Unit. When One Motor Neuron Is Activated, All of The Fibers: 1. Epidemiologi
Unit. When One Motor Neuron Is Activated, All of The Fibers: 1. Epidemiologi
1. Epidemiologi
Insidensi karsinoma kolon dan rectum di Indonesia cukup tinggi. Di Indonesia
jumlah penderita kanker kolorektal menempati urutan ke-10 (2,75%) setelah kanker
lain (leher rahim, payudara, kelenjar getah bening, kulit, nasofaring, ovarium,
jaringan lunak, dan tiroid). insidensi puncak untuk kanker kolorektum adalah usia 60
hingga 70 tahun; kurang dari 20% kasus terjadi pada usia kurang dari 50 tahun bila
kanker kolo rectum di temukan pada pasien usia muda , perlu dicurigai adanya colitis
ulseratif atau salah satu sindrom dari poliposis. Laki-laki terkena sekitar 20 % lebih
sering dari pada perempuan.6
Karsinoma kolorektum tersebar di seluruh dunia, dengan angka insidensi
tertinggi di Amerika serikat, kanda, Australia, selandia baru, Denmark , Swedia, dan
Negara maju lainya. Risiko kanker usus besar meningkat dengan usia, riwayat polip
sebelumnya atau kanker, sejarah keluarga kanker, serta riwayat lama penyakit radang
usus, termasuk ulcerative colitis dan bahkan penyakit Crohn.1
3. Patofisiologi
Tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip
adenoma. Insidensi dari tumor kolon kanan meningkat, meskipun umumnya masih
terjadi di rectum dan colon sigmoid. Pertumbuhan tumor secara tipikal tidak
terdeteksi, menimbulkan beberapa gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin
sudah menyebar ke dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ
yang berdekatan.
Karsinoma kolon dan rectum mulai berkembang di mukosa dan bertumbuh
sambil menembus dinding dan meluas secara sirkuler kearah oral dan aboral. Di
daerah rectum, penyebaran ke arah anal jarang melebihi dua centimeter. Penyebaran
perkontinuatum menembus jaringan sekitaratau organ sekitarnya misalnya ureter,
buli-buli, uterus, vagina atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar para
iliaka, mesenterium, dan paraaorta. Penyebaran hematogen terutama ke hati.
Penyebaran peritoneal mengakibatkan peritonitis karsinomatosa dengan atau tanpa
asites. Penyebaran intra lumen dapat terjadi, sehingga pada saat didiagnosis terdapat
dua atau lebih tumor yang sama didalam kolon dan rectum.
Kanker kolon dan rectum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus) di mulai sebagai polip jinak tapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya.
Polip adenomatosa adalah polip asli yang bertangkai dan jarang ditemukan
pada usia di bawah 21 tahun. Insidensinya meningkat sesuai dengan meningkatnya
usia. Gambaran klinis umumnya tidak ada, kecuali perdarahan dari rectum dan
prolaps polip dari anus disertai anemia.letaknya 70 % di sigmoid dan rectum dan
bersifat pra maligna sehingga harus diangkat setelah di temukan. Adenoma vilosa
terjadi pada mukosa berupa perubahan hiperplasi yang berpotensi ganas, terutama
pada usia tua.
Pseudo polip dapat timbul sebagai proliferasi radang pada setiap colitis
kronik terutama colitis ulserosa.
4. Gejala klinis
Gejala klinis karsinoma pada kolon kiri berbeda dengan colon kalan.
Karsinoma kolon kiri sering bersifat skirotik sehingga lebih banyak menimbulkan
stenosis dan obstruksi, terlebih karena feses sudah menjadi padat. Pada karsinoma
kolon kanan , jarang terjadi stenosis dan feses masih cair sehingga tidak ada factor
obstruksi.9
Gejala dan tanda dini karsinoma tidak ada. Umumnya, gejala pertama timbul
karena penyulit, yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan, atau akibat
penyebaran.
Gambaran klinis tumor sekum dan kolon ascenden tidak khas. Dyspepsia,
kelemahan umum, penurunan berat badan dan anemia merupakan gejala umum. Oleh
karena itu penderita sering datang dengan keadaan yang lemah.
Nyeri pada kolon kiri lebih nyata daripada kolon kanan. Tempat yang dirasa
nyeri berbeda karena asal embriologinya berlainan, yaitu dari usus tengah dan usus
belakang. Nyeri kolon kiri bermula di bawah umbilicus, sedangkan kolon kanan di
epigastrium.
5. Diagnosis
Diagnosa karsinoma kolorektal di tegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik abdomen dan rectak toucher.
• Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditemukan perubahan pola defekasi, frekuensi dari
defekasi, perasaan tidak puas atau rasa penuh setelah defekasi pada pasien, adanya
benjolan dan nyeri perut (dispepsia) yang hilang timbul (kolik) atau menetap.
• Pemeriksaan fisis
Karsinoma kolon bisa didapatkan tumor kecil yang pada tahap dini tidak teraba
pada palpasi perut, dan jika teraba menunjukkan proses karsinoma yang sudah lanjut.
• Pemeriksaan rectal toucher
Dapat digunakan sebagai skrening pemeriksaan awal. Kurang lebih 75%
karsinoma rectum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rectal pemeriksaan digital akan
mengenali tumor yang terletak 10 cm dari rectum, tumor akan teraba keras dan
menggaung.
Rectal toucher untuk menilai:
Tonus sfingter ani : kuat atau lemah.
Ampula rectum : kolaps, kembung, atau terisi feses.
Mukosa : kasar, berbenjol-benjol atau kaku.
Tumor : teraba atau tidak, lokasi, lumen yang dapat di tembus jari,
mudah berdarah atau tidak, batas dan jaringan sekitarnya, jarak dari
garisanorektal dari tumor.
Prostat : ada pembesaran atau tidak.
Pada foto polos abdomen umumnya perhatian kita cenderung terfokus pada
kolon. Tetapi kelainan lain yang sering menyertai penyakit ini adalah batu ginjal,
sakroilitis, spondilitis ankilosing dan nekrosis avaskular kaput femur.
Pemeriksaan ini dapat menggunakan kontras tunggal atau dengan kontras ganda,
yaitu kontras negatif (udara) dan kontras positif (bubur barium), tetapi cara ini tidak
dapat melihat rektum pada dua pertiga distalnya.
Gambar 5.1 foto colon in loop dengan contras ganda, menunjukkan bentuk Apple
Core dari karsinoma kolon.
Gambar 5.2 foto colon in loop dengan contras ganda, Nampak bentuk kekakuan
dinding lumen pada karsinoma kolon.
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan di atas, biopsy harus segera
dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarsinoma merupakan jenis yang paling
sering, yaitu sekitar 90-95% dari kanker usus besar. Jenis lainya adalah karsinoma
sel. skuamosa, carcinoid tumor, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated
tumors.
4) Stadium IV Kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru,
dan ovarium. Disebut juga dukes D.
Metastasis jauh(M)
Mx : Tidak dapat ditentukan adanya metastasis jauh
Mo : Tidak ditemukan metastasis jauh
M1 : Ditemukan metastasis jauh
Definisi Stadium
Stadium 0 Tis, No, Mo
Stadium I T1, No, Mo T2, No, Mo
Stadium II T3, No, Mo T4, No, Mo
Stadium III Semua T, N1, Mo Sernua T, N2, Mo
Stadium IV Semua T, Semua N, M1 (Mitchel, 2005).
7. Penanganan
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama
untuk stadium I dan II kanker kolon. Tindakan bedah terdiri dari
reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limfe regional. Bila sudah
terjadi metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan
maksud mencegah obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fitsel
dan nyeri.8
Pada karsinoma rectum tindakan pembedahan dipilih bergantung
pada letaknya, khusus jarak batas bawah karsinoma dan anus. Sedapat
mungkin anus dan sfingter eksterna dan sfingter interna dipertahankan
untuk menghindari anus preternaturalis. Bedah kuratif dilakukan jika
tidak ditemukan gejala penyebaran local maupun jauh. Pada tumor
sekum dan kolon ascenden, dilakukan hemikolektomi kanan,
dilanjutkan dengan anastomosis ujung-ke ujung. Pada tumor di
fleksura hepatica dilakukan juga hemikolektomi. Pada tumor kolon
transversum, dilakukan reseksi kolon transversum yang dilanjutkan
dengan anastomosis ujung-keujung. Sedangkan pada tumor kolon
descenden, dilakukan hemikolektomi kiri. Pada tumor sigmoid
dilakukan reseksi sigmoid, dan pada tumor rectum sepertiga proksimal
dilakukan reseksi anterior. Pada tumor rectum sepertiga tengah ,
dilakukan reseksi dengan mempertahankan sfingter anus, sedangkan
pada tumor sepertiga distal dilakukan amputasi rektum melalui reseksi
abdominoperineal Quenu-Miles, pada operasi ini anus ikut di
keluarkan.
b. Radiasi
o MRI
Secara tradisional, MRI hanya memberikan manfaat
yang terbatas dalam pemeriksaan abdomen karena
banyaknya artefak yang bergerak. Dengan adanya
peningkatan gradien dan pencitraan dengan menahan napas
telah memungkinkan pencitraan MRI terhadap abdomen
dan pelvis pada sebagian besar pasien. Sebagai tambahan,
untuk mencapai pencitraan yang optimal dengan MRI
seringkali membutuhkan penggunaan sejumlah besar
volume zat kontras positif atau negatif yang diberikan baik
secara oral atau melalui selang nasojejunal atau rectal.
Gambar 10. Pencitraan MRI pada pasien dengan Crohn’s
disease menunjukkan penebalan dinding colon kanan
dengan peningkatan sinyal intramural pada pencitraan T1-
weighted. Hal ini dipercaya sebagai gambaran adanya
deposisi lemak intramural.
o USG
Hasil pemeriksaan USG mempunyai variabilitas yang
tinggi, yang tergantung pada keahlian pemeriksa dalam
mendeteksi perubahan perubahan pada dinding usus.USG
dapat menjadi alternatif dari CT Scan dalam mengevaluasi
manifestasi-manifestasi intra dan ekstra luminal dari
Crohn’s disease. Dinding saluran cerna yang normal
terlihat sebagai 5 konsentris dari lapisan-lapisan echogenic
dan hypoechoic yang berseang-seling; gambaran ini
dikenal sebagai “the gut signature”. Dinding saluran cerna
yang normal mempunyai ketebalan kurang dari 5 mm.
Pada kasus Crohn’s disease aktif, ketebalan dinding
usus berkisar antara 5 mm hingga 2 cm dengan gambaran
lapisan-lapisan yang menghilang sebagian atau seluruhnya,
yang merefleksikan adanya edema transmural, inflamasi,
atau fibrosis. Jika terjadi inflamasi yang hebat, dinding
usus akan tampak hypoechoic merata dengan garis
hyperechoic ditengahnya yang berhubungan dengan
penyempitan lumen. Gerakan peristalsis menurun atau
menghilang, dan segmen usus yang sakit tidak dapat
dikompresi dan kaku dengan hilangnya haustra.
Adalah adalah salah satu dari penyakit inflamasi yang melibatkan saluran
cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum diketahui jelas.
Colitis ulseratif ditandai adanya eksaserbasi secara intermitten dan
remisinya gejala klinik.
Gambaran stove-pipe
Gambaran rectal sparing
Gambaran thumbprinting
Gambaran skip lesion
Gambaran string sign
Gambaran collar button
Gambar 12.1. Foto bno contras, Nampak gambaran collar button.
Gambar 12.3. FotoBno double contras, Nampak Gambaran string sign panah putih.
9. Prognosis