Tugas Makalah Perilaku Konsumen

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 76

SIKAP DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM

MEMBELI DAGING AYAM


DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(SKRIPSI)

Oleh

Wulan Juwita Sianturi

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT

CONSUMER’S ATTITUDES AND DECISION MAKIN IN BUYING


CHICKEN MEAT IN BANDAR LAMPUNG

By

Wulan Juwita Sianturi

The objectives of this research were to know: the consumer attitudes, the stages of the
purchase decision making, and the factors that effected the purchase decisions of chicken
meat in Bandar Lampung City. This research was conducted at three traditional markets
in Bandar Lampung City, namely Tugu Market, SMEP Market, and Gintung Market. This
research was conducted by a survey method, in which locations were determined on
purpose, while the samples of 90 people were obtained by accidental sampling technique.
The data was analyzed by descriptive qualitative analysis, multiatribute Fishbein
analysis and logit regresion analysis. The results showed that consumer attitudes toward
the attributes of chicken meat were that they preferred ras chicken meat than kampong
chicken meat; particularly in terms of the meat price and weight. Consumer decision
making stage of chicken meat showed that they bought chicken because of their
awareness on the need of protein and 60% of them preferred to buy ras chicken meat than
kampong chicken meat. Most consumer (61.11%) got information about chicken meat
from merchants. Their were 78 percents of consumers that were satisfied with their
purchased chicken meat and the remaining of 12 percent were dissatisfied for getting
improper weight and receiving unfresh meat. Factors that effected the purchase decisions
of chicken meat in in Bandar Lampung City were the protein price of ras chicken meat,
kampong chicken meat, and salted fish; in addition to the family income.

Keywords: attribut, attitude, fishbein, decision making, logistick regresion.


ABSTRAK

SIKAP DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM


MEMBELI DAGING AYAM DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Wulan Juwita Sianturi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : sikap konsumen terhadap daging
ayam di Kota Bandar Lampung, tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian
daging ayam di Kota Bandar Lampung dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keputusan pembelian daging ayam di Kota Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan di
pasar tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung, yaitu Pasar Tugu, pasar Gintung dan
Pasar SMEP. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, penentuan lokasi dengan
metode purposive. Jumlah sampel penelitian ini adalah 90 orang yang didapat dengan
menggunakan metode accidental sampling. Metode analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif, analisis multiatribut fishbein
dan analisis regresi logit. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sikap konsumen
terhadap daging ayam adalah lebih menyukai daging ayam ras dibandingkan dengan
daging ayam kampung, khususnya dalam hal harga daging dan bobot daging. Tahap-
tahap pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian daging ayam terdiri dari
konsumen membeli daging ayam karena kebutuhan protein informasi yang diketahui
konsumen tentang daging ayam dominan diperoleh dari pedagang (61,11%), seluruh
responden membeli produk lain untuk memenuhi kebutuhan proteinnya (tahap evaluasi
alternatif), 60 persen konsumen lebih memilih membeli daging ayam ras dibandingkan
daging ayam kampung. Sebanyak 78 persen konsumen merasa puas dengan daging ayam
yang dibeli dan sisanya 12 persen tidak puas. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keputusan pembelian daging ayam di Bandar Lampung adalah harga daging ayam ras,
harga daging ayam kampung, harga ikan asin dan pendapatan keluarga.

Kata kunci : atribut,sikap, fishbein, pengambilan keputusan, regresi logistik


SIKAP DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM
MEMBELI DAGING AYAM DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh
Wulan Juwita Sianturi

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Juni1993 di Bandar Jaya Lampung Tengah.

Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan suami istri

Bapak Fajar Sianturi dan Ibu Risda Simarmata. Penulis menyelesaikan studi

tingkat Taman Kanak-kanak di TK Pamerdisiwi Terbanggi Besar pada tahun

1998, Sekolah Dasar di SD Kristen 3 Terbanggi Besar pada tahun 2005, tingkat

Sekolah Menengah Pertama di SMP N 3 Terbanggi Besar pada tahun 2008 dan

tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Kristen 3 Terbanggi Besar pada tahun

2011. Penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Pertanian, Jurusan

Agribisnis pada tahun 2011 melalui jalur mandiri.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Cempaka Dalem, Kecamatan

Menggala Timur, Kabupaten Tulang Bawang bulan Januari – Februari pada tahun

ajaran 2014/2015 dan Praktik Umum (PU) di Compos Plant Departemen Soil

Sustainability PT. Great Giant Pineaplle bulan Juli pada tahun ajaran 2014/2015.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi Persekutuan Oikumene

Mahasiswa Pertanian dan pernah menjadi anggota seksi persekutuan umum.


SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

memberikan segala berkat, kasih, dan perlindungan-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Banyak pihak yang telah

memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-saran yang membangun

dalam penyelesaian skripsi ini, oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir.Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama,

atas saran, kritik, bimbingan, motivasi, dan waktu yang telah diluangkan.

Terimakasih atas kesabarannya dalam membimbing penulis selama proses

penyelesaian skripsi ini.

2. Ir. Suriaty Situmorang.M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua. Terimakasih

atas bimbingan, arahan, motivasi, nasihat dan kesabarannya dalam

membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi dan perkuliahan.

3. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.S., selaku Dosen Penguji, yang telah bersedia

memberikan saran, kritik, arahan dan bantuan selama penulisan skripsi.

4. Dr. Ir. Tubagus Hasanudin, M.S, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

Terimakasih atas atas bimbingan dan nasihat yang diberikan kepada penulis

selama masa perkuliahan.

5. Orangtuaku tersayang : bapak Fajar Sianturi dan mamak Risda Simarmata,

atas semua doa, nasihat, dukungan dan kasih sayang yang begitu luar biasa.
Terimakasih karena senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang,

dukungan serta mendoakanku.

6. Adik- adikku : terkasih Frederick Sianturi, Yosafat Sianturi, dan Monica

Sianturi “Tetep semangat ya kalian, Kejar cita-citamu, Tuhan Yesus

memberkati” Terimakasih untuk doa dan semangat yang diberikan kepada

kakak.

7. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

8. Dr. Ir.Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis

yang telah memberikan arahan dan bantuan selama perkuliahan.

9. Seluruh Dosen, staf dan Karyawan di Jurusan Agribisnis

10. Keluarga besarku Opung Tj, Opung Boru, Mamak Tua dan Bapak Tua,

Bapak Uda dan Inang Uda, Namboru-namboruku, Tulang Aldo, dan semua

yang telah mendukung penulis, baik secara materi maupun moril.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan (8 cantik) : Anisa Maya Sari S.P., Bayu Suci

S.P., Dian Ika Sari S.P., Faridatu (Odat) S.P., Trie Harrini, Ellisa, Venny Unida

Lugara, atas motivasi, semangat dan doa yang selalu kalian berikan. Terima

kasih atas kebersamaan dan pengalaman berbagi ilmu bersama.

12. Sahabat-sahabat tersayang di dalam Kristus : Bangun P Sitorus S.E.,

Moriska N Purba S.P., Freddy Gurning S.P., Ambos .Terimakasih atas

dukungan, keceriaan dan kebersamaannya selama ini.

13. Sahabat – sahabat seperjuangan (fantastic four) Adyguna WF Simamora S.P.,

Arif Setiawan S.P., Dian Eprianda, dan Fadloli Ahmad S.P., Terima kasih atas

kebersamaan dan pengalaman berbagi ilmu bersama.


14. Teman-teman Agribisnis 2011 Ari N (odat), Ayu Vidia, Sellyndha, Faisal Oktori,

Sonya, Desta, Dita , Tiar, Endah, Nani, Awi, Lukita, Yuda,Vani, Ayu (emak),

Juliantika, Novita, Pumay, dan teman - teman Agribisnis lainnya.

15. Kakak tingkat 2010 dan adik- adik 2012, 2013 dan 2014 atas

bantuannya dalam menyelesaikan skripsi.

16. Teman-teman “Maharani kos’’ : Florentina, Heni, Eliyana, Lilis, Jumiyati.

Terimakasih kebersamaan, cerita dan kenangan yang tercipta bersama kalian.

17. Almamater tercinta dan semua pihak, yang telah membantu demi

terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Bandar Lampung, 26 September 2016


Penulis,

Wulan Juwita Sianturi


iv

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL.........................................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................x

I. PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian.............................................................................................................10
C. Kegunaan Penelitian.......................................................................................................10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN


HIPOTESIS...........................................................................................................................11

A. Tinjauan Pustaka.............................................................................................................11
1. Agribisnis Ayam..........................................................................................................11
a. Komoditas Ayam Kampung................................................................................12
b. Komoditas Ayam Ras...........................................................................................13
2. Protein............................................................................................................................14
3. Pasar................................................................................................................................16
4. Teori Perilaku Konsumen.........................................................................................17
5. Definisi dan Karakteristik Konsumen..................................................................18
6. Atribut Produk..............................................................................................................19
7. Sikap Konsumen.........................................................................................................19
a. Fungsi Utilitarian...................................................................................................20
b. Fungsi Ekspresi Nilai...........................................................................................20
c. Fungsi Mempertahankan Ego............................................................................20
d. Fungsi Pengetahuan..............................................................................................20
8. Komponen Sikap.........................................................................................................21
a. Kognitif.....................................................................................................................21
b. Afektif.......................................................................................................................19
c. Konatif......................................................................................................................21
9. Proses Pengambilan Keputusan..............................................................................22
v

10. Teori Permintaan......................................................................................................23


a. Harga Barang Itu Sendiri...................................................................................24
b. Harga Barang Lain................................................................................................24
c. Pendapatan..............................................................................................................24
d. Jumlah Masyarakat...............................................................................................24
e. Selera........................................................................................................................25
B. Kajian Penelitian Terdahulu........................................................................................25
C. Kerangka Pemikiran......................................................................................................28
D. Hipotesis............................................................................................................................30

III. METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................32


A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional.................................................................32
B. Metode Penelitian, Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian 38
C. Jenis danMetode Pengambilan Data.........................................................................39
D. Metode Analisis Data....................................................................................................39
1. Analisis Validitas dan Reliabilitas......................................................................40
2. Analisis Multiatribut Fishbein.............................................................................40
3. Analisis Deskriptif Kualitatif...............................................................................43
4. Analisis Regresi Logistik......................................................................................43

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN...................................................47


A. Gambaran Umum Kota BandarLampung...............................................................47
B. Keadaan Ekonomi Secara Umum..............................................................................49
C. Gambaran Umum Pasar Traditional di Kota Bandar Lampung.......................52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................54


A. Karakteristik Umum Responden................................................................................54
B. Validitas dan Reliabilitas..............................................................................................57
C. Sikap Responden Terhadap Daging Ayam Ras dan Daging
Ayam Kampung..............................................................................................................60
1. Evaluasi Tingkat Kepentingan Responden (ei) Terhadap Atribut
Daging Ayam Ras dan Atribut Daging Ayam Kampung.............................61
2. Kekuatan Kepercayaan Responden (bi) Terhadap Atribut Daging
Ayam Ras dan Daging Ayam Kampung...........................................................62
3. Analisis Sikap Responden Terhadap Daging Ayam Ras dan
Daging Ayam Kampung........................................................................................64
D. Tahap – Tahap Pengambilan Keputusan Responden Dalam Membeli
vi

Daging Ayam Ras dan Daging Ayam Kampung...................................................65


1. Tahap Pengenalan Kebutuhan Daging Ayam dan Tahap Pencarian
Informasi.......................................................................................................................66
2. Tahap Evaluasi Alternatif.........................................................................................68
3. Tahap Keputusan Pembelian...................................................................................70
4. Tahap Evaluasi Pasca Pembelian...........................................................................71
E. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Daging Ayam
Ras di Kota Bandar Lampung....................................................................................72

a. Variabel yang Berpengaruh Nyata.........................................................................75


(a). Harga Daging Ayam Ras (X1)........................................................................75
(b). Harga Daging Ayam kampung (X2)..............................................................76
(c). Harga Ikan Asin (X5).........................................................................................77
(d). Pendapatan Keluarga.........................................................................................77
b. Variabel yang Tidak Berpengaruh Nyata.............................................................79
(a). Harga Daging Sapi (X3)...................................................................................79
(b). Harga Telur Ayam Ras (X4)............................................................................79
(c). Harga Tempe (X6)..............................................................................................80
(d). Jumlah Anggota Keluarga (X7)......................................................................80
(e). Tingkat Pendidikan Responden (X8)............................................................80
(f). Umur Responden (X10).....................................................................................81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................82


A. Kesimpulan......................................................................................................................82
B. Saran...................................................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................85

LAMPIRAN....................................................................................................................................88
Tabel 17 – 38.................................................................................................................88 -122
vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah populasi ternak menurut jenisnya di indonesia........................................2

2. Penelitian terdahulu........................................................................................................26

3. Skala likert dan skor jawaban responden dalam penelitian...............................42

4. Jumlah penduduk, kepadatan penduduk serta luas wilayah


kecamatan di Kota Bandar Lampung.......................................................................48

5. Sebaran responden penelitian menurut umur dan jenjang


pendidikan responden di Bandar Lampung tahun 2015...................................55

6. Sebaran responden penelitian menurut tingkat pendapatan


keluarga dan pekerjaan responden di Bandar Lampung tahun
2015 ............................................................................................... 56
7. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan atribut

daging ayam di Bandar Lampung, tahun 2015 .............................. 58


8. Hasil uji validitas dan reliabilitas kekuatan kepercayaan atribut

daging ayam kampung di Bandar Lampung, tahun 2015 .............. 59


9. Hasil uji validitas dan reliabilitas kekuatan kepercayaan atribut

daging ayam kampung di Bandar Lampung, tahun 2015 .............. 59

10. Rata-rata evaluasi tingkat kepentingan (ei) atribut daging


ayam menurut konsumen di Bandar Lampung,
tahun 2015........................................................................................................................62

11. Kekuatan kepercayaan konsumen (bi) terhadap atribut


daging ayam ras dan daging ayam kampung di Bandar Lampung,
tahun 2015........................................................................................................................63

12. Hasil analisis sikap responden terhadap daging ayam ras dan
daging ayam kampung di Bandar Lampung, tahun 2015..................................64
viii

13. Tahap pencarian informasi daging ayam menurut responden


di Bandar Lampung, Tahun 2015 .................................................. 67
14. Tahap Tahap evaluasi alternatif daging ayam oleh responden

di Bandar Lampung, Tahun 2015 .................................................. 69


15. Tahap keputusan pembelian daging ayam menurut responden di

Bandar Lampung, tahun 2015........................................................ 71


16. Hasil regresi binary logit faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian daging ayam ras di Bandar Lampung


2015 .............................................................................................. 73
17. Identitas Responden ...................................................................... 89

18. Parameter evaluasi kepentingan konsumen (ei) terhadap atribut

daging ayam .................................................................................. 94


19. Parameter kekuatan kepercayaan konsumen (bi) terhadap atribut

daging ayam kampung ................................................................... 95


20. Parameter kekuatan kepercayaan konsumen (bi) terhadap atribut

daging ayam ras ............................................................................. 96


21. Tingkat kepentingan (ei) atribut daging ayam............................... 97

22. Tingkat kepercayaan (bi) atribut daging ayam kampung ............. 99

23. Tingkat kepercayaan (bi) atribut daging ayam ras ....................... 101

24. Uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan atribut daging

ayam............................................................................................... 103
25. Uji validitas dan reliabilitas tingkat kepercayaan atribut daging

ayam kampung............................................................................... 104


26. Uji validitas dan reliabilitas tingkat kepercayaan atribut daging

ayam kampung............................................................................... 105


27. Kepercayaan konsumen terhadap atribut daging ayam kampung

(bi).................................................................................................. 106
28. Kepercayaan konsumen terhadap atribut daging ayam ras

(bi).................................................................................................. 106
29. Evaluasi konsumen (ei) terhadap atribut daging ayam................. 107

30. Sikap konsumen terhadap daging ayam kampung di Kota


ix

Bandar Lampung .......................................................................... 107


31. Harga rata rata daging ayam ras periode September-Oktober,

2015 ............................................................................................... 108


32. Harga rata rata daging ayam kampung periode September-Oktober,

2015 ............................................................................................... 110


33. Harga rata rata daging sapi periode September-Oktober, 2015..... 112

34. Harga rata rata telur ayam ras periode September-Oktober, 2015 114

35. Harga rata rata ikan asin periode September-Oktober, 2015......... 116

36. Harga rata rata tempe periode September-Oktober, 2015 ............. 118

37. Keputusan pembelian daging ayam .............................................. 120

38. Hasil Eviews Binary Logit .......................................................... 123

DAFTAR GAMBAR
x

Gambar Halaman

1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian............................................................23

2. Paradigma penelitian analisis pengambilan keputusan dan


sikap konsumen dalam membeli daging ayam kampung dan
daging ayam ras di Kota Bandar Lampung, 2015................................................31
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembangunan nasional Indonesia, pembangunan sektor pertanian

memegang peranan yang sangat penting untuk mencukupi kebutuhan pangan

masyarakat. Salah satu bagian dari sektor pertanian adalah sub sektor peternakan,

sub sektor peternakan memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan

sumberdaya manusia. Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan

sebagai penyedia protein hewani (daging dan telur) untuk mencukupi atau

melengkapi kebutuhan gizi masyarakat.

Negara Indonesia dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa,

diperkirakan memiliki permintaan dan konsumsi daging yang akan selalu

meningkat setiap tahunnya. Salah satu sumber pemenuhan permintaan daging

adalah daging ayam, menempati tingkat konsumsi tertinggi menurut data Survei

Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2013. Menurut data Badan Pusat

Statistika tahun 2013 tingkat konsumsi rata-rata per kapita per tahun daging ayam

ras di Indonesia adalah 3,650 kg dan daging ayam kampung adalah 0,469 kg.

Total tingkat konsumsi rata-rata per kapita konsumsi daging ayam di Indonesia

adalah 4,119 kg per tahun. Tingkat konsumsi rata-rata per kapita daging ayam ras
2

ataupun daging ayam kampung lebih besar dibandingkan tingkat konsumsi rata-

rata per kapita daging sapi yang hanya sebesar 0,261 kg (SUSENAS,2013).

Menurut data Direktorat Jendral Peternakan tahun 2012-2013, di Indonesia

populasi ayam pedaging merupakan populasi terbesar dibandingkan dengan

jumlah ternak lainnya, seperti sapi dan kambing. Populasi ternak ayam jenis

buras, petelur dan pedaging juga meningkat dari tahun 2012 ke tahun 2013,

seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah populasi ternak menurut jenisnya di Indonesia, tahun 2012-2013


(ekor)

Tahun
No Jenis ternak
2012 2013

1 Ayam kampung/ buras 274.564.000 276.777.000


2 Ayam petelur 138.718.000 146.662.000

3 Ayam pedaging 1.244.402.000 1.344.191.000

4 Sapi potong 15.981.000 12.686.000

5 Sapi perah 612.000 444.000

6 Kambing 17.906.000 18.500.000

Jumlah 1.674.277.000 1.799.260.000

a
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2013

Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui bahwa jumlah populasi ternak ayam

kampung, ayam petelur dan ayam pedaging dari tahun 2012 ke tahun 2013

mengalami peningkatan, berbeda dengan populasi ternak sapi potong dan sapi

perah yang jumlahnya menurun dari tahun 2012 ke tahun 2013. Peningkatan

populasi ternak ayam tersebut dapat digunakan sebagai gambaran bahwa


3

kebutuhan daging penduduk Indonesia secara potensial dapat dipenuhi dari ternak

ayam.

Agribisnis ayam pedaging mengalami kemajuan cukup pesat, hal ini dapat dilihat

dari tingkat produksi daging di Indonesia. Menurut data Direktorat Jendral

Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2014 produksi daging dalam negeri tahun

2012 adalah 1.734.011 ton dan tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi

1.894.609 ton. Data BPS (2012) juga mencatat bahwa tahun 2004-2006 Indonesia

pernah mengekspor daging ayam masing-masing sebesar 100,9 ton, 20,1 ton, dan

25 ton. Tingkat konsumsi untuk daging ayam yang tinggi juga merupakan fakta

yang membuktikan bahwa agribisnis ayam merupakan andalan dalam pemenuhan

kebutuhan daging dalam negeri dan merupakan usaha yang efisien.

Menurut Burhanudin (2011) terdapat berbagai macam jenis ayam yang

dikonsumsi masyarakat, di antaranya adalah ayam buras (non-perebred chicken),

ayam ras pedaging (broiler chicken) serta ayam ras petelur (laying pullet chicken).

Masyarakat dalam mengkomsumsi daging ayam selalu memilih di antara tiga

jenis ayam tersebut yang tersedia di pasaran. Perbedaan dari sisi citarasa dan

harga merupakan salah satu pertimbangan masyarakat dalam mengkonsumsi

daging ayam.

Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang juga dikenal dengan

sebutan ayam buras atau ayam sayur. Ayam kampung memiliki beberapa

keunggulan, yaitu mudah dipelihara, cepat beradaptasi dengan lingkungan, daging

dan telurnya dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Penampilan ayam kampung

sangat beragam, begitu pula sifat genetiknya. Penyebarannya sangat luas karena
4

populasi ayam kampung dapat dijumpai di kota maupun desa. Harga ayam

kampung biasanya lebih mahal dibandingkan ayam ras karena tingkat

produktifitas ayam kampung yang lebih rendah dan siklus pertumbuhan ayam

kampung yang lebih lama dibandingkan ayam ras (Aman, 2011).

Ayam ras merupakan jenis ternak omnivora atau pemakan tumbuhan maupun

binatang yang sangat populer di seluruh dunia khususnya sebagai sumber bahan

makanan bergizi tinggi. Dua jenis ayam ras yang sangat populer di Indonesia,

yaitu ayam ras pedaging (broiler) dan ayam ras petelur (layer). Ayam ras

pedaging atau lebih dikenal masyarakat dengan nama ayam broiler, merupakan

salah satu jenis ternak unggas yang berkembang pesat, setelah mengalami

pemuliaan sebagai ayam pedaging yang unggul. Ayam broiler adalah istilah yang

biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan. Ayam

broiler memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas penghasil daging dengan

konversi makanan irit, dan siap dipotong usia relatif muda. Ayam broiler yang

sudah bisa dipotong pada usia muda ini merupakan salah satu alasan mengapa

harga daging ayam ras lebih murah dibandingkan ayam kampung (Cahyono,

1995). Ayam ras petelur adalah ayam yang akan dimanfaatkan telurnya. Ayam ras

petelur dibagi berdasarkan warna bulu dan warna kulit telurnya. Jenis ayam ras

petelur tersebut adalah ayam petelur putih, yang kulit telurnya berwarna putih,

dan ayam petelur coklat, yang telurnya berwarna coklat. Dua jenis ayam petelur

ini selain untuk produksi telur juga dapat dimanfaatkan dagingnya (Rasyaf,1999).

Protein merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh manusia dalam

pertumbuhan dan perkembangannya. Protein berperan penting dalam


5

pembentukan sel-sel dan jaringan baru tubuh serta memelihara pertumbuhan dan

perbaikan jaringan yang rusak. Protein juga bisa menjadi bahan untuk energi bila

keperluan tubuh akan hidrat arang dan lemak tidak terpenuhi. Protein sendiri

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu protein hewani dan nabati. Keperluan protein

hewani dapat dipenuhi dari berbagai produk hasil peternakan. Daging ayam

merupakan salah satu protein hewani yang dapat mencukupi kebutuhan protein

manusia. Protein hewani memiliki semua asam amino esensial, sehingga disebut

protein lengkap yang terkandung dalam daging ayam (Jaelani, 2010).

Daging ayam merupakan jenis makanan bergizi yang sangat populer di kalangan

masyarakat sebagai sumber protein hewani. Menurut United States Departemen of

Agriculture (2010) 100 gram daging ayam mengandung 18gram protein, 15 gram

lemak, 11 mg kalsium, 75 mg kolestrol dan 4 gram lemak jenuh. Ayam kampung

mengandung protein sebesar 18,1% dan lemak sebesar 12% (Misriani, 2012)

sedangkan ayam broiler mengandung protein sebesar 18,2 % dan lemak 24 %

(Direktorat Gizi, 1992).

Hampir semua lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi ayam sebagai sumber

protein hewani. Hal ini disebabkan oleh daging ayam merupakan salah satu

bentuk makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara pengolahannya. Ini

menjadikan daging ayam sebagai bahan makanan yang selalu dibutuhkan dan

dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, sehingga kebutuhan daging ayam juga

akan terus meningkat. Pembelian daging ayam oleh masyarakat biasanya

meningkat ketika hari raya, hal ini ditandai dengan harga daging ayam yang

melonjak tinggi ketika hari raya.


6

Sebelum melakukan pembelian daging ayam, seorang konsumen biasanya

memiliki harapan atau keinginan yang ingin mereka peroleh jika mengkonsumsi

daging ayam. Atribut-atribut yang melekat pada daging ayam akan

mempengaruhi sikap konsumen dalam perilaku pembelian daging ayam. Sikap

konsumen yang positif atau negatif akan berpengaruh terhadap keputusan

pembelian suatu produk. Selain itu, terdapat hal lain yang terlibat dalam perilaku

pembelian seorang konsumen, antara lain pertimbangan keluarga, kelompok

acuan, pengalaman masa lalu terhadap produk, kepribadian dan gaya hidup

konsumen (Setiadi, 2003).

Peternakan ayam di Provinsi Lampung merupakan salah satu usaha yang

potensial, hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi daging ayam buras/kampung

dan daging ayam ras pedaging. Menurut data BPS (2013) Provinsi Lampung

menempati urutan ke delapan untuk jumlah produksi daging ayam ras pedaging di

Indonesia. Produksi daging ayam buras atau ayam kampung di Provinsi Lampung

menempati urutan ke enam terbanyak di Indonesia. Jumlah populasi ternak ayam

di Provinsi Lampung juga cukup besar dan menurut BPS (2013) populasi ayam

buras di Provinsi Lampung adalah 1.674.277.000 ekor dan populasi ayam ras

pedaging sebanyak 1.799.260.000 ekor. Jumlah populasi ternak ayam dan jumlah

produksi daging ayam yang cukup besar merupakan bukti bahwa pembangunan

subsektor peternakan Provinsi Lampung sudah dalam perkembangan.

Bandar Lampung sebagai Ibu kota Provinsi Lampung merupakan pusat kegiatan

bisnis dan aktivitas ekonomi dengan jumlah penduduk sebesar 1.446.160 jiwa

pada ( BPS, 2012). Jumlah penduduk yang banyak merupakan salah satu alasan
7

kenapa Kota Bandar Lampung merupakan wilayah yang potensial dalam

memasarkan produk-produk pertanian. Sebagian besar hasil pertanian dari

kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi Lampung dipasarkan di Bandar

Lampung termasuk daging ayam. Daging ayam dipasarkan di Bandar Lampung

dapat dijumpai di pasar tradisional ataupun pasar modern yang ada di wilayah

Bandar Lampung.

Pasar tradisional adalah pasar yang penjual dan pembelinya bertemu secara

langsung dan terjadi tawar-menawar, biasanya barang yang diperdagangkan

adalah barang-barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyaknya pasar

tradisional di Kota Bandar Lampung akan memudahkan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan data Dinas Koperasi, Perindustrian

dan Perdagangan Kabupaten Bandar Lampung tahun 2014 jumlah pasar

tradisional di Kota Bandar Lampung sebanyak 13 pasar tradisional.

Tidak hanya pasar tradisional yang dikunjungi masyarakat untuk memenuhi

kebutuhannya, seiring perkembangan dunia usaha, pasar modern juga merupakan

alternatif yang dikunjungi masyarakat selain pasar tradisional. Pasar- pasar

modern yang ada ada di Kota Bandar Lampung cukup banyak seperti Chandra

Departemen Store, Robinson, Hypemart, Gelael dan Giant. Pasar-pasar modern

yang ada di Kota Bandar Lampung juga menjadi pilihan masyarakat untuk

membeli daging ayam, namun dari hasil observasi yang dilakukan sebelumnya

pada pasar modern seperti Chandra ternyata pasar modern hanya menjual jenis

daging ayam ras.


8

Konsumen dalam membeli daging ayam melakukan pemilihan untuk membeli

daging ayam ras atau daging ayam kampung dengan berbagai pertimbangan.

Menurut Wibowo (1996) ayam kampung memiliki potensi yang lebih besar jika

dibanding ayam lainnya, karena ayam kampung dapat beradaptasi secara cepat

terhadap lingkungan, juga nilai gizi dari telur dan daging ayam kampung sangat

tinggi. Berbeda dengan ayam kampung, menurut Rasyaf (1999), keunggulan

yang dimiliki oleh daging ayam ras adalah bobot daging yang lebih besar

dibandingkan dengan daging ayam kampung dan harga dagingnya yang lebih

murah dibandingkan daging ayam kampung.

Dalam studi perilaku konsumen, sikap merupakan konsep yang penting karena

sikap dapat meramalkan perilaku konsumen. Sikap adalah kecenderungan yang

dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang menyenangi atau tidak menyenangi

terhadap objek tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2004). Dalam pembelian daging

ayam ras dan daging ayam kampung, konsumen memiliki sikap menyenangkan

atau tidak menyenangkan terhadap atribut- atribut yang dimiliki daging ayam

kampung ataupun daging ayam ras.

Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh

orang-orang dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang

ekonomi dan jasa. Dengan demikian perilaku konsumen terdiri dari aktivitas-

aktivitas yang melibatkan orang-orang ketika menyeleksi, membeli dan

menggunakan produk-produk dan jasa sedemikian rupa, sehingga hal tersebut

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka (Winardi,

1991).
9

Konsumen bebas dalam menentukan pilihan membeli daging ayam yang sesuai

dengan selera dan keinginannya. Proses pengambilan keputusan oleh konsumen

dalam pembelian suatu produk ada lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah

pembelian atau evaluasi pasca pembelian (Siagian, 1988). Menurut Ningrum

(2011), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen dalam mengambil

keputusan untuk membeli daging ayam antara lain adalah warna daging ayam,

aroma daging, kekenyalan kulit, bobot daging dan harga. Faktor-faktor tersebut

merupakan atribut yang dimiliki oleh daging ayam. Konsumen yang rasional tentu

akan memiliki sikap positif terhadap daging ayam dengan harga murah, warna

daging yang segar, aroma daging yang tidak berbau dan bobot daging yang cukup

besar.

Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian daging ayam ras

juga perlu diketahui untuk mengetahui strategi apa yang perlu dilakukan

pedagang. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis sikap dan pengambilan

keputusan konsumen dalam membeli daging ayam kampung dan daging ayam

ras sangat diperlukan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah sikap konsumen terhadap daging ayam di Kota

Bandar Lampung?

2. Bagaimanakah tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian

daging ayam di Kota Bandar Lampung?


10

3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keputusan pembelian daging

ayam ras di Kota Bandar Lampung?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui sikap konsumen terhadap daging ayam di Kota Bandar Lampung.

2. Mengetahui tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian

daging ayam di Kota Bandar Lampung.

3. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian

daging ayam di Kota Bandar Lampung.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Para peternak dan pemasar daging ayam dalam penetapan strategi

pemasaran yang tepat.

2. Para peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan refrensi atau literatur pada penelitian yang akan datang.


11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Agribisnis Ayam

Menurut Suryana (2002), pengembangan agribisnis bertujuan untuk meningkatkan

nilai manfaat, nilai tambah dan daya saing produk peternakan untuk mencapai

kemandirian. Pembangunan agribisnis ternak dengan menggunakan pendekatan

sistem agribisnis dapat dikelompokkan menjadi 4 subsistem yaitu :

a. Sub sistem agribisnis hulu (upstream off-farm agribusiness), mencakup

kegiatan ekonomi industri yang menghasilkan sarana produksi, seperti

pembibitan ternak, usaha industri pakan, industri obat-obatan, industri

insiminasi buatan dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya.

b. Sub sistem agribisnis budidaya usahatani ternak (on-farm agribusiness), yaitu

kegiatan ekonomi yang selama ini disebut budidaya usahatani ternak yang

menggunakan sarana produksi usahatani untuk menghasilkan produksi

ternak primer (farm-product).

c. Sub sistem agribisnis hilir, yaitu kegiatan industri yang mengolah produk

pertanian primer menjadi produk olahan dan memperdagangkan hasil

olahan ternak.
12

d. Sub sistem jasa penunjang (supporting institution), yaitu kegiatan yang

menyediakan jasa dalam agribisnis ternak, seperti perbankan transportasi,

penyuluhan, poskesnak, kebijakan pemerintah (Ditjen Produksi Peternakan),

Lembaga Pendidikan dan Penelitian, dan lain-lain (Saragih, 2001).

a. Komoditas Ayam Kampung

Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan

merah yang telah berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi,

maka terciptalah ayam kampung yang telah beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan

dengan ayam ras (Sarwono, 1991). Penyebaran ayam kampung hampir merata di

seluruh pelosok tanah air. Salah satu ciri ayam kampung adalah sifat genetiknya

yang tidak seragam. Warna bulu, ukuran tubuh dan kemampuan produksinya tidak

sama merupakan cermin dari keragaman genetiknya. Di samping itu, badan ayam

kampung kecil, mirip dengan badan ayam ras petelur tipe ringan.

Agribisnis ayam kampung juga merupakan salah satu peluang usaha yang sangat

strategis. Ayam kampung disukai masyarakat karena dagingnya yang kenyal dan

berisi, tidak lembek dan tidak berlemak. Harga daging ayam yang lebih mahal

dibandingkan ayam ras tidak mengurangi minat konsumen untuk mengkonsumsi

daging yang dihasilkan oleh ayam kampung. Hal ini menjadikan industri ternak

ayam kampung juga sangat strategis untuk dilaksanakan (Rasyaf,1999).


13

b. Komoditas Ayam Ras

Ayam ras pedaging (broiler) yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan

dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama

dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler telah dikenal masyarakat

Indonesia dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5—6 minggu sudah

bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan

menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang

bermunculan di berbagai wilayah Indonesia (Rasyaf, 1999).

Menurut Samadi (2010) ayam broiler merupakan hasil persilangan antara ayam

jantan ras white cornish dari Inggris dengan ayam betina dari ras plymouth rock

dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut menghasilkan anak-anak ayam

yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan memiliki daya alih pakan menjadi

produk daging yang tinggi. Hal tersebut menandakan ayam ras dapat tumbuh

dengan cepat walaupun pakan yang dikonsumsi sedikit. Ayam broiler lebih

menguntungkan bila diternak sebagai penghasil daging karena dengan pakan yang

hemat mampu mengubahnya menjadi produk daging dengan waktu yang cepat.

Sistem agribisnis hulu ayam broiler di Indonesia meliputi seluruh aktifitas

pengadaan sarana produksi ternak. Menurut Santoso dan Sundaryani (2009),

faktor –faktor produksi yang perlu diperhatikan dalam pembudidayaan ayam

broiler antara lain, adalah : kandang, DOC, pakan, vaksin, dan tenaga kerja.

Subsistem agribisnis onfarm meliputi seluruh aktifitas yang berkaitan langsung

dengan proses budidaya ataupun produksi ayam broiler dan menggunakan sarana

produksi ternak dari subsistem agribisnis hulu. Subsistem agribisnis hilir ayam
14

broiler meliputi aktivitas aktivitas distribusi dan pengolahan produk yang

dihasilkan oleh subsistem onfarm. Pada subsistem agribisnis hilir ayam broiler,

aktivitas diawali dengan proses pemanenan, pemasaran, dan pengolahan ayam.

Subsistem penunjang terdiri dari aktivitas – aktivitas yang dijalankan oleh

lembaga –lembaga penunjang seperti lembaga keuangan, hukum, transportasi,

pendidikan dan penelitian.

Daging ayam merupakan komoditas ekonomi yang strategis. Ketersediaan daging

ayam yang cukup dan penyebarannya yang hampir menjangkau seluruh wilayah

Indonesia menjadikan daging ayam banyak dicari dan dikonsumsi masyarakat.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan daging unggas, maka Indonesia telah mencapai

swasembada sejak tahun 1995 (Serafina, 2011). Permintaan akan daging unggas

akan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan peningkatan yang cukup

signifikan karena pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pengetahuan

masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan gizi (Thalib, 2007).

2. Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat

hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Nama protein berasal dari bahasa

Yunani (Greek) proteus yang artinya yang pertama atau yng terpenting. Protein

terbentuk dari unsur – unsur organik yang hampir sama dengan karbohidrat dan

lemak yaitu terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) dan

ditambah unsur lain, seperti nitrogen (N). Molekul protein juga mengandung

unsur fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsurnya logam,

seperti besi dan tembaga (Suhardjo & Clara, 1992).


15

Protein memiliki berbagai fungsi untuk tubuh manusia (Winarno, 2004) , yaitu :

1. Sebagai enzim, berperan terhadap perubahan- perubahan kimia dalam

sistem biologis.

2. Alat pengangkut dan penyimpan, berperan dalam pengangkutan

dan perpindahahan molekul dan beberapa ion.

3. Pengatur pergerakan, berperan dalam pergerakan otot – otot, pergerakan

terjadi karena ada dua molekul protein yang bergesekan.

4. Penunjang mekanis, berperan menjadi kekuatan dan daya tahan robek

kulit dan tulang yang disebabkan adanya kolagen.

5. Pertahanan tubuh, berperan sebagai anti bodi dimana protein khusus

berperan dalam mengenal dan mengikat benda – benda asing yang

masuk kedalam tubuh sperti virus, bakteri dan sel sel lain.

6. Media perambatan impuls syaraf, yaitu protein berperan sebagai reseptor

yang menerima warna atau cahaya pada sel – sel mata.

7. Pengendalian pertumbuhan yaitu, protein berperan sebagai reseptor (dalam

bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi – fungsi bagian DNA yang

mengatur sifat dan karakter bahan.

Komposisi protein yang mengandung unsur karbon menjadikan protein sebagai

bahan bakar sumber energi. Apabila tubuh tidak menerima karbohidrat dan lemak

dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka protein akan

dibakar untuk sumber energi. Dalam hal ini, keperluan tubuh akan energi lebih

diutamakan sehingga sebagian protein tidak dapat digunakan untuk membentuk

jaringan.
16

Protein mensuplai 4 kalori per gram tetapi secara ekonomis sumber energi yang

berasal dari protein lebih mahal dibandingkan dengan sumber energi yang berasal

dari lemak dan karbohidrat. Sebagai dasar perhitungan kecukupan protein = 10 –

15 % dari total suplai kalori, misalnya 10 % dari kecukupan energi = 210 kalori =

52,5 gram protein (1 kalori = 4 gram protein) (Suhardjo & Clara, 1992).

3. Pasar

Pasar adalah suatu tempat dimana pembeli dan penjual bertemu untuk membeli

atau menjual barang dan jasa atau faktor-faktor produksi. Pasar mempunyai lima

fungsi utama. Kelima fungsi tersebut menurut Sudarman (1989) adalah:

a. pasar menetapkan nilai (sets value). Dalam ekonomi pasar, harga

merupakan ukuran nilai.

b. pasar mengorganisir produksi. Dengan adanya harga-harga faktor produksi di

pasar, maka akan mendorong produsen (entrepreneur) memilih metode

produksi yang efisien.

c. pasar mendistribusikan barang. Kemampuan seseorang untuk membeli

barang tergantung pada penghasilannya.

d. pasar berfungsi menyelenggarakan penjatahan (rationing). Penjatahan

adalah inti dari adanya harga.

Menurut Gabriela (2012) pasar tradisional adalah pasar umum dimana penjual dan

pembeli melakukan tawar-menawar secara langsung, barang-barang yang

diperjual belikan adalah barang kebutuhan pokok. Pasar tradisional dibangun dan

dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara

dan Badan Usaha Milik Daerah.


17

Pasar Modern adalah pasar yang bersifat modern yang menjual barang-barang

dengan harga yang pas dengan layanannya sendiri, contohnya mall,plaza, dan

pasar swalayan lainnya (Gabriela, 2012).

4. Teori Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menurut Umar (2003) adalah suatu tindakan-tindakan nyata

individu atau kumpulan individu, misalnya suatu organisasi yang

dipengaruhi oleh aspek eksternal dan internal yang mengarahkan mereka untuk

memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan. Sunarto (2006)

mendifinisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi unit pembelian dan proses

pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa,

pengalaman, serta ide. Perilaku konsumen juga merupakan studi tentang

bagaimana seorang individu dalam hal memilih dan memutuskan sesuatu untuk

mengkonsumsi barang atau jasa demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Kotler dan Keller (2005) perilaku konsumen itu sendiri dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

(a) faktor budaya, meliputi kebudayaan, sub-budaya, dan kelas sosial,

(b) faktor sosial, meliputi keluarga, kelompok acuan, peran dan status,

(c) faktor pribadi, meliputi usia dan tahap siklus hidup, keadaan ekonomi,

gaya hidup, pekerjaan & kepribadian, dan

(d) faktor psikologis, meliputi motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan

dan sikap pendirian


18

5. Definisi dan Karakteristik Konsumen

Definisi konsumen dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang

dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Menurut Engel etal. (1994), terdapat tiga variabel yang berguna dalam

menggambarkan karakteristik konsumen dalam pangsa pasar target, yaitu

kepribadian, psikografi, dan demografi. Kepribadian didefinisikan sebagai respon

yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Profil psikografi digunakan sebagai

ukuran operasional dalam gaya hidup, yaitu pada pengukuran kegiatan, minat dan

opini pembeli. Variabel yang termasuk dalam profil demografi meliputi usia, jenis

kelamin, agama, suku bangsa, status pernikahan, tempat tinggal, ukuran keluarga,

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Perbedaan kondisi demografi konsumen

akan mempengaruhi konsumsi produk dan jasa, yaitu mengakibatkan perbedaan

kebutuhan, selera dan kesukaan terhadap merek. Pemasar perlu mengetahui

dengan pasti variabel demografi yang dijadikan dasar untuk segmentasi pasar

produknya.

Karakteristik konsumen ini meliputi pengetahuan, pengalaman yang dimiliki,

kepribadian serta demografi konsumen. Konsumen yang memiliki kepribadian

senang mencari informasi tentu akan terlebih dulu mencari informasi mengenai

sebuah produk yang akan dikonsumsinya. Pendidikan merupakan salah satu

komponen demografi yang penting. Konsumen dengan pendidikan tinggi

cenderung akan mencari informasi lebih banyak sebelum memutuskan untuk


19

mengkonsumsi sebuah produk. Karakteristik konsumen juga berguna untuk

mengetahui sebuah segmentasi pasar (Mowen dan Minor, 2002).

6. Atribut Produk

Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk. Konsumen biasanya

memiliki kepercayaan terhadap atribut produk. Menurut Kotler dan Amstrong

(2003) atribut produk adalah pengembangan suatu produk atau jasa yang

melibatkan penentuan manfaat yang akan diberikan. Atribut produk terbagi

menjadi atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik adalah ciri-ciri suatu produk

seperti ukuran produk, warna produk, dan bentuk produk. Atribut abstrak adalah

karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen.

Konsumen melihat produk melalui atribut yang dimiliki seperti model, warna,

jumlah, merek. Kemampuan konsumen dalam menyebutkan atribut dipengaruhi

oleh pengetahuannya mengenai produk tersebut. Pengetahuan mengenai atribut

akan memudahkan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.

Pemahaman mengenai atribut produk tidak hanya diperlukan oleh konsumen

tetapi pemasar produk juga perlu memahami atribut mana saja yang diketahui dan

dianggap penting oleh konsumen.

7. Sikap Konsumen

Sikap adalah hal yang menunjukan apa yang konsumen sukai dan tidak sukai

(Roger & Paul,1994). Definisi tersebut menggambarkan pandangan mengenai apa

yang mereka. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen terhadap suatu

objek apakah disukai atau tidak dan juga menggambarkan kepercayaan konsumen
20

terhadap berbagai atribut dan manfaat dari suatu objek (Sumarwan,2002).

Pemasar perlu mengetahui bagaimana sikap konsumen terhadap produk yang

akan dipasarkannya, apakah disukai atau tidak disukai.

Katz (2004) mengidentifikasi ada empat fungsi sikap,yaitu :

a. Fungsi Utilitarian

Seorang konsumen menyatakan sikapnya terhadap produk jika mereka

mendapat kepuasan dari produk tersebut dan memperoleh manfaat. Sikap

positif dirasakan apabila suatu produk memberikan kepuasan kepada

konsumen, sebaliknya sikap negatif dirasakan apabila suatu produk

memberikan kekecewaan kepada konsumen.

b. Fungsi Ekspresi Nilai

Konsumen mengekspresikan sebuah nilai melalui produk yang mereka

gunakan. Hal tersebut menggambarkan identitas sosial, gaya hidup serta

kepribadian konsumen.

c. Fungsi Mempertahankan Ego

Sikap bertujuan melindungi konsumen dari tantangan eksternal maupun

perasaan internal yang dirasakan sehingga dapat menimbulkan

kepercayaan diri seorang konsumen jika memakai produk tersebut.

d. Fungsi Pengetahuan

Konsumen yang ingin membeli suatu produk perlu mengetahui informasi

tentang produk tersebut. Pengetahuan akan produk akan membentuk sikap

konsumen untuk menyukai atau tidak menyukai produk.


21

8. Komponen Sikap

Menurut Azwar (2011), ada tiga komponen yang secara bersama-sama

membentuk sikap utuh (total atitude), yaitu :

a. Kognitif

Pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi

pengalaman langsung dengan objek sikap dan informasi yang berkaitan

dengan berbagai sumber.

b. Afektif

Emosi atau perasaan yang dirasakan oleh konsumen mengenai produk

atau merk tertentu.

c. Konatif

Menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai ―putusan akhir‖ kesiapan

reaktif terhadap suatu keadaan.

Melalui ketiga komponen tersebut, orang biasanya mencoba menduga bagaimana

sikap seseorang terhadap suatu keadaan yang sedang dihadapinya. Tiga komponen

sikap tersebut (kognitif, afektif, dan konatif) pada umumnya berhubungan erat.

Namun, seringkali pengalaman ―menyenangkan’ atau ―tidak menyenangkan‖ yang

didapat seseorang di dalam masyarakat menyebabkan hubungan tiga komponen itu

tidak sejalan. Apabila tiga komponen itu sejalan, maka bisa diramalkan perilaku

tersebut menunjukkan sikap, akan tetapi kalau tidak sejalan, maka perilaku tidak

dapat digunakan untuk mengetahui sikap.


22

9. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan

kebutuhan, pencarian informasi, tahap evaluasi alternatife, keputusan pembelian,

dan tahap evaluasi pasca pembelian. Model ini menekankan bahwa proses

pembelian bermula sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian.

Pengenalan kebutuhan merupakan proses yang dimulai saat pembeli menyadari

adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara

yang nyata dan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan oleh adanya

rangsangan internel dan eksternal. Pencarian informasi terjadi jika seorang

konsumen yang terdorong kebutuhannya mencari informasi lebih lanjut mengenai

produk tersebut. Dorongan konsumen yang kuat dan jika produk itu berada di

dekatnya, mungkin konsumen akan langsung membelinya.

Evaluasi alternatif adalah kegiatan dimana konsumen memproses informasi

tentang pilihan merek untuk membuat keputusan terakhir. Konsumen akan

mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat atribut – atribut yang dimiliki

produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut

produk sesuai dengan kepentingannya. Tahap pembelian merupakan kegiatan

penyusunan merek-merek yang sudah diketahui konsumen dan melakukan pilihan

pembelian. Konsumen akan memilih merek yang disukai untuk melakukan

pembelian.

Tahap evaluasi pasca pembelian adalah kegiatan sesudah pembelian terhadap

suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau


23

ketidakpuasan. Proses-proses pengambilan keputusan pembelian yang telah

dijelaskan diatas dapat dilihat pada gambar .

Tahap Pengenalan Kebutuhan

Tahap Pencarian Informasi

Tahap Evaluasi Alternatif

Tahap Pembelian

Tahap Evaluasi Pasca Pembelian

Gambar 1. Proses pengambilan keputusan pembelian


Sumber : Setiadi, 2003

Gambar 1 menjelaskan tahap-tahap yang dilalui konsumen sebelum dan setelah

melakukan pembelian. Konsumen melewati lima tahap (seluruhnya) pada setiap

pembelian, namun dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering kali

melompati atau membalik beberapa tahap tersebut (Jumiana, 2011).

10.Teori Permintaan

Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara harga dan

jumlah permintaan, sedangkan jumlah barang yang diminta diartikan sebagai

banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu. Permintaan suatu barang

ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang

lain yang dapat menjadi pengganti atau pun pelengkap barang tersebut,

pendapatan masyarakat, jumlah anggota masyarakat (Sukirno, 2004).


24

a. Harga barang itu sendiri

Hukum permintaan menjelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu

barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan menyatakan semakin

rendah harga barang maka akan semakin banyak permintaan terhadap barang

tersebut. Sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka akan semakin

sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Gilarso, 2004).

b. Harga barang lain

Harga barang lain yang dapat menggantikan fungsi suatu produk akan

sangat berpengaruh terhadap tingkat permintaan produk tersebut. Kenaikan

harga suatu produk menyebabkan para pembeli mencari barang lain untuk

memenuhi kebutuhannya.

c. Pendapatan

Pendapatan seorang pembeli merupakan faktor yang sangat penting terhadap

permintaan berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan

perubahan permintaan berbagai jenis barang (Sukirno, 2004). Bertambahnya

penghasilan akan menyebabkan permintaan akan suatu barang bertambah.

d. Jumlah penduduk

Bertambahnya jumlah penduduk akan secara umum akan menambah nilai

kebutuhannya, seperti makanan, pakaian, rumah, dan kendaraan yang

menyebabkan jumlah barang yang diminta akan bertambah (Hidayat, 2003).


25

e. Selera

Selera akan mempengaruhi permintaan seseorang tehadap suatu produk,

ketika selera seseorang terhadap suatu produk sangat tinggi maka

keinginan untuk mengkonsumsi akan lebih sering.

Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan

matematis degan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan fungsi

permintaan kita dapat mengetahui hubungan antara variabel tidak bebas dan

variabel-variabel bebas. Fungsi adalah ketergantungan suatu variabel dengan

variabel lainnya. Dalam ilmu ekonomi fungsi permintaan ditulis sebagai p = F(q)

dan dalam kurva garis vertikal adalah price (harga), garishorizontal adalah

quantity of goods (banyaknya barang) dan menyatakan ketergantungan antara

harga dengan jumlah barang.

Fungsi permintaan bersifat negatif, artinya jika nilai p bertambah maka nilai q

akan berkurang begitu juga sebaliknya. Hingga suatu saat nilai p akan menyentuh

titik tertinggi (harga maksimal) dan titik q menyentuh titik terendah (barang tidak

ada). Sebaliknya q akan menjadi barang bebas jika titip p mencapai titik

terendahnya (harga 0 atau gratis). Titik pada fungsi permintaan tidak dapat

memiliki nilai negatif dan tidak mungkin bernilai negatif dan tidak mungkin

bernilai tak terhingga karena fungsi permintaan selalu terletak di kuadran I.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Adapun kajian penelitian terdahulu, yang relevan terhadap penelitian disajikan

pada Tabel 2 :
26

Tabel 2. Kajian penelitian terdahulu

No. Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


1. Abdilah Analisis Perilaku Teknik pengambilan sampel Faktor-faktor yang
(2011) Konsumen Pada yang digunakan adalah mempengaruhi
Pembelian Daging accidental sampling. konsumen dalam
Ayam Ras Di Analisis data menggunakan membeli daging ayam di
Jember regresi loinear berganda dan Kota Jember adalah
membahas mengenai faktor dari produk dan
segmen pasar potensial. sumber informasi yang
didapat konsumen.
2. Rahmawati Preferensi Metode analisis data Faktor- faktor yang
(2012) Konsumen dalam menggunakan analisis berpengaruh signifikan
keputusan regresi logistik. Variabel terhadap preferensi
pembelian daging yang diteliti yaitu umur, konsumen dalam
ayam ras di pasar pendidikan, pekerjaan, keputusan pembelian
traditional dan pendapatan, harga dan daging ayam ras adalah
pasar modern. kesegaran daging sebagai faktor umur, harga dan
variabel bebas sedangkan kesegaran.
keputusan pembelian dipasar
traditional dan modern
merupakan variabel terikat.
3. Jumiana Analisis Sikap Teknik pengambilan sampel Hasil penelitian
(2013) dan Pengambilan yang digunakan adalah menunjukkan bahwa
Keputusan accidental sampling. Teknik sikap konsumen terhdap
Konsumen Dalam analisis data menggunakan atribut-atribut buah jeruk
Membeli Buah analisis liner berganda dan adalah lebih menyukai
Jeruk di Bandar multiatribut fishbein jeruk impor
Lampung. dibandingkan dengan
jeruk lokal, khusunya
dalam hal warna buah
dan jumlah biji buah
jeruk.

4. Serafina Analisis Faktor- Metode penentuan sampel Hasil peneltian


(2011) Preferensi menggunakan teknik menunjukan bahwa
konsumen dalam judgmen samplingdengan terdapat perbedaan
membeli daging jumlah responden 96 orang preferensi konsumen
ayam ras di pasar dari 5 pasar traditional yang terhadap atribut-atribut
traditional telah ditetapkan Metode daging ayam ras.
Kabupaten analisis yang digunakan Daging ayam yang
Karanganyar. adalah analisis chisquare menjadi prefernsi
dan analisis sikap konsumen adalah daging
multiatribut fishbein ayam ras yang memiliki
daging warna merah
kekuningan mengkilat,
warna kulit putih
kekuningan, kekenyalan
kulit elastis, harga).

5. Lutfiah Analisis Perilaku Metode analisis yang Faktor-faktor yang


(2006) Konsumen Pada digunakan dalam penelitian mempengaruhi perilaku
Pembelian Daging adalah regresi linier konsumen dalam
Ayam di berganda. pembelian daging ayam
Kabupaten di Jember adalah
Jember promosi dan sumber
informasi, keamanan
27

mengkonsumsi, kualitas,
harga, selera, lokasi
pembelian dan jumlah
keluarga.
6. Sinaga Faktor-faktor Metode analisis yang Hasil penelitian
(2014) yang digunakan adalah analisis menunjukkan bahwa
Mempengaruhi regresi linear berganda dan faktor- faktor yang
Permintaan analisis koefisien rank mempengaruhi
Daging Ayam di spearman. permintaan daging ayam
Kecamatan kampung adalah
Siantar Barat kota pendapatan per bulan,
Pematang Siantar. harga daging ayam
kampung, jumlah
tanggungan dan ada
hubungan antara
karakteristik umur,
pekerjaan, dan tingkat
pendidikan dengan
perilaku konsumen
dalam membeli daging
ayam kampung.
7. Oskar Analisis Faktor- Metode analisis yang Keseluruhan variabel
(2014) Faktor – Faktor digunakan adalah analisis umur, tingkat
yang regresin linear berganda. pendidikan, jumlah
Mempengaruhi tanggungan, pendapatan
Perilaku dan harga daging ayam
Konsumen Dalam kampung secara
Membeli Daging serempak memberikan
Ayam Kampung pengaruh nyata terhadap
di Kota Medan jumlah konsumsi daging
ayam kampung.

8. Pratama Prilaku Pembelian Metode analsisi yang Hasil penelitian


(2013) Ayam Potong digunakan yaitu analisis menyatakn bahwa prilaku
Broiler regresi linear berganda dan konsumen pembelian
analisis deskriptif. ayam potong broiler
berjumlah 4- kg dalam
sebulan pembelian dan
frekuensi pembelian 2
kali dalam seminggu.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah
pembelian ayam potong
broiler yaitu prndapatan
keluarga, jumlah anggota
keluarga, harga ayam
potong broiler dan
kualitas ayam potong.
28

C. Kerangka Pemikiran

Pembangunan sektor pertanian memegang peranan yang cukup penting untuk

mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Sektor pertanian tidak hanya terpaku

pada tanaman pangan, hortikultura tetapi juga pada sektor perikanan dan

peternakan. Sektor peternakan adalah salah satu sektor yang memegang peranan

penting dalam memenuhi kebutuhan pangan hewani masyarakat, seperti daging

dan telur. Pembangunan sektor peternakan bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat yang sehat, produktif dan kreatif (Enggar, 2012).

Peningkatan permintaan masyarakat terhadap bahan pangan hewani akan

mendorong para peternak untuk meningkatkan produksinya dan ternak ayam

adalah salah satu bahan pangan hewani untuk pemenuhan kebutuhan daging

masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kesadaran

akan kebuthan gizi, maka meningkat pula permintaan akan daging ayam.

Permintaan daging ayam yang semakin meningkat tersebut memberikan peluang

usaha yang sangat menguntungkan bagi peternak.

Daging ayam yang diteliti pada penelitian ini adalah daging ayam dari jenis ayam

ras pedaging dan ayam kampung atau ayam buras. Komoditas daging ayam

merupakan salah satu sumber protein yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.

Fungsi protein yang dihasilkan oleh daging ayam sangat banyak antara lain

membentuk antibodi, pengendalian pertumbuhan, berperan sebagai enzim, dan

media perambatan impuls saraf (Winarno, 2004).


29

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui seseorang dalam mencari, membeli,

menggunakan serta mengevaluasi produk atau jasa. Selain itu, prilaku konsumen

juga mempelajari kondisi konsumen dan kebiasaan konsumen membeli. Perilaku

konsumen selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu menunjukkan

perilaku konsumen merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Salah satu hal

yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam hal pembelian adalah sikap. Sikap

merupakan faktor yang berpengaruh dalam keputusan konsumen karena konsep

sikap berkaitan dengan konsep kepercayaan (belief) dan prilaku (behavior). Sikap

juga dapat diartikan sebagai ungkapan dari penilaian tentang suatu objek produk.

Dalam memutuskan membeli suatu produk konsumen dipengaruhi oleh atribut-

atribut yang melekat pada produk. Atribut-atribut yang berpengaruh terhadap

keputusan membeli daging ayam adalah : warna daging, kekenyalan daging, harga

daging, dan bobot daging (Serafina, 2011). Untuk menganalisis sikap konsumen

terhadap daging ayam ini digunakan metode multiatribut Fishbein.

Pengambilan keputusan konsumen memiliki beberapa tahap sesuai dengan teori

Setiadi (2003), yaitu tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi,

tahap evaluasi alternatif, tahap pembelian, dan tahap evaluasi pasca pembelian.

Tahap-tahap ini merupakan tahapan yang dilalui oleh konsumen sebelum dan

setelah melakukan pembelian suatu produk. Penelitian ini akan melihat dan

mengamati ke lima tahap pengambilan keputusan konsumen dalam membeli

daging ayam kampung dan daging ayam ras. Faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan konsumen dalam membeli daging ayam dianalisis menggunakan

analisis regresi logistik.


30

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan masalah yang ada maka dalam penelitian ini

diajukan hipotesis :

(1) Diduga atribut – atribut pada daging ayam mempengaruhi sikap konsumen

terhadap produk daging ayam.

(2) Diduga keputusan konsumen dalam membeli daging ayam di Kota Bandar

Lampung dipengaruhi oleh harga ayam ras, harga ayam kampung, harga

daging sapi, harga telur ayam, harga ikan asin, harga tempe, jumlah

anggota keluarga, pendapatan keluarga konsumen, tingkat pendidikan

responden dan umur responden.


31

Permintaan Daging sebagai pemenuh kebutuhan protein

Peningkatan Potensi daging ayam Kesadaran akan


jumlah penduduk kebutuhan Gizi

Daging ayam
kampung dan daging
ayam ras

Studi perilaku konsumen daging

Sikap konsumen Proses pengambilan


keputusan

Faktor-faktor yang mempengaruhi


keputusan pembelian daging ayam

Harga daging ayam ras (X1)


Harga daging ayam kampung (X2)
Harga daging sapi (X3)
Harga telur ayam (X4)
Harga Ikan Asin (X5)
Harga Tempe (X6)
Jumlah anggota keluarga (X7)
Pendapatan konsumen (X8)
Tingkat prndidikan responden (X9)
Umur responden(X10)

Keterangan gambar : : Dianalisis

Gambar 2. Paradigma penelitian analisis pengambilan keputusan dan sikap


konsumen dalam membeli daging ayam kampung dan daging ayam
ras di Kota Bandar Lampung, 2015
32

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan

untuk memperoleh data dan melakukan analisis yang berhubungan dengan tujuan

penelitian.

Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan-tindakan nyata yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan keputusan untuk memilih dan

mengkonsumsi barang atau jasa.

Konsumen adalah individu yang membeli daging ayam kampung dan daging

ayam ras untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri atau anggota keluarga.

Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan

pembeli dapat melakukan tawar-menawar secara langsung, dalam penelitian ini

adalah : pasar Tugu, pasar Gintung dan pasar SMEP.

Daging ayam ras adalah jenis daging yang diperoleh dari ayam ras unggulan

yang memiliki daya produktivitas tinggi dalam produksi daging.

Daging ayam kampung adalah jenis daging ayam yang berasal dari ayam lokal

Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang telah berhasil dijinakkan.
33

Sikap konsumen terhadap daging ayam (Ao) adalah sebuah ungkapan perasaan

menyukai atau tidak menyukai atas daging ayam yang dinilai dari atribut - atribut

yang dimilikinya. Dalam penelitian ini sikap konsumen diukur dengan model

multiatribut Fishbein dengan cara mengalikan skor evaluasi atribut (ei) dengan

kekuatan kepercayaan atribut (bi).

Atribut produk daging ayam adalah karakteristik yang dimiliki oleh daging ayam

itu sendiri. Pada penelitian ini atribut daging ayam mencakup warna daging,

aroma daging, harga daging, kekenyalan kulit dan bobot daging ayam ras ataupun

daging ayam kampung.

Warna daging ayam adalah karakteristik luar daging yang terlihat, dapat dinilai

dengan melihat tampilan warna daging yang segar atau pucat. Dalam penelitian

ini, atribut warna daging dinilai dengan cara memberikan skor (5), (4), (3), (2),

(1). Untuk evaluasi produk diberi skor (5) ―sangat penting‖ hingga skor

(1) ―sangat tidak penting‖,sedangkan untuk kepercayaan produk diberi

skor (5) ―merah kekuningan‖ hingga skor (1) ―biru pucat‖.

Kekenyalan daging adalah ukuran padat kenyalnya daging ayam apabila ditekan

dagingnya serta tampilan fisik yang terlihat menurut pandangan konsumen.

Dalam penelitian ini, atribut kekenyalan kulit dinilai dengan cara memberikan

skor (5), (4), (3), (2), (1). Untuk evaluasi produk diberi skor (5) ―sangat

penting‖ hingga skor (1) ―sangat tidak penting‖ sedangkan untuk kepercayaan

produk diberi skor (5) ―elastis‖ hingga skor (1) ―sangat tidak elastis‖.
34

Harga daging ayam adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang

atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang dan jasa

(Rp/Kg). Dalam penelitian ini atribut harga dinilai dengan cara memberikan skor

(5), (4), (3), (2), (1). Untuk evaluasi produk diberi skor (5) ―sangat penting‖

hingga skor (1) ―sangat tidak penting‖, sedangkan untuk kepercayaan

produk diberi skor (5) ―terjangkau‖ hingga skor (1) ―sangat mahal‖.

Bobot daging ayam adalah ukuran daging ayam yang dibeli oleh konsumen. Dalam

penelitian ini atribut harga dinilai dengan cara memberikan skor (5), (4), (3), (2),

(1). Untuk evaluasi produk diberi skor (5) ―sangat penting‖ hingga skor

(1) ―sangat tidak penting‖, sedangkan untuk kepercayaan produk diberi skor

(5) ―sangat besar‖ hingga skor (1) ―kecil‖.

Evaluasi atribut (ei) menggambarkan evaluasi atribut-atribut yang terdapat pada

daging ayam, yang diukur dengan skor (5), (4), (3), (2), (1). Skor (5) sangat

penting, skor (4) penting, skor ( 3) ragu – ragu, skor (2) tidak penting, dan skor

(1) sangat tidak penting.

Kepercayaan atribut (bi) menunjukkan seberapa kuat kepercayaan konsumen

terhadap atribut-atribut yang dimiliki daging ayam. Skor pengukuran terhadap

kepercayaan atribut (bi) sama dengan pengukuran skor evaluasi atribut ( ei), yaitu

(5), (4), (3), (2), (1).

Pengambilan keputusan konsumen adalah suatu tindakan untuk memilih dan

memutuskan akan membeli atau tidak membeli daging ayam ras. Dalam
35

penelitian ini, pengambilan keputusan konsumen dianalisis menggunakan analisis

regresi logistik.

Keputusan membeli daging ayam ras adalah pilihan konsumen dalam menentukan

keputusan membeli daging ayam ras atau tidak. Keputusan pembelian daging

ayam ras oleh konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti daging ayam

ras itu sendiri (Rp/gram protein),, harga barang lain dapat menjadi pengganti atau

pelengkap daging ayam), yaitu harga daging ayam kampung (Rp/gram protein),

harga daging sapi (Rp/gram protein), harga telur ayam (Rp/gram protein), harga

ikan asin (Rp/gram protein), harga tempe (Rp/gram protein), jumlah anggota

keluarga, pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan umur responden.

Peluang konsumen untuk mengambil keputusan pembelian daging ayam ras (Zi)

adalah kemungkinan konsumen melakukan pembelian daging ayam ras (Z 1 = 1) dan

kemungkinan konsumen tidak melakukan pembelian daging ayam ras (Z 0 =0).

Harga daging ayam ras (X1) dalam penelitian ini adalah nilai protein yang

terkandung dalam satu gram daging ayam ras yang diukur dengan sejumlah uang

(Rp/gram protein). Satu kilogram daging ayam ras mengandung 180 gram protein

(Dkbm, 2015). Harga per gram protein daging ayam ras diperoleh dengan cara

membagi rata-rata harga daging ayam ras per kilogram dengan, 180 gram protein

yang terkandung di dalamnya.

Harga daging ayam kampung (X2) dalam penelitian ini yaitu nilai protein yang

terkandung dalam satu gram daging ayam kampung yang diukur dengan sejumlah

uang (Rp/gram protein). Satu kilogram daging ayam kampung mengandung 180
36

gram protein (Dkbm, 2015). Harga per gram protein daging ayam kampung

diperoleh dengan cara membagi rata-rata harga daging ayam kampung per

kilogram dengan 180 gram protein yang terkandung di dalamnya.

Harga daging sapi (X3) dalam penelitian ini adalah nilai protein yang terkandung

dalam satu gram daging sapi yang diukur dengan sejumlah uang (Rp/gram

protein). Satu kilogram daging sapi mengandung 140 gram protein (Dkbm,

2015). Harga per gram protein daging sapi diperoleh dengan cara membagi rata-

rata harga daging sapi per kilogram dengan 140 gram protein yang terkandung di

dalam daging ayam ras

Harga telur ayam ras (X4) dalam penelitian ini adalah nilai protein yang

terkandung dalam satu gram telur ayam yang diukur dengan sejumlah uang

(Rp/gram protein). Satu kilogram telur ayam mengandung 128 gram protein

(Dkbm, 2015). Harga per gram protein telur ayam diperoleh dengan cara membagi

rata-rata harga telur ayam per kilogram dengan 128 gram protein yang terkandung

didalam telur ayam.

Harga ikan asin (X5) dalam penelitian ini adalah nilai protein yang terkandung

dalam satu gram ikan asin yang diukur dengan sejumlah uang (Rp/gram protein).

Satu kilogram ikan asin mengandung 420 gram protein (Dkbm, 2015). Harga per

gram protein ikan asin diperoleh dengan cara membagi rata-rata harga ikan asin

per kilogram dengan 420 gram protein yang terkandung di dalam ikan asin.

Harga tempe (X6) dalam penelitian ini adalah nilai protein yang terkandung dalam

satu gram tempe yang diukur dengan sejumlah uang (Rp/gram protein). Satu
37

kilogram tempe mengandung 109 gram protein (Dkbm, 2015). Harga per gram

protein tempe diperoleh dengan cara membagi rata-rata harga tempe per kilogram

(3-4 papan) dengan 109 gram protein yang terkandung di dalam tempe.

Jumlaah anggota keluarga (X7) adalah banyaknya orang yang menjadi tanggungan

dalam suatu rumah tangga.

Pendapatan keluarga konsumen (X8) adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh

anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama

maupun perorangan dalam rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan rupiah

per bulan (Rp/bulan).

Tingkat pendidikan responden (X9) adalah jenjang pendidikan yang telah

ditempuh responden. Jenjang pendidikan diukur dari lamanya masa studi. Untuk

jenjang pendidikan SD 6 tahun, untuk SMP 9 tahun, SMA 12 tahun, D3 15 tahun

dan S1 16 tahun.

Umur responden (X10) adalah satuan waktu yang mengukur berapa lama

responden hidup dihitung dari dia lahir sampai saat penelitian dilaksanakan, umur

diukur dengan satuan tahun.


38

B. Metode Penelitian, Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan yang bersifat sebab akibat antara

variabel independent dengan variabel dependent (keputusan pembelian).

Penelitian dilaksanakan di pasar tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung

yaitu pasar Tugu, pasar Gintung, pasar SMEP. Penentuan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pasar SMEP,

Gintung dan Tugu beroperasi dari pagi sampai sore sehingga responden akan

mudah dijumpai di pasar. Selain itu, pemilihan lokasi penelitian juga disebabkan

oleh pasar tradisional lebih banyak dikunjungi oleh konsumen untuk membeli

daging ayam dibandingkan dengan pasar modern. Alasan lainnya adalah letak

tiga pasar tradisioanl tersebut cukup strategis di Pusat Kota Bandar Lampung,

yang juga merupakan pusat perdagangan di wilayah Bandar Lampung.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen daging ayam ras ataupun

daging ayam kampung. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang

membeli daging ayam ras atau daging ayam kampung di pasar yang telah

ditentukan dan bersedia untuk diwawancarai. Penentuan sampel dilakukan dengan

teknik accidental sampling (teknik sampling kebetulan) dimana responden adalah

ibu rumah tangga yang membeli daging ayam di pasar dan melakukan pembelian

daging ayam. Dalam penelitian ini ditentukan jumlah sampel sebanyak 90 orang,

yang terdiri dari 30 responden setiap pasar lokasi penelitian dengan pertimbangan

semakin banyak sampel yang diteliti, maka data akan semakin menyebar normal

sehingga hasil yang akan diperoleh semakin baik. Hal tersebut


39

sesuai dengan Teori Polit & Hungler (1993) yang menyatakan bahwa semakin

besar sampel yang dipergunakan, maka semakin baik dan representatif hasil yang

diperoleh. Penelitian dilakukan pada bulan September 2015- Agustus 2016.

C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan metode survei dimana sebagian besar data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dari

responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner (daftar

pertanyaan) yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat

Statistik dan Dinas Pertanian, Peternakan Provinsi Lampung dan lembaga terkait

lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Pengumpulan data primer

dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung di lapangan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif, analisis validitas dan reliabilitas, analisis sikap konsumen

dengan model multiatribut Fishbein dan analisis regresi logistik. Metode analisis

deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis tahap proses pengambilan

keputusan pembelian daging ayam. Analisis validitas digunakan untuk

mengetahui sejauh mana butir pertanyaan mampu mewakili secara proporsional

sikap konsumen daging ayam. Analisis reliabilitas digunakan untuk mengukur

sejauh mana hasil pengukuran sikap dengan butir – butir pertanyaan tersebut

dapat dipercaya. Analisis multiatribut fishbein digunakan untuk menganalisis

sikap konsumen terhadap atribut yang dimiliki daging ayam ras dan daging ayam
40

kampung. Metode terakhir yang digunakan adalah analisis regresi logistik,

digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian daging ayam oleh konsumen. Pengolahan data menggunakan Spss 16,

eviews 05 , dan Microsoft Office.

1. Analisis Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sikap konsumen terhadap daging ayam. Uji signifikasi dilakukan

dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel, jika r hitung > r tabel dan

bernilai positif, maka variabel tersebut valid sedangkan jika r hitung < r tabel,

maka variabel tersebut tidak valid (Ghozali, 2011). Macam – macam validitas

menurut Djali & Pudji (2008) adalah : Validitas isi, validitas konstruk dan

validitas empiris.

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari

variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS

memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α).

Suatu konstruk, atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai (α) 0,70 (Ghozali,

2011).

2. Analisis Multiatribut Fishbein

Metode analisis fishbein berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang

terhadap objek tertentu melalui atribut-atribut yang dimiliki objek tersebut.


41

Metode ini mengidentifikasi tiga faktor utama untuk mengukur sikap konsumen,

yaitu keyakinan terhadap atribut yang menonjol, kekuatan keyakinan bahwa

atribut memiliki atribut khas, dan evaluasi dari masing-masing keyakinan dari

atribut yang menonjol.

Menurut Engel, et al. (1994), analisis sikap multiatribut dapat menjadi sumber

yang kaya akan informasi yang berguna bagi perencanaan dan tindakan pasar.

Selain itu, analisis sikap multiatribut juga bermanfaat dalam pengembangan suatu

produk baru. Rumus analisis multiatribut Fishbein adalah (Prasetijo da Ihalauw,

2005) :
n

Ao =  bi ei ....................................................................................................... (1)
i=1

Keterangan :

Ao = Sikap terhadap suatu objek

bi = Kekuatan kepercayaan bahwa objek tersebut memiliki atribut

i ei = Evaluasi terhadap atribut ke - i i = atribut (1,2,3,…,n)

n = jumlah atribut yang dimiliki objek

Menurut Sumarwan (2003), model Fishbein mengemukakan bahwa sikap seorang

konsumen terhadap daging ayam akan ditentukan oleh sikapnya terhadap berbagai

atribut yang dimiliki oleh daging ayam tersebut. Komponen bi mengukur

kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki oleh daging ayam ras dan

daging ayam kampung. Komponen ei mengukur evaluasi kepentingan atribut-

atribut yang dimiliki oleh daging ayam.


42

Pengukuran analisis sikap konsumen digunakan dengan skala Likert dan rentang

skala, yang terdiri dari 1 sampai dengan 5. Skala Likert merupakan pernyataan

sikap konsumen terhadap suatu produk dan selanjutnya sikap tersebut

diekspresikan dalam pernyataan : setuju, tidak setuju, tidak senang dll. Skala

likert menggunakan ukuran ordinal, sehingga hanya dapat membuat ranking.

Skala likert beserta skor jawaban responden yang digunakan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Skala likert dan skor jawaban responden dalam penelitian ini

No Jawaban responden Skor


1 Sangat penting/ Sangat setuju/ Sangat suka/ Sangat baik 5
2 Penting/ Setuju/ Suka/ Baik 4
3 Netral 3
4 Tidak penting/ Tidak setuju/ Tidak suka/ Tidak baik 2
5 Sangat tidak penting/ Sangat tidak setuju/ Sangat tidak suka, 1
Sangat buruk/ sangat tidak baik

Evaluasi mengenai atribut (ei) ditentukan dengan menggunakan skor yang telah

ditetapkan sebelumnya pada skala likert, kemudian skor masing – masing atribut

dikalikan dengan frekuensi jawaban responden dan dibagi dengan jumlah

responden untuk mengetahui nilai evaluasi konsumen terhadap atribut daging

ayam (Prasetijo dan Ihalauw, 2005). Setelah mengetahui nilai kepercayaan

terhadap daging ayam (bi) dan nilai evaluasi atribut (ei), selanjutnya dilakukan

penentuan sikap konsumen terhadap daging ayam (Ao). Penentuan sikap

diperoleh dengan mengalikan nilai kepercayaan (bi) dengan nilai evaluasi atribut

(ei).

Atribut yang terdapat pada penelitian ini mencakup : warna, kekenyalan daging,

harga daging dan bobot daging yang dimiliki daging ayam ras dan daging ayam
43

kampung. Untuk menentukan atribut mana yang paling dominan

dipertimbangkan konsumen dalam pembelian, maka indeks sikap konsumen

diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah. Indeks sikap konsumen (Ao) yang

tertinggi terhadap suatu atribut menandakan bahwa atribut tersebut merupakan

atribut yang paling dominan dipertimbangkan oleh konsumen dalam keputusan

pembelian.

3. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif dalah analisis yang bertujuan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul.

Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah sampel

atau populasi yang teramati dan dapat digambarkan lewat tabel, gambar, grafik,

dan diagram. Analisis deskriptif kualitatifdigunakan sebagai pendukung untuk

menambah dan mempertajam analisis yang dilakukan, membantu memahami

masalah yang diteliti serta memberikan gambaran umum tentang suatu fenomena

yang terjadi. Dalam penelitian ini, proses pengambilan keputusan konsumen

dalam membeli daging ayam akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif

kualitatif (Arikunto,1998).

4. Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistik adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika

variabel dependen merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi biasanya

hanya terdiri dari dua nilai yang mewakili kemunculan atau ketidakmunculan

suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau 1. Regresi logit digunakan untuk

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam


44

membeli daging ayam ras. Menurut Sari, dkk (2013) regresi ordinal logit

merupakan salah satu metode regresi yang digunakan untuk mencari hubungan

antara peubah respon bersifat kategorik berskala ordinal dengan satu atau lebih

peubah penjelas kontinyu maupun kategorik. Pendugaan parameter model regresi

logistik ordinal multinominal dan dilakukan dengan metode Maximum Likelihood

Estimation.

Regresi logistik juga menghasilkan rasio peluang (oods ratios) yang terkait

dengan nilai setiap predikator. Peluang (oods) dari suatu kejadian diartikan

sebagai probabilitas hasil yang muncul dibagi dengan probabilitas suatu kejadian

yang tidak terjadi. Secara umum, rasio peluang (oods ratios) merupakan

sekumpulan peluang yang dibagi oleh peluang lainnya. Rasio peluang bagi

prediktor diartikan sebagai jumlah relatif dimana peluang hasil meningkat (rasio

peluang > 1) atau turun (rasio< 1) ketika nilai variabel prediktor meningkat

sebesar 1 unit.

Model logit membuat probabilitas tergantung dari variabel – variabel yang

diobservasi, yaitu X1, X2, X3, dan seterusnya. Tujuan dari estimasi ini adalah
untuk menemukan nilai terbaik dari masing – masing koefisien (Kuncoro, 2004).
Variabel- variabel independet model terdiri dari harga daging ayam ras per gram

proteinnya (X1), harga ayam kampung per gram proteinnya (X2), harga daging

sapi per gram proteinnya (X3), harga telur ayam per gram proteinnya (X4), harga

ikan asin per gram proteinnya (X5), harga tempe per gram proteinnya (X6),

jumlah anggota keluarga (X7), pendapatan keluarga (X8), dan tingkat pendidikan

responden (X9) dan umur responden (X10).


45

Persamaan regresi ordinal logit dinyatakan sebagai (Kuncoro, 2004) :

Pi = F(Zi) = F (α + b1X1 + b2X2 +b3X3 +b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9+

b10X10 .............................................................................................................(2)

Dimana untuk mencari Zi digunakan rumus :

Zi = Ln [ ] = α + b1X1 + b2X2 +b3X3 +b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9+

b10X10 .............................................................................................................(3)
Keterangan :

Pi : Peluang konsumen untuk mengambil keputusan pembelian daging ayam


ras jika Xi diketahui
Zi : Peluang konsumen untuk mengambil keputusan pembelian daging ayam ras
Z1 : peluang konsumen membeli daging ayam ras.
Z0 : peluang konsumen tidak membeli daging ayam ras.
: Konstanta
X1: Variabel harga daging ayam ras (Rp/gr protein)
X2 : Variabel harga daging ayam kampung (Rp/gr protein)
X3 : Variabel harga daging sapi (Rp/gr protein)
X4 : Variabel harga telur ayam (Rp/gr protein)
X5 : Variabel harga ikan asin (Rp/gr protein)
X6 : Variabel harga tempe (Rp/gr protein)
X7 : Variabel jumlah anggota keluarga (Orang)
X8:: Variabel pendapatan keluarga (Rupiah)
X9 : Variabel tingkat pendidikan (Tahun)
X10: Variabel umur responden (Tahun)
e : Standar error

Dalam estimasi model logit dilakukan uji serentak dengan menggunakan

Likelihood Ratio (LR). Likelihood Ratio (LR) setara dengan F-stat yang berfungsi

untuk menguji apakah semua slope koefisien regresi variabel independen secara

bersama – bersama mempengaruhi variabel dependen (Widarjono, 2010).


46

Hipotesis dalam pengujian Likelihood Ratio adalah :

H0 = semua variabel independen secara bersama – sama tidak

mempengaruhi variable dependen

H1 = semua variabel independen secara serentak mempengaruhi

variabel dependen.

H0 ditolak jika Probability Likelihood Ratio < , dan H0 diterima jika Probability

Likelihood Ratio > . Selanjutnya, dilakukan uji parsial (Z-stat) yaitu dengan

menggunakan WaldTest. Hipotesis dalam pengujian WaldTest adalah :

H0 = variabel independen yang diuji secara individu tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel dependen

H1 = variabel independen yang diuji secara individu berpengaruh nyata

terhadap variable dependen

H0 ditolak jika Probability Wald < , dan H0 diterima jika Probability Wald > .

Untuk melihat seberapa baik model dapat menjelaskan hubungan antara variabel

dependen dengan independennya dilakukan uji Goodness Of Fit (Widarjono,

2
2010). Pada regresi logistik, koefisien determinasi (R ) yang digunakan adalah

McFadden Rsquare, yaitu R-square tiruan (Winarno, 2007).


47

=
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung

Menurut BPS (2012), Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi

Lampung, memiliki letak yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan
perekonomian antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Luas wilayah Kota Bandar

2
Lampung adalah 197,22 km atau 19.772 hektar, terdiri dari 13 kecamatan dan 98

o
kelurahan. Secara geografis, Kota Bandar Lampung terletak pada 5 20’ sampai

o o o
dengan 5 30’ Lintang Selatan dan 105 28’ sampai dengan 105 37’ Bujur Timur.

Kota Bandar Lampung terletak pada 5°20’- 5°30’ Lintang Selatan dan 105°28’ -

105°37’ Bujur Timur, serta terletak pada ketinggian 0 sampai 700 meter di atas

permukaan laut, dengan rata-rata ketinggian 77,08 meter di atas permukaan laut.

Keadaan demografis tersebut menjadikan Kota Bandar Lampung sebagai pintu

gerbang penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kota Bandar

Lampung juga daerah persinggahan untuk pengiriman bahan pangan melalui

darat.

Letak Kota Bandar Lampung berada pada Teluk Lampung yang terletak di ujung

Selatan Pulau Sumatera. Secara administratif, batas daerah Kota Bandar

Lampung adalah di :
48

1. sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan.

2. sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.

3. sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan Padang

Cermin Kabupaten Pesawaran.

4. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten

Lampung Selatan.

Kota Bandar Lampung terbagi menjadi 12 kecamatan, dan sebaran luas wilayah,

dan kepadatan penduduk per kecamatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah penduduk, kepadatan penduduk serta luas wilayah kecamatan di


Kota Bandar Lampung, tahun 2014

Jumlah Luas wilayah Kepadatan


Kecamatan penduduk (km2) penduduk
(jiwa) (jiwa/km2)
Teluk Betung Barat 60.041 20,99 2.860
Teluk Betung Selatan 93.156 10,07 9.251
Panjang 64.194 21,16 3.034
Teluk Betung Timur 90.925 21,11 4.277
Teluk Betung Utara 63.342 10,38 6.120
Tanjung Karang Pusat 73.169 6,68 10.953
Tanjung Karang Barat 64.439 15,14 4.256
Kemiling 72.248 27,65 2.613
Kedaton 89.273 10,88 8.205
Rajabasa 43.727 13,02 3.358
Tanjung Seneng 41.672 11,63 3.583
Sukarame 71.530 16,87 4.240
Sukabumi 64.288 11,64 5.523

Jumlah 891.374 197,22 4.520

Sumber : BPS, 2015

Pada Tabel 4 terlihat bahwa Kecamatan Kemiling merupakan kecamatan yang

memiliki luas wilayah terbesar di Kota Bandar Lampung (yaitu sebesar 27,65
2 2
km ), denga tingkat kepadatan penduduk terendah (yaitu sebesar 2.613 jiwa/km ).
49

Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Teluk Betung Selatan

(93.156 jiwa) dan kepadatan penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan

2
Tanjung Karang Pusat, (yaitu 10.953 jiwa/km ).

Fungsi Kota Bandar Lampung sebagai ibu kota provinsi adalah sebagai pusat

pemerintahan provinsi, pusat perdagangan regional, pusat pealayanan

transportasi regional, pusat pendidikan dan kebudayaan regional, pusat

industri maritim dan pengolahan bahan baku pertanian serta pusat

pengelolaan telekomunikasi. Fungsi-fungsi tersebut didukung oleh

pembangunan infrastrukur yang berkaitan dengan fungsinya secara terencana.

Selaras dengan fungsi tersebut, Kota Bandar Lampung dibagi menjadi tujuh

Bagian Wilayah Kota (BWK) yang didasarkan pada karakteristik

dan penggunaan lahan. Tujuh bagian wilayah kota Bandar Lampung tersebut oleh:

Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kecamatan Raja Basa, Kecamatan Sukarame,

Kecamatan Sukabumi, Kecamatan Teluk Betung, Kecamatan Kemiling dan

Kecamatan Teluk Betung Utara.

B. Keadaan Ekonomi Secara Umum

Menurut Parulian (2014), kota Bandar Lampung mempunyai potensi ekonomi

yang besar untuk dikembangkan antara lain di sektor perkebunan dengan komoditi

utama yang dihasilkan berupa cengkeh, kakao, kopi robusta, kelapa dalam, kelapa

hibrida. Kontributor utama perekonomian daerah ini adalah sektor industri

pengolahan. Terdapat berbagai industri yang bahan bakunya berasal dari bahan

tanaman dan perkebunan di Bandar Lampung. Industri tersebut sebagian besar


50

merupakan industri rumah tangga yang mengolah kopi, pisang (menjadi keripik

pisang) dan lada.

Sebagai kota yang bergerak menuju kota metropolitan, Bandar Lampung

menjadi pusat kegiatan perekonomian di daerah Lampung. Sebagian besar

penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan. Sarana

perekonomian yang menunjang antara lain adalah:

1. Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang penjual dan pembelinya bertemu secara

langsung dan terjadi tawar-menawar, biasanya barang yang diperdagangkan

adalah barang-barang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyaknya pasar

tradisional di Kota Bandar Lampung akan memudahkan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terdapat 13 pasar traditional yang ada di Kota

Bandar Lampung, yaitu bambu kuning, gudang lelang, kangkung, pasir gintung,

pasar cimeng, way kandis, pasar panjang, pasar tamin, pasar tugu, pasar way

halim, pasar bawah, pasar kemiling dan pasar smep (Disperindag, 2014).

Banyaknya pasar tradisional yang tersebar di Kota Bandar Lampung akan

memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasar

tradisional sampai saat ini masih ramai dikunjungi. Dengan berkembangnya

dunia usaha, maka muncullah jenis pasar modern yaitu supermarket. Walaupun

pasar modern sudah tersedia, namun minat masyarakat mengunjungi pasar

tradisional untuk berbelanja kebutuhan tetap tidak berkurang.


51

2. Supermarket

Menurut Kotler (2006) supermarket adalah jenis pasar modern dengan manajemen

danpengembangan yang lebih baik dibandingkan pasar tradisional berdasarkan

jenisbarang yang dijual, kebersihan, dan sistem pembayaran (yang mudah).

Supermarket menjadi salah satu roda perekonomian bagi Kota Bandar Lampung

dengan memperkerjakan karyawan yang cukup banyak dan menghasilkan pajak.

3. Transportasi

Menurut Nasutin (1996) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan

manusia dari tempat asal ketempat tujuan. Proses pemindahan merupakan gerakan

dari tempat asal ke tempat tujuan. Peranan transportasi sangat penting untuk saling

menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan

daerah pemukiman sebagai tempat tinggal konsumen (Nasution, 1996). Sarana dan

prasrana transportasi yang ada dikota Bandar Lampung yaitu :

a. Sarana Stasiun Kereta Api

Kota Bandar Lampung memiliki 3 stasiun kereta api, yaitu : Stasiun Tanjung

Karang (sebagai stasiun induk) dan stasiun Labuhan Ratu (sebagai stasiun

Pembantu sebagai jalur tunggu untuk kereta api) dan Stasiun Tarahan. Stasiun

Tanjung Krang dan Stasiun Labuhan Ratu beroperasi untuk melayani penumpang,

sedangkan Stasiun Tarahan beroperasi sebagai tempat bongkar muat kereta batu

bara. Stasiun Tanjung Karang melayani kereta api penumpang ke beberapa

ibukota kabupaten di Provinsi Lampung yang dilewati oleh jalur KA, seperti

Kotabumi dan Blambangan Umpu, serta luar provinsi Lampung, yaitu Palembang.
52

b. Angkutan Dalam Kota dan Angkutan Luar Kota

Angkutan dalam kota merupakan sarana transportasi yang mempunyai trayek

lintasan paling banyak, sehingga angkutan dalam kota mampu menjangkau hingga

ke pinggiran Kota Bandar Lampung. Angkutan Luar kota merupakan sarana

teranportasi yang trayek lintasannya ke luar kota, seperti Pulau Jawa, Palembang,

Medan dll (Dinas Perhubungan, 2014).

c. Bus Rapid Trans (BRT)

Bus Rapid Transportation (BRT) merupakan sarana bus transportasi dalam kota,

yang mulai beroperasi di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011. Trayek yang

sudah beroperasi adalah Sukarame – Sukaraja, Rajabasa – Sukaraja, Kemiling –

Sukaraja, Ir. Sutami – Tanjung Karang, Citra Garden – Panjang, Citra Garden –

Raja Basa, dan Rajabasa – Panjang (Dinas Perhubungan, 2014).

C. Gambaran Umum Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan pusat perekonomian Provinsi Lampung

karena hasil-hasil pertanian dan non pertanian dari kabupaten atau kota lainnya di

Provinsi Lampung yang dapat diperdagangkan di Bandar Lampung. Hasil – hasil

pertanian diperdagangkan di pasar modern dan pasar tradisional di Kota Bandar

Lampung. Pada penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah pasar

tradisional. Pasar tradisional merupakan salah satu pusat kegiatan perekonomian.

Jumlah pasar tradisional yang banyak di Kota Bandar Lampung akan

memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasar

tradisional sampai saat ini masih ramai dikunjungi masyarakat karena harga -

harga barang yang relatif terjangkau. Pusat perbelanjaan pasar tradisional


53

(sebanyak 29 pasar) yang banyak dikunjungi masyarakat di Bandar Lampung

antara lain adalah Pasar Bambu Kuning, Pasar SMEP, Pasar Pasir Gintung, Pasar

Tugu, Pasar Bawah, Pasar Tamin, Pasar Kangkung, Pasar Perumnas Way Halim

dan lain sebagainya. Pasar tradisional yang menjadi tempat penelitian adalah

Pasar Tugu, Pasar Pasir Gintung dan Pasar SMEP.


82

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Sikap konsumen terhadap atribut-atribut pada daging ayam adalah lebih

menyukai daging ayam ras dibandingkan dengan daging ayam kampung

khususnya dalam hal harga daging dan bobot daging.

2. Tahap-tahap pengambilan keputusan konsumen daging ayam terdiri dari tahap

pengenalan kebutuhan: konsumen membeli daging ayam karena kebutuhan

protein, tahap pencarian informasi: informasi yang diketahui konsumen

tentang daging ayam diperoleh dari keluarga, diri sendiri dan pedagang. Tahap

evaluasi alternatif : seluruh responden membeli produk lain untuk memenuhi

kebutuhan proteinnya, tahap pembelian : 60 persen konsumen lebih memilih

membeli daging ayam ras sedangkan sisanya 40 persen membeli daging ayam

kampung. Tahap evaluasi pasca pembelian : 78 persen konsumen merasa puas

dengan daging ayam yang dibeli dan sisanya 13,3 persen tidak puas karena

alasan timbangan yang kurang pas dan keadaan daging yang tidak segar.
83

3. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian daging ayam

adalah harga daging ayam ras, harga daging ayam kampung, harga ikan asin

dan pendapatan keluarga.

B. Saran

1. Dari hasil penelitian dilakukan bahwa konsumen lebih tertarik mengonsumsi atau

membeli daging ayam ras sehingga peternak daging ayam ras perlu tetap

mempertahankan kualitas produk daging ayam ras dan juga strategi pemasaran

yang baik agar permintaan akan daging ayam ras semakin meningkat. Untuk

selanjutnya hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen lebih tertarik

mengkonsumsi atau membeli daging ayam ras dibandingkan daging ayam

kampung karena harganya yang lebih murah, sehingga diharapkan peternak

daging ayam kampung perlu melakukan promosi mengenai manfaat daging ayam

kampung dan kelebihan yang dimiliki daging ayam kampung.

2. Penelitian ini masih terbatas, sehingga peneliti lain (penelitian selanjutnya)

melakukan penelitian dengan mengunakan variabel-variabel lain yang belum

dimasukan dalam penelitian ini seperti pengetahuan konsumen akan gizi,

rasa daging dan suku responden yang bisa menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi pembelian daging ayam.


DAFTAR PUSTAKA

Aman. 2011. Ayam Kampung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta

Ari Sudarman, 1989. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta.

Azwar,S. 2011. Sikap dan Perilaku Konsumen. Pustaka Belajar. Yogyakarta

BPS (Badan Pusat Statistik). 2015. Statistik Kota Bandar Lampung. Badan
Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2013. Statistik Kota Bandar Lampung. Badan
Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung

BPS (Badan Pusat Statistik). 2013. Jumlah Produksi Daging Unggas di


Indonesia. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Burhanudin, Abdilah. 2011. Analisis Perilaku Konsumen Pada Pembelian Daging


Ayam Ras (Broiler Chicken) di Pasar Tradisional dan Pasar Modern Kota
Jember. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Jember.

Cahyono, B. 1995. Beternak Ayam Buras. CV. Aneka. Yogyakarta.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2014. Pasar Tradisionaldi Bandar


Lampung. Dinas Peindustrian dan Perdagangan Bandar Lampung. Indonesia

Dinas Perhubungan. 2014. Angkutan Dalam dan Luar Kota. Dinas Perhubungan
Bandar Lampung. Indonesia.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Harga Per September


Daging Ayam. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Lampung.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Harga Hasil Ternak.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan. Indonesia

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013a. Populasi Ternak


Menurut Jenisnya. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan. Indonesia.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013b. Produksi


Daging Ayam. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan. Indonesia.
Engel, J.F, Roger D.B, dan Paul W.M. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam.
Jilid satu. Budiyanto,Penerjemah. Binarupa Aksara. Jakarta. Terjemahan
dari Consumer Behavior.

Gabriella, Sarah.2012. Pengertian Pasar Dalam Ekonomi Mikro.


http://gabriellsarah.blogspot.com. Diakses tanggal 18 Agustus 2015.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius. Jogjakarta.

Gunawan. 2002. Metodelogi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Hasan, M. I. 2002. Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia.


Jakarta.

Katz, D. 2004. The functional Approach to the study of Attitudes. Gramedia.


Jakarta.

Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium, jilid 1.Benyamin


Molan, penerjemah. Prenhallindo. Jakarta. Terjemahan dari Marketing
Management.

Kuncoro, M. 2004. Metode Kuantitatif. Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis Dan
Ekonomi Edisi Kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.

Lutfiah, S. 2006. Analisis Perilaku konsumen Pada Pembelian Daging Ayam


di Kabupaten Jember. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Jember.

Misriani, V. 2012. Mari Cari Tau Kandungan Gizi Daging Ayam


Kampung.http://vivi-misriani.blogspot.com. Diakses tanggal 4 April 2015.

Mowen, J.C dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Ningrum,Serafina. 2011. Analisis Preferensi Konsumen dalam Membeli Daging


Ayam Ras di Pasar Tradisional Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Sebelas Maret.

Oskar, Bima. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku


Konsumen Dalam Mengkonsumsi Daging Ayam Kampung Di Kota Medan.
Skripsi. Jurusan Agribisnis. Universita Sumatra Utara.

Parulian J, Lestari DAH, Adawiah R. 2014. Pola Konsumsi Daging Sapi Oleh
Rumah tangga Di Bandar Lampung. JIIA, 3 (1):364-371
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index. php/JIA/ article/view/896. Diakses tanggal
20 juni 2016
Polit dan Hungler. 1993. Nursing Research Principles & Methods. Lippincot.
Phliadelphia

Prasetyo, Enggar. 2012. Agribisnis ayam potong lokal(ayam hibrida) di


Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Jurusan Agribisnis.
Universitas Diponegoro.
Pratama, Eriansyah. 2013. Perilaku Pembelian Ayam Potong Broiler Di Pasar
Keputran Surabaya. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jawa Timur.
Prasetijo, R dan Ihalauw, J. 2005. Perilaku Konsumen. Andi Offset.Yogyakarta

Rahardja, P. dan M. Mandala. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi : Mikro Ekonomi


dan Makro Ekonomi. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta.

Rahmawati. 2012. Preferensi Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Daging


Ayam Ras Di Pasar Traditional Dan Pasar Modern Di Kota Makasar.
Skripsi. Jurusan Agribisnis. Universitas Hasanudin.

Rajagukguk,MJ. 2013. Analisis Sikap dan Pengambilan Keputusan dalam


Pembelian Buah Jeruk di Bandar Lampung. Jurnal. Jurusan Agribisnis.
Universitas Lampung.

Rasyaf. 1999. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta

Rasyaf. 1999. Manajemen peternakan ayam petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Saragih, B. 2001. Membangun Sistem Agribisnis. PT. Pustaka Wirausaha Muda,


Bogor.
Sari, V. N., Sumarminingsih.E dan Beradetha,M. 2013. Pemilihan Model Regresi
Logistik Multiomial dan Ordinal. Jurnal FMIPA. Universitas
Brawijaya.Malang.

Sarwono, B. 1991. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta

Schiffman and L. Kanuk. 2004. Consumer behavior 8th Edition. Prentice Hall
Internasional. New Jersey.

Setiadi, N. 2003. Perilaku Konsumen. Prenada Media. Jakarta.

Siagian, S.P. 1988. Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan. Gunung


Agung. Jakarta.

Sinaga, Alexander. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging


Ayam Kampung di Kecamatan Siantar Barat Kota Pematang Siantar.
Skripsi. Jurusan Agribisnis.Universitas Sumatra Utara.
Suhardjo dan Clara . 1992. Prinsip – Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta. Kanisius

Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Raja Grafindo Jaya.
Jakarta.

Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam


Pemasaran. Penerbit kerjasama : PT.Ghalia Indonesia dengan Institut
Pertanian Bogor.

Sunarto. 2006. Perilaku Konsumen. Penerbit Amus, Yogyakarta.

Suryana. 2002. Membangun Ketahanan Pangan Regional Melalui


Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis Posiding Lokakarya
Pengembangan Usaha Tani Terpadu Berwawasan Agribisnis Menunjang
Pemanfaatan Sumberdaya Pertanian Jawa Barat. Balai pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Barat. Bandung

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012. Konsumsi Rata-Rata


Perkapita Setahun Bahan Makanan di Indonesia Tahun 2009-2013

Umar, H. 2003. Riset Perilaku konsumen Jasa. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wibowo, S. 1996. Petunjuk Beternak Ayam Buras.Gita Media Press, Surabaya.

Widarjono, A. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. UPP STIM YKPN.


Yogyakarta.

Winardi. 1991. Marketing dan Prilaku Konsumen. Mandar Maju. Bandung.

Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Winarno, P. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. STIM


YKPN. Yogyakarta.

You might also like