
melalui rotarievaporator untuk menghilangkan
kelebihan methanol. Residu hasil penguapan
dilarutkan dengan 500 mL n-heksana, kemudian
dicuci dengan aquadest sebanyak 3 kali masingmasing setiap kali pencucian digunakan 100 mLnheksana. Lapisan n-heksana dikeringkan dengan
Na2SO4 anhidrous kemidian disaring. Filtrate hasil
saringan setelah diuapkan dilakukan indentifikasi
melalui analisis Spektroskopi FT IR.
4. Pembuatan Poliol Minyak Kemiri
Ke dalam labu leher tiga volume 1 (satu)
liter dimasukkan sebanyak 60 mL HCOOH 90% dan
ditambahkan 30 mL H202 30% secara perlahan-lahan
sambil diaduk. Melalui corong penetes ditambahkan
2 mL H2SO4 pekat dan diaduk dengan pengaduk
magnet pada suhu 40 45 0C sealam 1 jam.
Selanjutnya melalui corong penetes ditambahkan
secara perlahan-lahan minyak kemiri sebanyak 50
mL. Dipertahankan suhu pemanasan pada
temperature 40 45 0C sambil diaduk selama 2 jam.
Hasil reaksi dibiarkan selama 1 malan, kemudian

Mimpin Ginting, Darwis Surbakti, dan Thamrin

JURNAL PENELITIAN MIPA


Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

diuapkan melalui rotarievaporator. Residu hasil


penguapan dilarutkan dalam 150 mL dietil eter.
Lapisan eter dicuci dengan 25 mL aquadest
sebanyak 3 kali. Hasil pencucian dikeringkan
dengan Na2SO4 anhidrous kemidian disaring. Filtrate
hasil penyaringan diuapkan melalui rotarievaporator
untuk mendapatkan senyawa poliol minyak kemiri
sebagai residu. Dilakukan analisis spektroskopi FT
IR dilanjutkan penentuan bilangan iodium dan
bilangan hidroksi. Selanjutnya untuk pembuatan
poliol MEAL minyak kemiri delakukan dengan
menggunak prosedur yang sama dengan pembuatan
poliol minyak kemiri.
5.

Analisis Minyak Kemiri dan Poliol Hasil


Sintesis
Penentuan warna dari minyak dilakukan
secara
visual,
indeks
bias
menggunakan
refraktometer Abble (AOCS Offical Method 7-25),
berat jenis menggunakan piknometer pada suhu
250C (ASTM D 445-72), bilangan peroksida melalui
titrasi secara iodometri menggunakan larutan
satandard Na2S2O3 0,02N, bilangan penyabunan
melalui titrasi asidi alkalimetri menggunakan larutan
standard HCl 0,5N (AOCS, Official Method Cd 325) bilangan asam secara titrasi asidi alkalimetri
menggunakan larutan standard KOH0,02N (AOCS,
Official Cd 3a-63), bilangan iodin secara titrasi
iodometri menggunakan larutan standart Na2S2O3
0,1N menggunakan pereaksi Wijs (AOCS, Official
Method Cd 1-25), bilangan hidroksi secara titrasi
asidi alkalimetri menggunakan larutan standard
KOH-etanol 0,5N (AOCS Official Method Cd 1360) dan harga HLB secara titrasi melalui pengukuran
bilangan penyabunan diikuti penentuan bilangan
asam. Selanjutnya analisis gugus fungsi masingmasing senyawa dalam bentuk cair menggunakan
spektrofotometer FT-IR sedangkan komposisi asam
lemak ditentukan melalui analisis metil ester asam
lemek minyak kemiri menggunakan kromatografi
gas (Ginting, M, dkk, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Ekstraksi Minyak Kemiri dari Biji Kemiri
Minyak kemiri melalui ekstraksi pelarut
secara perendaman diperoleh sebesar 50-53%.
Minyak yang diperoleh berwarna kuning kecoklatcoklatan serta kandungan asam lemak bebas sekitar
1,27%, sehingga untuk keperluan penelitian
selanjutnya dilakukan pemurnian terlebing dahulu
melalui proses : pemucatan (bleaching), netralisasi
yang dilanjutkan penghingan bau (deodorasi). Hasil
karakterisasi sifat kimia fisika dari minyak hasil

ekstraksi dan minyak yang telah dimurnikan seperti


pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Sifat Kimia Fisika Minyak Kemiri Sebelum
dan Sesudah Dimurnikan
Minyak Kemiri
Hasil
No
Sifat Kimia Fisika
Hasil
Ekstraksi
Pemurnian
(Crude)
1. Warna
Kuning
Kuning-pucat
2 Peroksida
1,245
0
3 Bilangan Penyabunan 188-204
160-165
4. Bilangan asam
6,3-8.0
1- 1,5
5. Bilangan iodin
136-168
140-155
6. Indeks Bias (250C)
1,473- 1,476 1,468 1,451
7. Berat Jenis (250C)
0,924 0,931 0,928 - 0,931
8. Asam Lemak Bebas (%) 1,273
0,062
9. Air (%)
0,217
0,101

Dari hasil pemurnian ini terlihat bahwa


mutu minyak dapat ditingkatkan dimana terjadi
penurunan warna, kandungan peroksida, kandungan
asam lemak bebas maupun kandungan air serta zatzat yang mudah menguap.
2.

Pembuatan Poliol Metil Ester Asam Lemak


(MEAL) Minyak Kemiri
Pembuatan Poliol MEAL minyak kemiri
diperoleh dari hasil epoksidasi MEAL minyak
kemiri yang dilanjutkan hidrolisis. Meal minyak
kemiri diiproleh dari hasil metanolisis minyak
kemiri menggunakan katalis KOH sedangkan untuk
epoksidasi MEAL minyak kemiri menggunakan
asam ferformat yang diperoleh dari reaksi antara
asam formiat dengan H2O2 (Gambar 1).dilakukan
melalui metanolisis terhadap minyak kemiri sebagai
trigliserida dengan reaksi yang terjadi seperti
Gambar 1:
Dalam penelitian ini dengan menggunakan
katalis basa (KOH) dapat dilakukan pembuatan
MEAL terhadap minyak kemiri yang sudah
dimurnikan dengan rendeman mencapai 95%.
Sebaliknya dengan menggunakan langsung minyak
kemiri kasar dari hasil ekstraksi reaksi terhambat
serta produk MEAL yang dihasilkan disamping
jumlah yang diperoleh rendah juga pemisahan hasil
reaksi MEAL yang terbentuk lebih susah dipisahkan,
hal ini dapat terjadi karena akibat tingginya
kandungan air dan asam lemak bebas dalam minyak
akan menghambat reaksi metanolisis karena sebelum
terjadi metanolisis terhadap gliserida asam lemak
bebas dengan basa KOH akan membentuk
penyabunan terlebih dahulu. Terbentuknya sabun
akan menghamat pembentukan MEAL dan
akibatnya terjadi metanolisis partial terhadap
trigliserida dimana dihasilkan diglisireda serta
3

Mimpin Ginting, Darwis Surbakti, dan Thamrin

JURNAL PENELITIAN MIPA


Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

monogliserida disamping MEAL. Monogliserida


maupun diglisireda yang terjadi adalah senyawa
surfaktan yang akan dapat mengganggu pemisahan
MEAL:
Hasil penentuan bilangan iodin terhadap
MEAL minyak kemiri yang diperoleh sebesar 141148 yang tidak jauh berbeda dengan minyak kemiri
yang digunakan sebagai pembuatan MEAL.
Selanjutnya hasil pemeriksaan melalui analisis
spektroskopi FT-IR dihasilkan spektrum dengan
puncak serapan pada daerah bilangan gelombang
3006 cm-1 yang merupakan serapan khas dari ikatan
C=C pada daerah bilangan gelombang 1744 cm-1
merupakan khas gugus karbonil (C=O) dari ester
yang didukung oleh puncak vibrasi C-O-C pada
daerah bilangan gelombang 1173 cm-1, selanjutnya
puncak serapan pada daerah bilangan gelombang
2924-2653 cm-1 menunjukkan vibrasi steaching C-H
sp3 yang didukung vibrasi bending pada daerah
1465-1438 cm-1, selanjutnya hasil analisis
kromatografi gas terhadap MEAL minyak kemiri
memberikan kromatogram dengan komposisi asam
lemak yang terdiri dari C8:0 = 0,34%, C10:0 =0,30%,
C12;0 = 2,46 %, C14:0 = 1,04%, C16:0= 6,98%,
C18:0=2,85%, C18:1 =22,73%, C18:2 = 38,83% dan C18:3
=24,23%.
Poliol MEAL minyak kemiri diperoleh
melalui epoksidasi MEAL minyak kemiri dengan
asam ferformat yang dilanjutkan hidrolisis. Dalam
hal ini ikatan dari MEAL minyak kemiri dari
MEAL tidak jenuh minyak kemiri secara hipotesis
menghasilkan diol, tetraol dan heksaol. Asam
ferformat yang digunakan diperoleh dari reaksi
HCOOH 90% dan H2O2 30% menggunakan katalis

H2SO4 terhadap ikatan yang terdapat pada MEAL


membentuk epoksi dan selanjutnya diikuti hidrolisis
menghasilkan senyawa poliol dari MEAL minyak
kemiri (Gambar 1)
Hasil analisis spektroskopi FT IR dari
poliol MEAL minyak kemiri memberikan spektrum
dengan puncak-puncak serapan pada daerah
bilangan gelombang 3443 cm-1 yang merupakan
serapan khas dari gugus hidroksil, pada daerah ini
sebelum diepoksidasi belum dijumpai pucak serapan
tersebut yang menunjukkan bahwa masing-masing
ikatan pada MEAL minyak kemiri telah dioksidasi
dan berubah menjadi bentuk diol. Pada bilangan
gelombang 2927-2855 cm-1 menunjukkan serapan
khasdari vibrasi streaching C-H sp3 yang didukung
oleh puncak vibrasi pada daerah bilangan
gelombang 1464 1416 cm-1 menunjukkan serapan
khas dari vibrasi bending C-H sp3. Pada bilangan
gelombang 1727 cm-1 menunjukkan serapan khas
gugus karbonil (C=0) dan bilangan gelombang pada
daerah 1176 cm-1 menunjukkan serapan khas C-O-C
yang menunjukkan adanya ester. Senyawa poliol
MEAL yang terbentuk berdasarkan hasil analisis
sebelum diepoksidasi memberikan bilngan iodium
sebesar 141-148, bilangan hidroksi = 0, tetapi
setelah diepoksidasi memberikan bilangan iodine =
39,94 dan bilangan hidroksi sebesar 244,29.
mgKOH/gram yang memberi indikator bahwa ikatan
telah terhidrosilasi menjadi poliol yang tentunya
hasil ini masih tercampur dengan asam lemak
lainnya sesuai dengan komposisi asam lemak
minyak kemiri terdiri dari MEAL C8:0 = 0,34%, C10:0
= 0,30%, C12:0 = 2,46%, C16:0= 6,98% dan C18:0 =
2,85%.

O
O

7 Oleat

Linolenat

2*

(Gugus Asil rondom)

Minyak Kemiri

Linoleat

+ CH3OH
KOH (Katalis, 3000 rpm)
OH

HO

6 C
OCH3

MEAL Minyak Kemiri

OH

m=1, n=3 = metil linolenat


m=4, n=2= metil linoleat
m=7, n=1= metil oleat

Gliserol

H2SO4
HCOOOH (Epoksidasi)

6C

Epoksi MEAL Minyak Kemiri

OCH3

+H2O

m
OH
OH

6 C
OCH3

Poliol MEAL Minyak Kemiri

Gambar 1. Reaksi Pembentukan Poliol MEAL Minyak Kemiri dari Minyak Kemiri.

Mimpin Ginting, Darwis Surbakti, dan Thamrin

JURNAL PENELITIAN MIPA


Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

7 Oleat

6 C

Linolenat

Minyak Kemiri

2*

Linoleat
1) HCOOOH (Epoksidasi)
2) H2O (Hidrolisis)
OH

OH

C
7

Diol
OH

OH

OH

Heksaol

Tetraol
Struktur Poliol Minyak Kemiri (random)

OH

2*

Gambar,2, Reaksi Pembentukan Poliol Minyak Kemiri

Gambar 3. Spektrum FT-IR Poliol Minyak Kemiri

3. Pembuatan Poliol Minyak Kemiri


Pembuatan poliol minyak kemiri yang relah
dimurnikan dilakukan epoksidasi yang dilanjutkan
hidrolisis seperti halnya dilakukan terhadap MEAL
minyak kemiri dengan menggunakan asam
ferformat. Dalam hal ini juga diharapkan ikatan
pada asam lemak tidak jenuh dari minyak kemiri
sebagai trigliserida, dimana C18: 1 membentuk diol,
C18: 2 membentuk tetraol C18:3 membentuk heksaol
sehingga dihasilkan poliol dari minyak kemiri yang

secara rondom hipotesis reaksinya digambarkan


seperti pada gambar 2, yang juga berdasarkan hasil
analisis komposisi asam lemak minyak kemiri masih
terdapat asam lemak jenuh yang terisi secara rondom
pada posisi atom karbon maupun dari trigliserida
yakni C8:0 = 0,34%, C10:0 = 0,30%, C12:0 = 2,46%,
C16:0= 6,98% dan C18:0 = 2,85%.
Dari hasil penentuan harga bilangan
penyabunan dan bilangan asam melalui metode
titrasi diperoleh harga Hydrofil Lipophil Balance
5

Mimpin Ginting, Darwis Surbakti, dan Thamrin

JURNAL PENELITIAN MIPA


Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

(HLB) sebesar =13,6 sehingga senyawa ini secara


teoritis dengan adanya gugus poliol akan dapat
dipergunakan sebagai bahan pembuatan detergen
maupun sebagai pereaksi dalam pembuatan berbagai
bahan material.
Hasil analisis spektroskopi FT IR dari
poliol minyak kemiri memberikan spektrum dengan
puncak-puncak serapan pada daerah bilangan
gelombang 3444 cm-1 yang merupakan serapan khas
dari gugus hidroksil, pada daerah ini sebelum
diepoksidasi belum dijumpai pucak serapan tersebut
dan yang dijumpai adalah pada daerah 3010 cm-1
(C-H sp2) serta pada daerah 1654 cm-1 (C=C) yang
menunjukkan bahwa masing-masing ikatan pada
MEAL minyak kemiri telah dioksidasi dan berubah
menjadi bentuk diol.
Pada bilangan gelombang 2927-2855 cm-1
menunjukkan serapan khas dari vibrasi streaching
C-H sp3yang didukung oleh puncak vibrasi pada
daerah bilangan gelombang 1464 1416 cm-1
menunjukkan serapan khas dari vibrasi bending C-H
sp3. Pada bilangan gelombang
1728 cm-1
menunjukkan serapan khas gugus karbonil (C=0)
dan bilangan gelombang pada daerah 1176 cm-1
menunjukkan serapan khas gugus C-O-C yang
menunjukkan adanya ester (Gambar 3).
Senyawa poliol yang terbentuk berdasarkan
hasil analisis sebelum diepoksidasi memberikan
bilngan iodium sebesar 140-155, bilangan hidroksi
= 0, tetapi setelah diepoksidasi memberikan bilangan
iodine = 21,32 dan bilangan hidroksi sebesar 244,29
mg KOH/ gram yang tentunya informasi ini
memberi dukungan bahwa ikatan pada asam lemak
tidak jenuh telah mengalami hidrosilasi menjadi
poliol yang tercampur dengan asam lemk lainnya
secara rondom pada posisi ataom karbon ataupun
sesuai dengan komposisi asam lemak minyak
kemiri..
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1) Minyak kemiri yang telah dimurnikan melalui
proses bleaching, netralisasi diikuti deodorasi
dapat dimetanolisis menggunakan katalis KOH
menjadi metil ester asam lemak minyak kemiri
dengan rendemen hasil mencapai 95 %.
2) Minyak kemiri maupun metil ester asam lemak
minyak kemiri dapat diepoksidasi dengan asam
performat pada suhu 40-45OC melalui
pengadukan selama 2 jam dilanjutkan hidrolisis
menghasilkan senyawa poli hidroksi

3) Polihidroksi minyak kemiri yang diperoleh


memiliki bilangan hidroksi = 198,17 serta harga
HLB = 13,6 sedangkan poliol metil ester asam
lemak minyak kemiri bilangan hidroksi = 244,29
dan harga HLB = 14,85
2. Saran
Poliol minyak kemiri maupun poliol metil
ester asam lemak hasil sintesis perlu diteliti
penggunaannya lebih lanjut
terutama dalam
pembuatan material polimer maupun material
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Acrts, H.A.J dan Jacobs, P.A., (2004), Epoxide
Yield Determination of Oils and Fatty Acid
Methyl Esther Using, 1H-NMR, JAOCS, Vol.
81(9), 841-846.
Andreas, H. Cacther, R and Muller, H., (1990)
PVC Stabilizers, in Plastics Aditives
Handbook, 3rd, Hanser Publisers, Manich,
Germany.
Awang, R, Ahmad,S dan Ghazali, R., (2001)
Properties of Sodium Soap Derived From
Palm-Based Dihidroxystearic Acid, J.of Oil
Palm Research, Vol. 13(2), 33-38.
Carlson, K.D dan Chang, S.P., (1985), Chemical
Epoxidation Of Natural Unsaturated Epoxy
Seed Oil From Vernonia galamenensis and a
look of Epoxy Oil Market, JAOCS, Vol.
62(5), 934-939.
Ginting, M, Brahmana, H.R dan Hadi, M., (2002),
Pembuatan Minyak Goreng Melalui Blending
dan Reaksi Interesterifikasi antara Minyak
Kemiri dengan RBDPalm Oil Dengan
Menggunakan Katalis Natrium Metoksida
Laporan Penelitian Jurusan Kimia FMIPAUSU Medan.
Ginting, M, Surbakti, D dan Thamrin, (2008),
Epoksidasi
Minyak
Kemiri
dan
Pemanfaatannya Sebagai Pelunak/ Peantap
Pada Poliuretan Foam Ataupun Dimanfaatkan
Dalam Pembuatan Sabun Hidroksi Pengganti
Detergen Laporan Penelitian Hibah Bersaing,
DP2M Lembaga Penelitian USU, Medan.
Gound, V.V., Prandhan dan Patwardhan, (2006),
Epoxidation of Karanja ( Pangomin glabra)
Oil by H2O2 JAOCS, Vol. 83(2), 635-640.
Goudung Du, Tekin, A, Hammond, E.G dan Woo,
L.K., (2004), Catalytic Epoxidation Of
Methyl Linoleate JAOCS, Vol, 681(4), 477485.

Mimpin Ginting, Darwis Surbakti, dan Thamrin

JURNAL PENELITIAN MIPA


Volume 2, Nomor 1 Juni 2008

Jung, S., Goulon, M., Girardin dan Ghoul, M.,


(1998), Structure and Surface Acrive
Properties Determinations of Fructosse
Monoaleates, J.of. Surfactans and Detergens,
Vol. I (1), 53-57.
Narrine, S.S., Kong, X., Bauzidi, L dan Sporus, P.,
(2007), Physical Propertias Of Polyurethanes
Produced from Polyol from Seed Oils, IElastomer, JAOCS, Vol. 84, 55-63.

Parriere, T.F., Ferrira, M.M.C., Sales, H.J.S., dan De


Almedia, W.B., (2002), Quantitative
Determination of Epoxydation Soyben Oil
Using Near-Infrared Spectroscopy and
Multivariante, Appled Spectroscopy, Vol.
56(12), 1607-1614.
Trans, P., Daniel, G dan Ramani, N, (2005), Ozone
Mediated Polyol Synthesis from Soyben Oil,
JAOCS, Vol. 82(9), 653-659.

You might also like