Diagnosis Banding Blok 23 Ulkus Kornea

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

Ulkus Kornea ec Jamur Okuli Dextra

Anggia Lestari

(NIM 102010170 / Kelompok C3)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email: [email protected]

Abstract

Exstensive corneal ulcers require prcise handling and fast for the prevention of the
onset of complications such as descementocele, perforation, endophthalmitis and blindness.
Corneal ulcers that heal will cause cloundiness of the cornea and leading the second cause
of blindness in Indonesia. The purpose of eradication treatment of corneal ulcers are
eradication of the corneal ulcers, suppress inflammatory reactions so as not to aggravate the
destruction of the cornea, accelerate healing epithelial defect, predominate the complications
and improve visual acuity. This can be done by giving appropriate and prompt treatment
according to culture and sensitivity test results causing microorganisms. Prognosis of corneal
ulcers depens on tha severity and rapis than get help, the type of microorganism causes and
the presence or absence of complications arising. Management of corneal ulcers are not
limited to providing antimicrobial, but the general state of repair as well as measures to ease
the symptoms and eliminate the cause. Some of the causes of corneal ulcers include foreign
bodies and contact lenses.

Keywords: Corneal, causes, treatment, ulcers

Abstrak

Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk
mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descementocele, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan
kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia. Tujuan penatalaksanaan
ulkus kornea adalah eradikasi penyebab dari ulkus kornea, menekan reaksi peradangan

1
sehingga tidak memperberat destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan defek epitel,
mengatasi komplikasi serta memperbaiki tajam penglihatan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian terapi yang tepat dan cepat sesuai dengan kultur serta hasil uji sensitivitas
mikroorganisme penyebab. Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan
cepat lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Penatalaksanaan ulkus kornea tidak terbatas pada
pemberian anti mikroba, melainkan perbaikan keadaan umum, serta tindakan-tindakan untuk
memperingan gejala dan menghilangkan penyebab. Beberapa penyebab ulkus kornea antara
lain adalah benda asing dan lensa kontak.

Kata kunci: kornea, penyebab, penatalaksanaan, ulkus

Pendahuluan

Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea


akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh adanyan
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Gejala dari ulkus kornea yaitu
nyeri, berair, fotofobia, blefarospasme, dan biasanya disertai riwayat trauma pada mata.
Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah
perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmentocele, perforasi, endoftalmitis,
bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan jaringan parut kornea dan
merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.1

Anamnesis 2,3

Keluhan Utama

Pada kasus didapatkan keluhan utamanya yaitu mata kanan kabur, merah, berair, dan sakit.

Riwayat penyakit sekarang

Sejak kapan?
Apakah keluhan pada salah satu atau keduanya?
Bagaimana onsetnya? Mendadak atau berangsur-angsur?
Apa keluhan lain ? Seperti merah, berair, sakit mata, fotofobia, secret, merasa kelilipan,
penglihatan menurun?
Adakah gejala lain akibat kemasukan benda asing dan pemakaian kontak lensa?

Riwayat penyakit dahulu

2
Adakah riwayat penyakit atau keluhan mata sebelumnya?
Adakah riwayat trauma mata?
Adakah riwayat hipertensi?
Adakah riwayat diabetes mellitus?
Adakah riwayat pemakaian obat yang mungkin menyebabkan gejala gangguan
penglihatan atau pemakaian obat untuk mengobati penyakit mata dulu maupun sekarang?

Riwayat keluarga dan sosial

Apakah di keluarga ada riwayat penyakit mata turunan?


Adakah riwayat gejala gangguan mata dalam keluarga (misalnya penularan konjungtivits
infektif)?1

Gejala umum mata

Hilangnya penglihatan Mendadak/ perlahan-lahan

Nyeri/ tidak nyeri

Transien/ permanen

Kedua mata/ satu mata/ sebagian dari lapang pandang

Mata merah Berair/lengket


Nyeri
disertai hilangnya penglihatan

Durasi

Tabel1. Gejala umum mata 2

Pemeriksaan Fisik

Tanda Tanda Vital

3
Terutama tekanan darah untuk megetahui apakah pasien hipertensi atau tidak.

Pemeriksaan mata dasar

Pemeriksaan mata dasar tersebut ialah:

1. Segmen anterior :2
Cara pemeriksaan : arahkan lampu senter dari arah pinggir temporal ke arah kornea,
gerakkan ke arah anterior dan nasal. Penilaian :
palpebra superior / inferior : apakah terdapat vesikel / krusta, hiperemi,
hematom, posisi normal atau ptosis, lagoftalmus
konjungtiva bulbi : apakah terdapat injeksi konjungtiva/injeksi siliar,
pterigium, skleritis/episkleritis, apakah tampak perdarahan subkonjungtiva,
flikten, sekret?
konjungtiva tarsalis inferior : apakah terdapat papil, vesikel, sekret, sikatriks?
Konjungtiva tarsalis superior (palpebra superior di balik) : apakah terdapat
papil, vesikel, sekret, sikatriks?
Kornea : apakah jernih, terdapat infiltrat, sikatrik (makula, nebula, lekoma),
ulkus, perforasi/perlukaan, neovaskular?
C O A , sinari mata dari bagian lateral 45 derajat : apakah dalam, atau
dangkal, hifema, hipopion?
Pupil : besar pupil apakah kecil atau lebar (diameter normal : 2 - 4 mm),
bentuknya bulat atau ireguler/sinekia posterior, apakah terdapat koloboma
(gangguan pembentukan iris yang tidak penuh 360), cek juga refleks pupil
langsung dan tak langsung.
Iris : sinekia, iris bombe?
Lensa : apakah jernih, katarak?
Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit oleh karena adanya kekeruhan pada kornea.
Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun
perikornea.3

2. Ketajaman visus /VA

4
Pada pemeriksaan visus atau VA kita menilai ketajaman penglihatan, manusia
normal memiliki ketajaman penglihatan 1,0, atau 20/20, atau 6/6 yang berarti pasien
dapat melihat dalam jarak 6 meter (numerator) dan secara normal seseorang dapat
melihat dalam jarak 6 meter (denominator). Pemeriksaan visus dilakukan pertama kali
sebelum pemeriksaan lain kecuali pada suatu trauma yang emergensi misalnya trauma
kimia. Pemeriksaan dengan memakai Snellen chart (umumnya, dan pada orang
normal yang tidak buta huruf).Pemeriksaan dilakukan dalam jarak 6 meter, pasien
duduk tenang dan mencoba melihat dan membaca huruf yang kita tunjuk.Perlu diingat
bahwa pemeriksaan dilakukan kepada 1 mata secara bergantian, dan dimulai dengan
mata kanan. Baris terakhir yang bisa dibaca itulah visus pasien. Jika pasien tidak
dapat melihat huruf terbesar artinya visus kurang dari 6/60 atau 20/200 maka kita
memakai cara finger counting.2,3

Tes finger counting dilakukan pertama dalam jarak 1 meter, dilakukan


maksimal sampai 5 meter. Misalnya pasien dapat menghitung jari dalam sampai
jarak 3 meter maka laporannya ialah visus 3/60. Jika pasien tidak dapat menghitung
jari, maka kita melakukan tes hand movement.Uji ini dilakukan hanya 1 kali pada
jarak 1 meter. Jika pasien mampu melihat gerakan (lambaian) tangan maka
laporannya visus 1/300. Jika visus sudah sangat buruk sehingga tes hand
movementpun gagal, maka kita lakukan uji persepsi cahaya. Uji ini sebaiknya
dilakukan di dalam dark room. Pada uji light perception ini dapat dilihat dari arah
mana proyeksi cahayanya. Jika pasien tidak dapat membedakan lagi maka artinya no
light perception atau visus 0.Suatu penurunan visus kita asumsikan menjadi kelainan
pada media refraksi, maka dapat dikoreksi dengan lensa. Kita bisa memberi lensa pin
hole agar membantu memfokuskan cahaya yang masuk tepat di macula. 3 Tujuan tes
ini adalah untuk membedakan antara kelainan refraksi dan kelainan media refraksi.
Bila ada kelainan refraksi, maka dengan melakukan uji pinhole didapatkan perbaikan
pada ketajaman penglihatan. Hal ini dikarenakan fungsi dari pinhole yang dapat
memfokuskan cahaya yang masuk sehingga jatuh tepat pada makula lutea.
Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh karena
adanya defek pada kornea sehingga menghalangi reflaksi cahaya yang masuk ke
dalam media refraktan.

5
4. TIO palpasi

Tonometri ialah cara memeriksanya, yang paling sederhana tentunya


tonometri perpalpasi, kita bisa membandingkan TIO kiri dan kanan maupun TIO
pasien dengan kita sebagai pemeriksa (dianggap normal).2,3

6. Funduskopi

Pemeriksaan oftalmoskopi direk dapat digunakan untuk memeriksa segmen


anterior (termasuk lensa) maupun fundus.

Pemeriksaan Penunjang

a. Slit lamp

Merupakan alat untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran
normal. Loupe mempunyai kekuatan 4 6 D. Pemeriksaan akan lebih sempurna bila
dilakukan di kamar yang digelapkan.

Pada gambaran slit lamp menunjukan luas, ulcus sentral kornea yang
disebabkan fungi fusarium. Ulkus karena jamur memberikan gambaran abu-abu,
batas tidak jelas, dengan lesi satelit.1,4,5

b. Uji fluoreseins

6
Uji fluoreseins merupakan uji untuk mengetahui adanya kerusakan pada
kornea mata Kertas fluoreseins yang telah terlebih dahulu dibasahi oleh garam
fisiologi diletakkan di dalam sakus konjungtiva anterior. Penderita diminta untuk
menutup matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudian kertas ini diangkat
dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologis. Dilihat permukaan kornea bila
terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel kornea. Defek
kornea akan terlihat hijau karena pada bagian itu akan bersifat basa dan memberi
warna hijau. Pada keadaan ini disebut uji flueresense positif.1,4,5

c. Uji fistel

Disebut juga Seidel (untuk mengetahui letak dan adanya kebocoran kornea).
Pada konjungtiva inferior ditaruh kertas fluresense atau diteteskan fluoreseins.
Kemudian dilihat adanya cairan mata yang keluar dari fistel kornea. Bila terdapat
kebocoran kornea adanya fistel kornea akan terlihat pengaliran cairan mata yang
berwarna hijau mulai dari lubang fistel.1,4,5

d. Papan placido
Untuk melihat lengkungan kornea. Dipakai papan placido dengan gambaran
lingkaran konsentris putih hitam yang menghadap sumber cahaya, sedang pasien
sendiri membelakangi jendela. Melalui lubang di tengah plasidoskop dilihat gambaran
bayangan plasido pada kornea.1,45
e. Pemeriksaan laboratorium
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar
dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa.
Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid
Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak
maltosa.1,4,5

Working Diagnosis

7
Ulkus kornea ec jamur merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh
adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk
tukak pada kornea yaitu sentral dan marginal atau perifer.1,4,5

Diagnosis banding
Ulkus kornea bakteri

Ulkus kornea bakteri adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh infiltrat
supuratif disertai defek epitel kornea yang bergaung. Ulkus kornea bakteri memerlukan
penanganan yang tepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti
desmetokel, perforasi, endoftalmitis dan kebutaan.

Gambaran ulkus dapat membantu untuk menentukan penyebab ulkus kornea.

1. Ulkus stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas
tegas tepat di bawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi
abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat
hipopion tukak seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Ulkus kornea
marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap
stafilokokus aureus.
2. Ulkus pseudomonas
Gambaran ulkus biasanya dimulai dengan ulkus kecil di bagian sentral kornea dengan
infiltrat berwarna keabu-abuan disertai edema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini
dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus
mengeluarkan discharge kental berwrna kuning kehijauan. Dalam bilik mata depan
dapat terlihat hipopion yang banyak. Secara histopatologi khas pada ulkus ini
ditemukan sel neutrofil yang dominan.
3. Ulkus streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous).
Ulkus berwarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang
menggaung.
4. Ulkus pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat
menyebar kearah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang
disebut ulkus serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna

8
kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang
menggaung dan didaerah ini terdapat banyak kuman.
5. Ulkus Neisseria gonorrhoeae
Ulkus kornea yang terjadi karena neisseria gonorrhoeae dan merupakan salah satu
dari penyakit menular seksual. Gonore bisa menyebabkan perforasi kornea dan
kerusakan yang sangat berarti pada struktur mata yang lebih dalam.1,4,5

Ulkus kornea virus

1. Ulkus kornea Herpes Zoster


Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu timbul 1-3 hari sebelum
timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra,
konjungtiva hiperemis , kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.
Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor.
2. Ulkus kornea Herpes Simplex
Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya
suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau
bintang infiltrasi. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulseratif, jelas diwarnai dengan
fluoresein.1,4,5

Anatomi kornea

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah
jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm
di tengah, sekitar 0,65 ditepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior,
kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda, yaitu lapisan epitel ( yang bersambung
dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan bowman, stroma, membran descement, dan
lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Sumber nutrisi kornea
adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, aquous humour dan air mata. Kornea superfisial
juga mendapatkan oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan
oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1,4,5

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam, yaitu:

1) Lapisan epitel
Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

9
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya
melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2) Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3) Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan
yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan
waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4) Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
m.
5) Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden1,4,5

Etiologi

1. Infeksi
a. Infeksi bakteri: Pseudomonas aeroginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Sebuah penelitian terbaru

10
menyebutkan bahwa telah ditemukan Acinetobacter junii sebagai salah satu
penyebab ulkus kornea. Penyebab ulkus kornea 38,85% disebabkan oleh bakteri.
b. Infeksi jamur disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium
dan spesies mikosis Fungoides. Penyebab ulkus kornea 40,65% disebabkan oleh
jamur.
c. Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah
akan menimbulkan ulkus.
d. Acanthamoeba
Infeksi kornea oleh Acanthamoeba sering terjadi pada pengguna lensa kontak
lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang
terpapar air yang tercemar.1,4,5
2. Noninfeksi
a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH
b. Radiasi atau suhu
c. Sindrom sjorgen
d. Defisiensi vitamin A
e. Obat-obatan ( kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topikal, immunosupresif)
f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma
g. Pajanan (exposur)
h. Neurotropik
i. Sistem imun ( reaksi hipersensitivitas).1,4,5

Epidemiologi

Ulkus kornea merupakan penyebab tersering kebutaan di Negara-negara berkembang


yang disebabkan karena ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea.
Berdasarkan survey ulkus kornea merupakan penyebab kebutaan nomor dua setelah katarak
sebagai penyebab utama kebutaan di banyak Negara berkembang di Asia, Afrika dan Timur
Tengah.Ulkus kornea juga merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.
Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu
sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61%
laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari
sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk traumakornea.1,4,5

Patogenesis

Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan, resiko
terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada

11
kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu
keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak. 1,4,5

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya
tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior
dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu
pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di
kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di
daerah pupil.

Kornea merupakan bagian mata yang avaskuler, sehingga apabila terjadi infeksi maka
proses infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Maka
badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera
bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang
terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi
dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas
tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah
ulkus kornea.

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu
melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat
sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan
menyebabkan terjadinya sikatrik.1,4,5

Manifestasi klinis

Pada pasien dengan ulkus kornea karena jamur, biasanya terdapat riwayat trauma mata saat
beraktivitas diluar/lapangan. Selain itu juga perlu diketahui faktor resiko yang dimilki seperti:

a. Trauma ( misalnya karena penggunaan lensa kontak, benda asing)


b. Penggunaan kortikosteroid topikal

12
c. Operasi kornea seperti keratoplasti, operasi katarak, atau laser in situ keratomileusis
(LASIK).
d. Keratitis kronik karena herpes simplek, herpes zoster, atau konjungtivitis vernal
e. Riwayat trauma sebelumnya ( terutama karena tumbuhan)
f. Pekerjaan pertanian.

Gejala-gejala yang muncul meliputi, sensasi benda asing, meningkatnya rasa nyeri atau
ketidaknyamanan pada mata, pandangan mendadak kabur, mata menjadi merah, kerusakan
yang luas dan keluar cairan dari mata, meningkatnya sensitivitas tehadap cahaya.

Untuk menegakkan diagnosis klinik didasarkan pada analissi faktor resiko dan
karakteristik tampilan kornea. Tanda-tanda yang paling sering ditemukan pada pemeriksaan
slitlamp tidak spesifik dan meliputi, injeksi konjungtiva, defek pada epitel, infiltrasi pada
stroma, hipopion.

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu
sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.

Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering.
Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang
baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-
satelit disekitarnya.Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada
infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi
akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.1,4,5

Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis dari jamur.

1. Belum diidentifikasikan jenis jamur penyebabnya


Berikan topikal amphotericin B 0,25 mg/ml, thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin 10
mg/ml, golongan imidazole.
2. Jamur berfilamen berikan topikal amphotericin B, thiomerasol, Natamicin, Imidazol

13
3. Ragi (yeast) berikan amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin 0,1% tetes
mata.
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati bisa diberikan golongan sulfa, berbagai jenis
antibiotik 1,4,5

Komplikasi

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:1,4,5

Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat


Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder

Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata
setiap ada keluhan pada mata.Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.

- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat
lensa tersebut.1,4,5

Prognosis

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi
yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena
jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya
mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal

14
ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka
dapat menimbulkan resistensi.1,4,5

Kesimpulan

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab


kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Penyakit ini makin
banyak dijumpai pada pekerja pertanian dan kini makin banyak dijumpai pada penduduk
perkotaan sejak mulai dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata.
Kebanyakan ulkus kornea karena jamur disebabkan oleh organisme oportunis seperti
candida fusarium, aspergillus, penicilium, cephalosporium, dan lain-lain. Tidak ada ciri khas
yang membedakan ulkus jamur ini.
Dengan penanganan sedini mungkin, infeksi pada kornea dapat sembuh, tanpa harus
terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi, dapat merusak kornea secara permanen. Dan
juga dapat mengakibatkan perforasi dari interior mata, sehingga menimbulkan penyebaran
infeksi dan meningkatkan resiko kehilangan penglihatan yang permanen. Semakin telat
pengobatan ulkus kornea, akan menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan
parut yang luas.

Daftar pustaka

1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR . Opthalmologi Umum. Ed. 14. Jakarta: Widya Medika ;
2000. h. 211-25.
2. Bickley S. Lynn. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 5.
Jakarta: EGC; 2008. Hal 15.
3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Interna Erlangga;
2005.h.23,90.

15
4. Ilyas S, Yulianti S R . Ilmu Penyakit Mata, Ed. 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2010. h.
159-66.
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. edisi ke 2. Jakarta : Sagung Seto ;
2002. h. 256-68.

16

You might also like