9214 25841 3 PB
9214 25841 3 PB
9214 25841 3 PB
PERSEROAN TERBATAS
Abdul Rokhim
Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
Jl. Mayjen Haryono No. 193,
Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65144
Email: [email protected]
ABSTRACT
The Actions of the Board of Directors are legally qualified as the actions of the
Company as a legal entity if carried out by the authority and objectives of the Company
as stated in the company's articles of association. The actions of directors that are carried
out outside the authority or beyond the authority (ultra vires) cannot be qualified as the
actions of the company. As a result, such legal action is not binding on the Company and
only binds the Board of Directors personally with third parties. The problems examined
are the limits of authority of the Board of Directors according to the UUPT and the
doctrine and concept of ultra vires directors. Types of normative juridical research with
conceptual approach and statute approach. The actions of the board of directors as long
as it is carried out within the limits of the authority granted by the law and the articles of
association of PT (intra vires) are legally viewed as the actions of PT as a legal entity.
Actions of the Board of Directors that are carried out outside the authority or exceed
their authority as stipulated in the laws and articles of association of PT (ultra vires) the
Board of Directors must be personally responsible with third parties.
Keywords: Ultra Vires Action; Board of Directors; Limited Liability Company
ABSTRAK
Tindakan Direksi secara hukum dikualifikasi sebagai tindakan perseroan selaku
badan hukum apabila dilakukan sesuai dengan kewenangan dan tujuan perseroan
sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar perseroan. Tindakan direksi yang
dilakukan di luar kewenangan atau melampaui kewenangan (ultra vires) tidak dapat
dikualifikasi sebagai tindakan perseroan. Akibatnya, tindakan hukum tersebut tidak
mengikat perseroan dan hanya mengikat Direksi secara pribadi dengan pihak ketiga.
Permasalahan yang diteliti yaitu batas-batas kewenangan Direksi menurut UUPT dan
doktrin dan konsep ultra vires direksi. Jenis penelitian yuridis normatif dengan
pendekatan konsep (conceptual approach) dan pendekatan peraturan perundang-
undangan (statute approach). Tindakan direksi sepanjang dilakukan dalam batas-batas
kewenangan yang diberikan oleh undang-undang dan anggaran dasar PT (intra vires)
secara hukum dipandang sebagai tindakan PT selaku badan hukum. Tindakan Direksi
yang dilakukan di luar kewenangan atau melampaui kewenangannya sebagaimana diatur
dalam undang-undang dan anggaran dasar PT (ultra vires) Direksi harus bertanggung
jawab secara pribadi dengan pihak ketiga.
Kata Kunci: Tindakan Ultra Vires; Direksi; Perseroan Terbatas
86
Abdul Rokhim, Tindakan Ultra Vires Direksi Dan Akibat Hukumnya... 87
1
Munir Fuady, (1996), Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Ketiga, cet. I,Bandung; Citra
Aditya Bakti. Hlm. 25-26.
88 Yurispruden Volume 4, Nomor 1, Januari 2021, Halaman 83-101
2
Victor Fungkong, (20-21 Juni 1989), Hukum Perusahaan dan Bentuk-bantuk Perusahaan, Makalah,
Jakarta; Konferensi tentang Direktur Perusahaan di Indonesia, Centre for Management Technology.
Hlm. 11-12.
3
Rudhi Prasetya, (1996), Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Bandung; Citra Aditya Bakti. Hlm.
19.
Abdul Rokhim, Tindakan Ultra Vires Direksi Dan Akibat Hukumnya... 89
tindakan direksi dan akibat hukumnya bagi Dalam kenyataannya, kewenangan yang
perseroan. Oleh karena itu, penelitian ini secara tegas dinyatakan, umumnya
termasuk jenis penelitian hukum normatif, dirumuskan di dalam anggaran dasar suatu
yang menggunakan pendekatan konsep PT. Dengan demikian, kewenangan direksi
(conceptual approach) dan pendekatan suatu PT sangat tergantung kepada tujuan
peraturan perundang-undangan (statute dan bidang usaha PT, serta perumusannya
approach). di dalam anggaran dasar PT itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan data Sedang, kewenangan yang tidak secara
sekunder berupa bahan hukum primer tegas dinyatakan dapat mencakup
(peraturan perundang-undangan) dan tindakan-tindakan yang dianggap perlu
bahan hukum sekunder (dokumen dan untuk mencapai tujuan PT dan tidak
bahan pustaka) yang digunakan untuk bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
analisis terhadap peraturan perundang- yang berlaku.
undangan dimaksud.4 Bahan-bahan hukum Mengenai ruang lingkup dan
tersebut setelah dikumpulkan dan kriterianya, dapat diserahkan pada dunia
diklasifikasi, kemudian dianalisis secara praktik sesuai dengan etika bisnis dan
kualitatif dengan menggunakan metode perkembangan dunia usaha.6 Persoalannya
penafsiran hukum. adalah dari mana Direksi suatu PT
PEMBAHASAN memperoleh wewenang dan bagaimana
Batas Kewenangan Direksi Menurut batas-batas kewenangannya itu?
UUPT dan Doktrin Secara umum, kewenangan direksi
Direksi sebagai salah satu organ PT bersumber dari ketentuan undang-undang
mempunyai kewenangan untuk melakukan dan anggaran dasar PT yang
tindakan-tindakan dalam rangka mencapai bersangkutan.7 Tentang bagaimana
tujuan PT. Kewenangan ini, menurut wewenang Direksi dapat dibatasi dalam
Sumantoro, dapat mencakup hal-hal yang anggaran dasar, UUPT tidak mengaturnya.
secara tegas dinyatakan (express powers) Dalam hubungan ini, Rudhi Prasetya
dan hal-hal yang tidak secara tegas berpendapat bahwa dengan tidak
dinyatakan (implied powers).5 mengurangi apa yang telah berjalan selama
4
Menurut Ronny Hanitijo Soemitro, (1994),Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cet. V,
Jakarta; Ghalia Indonesia, Hlm. 11-12, “Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum
kepustakaan, karena hanya dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka”.
5
Sumantoro, (1986), Hukum Ekonomi, cet. I, Jakarta; Universitas Indonesia Press. Hlm. 289-290.
6
Ibid.
7
Victor Fungkong, Op. Cit. Hlm. 2.
90 Yurispruden Volume 4, Nomor 1, Januari 2021, Halaman 83-101
ini, di dalam anggaran dasar selalu dapat arti sempit (daden van beheer) adalah
ditentukan perbuatan-perbuatan yang tindakan yang dilakukan sehari-hari dalam
diperkecualikan yang terlebih dahulu harus hubungannya dengan tujuan perseroan
disetujui oleh RUPS atau Dewan yang bersangkutan.
Komisaris dengan memperhatikan Sedangkan, perbuatan “kepemilikan”
ketentuan UUPT.8 Misalnya, menurut atau “penguasaan” adalah tindakan yang
Pasal 102 ayat (1) UUPT, Direksi wajib secara tidak langsung menyangkut bidang
meminta persetujuan RUPS untuk: (a) usaha yang menjadi tujuan dari
mengalihkan kekayaan Perseroan; atau (b) perseroan.10
menjadikan jaminan utang kekayaan Menurut Achmad Ichsan sebagaimana
Perseroan. dikutip oleh Yahya Harahap mengartikan
Menurut ajaran (doktrin), tindakan pengurusan (beheren) sebagai tugas atau
pengurusan atau manajemen suatu PT fungsi Direksi untuk melaksanakan
selalu dilakukan oleh suatu organ yang kekuasaan administrasi, sedangkan
dinamakan “direksi” atau “direktur”. beschikking diartikan sebagai tugas atau
Direktur, menurut Geoffrey Morse, fungsi Direksi untuk memelihara harta
mempunyai wewenang untuk mengurus kekayaan perseroan.11
perusahaan dan menjalankan semua Peran direksi terhadap perseroan sangat
kekuasaan perusahaan (the business of the besar, karena yang membuat perseroan
company shall be managed by the directors tetap eksis, berkembang, dan menjadi besar
who may exercise all the powers of the bukanlah RUPS atau komisaris, melainkan
company).9 direksi.
Tindakan menjalankan pengurusan Betapapun lengkap dan bagusnya
(dalam arti luas), menurut Rudhi Prasetya, keputusan RUPS, hal itu tidak ada artinya,
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) apabila Direksi tidak mampu
menjalankan pekerjaan pengurusan (daden menerapkannya dengan baik untuk
van beheer); dan (2) menjalankan kepentingan perseroan. Oleh karena begitu
pekerjaan “kepemilikan” atau “penguasa- besarnya peran Direksi, agar tidak terjadi
an” (daden van eigendom atau daden van penyalahgunaan kekuasaan, maka perlu
beschikking). Perbuatan pengurusan dalam
8
Rudhi Prasetya, Op. Cit. Hlm. 215.
9
Geoffrey Morse, (1987), Charlesworth’s Company Law, London; ELBS ed. Hlm. 373.
10
Rudhi Prasetya, Op. Cit. Hlm. 210-211.
11
M. Yahya Harahap, (2016), Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta; Sinar Grafika, Hlm. 346.
Abdul Rokhim, Tindakan Ultra Vires Direksi Dan Akibat Hukumnya... 91
diatur secara tegas mengenai kewajiban secara pribadi atas kerugian Perseroan
dan “hak-hak” Direksi.12 tersebut.
Terkait dengan kewajiban direksi, Di samping memiliki kewajiban,
secara garis besar ada dua macam Direksi juga mempunyai hak (baca:
kewajiban Direksi, yaitu: (1) kewajiban kewenangan), yaitu: (1) untuk dan atas
Direksi yang berkaitan dengan perseroan; nama perseroan mewakili perseroan baik di
dan (2) kewajiban Direksi yang berkaitan dalam maupun di luar pengadilan; (2)
dengan RUPS. Menurut ketentuan Pasal memberikan kuasa tertulis kepada seorang
100 ayat (1) UUPT, Direksi wajib: atau lebih karyawan perseroan atau orang
a. membuat daftar pemegang saham, lain untuk dan atas nama perseroan
daftar khusus, risalah RUPS, dan
melakukan tindakan hukum tertentu seperti
risalah rapat Direksi;
b. membuat laporan tahunan tertuang dalam surat kuasa tersebut; (3)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
mengajukan usul kepada Pengadilan
66 UUPT dan dokumen keuangan
Perseroan sebagaimana dimaksud Negeri agar perseroan dinyatakan pailit
dalam Undang-Undang tentang
setelah terlebih dahulu disetujui oleh
Dokumen Perusahaan; dan
c. memelihara seluruh daftar, risalah, RUPS; (4) hak untuk membela diri dalam
dan dokumen keuangan Perseroan
forum RUPS jika Direksi telah
sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b dan dokumen Perseroan diberhentikan untuk sementara waktu oleh
lainnya.
RUPS atau komisaris; dan (5) hak untuk
Selanjutnya, Pasal 101 ayat (1) UUPT
mendapatkan gaji, tantieme dan tunjangan-
menyebutkan bahwa anggota Direksi wajib
tunjangan lain sesuai dengan akta
melaporkan kepada Perseroan mengenai
pendirian atau anggaran dasar.
saham yang dimiliki anggota Direksi yang
Mengenai kewenangan Direksi untuk
bersangkutan dan/atau keluarganya dalam
mewakili perseroan, pasal 98 ayat (2)
Perseroan dan Perseroan lain untuk
UUPT menjelaskan, dalam hal anggota
selanjutnya dicatat dalam daftar khusus.
Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang,
Bagi anggota Direksi yang tidak
yang berwenang mewakili Perseroan
melaksanakan kewajiban sebagaimana
adalah setiap anggota Direksi, kecuali
dimaksud pada ayat (1) dan menimbulkan
ditentukan lain dalam anggaran dasar.
kerugian bagi Perseroan, maka menurut
Dengan demikian, UUPT menganut sistem
Pasal 101 ayat (2) bertanggung jawab
perwakilan kolegial. Artinya, masing-
masing anggota Direksi mempunyai
12
Anisitus Amanat, (1996), Pembahasan Undang-undang Perseroan Terbatas 1995 dan Penerapannya
dalam Akta Notaris, cet. I, Jakarta; RajaGrafindo Persada, Hlm. 128.
92 Yurispruden Volume 4, Nomor 1, Januari 2021, Halaman 83-101
13
Arifin Kadarisman, (20-21 Juni 1989), Direksi sebagai Pekerja pada Perseroan Terbatas, Makalah,
Jakarta; Konferensi tentang Direktur Perusahaan di Indonesia, Centre for Management Technology.
Hlm. 5-6.
14
Rudhi Prasetya, Op. Cit. Hlm. 26.
15
Direksi mewakili PT baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam melaksanakan tugas ini status
hukum direksi adalah sebagai penerima kuasa (lasthebber) dari PT. Dalam hubungan ini, berlaku
ketentuan Pasal 1792 s.d. 1799 KUHPerdata.
16
Ali Rido, (1986), Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi,
Yayasan, Wakaf, cet. IV, Bandung; Alumni, Hlm. 19.
17
Munir Fuadi, (2010), Doktrin-Doktrin dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum
Indonesia, Bandung; Citra Aditya Bakti. Hlm. 102.
Abdul Rokhim, Tindakan Ultra Vires Direksi Dan Akibat Hukumnya... 93
termasuk juga tindakan yang tidak rusan sebagaimana dimaksud dalam ayat
dilarang, tetapi melampaui kewenangan (1) sesuai dengan kebijakan yang
yang diberikan. Doktrin ultra vires dipandang tepat, dalam batas yang
memiliki basis teori keagenan atau teori ditentukan dalam Undang-Undang ini
pemberian kuasa. dan/atau anggaran dasar.
Konstruksi hubungan hukum terjadi Dengan demikian dapat disimpul-
antara pihak pemberi kuasa (principal) kan bahwa ultra vires itu adalah tindakan
pada satu sisi dan penerima kuasa (agent) Direksi di luar maksud dan tujuan serta
pada sisi lain. Dalam hal ini, Direksi selaku kegiatan usaha Perseroan yang ditentukan
organ perseroan merupakan agent dan dalam undang-undang (khususnya UUPT)
perseroan merupakan principal-nya. Agent dan Anggaran Dasar.
harus melakukan tindakan dalam batas- Parafrase “dalam batas yang ditentukan
batas kewenangan (intra vires) yang dalam Undang-Undang ini dan/atau
diberikan oleh principal sebagaimana yang Anggaran Dasar” tersirat adanya larangan
ditentukan dalam anggaran dasar untuk melakukan tindakan di luar batas
perseroan. Apabila Direksi bertindak di yang ditentukan dalam UUPT dan/atau
luar batas-batas kewenangannya maka Anggaran Dasar Perseroan, sehingga
organ perseroan tersebut dikategorikan Anggaran Dasar Perseroan merupakan
melakukan tindakan ultra vires. sumber sekaligus batas kewenangan yang
Secara eksplisit tidak ada pengaturan paling utama untuk mengukur terlam-
mengenai tindakan ultra vires Direksi pauinya kewenangan atau tidak.
dalam UUPT. Namun demikian, secara Batas tanggung jawab organ Perseroan
implisit tindakan ultra vires Direksi PT tercantum dalam beberapa sumber
dapat ditafsirkan secara a contrario kewenangan, yakni UU, Anggaran Dasar,
berdasarkan ketentuan Pasal 92 ayat (1) Putusan RUPS, dan Best Practises
dan (2) UUPT. (praktik-praktik yang dilakukan oleh organ
Pasal 92 ayat (1) UUPT menjelaskan perseroan, khususnya Direksi, untuk
bahwa Direksi menjalankan pengurusan kepentingan terbaik bagi perseroan).
Perseroan untuk kepentingan Perseroan Pasal 1 angka (5) UUPT menegaskan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan bahwa direksi adalah organ yang
Perseroan. Doktrin ultra vires dalam bertanggung jawab penuh terha-
UUPT dapat ditemukan dalam Pasal 92 dap kepengurusan sesuai dengan maksud
ayat (2) UUPT yang menjelaskan bahwa: dan tujuan dan
Direksi berwenang menjalankan pengu- berwenang mewakili perseroan, baik di
94 Yurispruden Volume 4, Nomor 1, Januari 2021, Halaman 83-101
dalam maupun diluar, sesuai dengan krieria di bawah ini: pertama, perbuatan
ketentuan Anggaran Dasar. Berdasar hukum direksi yang bersangkutan
ketentuan ini, maka direksi memiliki dua secara tegas-tegas dilarang oleh anggaran
fungsi yaitu fungsi manajemen ke dalam dasar perseroan. Kedua, dengan memper-
perseroan dan fungsi kedua representasi ke hatikan keadaan-keadaan khusus, maka
luar dengan pihak ketiga. Direksi dalam perbuatan hukum direksi yang bersang-
menjalankan kedua fungsi itu harus kutan tidak_dapat_dikatakan akan menunj
berpegang kepada maksud dan tujuan ang kegiatan-kegiatan yang disebut dalam
sebagai dasar bekerjanya persero- anggaran dasar perseroan. Ketiga, dengan
an. Direksi yang bertindak tidak seja- memperhatikan keadaan-keadaan khusus,
lan dengan maksud dan tujuan perseroan maka perbuatan direksi itu tidak dapat
dikategorisasikan telah melampaui batas diartikan sebagai menunjang kepada
kewenangan atau yang doktrin dikenal kepentingan persero-an.19 Dengan
sebagai tindakan ultra vires. demikian koridor yang dapat dipergunakan
Dalam hubungannya dengan perseroan direksi di dalam mencegah pelanggaran
(corporation), “ultra vires”, menurut ultra vires adalah dengan selalu berpegang
Henry Campbell Black, adalah suatu dan bertindak atas nama dan untuk
tindakan yang dilakukan tanpa kepentingan perseroan dalam batas-batas
kewenangan atau di luar ruang lingkup yang diizinkan oleh peraturan perundang-
kekuasaan yang ditentukan oleh statuta undangan, khususnya maksud dan tujuan
(anggaran dasar) atau peraturan anggaran dasar perseroan.
perundang-undangan di bidang perseroan Pasal 2 UUPT menegaskan bahwa
(an act performed without any authority to Perseroan harus mempunyai maksud dan
act on subject. Acts beyond the scope of the tujuan serta kegiatan usaha yang tidak
powers of a corporation, as difined by its bertentangan dengan ketentuan peraturan
charter or laws of state of incorporation).18 perundang-undangan, ketertiban umum,
Terdapat tiga kriteria untuk menentukan dan/atau kesusilaan. Maksud dan tujuan
bahwa tindakan direksi itu termasuk di luar serta kegiatan usaha tersebut, menurut
maksud dan tujuan perseroan atau tidak, Pasal 15 ayat (1) huruf b UUPT wajib
yaitu apabila terpenuhi salah satu atau dimuat dalam Anggaran Dasar dari
18
Henry Campbell Black, (1990), Black’s Law Dictionary, 6th ed., St. Paul – Minnesota; West Publishing
Co. Hlm. 1522.
19
Agus Riyanto, (___, Desember 2016), Ultra Vires dan Kewenangan Direksi, Diakses pada 19 Februari
2019, Dari Binus University Faculty of Humanity: http://business-law.binus.ac.id/2016/12/28/ultra-
vires-dan-kewenangan-direksi/.
Abdul Rokhim, Tindakan Ultra Vires Direksi Dan Akibat Hukumnya... 95
20
M. Yahya Harahap, Op. Cit. Hlm. 66.
21
David Foulkes, (1976), Introduction to Administrative Law, 4th ed., London; Butterworths. Hlm. 137-
151.
22
L.B. Curzon, (1993), Dictionary of Law, 4th ed., London; Pitman Publishing. Hlm. 392.
23
Hal ini sesuai dengan pendapat Geoffrey Morse, Op. Cit. Hlm. 338: “As a company has no physical
but only a legal existence, the management of its affair is entrusted to human intruments called
directors whose exact position in relation to the company . . . .”.
24
Fred B.G. Tumbuan, (dalam Victor Fungkong, Op. Cit. Hlm. 13), mengatakan bahwa suatu tindakan
yang secara tegas ditentukan dalam akte pendirian sebagai berada di luar maksud dan tujuan perseroan,
maka tindakan ini merupakan ultra vires.
96 Yurispruden Volume 4, Nomor 1, Januari 2021, Halaman 83-101
Ultra vires dapat terjadi karena Direksi a. Perseroan dapat menolak untuk
melakukan tindakan yang melampaui memenuhi kontrak atau transaksi
kekuasaan atau kewenangannya yang mengandung ultra vires;
sebagaimana diatur dalam anggaran dasar b. Meskipun pihak ketiga melakukan
Perseroan dengan cara mencari atau kontrak atau transaksi dengan itikat
memanfaatkan kesempatan untuk baik (good faith), hal itu belum
melakukan tindakan yang menguntungkan mencukupi, karena untuk melindungi
pribadi atau orang lain (vested interest), pihak ketiga atas kontrak atau
tetapi juga bisa terjadi karena kelalaian transaksi yang mengandung ultra
“menafsirkan” isi anggaran dasar dan vires, pihak ketiga itu harus melihat
Business Guideline Objective (BGO) secara konstruktif maksud dan tujuan
berupa kebijakan (policy) PT yang atau kapasitas Perseroan yang
berpedoman kepada anggaran dasar.25 tercantum dalam Anggaran Dasar.
Mengacu pada definisi tersebut di atas, Dengan demikian, suatu kontrak yang
doktrin ultra vires dihubungkan dengan dibuat oleh seorang direktur di luar ruang
Perseroan merupakan permasalahan yang lingkup kekuasaannya (ultra vires), maka
menyangkut dengan transaksi atau kontrak kontrak tersebut dinyatakan melanggar
yang dilakukan Direksi dengan pihak hukum (unlawful), dalam arti kontrak
ketiga. tersebut tidak mengikat perseroan, akan
Dalam Black’s Law Dictionary tetapi hanya mengikat direktur tersebut
disebutkan bahwa “By doctrine of ultra secara pribadi dengan pihak ketiga.
vires a contract made by a corporation Sehubungan dengan kontrak yang
beyond the scope of its corporate powers bersifat unlawful, lebih jauh Anderson dan
its unlawful”.26 Kumpf menyatakan: “…no act of a
Oleh karena itu, pada dasarnya kontrak corporation and no confeyance or transfer
atau transaksi yang mengandung ultra of real or personal property to or by a
vires adalah melanggar hukum (unlawful) corporation shall be invalid by reason of
atau batal (nullity), akibatnya:27 the fact that the corporation was without
capacity or power to do such an act or to
25
Rudi Agustian Hassim, (23 April 2018), Ultra Vires dan Intra Vires dalam Undang-Undang
Perseroan Terbatas Indonesia, Diakses pada tanggal 19 Februari 2019, Dari Rah Law Firm:
http://www.rahlawfirm.com/ultra-vires-dan-intra-vires/.
26
Henry Campbell Black, Loc. Cit.
27
M. Yahya Harahap, Op. Cit. Hlm. 66.
Abdul Rokhim, Tindakan Ultra Vires Direksi Dan Akibat Hukumnya... 97
28
Ronald A. Anderson dan Walter A. Kumpf, (1972), Business Law, 6th ed., Cincinnati, Ohio; South-
Western Publishing Co. Hlm. 712-713.
29
Victor Fungkong, Op. Cit. Hlm. 13. Perkataan “harus ditafsirkan secara sebagaimana adanya” harus
diartikan sebagaimana lazimnya kata-kata tersebut digunakan oleh setiap orang dalam mengurus
perseroan sesuai dengan maksud dan tujuannya dalam anggaran dasar, bukan semata-mata menurut
maksud dari para pendiri (promotors) perseroan.
98 Yurispruden Volume 4, Nomor 1, Januari 2021, Halaman 83-101
dilakukan tanpa persetujuan tertulis dari Dasar. Di luar itu, sudah berada di luar
salah seorang komisaris sebagaimana kapasitas perseroan. Oleh karena itu,
yang disyaratkan oleh Pasal 11 ayat (2) tindakan tersebut dikatagorikan
Anggaran Dasar tergugat I dan II, maka sebagai ultra vires dan batal karena hukum
oleh hakim hal itu dipandang sebagai (null and void; nietig van rechtswege).
tindakan yang bersifat ultra vires, karena Sehubungan dengan itu, sesuai dengan
tindakan itu sudah berada di luar batas doktrin ultra vires:31
kewenangannya. Oleh karena itu, tindakan a. Perseroan tidak dapat dituntut atas
tergugat III tersebut tidak sah (unlawful) kontrak atau transaksi yang ultra
dan tidak mengikat kepada tergugat I dan vires;
tergugat II sesuai dengan asas b. Perseroan juga tidak dapat
pertanggungjawaban terbatas (limited mengukuhkan dan
lialibity) yang melekat pada tergugat I dan melaksanakannya;
II sebagai badan hukum. Ini berarti, utang- c. Rapat Umum Pemegang Saham
utang yang dibuat oleh tergugat III (RUPS) tidak dapat mengesahkan
(Mediarto Prawiro) yang dilakukan tanpa atau menyetujui tindakan Direksi
persetujuan komisaris dari tergugat I dan yang mengandung ultra vires.
tergugat II sepenuhnya adalah tanggung Terkait dengan tanggung jawab Direksi
jawab pribadi tergugat III untuk dalam menjalankan tugas pengurusan
membayarnya kepada penggugat (PT Perseroan sesuai dengan maksud dan
Oesaha Sandang Batoenoenggal).30 tujuan Perseroan yang terdapat dalam Pasal
Dengan demikian, penerapan doktrin ultra 92 ayat (1) UUPT, Pasal 97 ayat (1), (2),
vires ini diharapkan dapat mencegah atau dan (3) UUPT menyebutkan:
menanggulangi terjadinya penyalahgunaan 1. Direksi bertanggung jawab atas
wewenang oleh direksi terhadap perseroan pengurusan Perseroan sebagaimana
dan atau pihak ketiga yang beritikad baik. dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).
Jadi, tindakan Direksi dibatasi oleh 2. Pengurusan sebagaimana dimaksud
tujuan Perseroan, kapasitas perseroan pada ayat (1), wajib dilaksanakan
mengadakan kontrak atau transaksi setiap anggota Direksi dengan itikad
maupun sebagai donasi hanya sebatas baik dan penuh tanggung jawab.
tujuan yang ditentukan dalam Anggaran
30
Lihat Putusan Mahkamah Agung R.I. No. 3264 K/Pdt/1992, tertanggal 28 Agustus 1996, termuat dalam
majalah Varia Peradilan, Th. XIV No. 160, Januari 1999, Hlm. 17-27.
31
Ibid. Hlm. 67
Abdul Rokhim, Tindakan Ultra Vires Direksi Dan Akibat Hukumnya... 99
32
Rochmat Soemitro, (1993), Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, cet. I, Bandung; Eresco.
Hlm. 47-48.
100 Yurispruden Volume 4, Nomor 1, Januari 2021, Halaman 83-101
Berdasarkan uraian di atas, maka pada a. Direksi menurut UUPT memiliki dua
prinsipnya segala tindakan Direksi yang kewenangan, yakni (1) melakukan
dilakukan secara sah, dalam arti sesuai tindakan pengurusan sehari-hari
dengan kewenangannya sesuai UU dan perusahaan menurut anggaran dasar dan
anggaran dasar perseroan, untuk dan atas peraturan perundang-perundangan; (2)
nama perseroan, bukan untuk kepentingan mewakili perseroan baik di dalam
pribadi, maka tindakan yang demikian itu maupun di luar pengadilan. Oleh karena
dikategorikan tindakan intra vires yang kedudukan Direksi sebagai wakil dari
secara hukum dikualifikasi sebagai PT, maka segala tindakan direksi
tindakan perseroan. sepanjang dilakukan dalam batas-batas
Oleh karena itu, segala konsekuensi kewenangan yang diberikan oleh
yuridis atas tindakan perseroan itu, baik undang-undang dan anggaran dasar PT
atau buruk, untung atau rugi, akan dipikul (intra vires) secara hukum dipandang
oleh perseroan. Dengan demikian, segala sebagai tindakan PT selaku badan
pertanggungjawaban yang timbul dari hukum.
perbuatan tersebut hanya dapat dibebankan b. Tindakan Direksi yang dilakukan di luar
kepada PT itu sendiri selaku badan hukum, kewenangan atau melampaui
terlepas dari tanggung jawab pribadi kewenangannya sebagaimana diatur
direksi yang melakukan perbuatan. dalam undang-undang dan anggaran
Hal ini sesuai dengan karakteristik PT dasar PT (ultra vires) secara hukum
yang kedudukannya mandiri dan tidak dapat dikualifikasi sebagai
pertanggung-jawabannya terbatas. tindakan perseroan selaku badan
Sebaliknya, tindakan direksi yang hukum. Akibatnya, tindakan tersebut
melampaui batas kewenangannya (ultra tidak mengikat perseroan sebagai badan
vires) baik menurut UU maupun anggaran hukum, dan oleh karena itu Direksi
dasar PT, maka akibat dari tindakan harus bertanggung jawab secara pribadi
tersebut secara hukum tidak mengikat PT dengan pihak ketiga.
selaku badan hukum. DAFTAR PUSTAKA
Dalam arti, sungguhpun hal itu Peraturan Perundang-undangan dan
Putusan Pengadilan
merupakan tindakan direksi, maka yang
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
harus bertanggungjawab atas tindakan tentang Perseroan Terbatas.
tersebut adalah Direksi secara pribadi, Putusan Mahkamah Agung R.I. No. 3264
bukan perseroan selaku badan hukum. K/Pdt/1992 tertanggal 28 Agustus
1996.
KESIMPULAN
Abdul Rokhim, Tindakan Ultra Vires Direksi Dan Akibat Hukumnya... 101