Naspub PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 19

The Effectiveness of Occupational Health and Safety Socialization Program

Concerning the Knowledge and Compliance to Use Personal Protective


Equipment (PPE) of PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Support Services

Efektifitas Sosialisasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap


Pengetahuan dan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
Petugas Pelayanan Pendukung di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta unit II
Fatih Zaenal Falah1, Maria Ulfa2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FKIK UMY

Abstact

This study was intended to determine the effectiveness of the socialization


of occupational health and safety program (K3) of knowledge and compliance to
use personal protective equipment (PPE) to support services workers in PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
This study was a experiment that is praexperiment with oe group pretest-
posttest design study with a treatment program socialization of health and safety
(K3). The population of this study were all service personnel supporting PKU
Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta Unit II, which amounted to 23
respondents. Collecting data using a questionnaire instrument for observation
with variable knowledge, as well as observation sheets for variable compliance.
Data analysis techniques mean (mean) and percentage, as well as the Wilcoxon
test to test for differences between pre-test and post-test.
Research results obtained the effective information dissemination of health
and safety program (K3) to the knowledge and obedience to use personal
protective equipment (PPE) to workers in hospital support services PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. There is an increase in knowledge of high
category before socialization into the category of very high after socialization. It
is powered with a mean value of 50.30 before socializing increased by 11.87 or
23.60%, to 62.17. In compliance variables are also much more submissive
attitude change, namely that at the time of pre-test percentage of adherent only
60.87%, while the percentage of adherent after socialization becomes 78.26%.
Thus evident that there is a socialization effectiveness of occupational health and
safety program (K3) to the knowledge and compliance of the use of personal
protective equipment (PPE) to workers in hospital support services PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

Keywords: effectiveness, socialization programs K3, knowledge, adherence

i
Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sosialisasi program kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) terhadap pengetahuan dan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri
(APD) pada petugas pelayanan pendukung di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit II.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan praekperimen dengan rancangan one
group pretest posttest dengan perlakuan sosialisasi program kesehatan dan keselamatan kerja
(K3). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh petugas pelayanan pendukung Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, yang berjumlah 23 responden. Pengambilan data
menggunakan observasi dengan instrumen kuisioner untuk variabel pengetahuan, serta lembar
observasi untuk variabel kepatuhan. Teknik analisis data mean (rerata) dan persentase, serta uji
Wilcoxon untuk menguji perbedaan antara pre test dan post test.
Hasil penelitian memperoleh ada efektivitas sosialisasi program kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) terhadap pengetahuan dan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada petugas
pelayanan pendukung di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Terdapat
peningkatan pengetahuan dari kategori tinggi sebelum sosialisasi menjadi kategori sangat tinggi
setelah sosialisasi. Hal ini didukung dengan nilai rerata sebesar 50,30 sebelum sosialisasi
meningkat sebesar 11,87 atau 23,60% menjadi 62,17. Pada variabel kepatuhan juga banyak
mengalami perubahan sikap semakin patuh, yaitu bahwa pada saat pre test persentase yang patuh
hanya 60,87%, sedangkan setelah sosialisasi persentase yang patuh menjadi 78,26%. Dari data
tersebut terlihat bahwa ini menjadi bukti nyata bahwa sosialisasi program kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) benar-benar efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan
petugas pelayanan pendukung di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta.

Kata kunci: efektivitas, sosialisasi program K3, pengetahuan, kepatuhan

2
Pendahuluan dengan proses produksi baik jasa maupun

Pelaksanaan keselamatan dan industri

kesehatan kerja merupakan salah satu Penelitian yang dilakukan oleh

bentuk upaya untuk menciptakan tempat Safety News Alert terhadap 290 orang

kerja yang aman, sehat dan bebas dari pekerja Safety Officer di Amerika mengenai

pencemaran lingkungan, sehingga dapat berbagai alasan pekerja yang tidak memakai

mengurangi dan atau bebas dari penyakit alat pelindung diri saat bekerja didapatkan

akibat kerja, yang pada akhirnya dapat hasil sebagai berikut: karena alat pelindung

meningkatkan efisiensi dan produktivitas diri tidak nyaman (30%), karyawan tidak

kerja. tahu bahwa harus menggunakan alat

Keselamatan dan kesehatan kerja pelindung diri (10%), karyawan merasa

difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan menggunakan alat pelindung diri hanya

upaya untuk menjamin keutuhan dan menghabiskan waktu (18%), karyawan

kesempurnaan baik jasmani maupun rohani merasa tidak akan celaka (8%), dan

tenaga kerja pada khususnya dan manusia karyawan lupa untuk menggunakan alat

pada umumnya, hasil karya dan budayanya pelindung diri (34%) (Himawari,2011).

menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa

Sedangkan pengertian secara keilmuan orang memiliki perilaku berdasarkan faktor

adalah suatu ilmu pengetahuan dan predisposisi yang salah mengenai faktor

penerapannya dalam usaha mencegah risiko pada pekerjaan mereka, karena setiap

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan pekerjaan pasti memiliki tingkat risikonya

penyakit akibat kerja. Keselamatan dan masing-masing.

kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan


3
menerus dapat meningkatkan kesadaran dan

Salah satu faktor yang menunjang wawasan mereka. Salah satu cara yang

Keselamatan dan Kesehatantan Kerja efektif adalah melalui pelatihan.

adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Peningkatan pengetahuan dan wawasan akan

Diri (APD), peralatan yang dirancang untuk menyadarkan tentang pentingnya

melindungi pekerja dari kecelakaan atau penggunaan Alat Pelindung Diri, sehingga

penyakit yang serius di tempat kerja, akibat efektif dan benar dalam penggunaannya.

kontak dengan potensi bahaya kimia, Berangkat dari masalah yang

radiologik, fisik, elektrik, mekanik atau dipaporkan di atas, peneliti merasa tertarik

potensi bahaya lainnya di tempat kerja. untuk mengetahui Efektifitas Sosialisasi

Selain penutup muka, kacamata pengaman, Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

topi keras dan sepatu keselamatan, Alat Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan

Pelindung Diri mencakup berbagai peralatan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

dan pakaian seperti kaca mata, baju Pada Petugas Pelayanan Pendukung di

pelindung, sarung tangan, rompi, tutup Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

telinga dan respirator Yogyakarta unit II

Kesadaran akan manfaat penggunaan

Alat Pelindung Diri perlu ditanamkan pada Bahan dan Cara

setiap tenaga kerja, karena perasaan tidak Penelitian ini adalah metode

nyaman (risih, panas, berat, terganggu) penelitian eksperimen yaitu dengan One

merupakan salah satu alasan mengapa group pre and posttest design. Setelah

seorang pekerja tidak menggunakan Alat dilakukan pengambilan data dengan cara

Pelindung Diri. Pembinaan yang terus kuesioner akan dilakukan

pengamatan/observasi untuk melihat tingkat


4
kepatuhan penggunaan Alat Pelindung diri pelayan pendukung RSU PKU

terhadap petugas pelayanan pendukung RSU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Instrumen yang dibutuhkan dalam

Subject Penelitian dalam penelitian melakukan penelitian ini adalah kuesioner,

ini adalah petugas pelayanan pendukung Surat izin dari Universitas Muhammadiyah

RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit Yogyakarta dan checklist observasi.

II. Peneliti mengambil total sampling


Penelitian ini di awali dengan
sampling atau sebanyak 23 sampel dari
menentukan tujuan dan judul penelitian
seluruh jumlah responden .
setelah itu peneliti mulai mengumpulkan
Kriteria inklusi pada penelitian ini
bahan dan landasan penelitian dan
yaitu Responden adalah seluruh Petugas
menyusun proposal penelitian Setelah
Pelayanan Pendukung (Loundry, Sanitasi,
proposal sudah siap, dilanjutkan dengan
Gizi, Pemeliharaan di Rumah Sakit PKU
presentasi proposal penelitian di depan
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
dosen pembimbing dan dosen penguji.
Bersedia menjadi responden.
Setelah Proposal disetujui, peneliti segera
Disamping itu Kriteria Ekslusi pada
mengurus perizinan. Pertama meminta izin
penelitian ini yaitu Responden yang tidak
ke Fakultas, PKU Yogyakarta Unit II,
mengikuti penelitian sampai selesai.
Setelah mendapar izin dari PKU
Variabel bebas pada penelitian ini
Yogyakarta Unit II, peneliti dapat memulai
adalah Pengetahuan program Kesehatan dan
penelitian dengan membagikan kuesioner
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS).
untuk mengukur tingkat pengetahuan
Variabel terikat pada penelitian ini adalah
penggunaan alat pelindung diri pada petugas
Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas
pelayanan pendukung. Sekaligus melakukan

5
observasi mengenai kepatuhan penggunaan kuisioner sebelum dilakukan sosialisasi

Alat Pelindung Diri yang dilakukan petugas program kesehatan dan keselamatan kerja

pelayanan pendukung di PKU (K3). Adapun hasilnya diperoleh nilai

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. maksimum = 65; nilai minimum = 43;

Obeservasi dilakukan dua kali yaitu pre test median = 50; modus = 49; mean = 50,30;

dan post test untuk masing-masing dan standar deviasi = 4,74. Agar deskripsi

responden. Setelah Observasi selesai, data lebih jelas, maka berikut akan

mengolah dan mengecek data kuisioner digambarkan dalam tabel distribusi

yang telah terkumpul. Setelah data sudah frekuensi pengetahuan penggunaan Alat

terkumpul kemudian masuk ke tahap Pelindung Diri (APD) pada saat Pre Test:

pengolahan atau menganalisis data dengan


Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi Pengetahuan
menggunakan program SPSS. Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) saat Pre Test

Hasil Penelitian

a. Pengetahuan Penggunaan APD No


Interval
Kategori Frekuensi Persentase
Skor
Data pengetahuan APD dalam 1 X < 26
Sangat
0 0.00%
Rendah
26 ≤ X <
penelitian ini diperoleh dari 4 pelayanan 2 Rendah 0 0.00%
34,67
34,67 ≤ X
3 Cukup 1 4.35%
< 43,34
pendukung di rumah sakit, yaitu 43,34 ≤ X
4 Tinggi 16 69.57%
< 52,01
Sangat
pemeliharaan, sanitasi, linen dan gizi, yaitu 5 X ≥ 52,01
Tinggi
6 26.09%
Jumlah 23 100.00%
sebanyak 23 responden yang semuanya Dari tabel di atas diperoleh sebanyak

dijadikan 1. 16 responden (69,57%) mempunyai

1) Pre Test pengetahuan tinggi, 6 responden (26,09%)

Data Pre Test adalah data pengetahuan mempunyai pengetahuan sangat tinggi, dan

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) 1 responden (4,35%) mempunyai

diperoleh dari jawaban responden dari pengetahuan cukup, serta tidak ada

6
responden yang mempunyai pengetahuan Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat
rendah ataupun sangat rendah. Frekuensi Post Test

terbanyak pada kategori tinggi, sehingga No Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
Sangat
1 X < 26
Rendah
0 0.00%
dapat disimpulkan bahwa pengetahuan 26 ≤ X <
2
34,67
Rendah 0 0.00%
34,67 ≤ X <
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) 3
43,34
Cukup 0 0.00%
43,34 ≤ X <
4
52,01
Tinggi 2 8.70%
pada petugas pelayanan pendukung di Sangat
5 X ≥ 52,01
Tinggi
21 91.30%
rumah sakit PKU Muhammadiyah Jumlah 23 100.00%
Dari tabel di atas diperoleh sebanyak 2
Yogyakarta Unit II sebagaian besar adalah
responden (8,70%) mempunyai pengetahuan
tinggi.
tinggi, dan 21 responden (91,30%)
2) Post Test
mempunyai pengetahuan sangat tinggi, serta
Data Post Test adalah data pengetahuan
tidak ada responden yang mempunyai
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pengetahuan cukup, rendah ataupun sangat
diperoleh dari jawaban responden dari
rendah. Frekuensi terbanyak pada kategori
kuisioner sesudah dilakukan sosialisasi
sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan
program kesehatan dan keselamatan kerja
bahwa pengetahuan penggunaan Alat
(K3). Adapun hasilnya diperoleh nilai
Pelindung Diri (APD) pada petugas
maksimum = 65; nilai minimum = 51;
pelayanan pendukung di rumah sakit PKU
median = 64; modus = 65; mean = 62,17;
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
dan standar deviasi = 4,09. Agar deskripsi
sebagaian besar adalah sangat tinggi.
data lebih jelas, maka berikut akan

digambarkan dalam tabel distribusi

frekuensi pengetahuan penggunaan Alat b. Kepatuhan APD


1) Pre Test
Pelindung Diri (APD) pada saat Post Test:

7
Data Pre Test merupakan data (39,13%) tidak patuh. Frekuensi terbanyak

kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri pada kategori patuh, sehingga dapat

(APD) diperoleh dari lembar observasi disimpulkan bahwa kepatuhan penggunaan

sebelum dilakukan sosialisasi program Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas

kesehatan dan keselamatan kerja (K3). pelayanan pendukung di rumah sakit PKU

Adapun hasilnya diperoleh nilai maksimum Muhammadiyah Yogyakarta Unit II pada

= 4; nilai minimum = 0; median = 3; modus saat Pre Test sebagaian besar adalah

= 3; mean = 2,48; dan standar deviasi = 1,16. berkategori patuh.

Selanjutnya untuk mengategorikan data,


2) Post Test
maka data dirubah dalam bentuk skor T.
Data Post Test merupakan data
Apabila nilai lebih besar dari rerata skor T
kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri
(≥ 50) maka dikategorikan patuh, dan
(APD) diperoleh dari lembar observasi
apabila lebih kecil dari 50 (<50)
sesudah dilakukan sosialisasi program
dikategorikan tidak patuh. Berikut tabel
kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
distribusi frekuensi kepatuhan penggunaan
Adapun hasilnya diperoleh nilai maksimum
Alat Pelindung Diri (APD) pada saat Pre
= 5; nilai minimum = 1; median = 4; modus
Test:
= 4; mean = 3,74; dan standar deviasi = 1,05.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Selanjutnya untuk mengategorikan data,


Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat
Pre Test maka data dirubah dalam bentuk skor T.
Interval
No Kategori Frekuensi Persentase
Skor
1 X ≥ 50 Patuh 14 60.87%
Apabila nilai lebih besar dari rerata skor T
Tidak
2 X < 50
Patuh 9 39.13% (≥ 50) maka dikategorikan patuh, dan
Jumlah 23 100.00%

Dari tabel di atas diperoleh sebanyak 14 apabila lebih kecil dari 50 (<50)

responden (60,87%) patuh, dan 9 responden dikategorikan tidak patuh. Berikut tabel

8
distribusi frekuensi kepatuhan penggunaan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Alat Pelindung Diri (APD) pada saat Post Yogyakarta Unit II

Test: Untuk mengetahui efektivitas

sosialisasi program kesehatan dan


Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kepatuhan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat keselamatan kerja (K3) terhadap
Post Test
No Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase pengetahuan dan kepatuhan penggunaan
1 X ≥ 50 Patuh 18 78.26%
2 X < 50
Tidak Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas
Patuh 5 21.74%
Jumlah 23 100.00%
pelayanan pendukung di rumah sakit PKU
Dari tabel di atas diperoleh sebanyak 18
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II,
responden (78,26%) patuh, dan 5 responden
dilakukan uji statistik uji beda dari kedua
(21,74%) tidak patuh. Frekuensi terbanyak
kelompok data. Uji beda dalam penelitian
pada kategori patuh, sehingga dapat
ini menggunakan Wilcoxon. Dalam uji ini
disimpulkan bahwa kepatuhan penggunaan
akan menguji Ho bahwa tidak terdapat
Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas
efektivitas sosialisasi program kesehatan dan
pelayanan pendukung di rumah sakit PKU
keselamatan kerja (K3) terhadap
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II pada
pengetahuan dan kepatuhan penggunaan
saat Post Test sebagaian besar adalah
Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas
berkategori patuh.
pelayanan pendukung di rumah sakit PKU

b. Efektivitas Sosialisasi Program Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Untuk

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) menerima atau menolak Ho, adalah dengan

terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan membandingkan nilai Sig yang diperoleh

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan 0,05. Apabila nilai Sig yang

pada Petugas Pelayanan Pendukung di diperoleh lebih besar dari 0,05 (Sig > 0,05)

9
maka Ho ditolak, dan sebaliknya Ha Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit II

diterima. Namun apabila nilai Sig lebih kecil Yogyakarta.

dari 0,05 (Sig < 0,05) maka Ha diterima dan

Ho ditolak. Berikut hasil uji Wilcoxon yang

diperoleh dari hasil penelitian:

Tabel 4.5. Hasil Uji Wilcoxon

Kelompok N Mean Z Sig

Pre Test
23 50,30
Pengetahuan -
0,000
Post Test 4,110
23 62,17
Pengetahuan
Pre Test Kepatuhan 23 2,48 -
0,000
Post Test Kepatuhan 23 3,74 3,672

Dari hasil tersebut dapat diketahui

bahwa nilai Z untuk variabel pengetahuan

sebesar -4,110 dengan nilai Signifikansi (Sig)

sebesar 0,000 dan nilai Z untuk variabel

kepatuhan sebesar -3,672 dengan nilai

Signifikansi (Sig) sebesar 0,000. Karena

harga Sig lebih kecil dari 0,05, maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Dari data tersebut

terlihat bahwa ini menjadi bukti nyata

bahwa sosialisasi program kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) benar-benar efektif

dalam meningkatkan pengetahuan dan

kepatuhan petugas pelayanan pendukung di

10
Diskusi dokter yang sudah pernah mendapatkan

Dari hasil penelitian mengenai informasi tentang hand hygiene. Sehingga

hubungn antara pengetahuan dengan seharusnya dokter memiliki tingkat

kepatuhan dokter dalam melakukan hand pengetahuan yang baik. Namun setelah

hygiene di RSUD Panembahan Senopati dilakukan penelitian dari 30 responden

Bantul di dapatkan data sebagai berikut hanya di dapatkan 8 orang (26,7%) yang

1. Pengetahuan hand hygiene dokter di memiliki tingkat pengetahuan yang baik.

RSUD Panembahan Senopati Bantul Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa

Tingkat pengetahuan tentang hand faktor diantaranya adalah tingkat

hygiene diukur dari kuesioner yang sudah penyerapan seseorang terhadap informasi.

diisi oleh responden. Kemudian dari data Dimana dalam penyerapan informasi,

tersebut diolah dan dikelompokan menjadi 3 dimulai dari kesadaran seseorang terhadap

kategori, yaitu Kurang, cukup dan baik. Dari datangnya stimulus (informasi/pengetahuan),

hasil pengelompokan nilai kuesioner, di adanya sebuah ketertarikan pada stimulus

dapatkan 60% dari responden memiliki yang datang, sehingga orang tersebut akan

pengetahuan yang cukup tentang hand menimbang-nimbang baik buruknya

hygiene. 26,7% dari responden memiliki informasi atau pengetahuan tersebut dan

pengetahuan yang baik tentang hand pada akhirnya akan mengaplikasikannya.

hygiene dan 13,3% dari responden memiliki Jika terdapat gangguan pada proses tersebut

pengetahuan yang kurang tentang hand bisa membuat pengetahuan yang sudah

hygiene. Angka ini sama dengan angka mereka dapat tidak berarti.

perilaku. ( Notoatmodjo,2003).

Dari seluruh dokter yang menjadi

responden dalam penelitian ini merupakan


11
Media pemberian informasi yang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

berbeda-beda dapat pula mempengaruhi yang ada.

penyerapan informasi. Terutama di bagian

menimbulkan ketertarikan. Ada golongan 2. Perilaku Hand hygiene dokter di RSUD

orang yang lebih menggunkan indra Panembahan Senopati Bantul

penglihatan dalam penyerapan pengetahuan, Tingkat perilaku hand hygiene diukur

adapula golongan orang yang lebih dari kuesioner yang sudah diisi oleh

menggunakan indra pendengaran dalam responden. Kemudian dari data tersebut

menyerap pengetahuan atau informasi. diolah dan di kelompokan menjadi 3

Pengelaman pribadi juga dapat kategori, yaitu kurang, cukup dan baik. Dari

mempengaruhi seseorang dalam menyerap hasil pengelompokan nilai kuesioner,

seuatuinformasi/pengetahuan yang datang. didapatkan 60% memiliki tingkat perilaku

Selain itu, daya ingat setiap orang yang cukup baik. 26,7% dari responden

berbeda. Ini memungkinkan seseorang yang atau sebanyak 8 dokter sudah berperilaku

sudah mendapatkan informasi/pengeahuan, baik, sedangkan 13,3 % dari responden

lupa terhadap materi dari memilik perilaku yang kurang baik dalam

informasi/pengetahuan tersebut. Faktor lain mencuci tangan, atau sebanyak 4 dokter.

yang memungkinkan kurangnya nilai Menurut teori Notoadmojo salah satu faktor

pengetahuan adalah ketidakseriusan yang mempengaruhi perilaku seseorang

responden dalam mengisi kuesioner. adalah pengetahuan. Teori ini terbukti,

Dimana peneliti menggunakan kuesioner sesuai dengan data, angka pengetahuan

isian yang membuat responden dengan perilaku sama. Sehingga dapat

membutuhkan waktu yang cukup lama dikatakan ada hubungan antara perilaku

12
sesorang dengan pengetahuan yang mereka kurang. Sedangkan 20% dari responden

miliki. memiliki tingkat kepatuhan yang cukup.

3. Kepatuhan Hand Hygiene dokter di Dan sangat disayangkan bahwa tidak

RSUD Panembahan Senopati Bantul didapatkan responden yang memiliki tingkat

Penilaian untuk tingkat kepatuhan kepatuhan yang baik.

dilakukan dengan cara observasi. Observasi Dalam hal ini peneliti memiliki

dilakukan disaat responden sedang bertugas. beberapa alasan mengapa responden

Ada 8 kriteria yang dinilai, yaitu moment- sebagian besar masuk dalam kategori kurang

moment dimana dokter melakukan hand patuh bahkan tidak ada satupun yang masuk

hygiene seperti Sebelum kontak pasien, dalam kategori baik. Alasan yang pertama

sebelum tindakan aseptik, setelah kontak responden pengetahuan responden tidak

pasien, setelah kontak cairan tubuh, setelah cukup baik tentang hand hygiene kapan saja

kontak lingkungan, sebelum/sesudah diharuskan melakukan hand hygiene,

memakai handscone, selain itu ada ketepatan langkah-langkah hand hygiene yang tepat

langkah hand hygiene dan waktu (durasi). sesuai WHO dan durasi melakukan hand

Selain itu penelti juga mencatat produk hygiene. Beberapa dari responden

yang digunakan untuk melakukan hand melakukan hand hygiene kurang dari durasi

hygiene. Pada tingkat kepatuhan, peneliti yang sudah ditentukan oleh WHO yaitu 20

membagi tingkat pengetahuan dalam 3 detik. Sebagian dari responden melakukan

kategori sesuai dengan criteria WHO. hand hygiene tidak sesuai langkah WHO.

Dari hasil observasi di dapatkan nilai Alasan kedua, responden lupa atau

yang tidak sesuai harapan. 80% dari sedang dalam situasi emergency sehingga

responden memiliki tingkat kepatuhan yang responden tidak melakukan hand hygiene.

13
Alasan lain yang mungkin berpengaruh nilai ini didasari oleh meningkatnya

adalah tingginya criteria kepatuhan pada pengetahuan dan kepatuhan penggunaan

checklist observasi. Terutama untuk Alat Pelindung Diri pada saat bekerja.

moment-moment responden harus


Perbedaan angka pengetahuan dan
melakukan hand hygiene. Contohnya pada
kepatuhan dengan cara melihat sebelum dan
moment ‘setelah kontak cairan
sesudah diberikan sosialisasi program
tubuh’,’setelah tindakan aseptik’,’sebelum
kesehatan dan keselamatan kerja terhadap
atau sesudah menggunakan handscone.
penggunaan Alat Pelindung Diri
Dimana tidak setiap responden yang
menunjukan nilai Z untuk variabel
diobservasi oleh peneliti sedang melakukan
pengetahuan sebesar -4,110 dengan nilai
tindakan aseptic, setelah kontak dengan
signifikansi 0,000 dan nilai Z untuk variabel
cairan tubuh pasien ataupun sedang
kepatuhan sebesar -3,672 dengan nilai
menggunakan handscone. Sehingga ini
signifikansi 0,000. Ternyata nilai
berpengaruh dengan penilaian.
signifikansi yang diperoleh dari masing-

masing variabel lebih kecil dari 0,05. Ini


Dari penelitian ini memperlihatkan
berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
antara saat pre test dengan saat post test.
sebelum sosialisasi program kesehatan dan
Adanya perbedaan saat pre test dan
keselamatan kerja terhadap penggunaan Alat
post test merupakan hasil dari proses
Pelindung Diri atau pre test dan sesudah
sosialisasi program kesehatan dan
sosialisasi program kesehatan dan
keselamatan kerja terhadap pengetahuan dan
keselamatan kerja terhadap penggunaan Alat
kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri
Pelindung Diri atau post test. Perubahan
yang diberikan secara sistematik, rinci dan

14
sederhana. Sehinga materi sosialisasi yang faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan

diberikan dapat diterima, dipahami dan salah satunya adalah pengetahuan

diserap dengan baik oleh petugas pelayanan merupakan hasil dari pengindraan terhadap

pendukung Rumah Sakit PKU suatu objek tertentu, pengetahuan atau

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. kognitif merupakan domain yang sangat

Keadaan tersebut membuat pengetahuan dan tinggi untuk terbentuknya tindakan

kepatuhan tentang penggunaan APD seseorang. Dari pengamatan dan penelitian

meningkat. terbukti kepatuhan yang didasarkan oleh

Hal ini sesuai dengan pendapat pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

Notoatmodjo (2011) bahwa pengetahuan kepatuhan yang tidak didasarkan oleh

mempunya enam tingtakatan salah satunya pengetahuan.

memahami (Comprehension) yaitu Dapat disimpulkan bahwa untuk

Memahami diartikan sebagai suatu meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan

kemampuan untuk menjelaskan secara benar penggunaan APD pada petugas pelayanan

tentang objek yang diketahui, dan dapat pendukung Rumah Sakit PKU

menginterpretasikan materi tersebut secara Muhammadiyah Yogyakarta Unit II untuk

benar. Orang yang telah paham terhadap mencegah terjadinya Penyakit akibat Kerja

objek atau materi harus dapat menjelaskan, dan kecelakaan akibat kerja yaitu dengan

menyebutkan contoh, menyimpulkan, cara melakukan pemberian sosialisasi atau

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek pelatihan. Sosialisasi yang diberikan adalah

yang dipelajari. Pengertian dan manfaat penggunaa Alat

Sementara untuk kepatuhan sesuai Pelindung Diri, Jenis-jenis Alat Pelindung

denagan pendapat Niven (2008) tentang Diri, cara penggunaan Alat Pelindung Diri

15
dan gambar-gambar Alat Pelindung Diri kapanpun dan dimanapun. Secara umum

Dengan menggunakan metode sosialisai terjadi peningkatan pengetahuan dan

dengan pemberian buku saku dan pamflet. kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri

Berdasarkan dari penelitian tersebut, pada saat setelah diberikanya sosialisasi

pemberian sosialisai dengan buku saku dan kesehatan dan keselamatan kerja terhadap

pamflet dapat meningkatkan pengetahuan pengetahuan dan kepatuhan penggunaan

dan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Alat Pelindung Diri di pengaruhi oleh

Diri responden secara signifikan, Dari hasil beberapa hal yang disebutkan diaatas.

penelitian juga diperoleh pengetahuan

tentang penggunaan Alat Pelindung Diri Kesimpulan

pada petugas pelayanan pendukung sangat Berdasarkan hasil penelitian efektivitas

tinggi, serta kepatuhan pada petugas sosialisasi program kesehatan dan

pelayanan pendukung juga secara garis keselamatan kerja (K3) terhadap

besar sangat tinggi. Maka resiko terjadi pengetahuan dan kepatuhan penggunaan alat

kecelakaan kerja di Rumah Sakit PKU pelindung diri (APD) pada petugas

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sangat pelayanan pendukung di rumah sakit PKU

kecil. Hal ini dikarenakan kepatuhan Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

penggunaan Alat Pelindung Diri berbanding didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

terbalik dengan tingkat kecelakaan kerja,


1. Ada efektivitas sosialisasi program
tingkat keberhasilan dari semua ini adalah
kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
suatu informasi dapat dipengaruhi oleh
terhadap pengetahuan dan kepatuhan
metode yang tepat, media informasi yang
penggunaan alat pelindung diri (APD)
dikemas secara menarik dan mudah dibaca
pada petugas pelayanan pendukung di

16
rumah sakit PKU Muhammadiyah dapat diajukan sebagai bahan pertimbangan,

Yogyakarta Unit II. yaitu:

2. Sosialisasi program kesehatan dan


1. Saran bagi petugas pelayanan
keselamatan kerja (K3) efektif dalam
pendukung
meningkatkan pengetahuan dan
Bagi petugas pelayanan pendukung
kepatuhan petugas pelayanan
harus tetap mempertahankan
pendukung di Rumah Sakit PKU
pengetahuanya tentang kepatuhan
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II,
menggunakan Alat Pelindung Diri,
dengan peningkatan rerata pengetahuan
sehingga diharapkan dapat lebih
sebesar 11,87 atau 23,60% dari saat pre
mengerti akan pentingnya penggunaan
test, sedangkan pada variabel kepatuhan
Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit
terdapat peningkatan rerata sebesar 1,26
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit
atau sebesar 50,8%. Kategori yang
II.
diperoleh juga meningkat, untuk
2. Saran pihak Rumah Sakit
pengetahuan dari sebagian besar
Bagi pihak Rumah Sakit PKU
berkategori tinggi menjadi sangat tinggi,
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II,
dan untuk kepatuhan dari saat pre test
harus memberikan penghargaan berupa
sebagian besar sudah patuh namun
apapun bagi seluruh pegawai medis,
setelah post test persentase yang patuh
non medis maupun penunjang Rumah
bertambah.
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Saran
Unit II, sehingga para pekerja lebih
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
semngat dan lebih patuh untuk
didapatkan terdapat beberapa saran yang

17
menggunakan Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri. Dan juga dapat

ketika bekerja. melakuakn ditempatpenelitian yang

3. Saran bagi Institusi pendidikan lebih luas lagitidak harus pada satu

Bagi Institusi pendidikan agar lebih tempat saja , namun dapat dibeberapa

banyak memberikanpengenal teori dan tempat.

prakik dalam hal pengetahuan

penggunaan Alat Pelindung Diri.

Sehingga siswa atau sisiwi, terbiasa

menggunakanya agar terhindar dan

meminimalisasi terjadinya kecelakaan

kerja, ataupun tertularnya penyakit

akibat tidak menggunakan Alat

Pelindung diri.

4. Saran bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya hendaknya

dapat melakukan penelitian yang

berkaitan dengan masalah yang sama

dengan metode atau desain yang

berbeda. Sehingga diharapkan dapat

menindak lanjuti dari kondisi yang

sudah ada untukdapat memberikan

solusi yang lebih baik mengenai

peningkatkan pengetahuan penggunaan

18
Daftar Pustaka Niven. (2008). Psikologi Kesehatan:
Pengantar Untuk Perawat Dan
Anies. (2005). PenyakitAkibat Kerja. Jakarta: Profesional .Jakarta : EGC.
Elex Media Komputindo.
Anita, D. A. (2004). Penatalaksanaan Kasus Notoatmodjo. (2003). Perilaku Pendidikan
HIV / AIDS dikamar bersalin. Bandung: dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Bagian Obsetri dan Ginekologi Rumah Sakit Cipta.
Perjan Hasan Sadikin. Notoatmodjo. (2007). Perilaku Pendidikan
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta : Cipta.
Graha Ilmu.

Arikunto, S. (2000). Manajemen Penelitian,


Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta

Buchari, (2007), Manajemen Kesehatan


Kerja dan Alat Pelindung Diri, USU
Repository,
available:http://library,usu,ac.id/download/ft
07002748 pdf tgl
5 Juli 2014.

Budiono, S. J. (2003). Bunga Rampai


HIPERKES&KK. Cetakan I. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Dipogoro.
Churchill, Gilbert A, Jr, (2005), Dasar-
dasar Riset Pemasaran, Terjemahan oleh:
Dwi Kartini Yahya, Edisi Keempat Jilid 1
dan 2, Erlangga, Jakarta.

Depkes, RI. (2006). Pedoman Manajemen K3


di Rumah Sakit. Jakarta.

Khon W., Collins., (2003) Guidelinnes for


Infection Control In Dental Health – Care:
from URL http://www.cdc.gov/mmwr/pdf.
diakses april 23,2012

Mangkunegara. (2002). Manajemen Sumber


Daya Manusia. Jakarta: Jurnal Vol. V.

19

You might also like