Kajian Yuridis
Kajian Yuridis
Kajian Yuridis
Abstract
The Company was founded by two (2) or more persons with a notary deed made in
Indonesian , it is as stated in article 7 paragraph 1 of the law No. 40 of 2007. The
article mentions that a limited liability company may be established by 2 (two)
people, but there are no more rules regarding its ownership , thus allowing the
ownership of the same number of shares in a limited liability company that only has
two shareholders . With these provisions are void because the law does not regulate
the exact number of shareholders and the number of shares in a limited liability
company . This resulted in the absence of the majority shareholder and minority
shareholder in the company , whereas in the decision- making within a General
Meeting of Shareholders , which if it can not be taken by consensus decision , the
decision will be taken to be accepted by the majority . Thus , it appears the problem
of " Why Law No. 40 of 2007 on Limited Liability Company is not set on the exact
number of shareholders ? " . The method used in this thesis is a normative study by
using the approach of legislation and case-based approach (case approach) . Then
to legal materials will be described and analyzed the relationship between each
other of the existing legal materials . In addition to processing were analyzed using
the method of interpreting the grammatical interpretation of the words in the statute
in accordance with the rules of language and grammar rules of law .
Based on the research results , it can be concluded that a limited liability company
established under the agreement , means the establishment of the company
conducted a consensual and contractual under Article 1313 of the Civil Code . Thus
Limited Company can be founded by two (2) people have done for the establishment
of the founders of the approval , where the founders of the other one with each other
to bind himself to establish the Company .
1
Mahasiswa,Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang.
2
Pembimbing Utama, Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.
3
Pembimbing Kedua, Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.
2
Abstrak
Dalam pasal 7 ayat 1 undang – undang no 40 Tahun 2007,bahwa sebuah perseroan
terbatas dapat didirikan oleh 2 (dua) orang saja, tidak ada aturan lebih lanjut
mengenai kepemilikan sahamnya, sehingga memungkinkan terjadinya kepemilikan
jumlah saham yang sama dalam perseroan terbatas yang hanya memiliki 2 pemegang
saham. Hal ini mengakibatkan tidak adanya pemilik saham mayoritas dalam
perseroan tersebut, padahal didalam pengambilan keputusan didalam sebuah RUPS,
jika tidak dapat diambil keputusan secara musyawarah, akan diambil keputusan yang
diterima oleh mayoritas. Dengan demikian muncul permasalahan mengenai
“Mengapa Undang–Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak
mengatur mengenai jumlah pasti pemegang saham?”. Jurnal ini bertujuan untuk
mengetahui alasan tidak diaturnya jumlah pasti mengenai jumlah persentase
kepemilikan saham yang diatur dalam Undang–Undang no 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas dan untuk mengetahui urgensi penentuan jumlah persentase
kepemilikan saham dalam Perseroan Terbatas. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan
dan pendekatan kasus. Kemudian terhadap bahan hukum dideskripsikan dan
dianalisis keterkaitan antara satu sama lain. Selain itu dalam pengolahandianalisis
dengan metode interpretasi gramatikal yakni menafsirkan kata-kata dalam undang-
undang sesuai dengan kaidah hukum tata bahasa. Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa perseroan terbatas didirikan berdasarkan perjanjian, berarti
pendirian perseroan dilakukan secara konsensual dan kontraktual berdasar pasal 1313
KUHPerdata. Dengan demikian Perseroan Terbatas dapat didirikan oleh 2 orang saja
dengan jumlah kepemilikan saham sama selama pendirian dilakukan para pendiri
atas persetujuan, dimana para pendiri antara yang satu dengan yang lain saling
mengikatkan dirinya untuk mendirikan Perseroan.
Latar Belakang
“ Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya”.
“Organ perseroan adalah rapat umum pemegang saham, direksi, dan dewan
komisaris”
Dengan demikian dapat dilihat bahwa perseroan terbatas mempunyai organ yang
terdiri atas :
4
Moenaf H. Regar, Dewan Komisaris, Peranannya Sebagai Organ Perseroan, Bumi Aksara,
Medan, 2000, hlm. 31.
4
tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan
dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar.”
Dari sinilah awal masalah terjadi, di dalam pasal 7 ayat 1 undang – undang
no 40 Tahun 2007 :
“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang
dibuat dalam bahasa Indonesia”
Akan tetapi, prinsip pembatasan hak suara dengan sistem quota ini
kemudian dinyatakan tidak berlaku dan digantikan dengan sistem one share one
vote penuh oleh Undang-undang No. 4 Tahun 1971 tentang Perubahan dan
Penambahan Atas Ketentuan Pasal 54 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang (Stbl.
1847:23)., hal mana juga kemudian dianut oleh Undang-undang No. 1 Tahun 1995
yang kemudian diperbaharui oleh Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Dengan diberlakukannya sistem one share one vote, maka setiap
Pemegang Saham mempunyai hak satu suara, kecuali anggaran dasar menentukan
lain (Pasal 84 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas).
6
Pemegang saham mempunyai hak suara sesuai dengan jumlah saham yang
dimiliki, Sehingga dapat disimpulkan bahwa UUPT ini tidak membatasi kekuatan
Pemegang saham dalam jumlah yang besar dalam perolehan hak suara yang didapat.
Seperti yang tercantum dalam Pasal 54 KUHD.
Dalam kasus diatas, dimana sebuah Perseroan Terbatas hanya terdiri dari 2
(dua) pemegang saham yang memiliki jumlah saham yang sama, masing – masing
memegang jabatan sebagai komisaris dan direksi, namun pada saat akan
dilaksanakan RUPS terkait dengan pemberhentian direksi yang juga selaku salah satu
pemegang saham dari perseroan tersebut, yang bersangkutan tidak hadir sehingga
tidak memenuhi kuorum untuk mengambil keputusan dalam RUPS. Hal ini
berdasarkan ketentuan pasal 88 UU no 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas
7
yang mengharuskan kuorum 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara hadir untuk pelaksanaan RUPS mengubah anggaran dasar. Begitu
pula pada saat pelaksanaan RUPS kedua, sehingga dengan ketidakhadiran salah satu
pemegang saham, pihak lainnya mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri
Malang untuk melaksanakan RUPS ketiga dengan quorum 1/2 bagian dari jumlah
saham seluruh saham dengan hak suara yang hadir.
Kasus – kasus seperti ini akan terus bertambah selama belum ada Peraturan
yang secara eksplisit mengatur bahwa didalam sebuah perseroan terbatas minimal
terdapat 3 pemegang saham dan harus berjumlah ganjil, sehingga dalam perseroan
terbatas tersebut terdapat pemegang saham mayoritas dan pemegang saham
minoritas, dengan demikian dapat membantu perseroan dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan kelangsungan perseroan tersebut.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif
(Normative Legal Research). Pendekatan penelitian yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan perundang – undangan (statute approach) dan
pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang – undangan di gunakan
karena yang akan diteliti adalah aturan hukum yang menjadi fokus masalah dalam
penelitian ini. Maksud utamanya adalah mengetahui makna yang di kandung dalam
aturan perundang – undangan.
8
Pendekatan kasus juga digunakan dalam penelitian ini, karena yang juga diteliti
adalah penerapan perundangan dakam prakteknya, dan apakah perundangan tersebut
masih relevan atau sudah cukup untuk mengatasi setiap masalah dalam
perkembangan peristiwa hukum yang terjadi.
Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan ini adalah bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer
terdiri dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian. Bahan
hukum sekunder terdiri dari buku-buku literatur atau bacaan yang berkaitan dengan
penelitian, hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian, jurnal-jurnal
hukum, serta pendapat para ahli yang berkaitan dengan penelitian.Bahan hukum
tersier dari kamus hukum, kamus Bahasa Indonesia, serta artikel-artikel dari internet.
Bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan, baik bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier akan dikelompokkan secara
sistematis dan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode interpretasi
gramatikal yakni menafsirkan kata-kata dalam undang-undang sesuai dengan kaidah
bahasa dan kaidah hukum tata bahasa, dan metode interpretasi ekstensif yakni
metode penafsiran yang membuat interpretasi yang melebihi batas-batas hasil
interpretasi gramatikal.5
Pembahasan
5
Jazim Harnidi, Hermeneutika Hukum, UII Press, Yogyakarta, 2005, hlm. 53.
6
Irma Dewi, Tanggung Jawab Perusahaan, http://www.freewebs.com/bedahkulitosmetik/
responsibilityliability.htm, diakses 10 Agustus 2014 pukul 22.00 WIB.
9
Pasal diatas menjelaskan bahwa Perseroan terbatas pada umumnya dapat didirikan
oleh 2 (dua) orang saja, dimana setiap pendiri perseroan wajib memiliki saham dalam
perseroan setiap didirikan. Pengertian pendiri menurut hukum adalah orang – orang
yang mengambil bagian dengan sengaja untuk mendirikan perseroan.selanjutnya
7
DR. Tri Budiyono, SH, M.Hum, Hukum Perusahaan, Penerbit Griya Medika, Salatiga, 2011, hlm.
38.
10
orang – orang tersebut dalam rangka pendirian, megambil langkah – langkah yang
penting untuk mewujudkan pendirian tersebut sesuai dengan syarat yang ditentukan
dalam perundang – undangan.8
Dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 angka
(1), adalah :
8
Charlesworth and Mores, Company law, ELBS, Fourteenth Edition,1991, hlm. 98.
9
Pasal 1313 KUH Perdata: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
10
M. Yahya Harahap.SH, Loc.cit., hlm. 163.
11
(pasal 1313 – 1318) dan bagian kedua tentang syarat untuk sahnya persetujuan (Pasal
1320 – 1337) sertabagian ketiga tentang akibat persetujuan (Pasal 1338 – 1341)11
“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang
dibuat dalam bahasa Indonesia.’”
Ini merupakan penegasan prinsip yang berlaku bagi UUPT 2007. Pada dasarnya
perseroan sebagai badan hukum, didirikan berdasar perjanjian, karena itu mempunyai
lebih 1 (satu) pemegang saham.12
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008,
hlm. 158.
12
Dalam kasus ini, Nyonya VS selaku Direktur dari PT. Kasih Bunda Mulia
tiba – tiba diberhentikan sementara oleh Nyonya IS selaku Komisaris dari PT. Kasih
Bunda Mulia tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum, dikarenakan Nyonya IS tidak mengindahkan sama sekali hasil RUPS yang
dilaksanakan pada 9 Maret 2012 tentang pembahasan laporan keuangan dan
penunjukan Akuntan Publik untuk mengaudit pembukuan PT. Kasih Bunda Mulia.
Dalam kasus diatas, dimana sebuah Perseroan Terbatas hanya terdiri dari 2
(dua) pemegang saham yang memiliki jumlah saham yang sama, masing – masing
memegang jabatan sebagai komisaris dan direksi, namun pada saat akan
dilaksanakan RUPS terkait dengan pemberhentian direksi yang juga selaku salah satu
pemegang saham dari perseroan tersebut, yang bersangkutan tidak hadir sehingga
tidak memenuhi kuorum untuk mengambil keputusan dalam RUPS. Hal ini
berdasarkan ketentuan pasal 88 UU no 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas
yang mengharuskan kuorum 2/3 (dua pertiga) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara hadir untuk pelaksanaan RUPS mengubah anggaran dasar. Begitu
pula pada saat pelaksanaan RUPS kedua, sehingga dengan ketidakhadiran salah satu
pemegang saham, pihak lainnya mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri
Malang untuk melaksanakan RUPS ketiga dengan quorum 1/2 bagian dari jumlah
saham seluruh saham dengan hak suara yang hadir.
Kasus diatas terjadi karena didalam PT. Kasih Bunda Mulia hanya terdapat
2 (dua) pemegang saham, dengan jumlah yang sama, dimana dari total 75.000 (tujuh
puluh lima ribu) lembar saham PT. Kasih Bunda Mulia, 37.500 (Tiga puluh tujuh
ribu lima ratus) menjadi milik Nyonya VS dan saham atas 37.500 (Tiga puluh tujuh
ribu lima ratus) merupakan milik Nyonya IS. Dan pada saat pelaksanaan RUPS salah
16
satu pihak tidak menyetujui hasil RUPS, sehingga keputusan tidak dapat diambil
karena tidak terpenuhinya kuorum yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
dalam RUPS.
Dalam teori kepemilikan terdapat prinsip yang melekat pada hak suara
pemegang saham, yakni satu saham, satu suara (One Share One Vote), prinsip ini
ditegaskan pada pasal 84 ayat (1) yang mengatakan14 :
“Setiap saham yang dikeluarkan, mempunyai “satu hak suara”, kecuali
Anggaran Dasar perseroan menentukan lain.”
Bertitik dari prinsip ini, hak suara merupakan hak yang melekat secara Inherent pada
diri setiap pemegang saham (is inherent in ownership of share). Berarti setiap
pemegang saham berhak menghadiri dan berbicara serta mengeluarkan suara dalam
RUPS. Maka atas dasar hak hadir dan bersuara (is entitled to attend and speak)
dalam RUPS yang mewajibkan direksi harus memanggil pemegang saham15.
1. Hak suara dalam pemilihan langsung dewan direksi perusahaan. Jenis voting
yang dapat dilakukan oleh pemegang saham ada dua jenis yaitu cumulative
voting dan straight voting. Cumulative voting adalah prosedur dimana
pemegang saham dapat menggunakan seluruh hak voting nya untuk memilih
hanya satu calon anggota dewan direksi perusahaan. Straight voting adalah
prosedur dimana pemegang saham menggynakan seluruh hak voting nya
untuk masing – masing calon dewan direksi perusahaan.
2. Hak proxy voting dimana pemegang saham dapat memberikan hak suaranya
kepada pihak tertentu di dalam sebuah rapat pemegang saha,.
3. Hak mendapatkan dividen apabila perusahaan memutuskan untuk membagi
dividen pada periode tertentu.
14
Op.cit., M. Yahya Harahap, hlm. 327.
15
Walter Coon, Company Law, Lonman Publisher, 1998, hlm. 133.
16
Ibid.
17
Tabel 1.1. Table Hak Suara yang Sah Kuorum dalam Perseroan
17
Op.cit., H. Zaeni Asyhadie, SH., M.Hum, hlm. 94 – 96.
18
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat peranan dari pentingnya jumlah saham untuk
pemenuhan kuorum dalam pengambilan keputusan dalam RUPS. Karena pada
dasarnya saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk18 :
a. Hak suara untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal
yang berkaitan dengan pengurusan perseroan,
b. Menerima pembayaran dividen,
c. Menerima sisa kekayaan dalam proses likuidasi,
d. Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang – undang.
18
Rachmadi Usman SH, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Alumni, Bandung
2004, hlm. 104.
19
Op.cit., M. Yahya Harahap, hlm. 320.
20
Penetapan Ketua Pengadilan Negeri mengenai kuorum RUPS adalah bersifat final
dan mempunyai kekuatan hukum tetap.
a. Idea
20
Ibid., hlm. 337.
21
Sekar Ayu Aulia, Kepemilikan Saham, http://sekarayuaulia.wordpress.com/, diakses 11 September
2014 pukul 10.00 WIB.
21
Bisnis tidak akan ada tanpa ada ide asli, dan tentunya itu merupakan
sesuatu yang berharga, tapi ada banyak kebenaran dalam ungkapan,
“Sebuah bisnis yang sukses adalah inspirasi 1%, dan 99% keringat.”
Menurut Demsetz dan Lehn (1958) , ada beberapa factor yang dapat
mempengaruhi konsentrasi kepemilikan antara lain adalah :
1. ukuran perusahaan,
ukuran perusahaan menjadi faktor yang mempengaruhi konsentrasi
kepemilikan karena semakin besar perusahaan maka semakin
tersebar pula kepemelikan perusahaan tersebut, dikarenakan
besarnya cost of capital yang harus dikeluarkan oleh pemilik untuk
terus mempertahankan kepemilikannya.
2. Ketidakpastian
Kepastian yang dimaksud adalah ketidakpastian yang dimiliki oleh
lingkungan perseroan. Apabila suatu perusahaan terdapat pada
kondisi lingkungan yang tidak stabil maka diperlukan control yang
lebih.
3. Peraturan.
Adanya peraturan akan memperkecil pilihan – pilihan dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan pemilik perusahaan
sehingga mengurangi potensi kontrol oleh pemilik perusahaan.
Selain itu regulasi atau peraturan juga melakukan kontol dan
monitoring terhadap manajemen dari suatu perusahaan.
Simpulan
antara yang satu dengan yang lain saling mengikatkan dirinya untuk mendirikan
Perseroan.Dengan demikian, pendirian perseroan tunduk pada hukum perikatan atau
hukum perjanjian (verbintenassenrecht, contract law), yang diatur dalam dalam
Buku III KUH Perdata yang terdiri atas bagian kedua tentang Ketentuan Umum
(pasal 1313 – 1318) dan bagian kedua tentang syarat untuk sahnya persetujuan (Pasal
1320 – 1337) sertabagian ketiga tentang akibat persetujuan (Pasal 1338 –
1341).Didalam hukum perikatan dimungkinkan untuk dibuat oleh 2 (dua) orang saja,
dengan begitu pendirian Perseroan Terbatas dapat didirikan oleh dua orang saja
dengan jumlah persentase kepemilikan saham yang sama karena tidak adanya aturan
yang secara tegas mengatur tentang jumlah persentase kepemilikan saham tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Naskah Internet
Diah Restuning Maharani, Teori Kewenangan, http://www.damang.web.id
/2012/11/teori-kewenangan .html,
Raimond Flora Lamandasa, Penegakkan Hukum, http://raimondfloralamandasa.
blogspot.com/2008/05/penegakan-hukum-oleh-raimond-flora.html.