Pembuatan Dan Karakterisasi Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.)
Pembuatan Dan Karakterisasi Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.)
Pembuatan Dan Karakterisasi Ekstrak Kering Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.)
net/publication/286937725
CITATIONS READS
0 29,780
3 authors, including:
Harrizul Rivai
Universitas Andalas
137 PUBLICATIONS 90 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Endophytic fungi derived from West Sumatran Mangrove Plants as Source of anticancer and antimicrobial compounds View project
Pengembangan dan Validasi Metode Analisis Sefiksim dengan Metode Absorbansi dan Metode Luas Daerah di Bawah Kurva secara Spektrofotometri Ultraviolet View project
All content following this page was uploaded by Harrizul Rivai on 16 December 2015.
ABSTRACT
A study about production and characterization of dried guava leaf extract with the addition of lactose as drying
agents has been performed. Dried extract characterization result are: powder, brown color, characteristic odor and
taste like plant and somewhat bitter taste. Dry extract was made by adding lactose in ratio of extracts:lactose 2:1; 1:1,
and 2 : 3 and the best extract was in ratio 2:1. Levels of water-solube compound the extract 2:1 was 83.90% ±
1.49%, levels of ethanol. Soluble compounds 13.01% ± 0.11%, total flavonoid content of 1.17% ± 0.01%, loss on
drying 1.52% ± 0.07%, apparent specific gravity 0.60 g/mL and specific gravity of incompressible 0.78 g/mL, total
ash content of 1.174% ± 0.006% and acid insoluble ash content of 0.946% ± 0.036%
120
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013
Sain Farmasi dan Farmakologi
121
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013
Sain Farmasi dan Farmakologi
dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua 2. Bobot jenis Mampat (Ben, 2008)
maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan penguap Sebanyak 30 gram serbuk dimasukkan ke dalam gelas
vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen ukur (dituang tanpa guncangan) dan permukaan atas
yang diperoleh ditimbang dan dicatat (BPOM, 2004). serbuk diratakan dan volumenya dapat dibaca (V0).
Dengan demikian bobot jenis nyata (tuang) dapat
2. Pembuatan Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
ditentukan. Alat tap volumeter (gelas ukur yang telah
Ekstrak kental yang telah didapat, keringkan dengan
dituang serbuk) dijalankan dan dibuat ketukan
menambahkan laktosa:
sebanyak 1250 kali atau 50 menit (50 menit x 25
a Setengah bagian dari berat ekstrak (2:1)
ketukan), dimana dapat diatur ketukan permenit dan
b. Sama banyak dengan berat ekstrak (1:1)
dibaca volume serbuk (A), kemudian dilakukan
c. Satu setengah dari berat ekstrak (2:3)
pengetukan kedua kalinya sebanyak 1250 kali dan
Kemudian digerus sampai homogen. Pada serbuk
dibaca volume serbuk (B). Apabila selisih pembacaan
kering ini tambahkan pelarut heksan ± 300 mL untuk
kedua (B) dengan (A) tidak melebihi dari 2 cm3 maka
tiap 100 g ekstrak, kemudian diaduk sempurna
A adalah volume mampat (Vt), jika tidak maka
beberapa kali selama 2 jam, biarkan mengendap dan
ketukan diulang seperti diatas sampai didapat volume
enaptuangkan cairan, lalu campurkan sisa dengan
yang tetap seperti diatas sampai didapat volume yang
heksan lagi 300 mL aduk sempurna dan pisahkan
tetap seperti persyaratan. Setelah diperoleh volume
kelebihan heksan, ulangi pencucian sekali lagi dengan
mampat yang memenuhi syarat tersebut maka dengan
heksan, sisanya baru keringkan pada suhu ± 700C,
demikian bobot jenis mampat dapat dihitung dengan
Timbang serbuk, kemudian tentukan karakterisasi dan
rumus:
kadar zat aktifnya (Martin et al, 1961). Berat serbuk
�� =
Volume setelah dimampatkan
5. Karakterisasi Ekstrak kering Daun Jambu Biji
Faktor Hausner dan Kompresibilitas dapat dihitung
1. Parameter Non Spesifik dengan rumus:
ρ
� ℎ � =
ρ y
a. Susut Pengeringan
Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 g ρ mampat − ρ nyata
sampai 2 g dalam botol timbang dangkal tertutup � � �� = X %
ρ mampat
yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC
selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, c. Kadar abu total
ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan Lebih kurang 2 sampai 3 gram ekstrak yang telah
menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan digerus dan ditimbang seksama, dimasukkan kedalam
setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. Kemudian krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, ratakan.
dimasukkan ke dalam ruang pengering, buka Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,
tutupnya, keringkan pada suhu 1050C hingga bobot
dinginkan, timbang. Jika cara ini arang tidak dapat
tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol
dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator dihilangkan tambahkan air panas, saring melalui
sehingga suhu kamar. Kemudian keringkan kembali kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas dan
pada suhu penetapan hingga bobot tetap dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat
dinyatakan dalam % bobot per bobot (Depkes RI, ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap,
2000). timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara. Dinyatakan dalam %b/b.
122
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013
Sain Farmasi dan Farmakologi
d. Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam d. Penetapan Kadar Flavonoid Total (BPOM, 2004;
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total, Depkes RI, 2008)
didihkan dengan 25 mL asam sulfat encer P selama 5
menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam 1. Pereaksi
asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas Larutan HMT: Larutan heksametilentetramin 0,5%
saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan b/b
hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang Larutan asam asetat glacial 5% v/v dalam metanol
tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah P
dikeringkan di udara. Larutan aluminium klorida: Larutan aluminium
klorida 2% dalam larutan asetat glasial P
2. Parameter Spesifik 2. Larutan uji
Sebanyak 3000 mg ekstrak kering daun jambu biji
a. Organoleptik dimasukkan ke dalam labu alas bulat, ditambah
Parameter Organoleptik diukur Menggunakan panca dengan 1 mL larutan HMT, 20 ml aseton P dan 2 mL
indera untuk mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan larutan HCl, dihidrolisis dengan cara direfluks selama
rasa (Depkes RI, 2000). Caranya: 30 menit. Saring menggunakan kapas, filtrat
1. Bentuk (penglihatan); sampel diletakkan di atas dimasukkan kedalam labu tentukur 100 mL. residu di
dasar yang bewarna putih, dilihat bentuk/rupa dan refluk kembali dengan 20 mL aseton P selama 30
warna. menit, disaring dan filtrat dicampur ke dalam labu
2. Bau (penciuman); ambil sedikit ekstrak masukan tentukur 100 mL ditambah aseton sampai tanda. Pipet
dalam lumpang, gerus, dan dicium baunya. 20 mL filtrat dimasukkan kedalam corong pisah,
3. Rasa; ambil sedikit sampel diletakkan pada lidah ditambah 20 mL air dan diekstraksi 3 kali, tiap kali
dan dikecap-kecap selama 10-50 detik kemudian menggunakan 15 mL etil asetat P. Masukkan fase etil
cuplikan dikeluarkan dari mulut dan penguji asetat ke dalam labu tentukur 50 mL tambahkan etil
berkumur-kumur dengan air. asetat sampai tanda.
b. Kadar Senyawa yang larut dalam air
3. Enceran larutan uji
Sejumlah 5,0 gram ekstrak dimaserasi selama 24 jam
Larutan uji dipipet sebanyak 10 mL, kedalam labu
dengan 100 mL air kloroform LP menggunakan labu
tentukur 25 mL, tambahkan larutan asam asetat
bersumbat sambil berkali-kali dikocok selam 6 jam
glasial 5% v/v dalam metanol sampai tanda.
pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.
Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam
4. Larutan uji dengan larutan aluminium klorida
cawan dangkal berdasarkan rata yang telah di tara,
Larutan uji dipipet sebanyak 10 mL kedalam labu
panaskan residu pada suhu 1050C hingga bobot tetap.
tentukur 25 mL, ditambah dengan 1 mL larutan
Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam
aluminium klorida dan larutan asam asetat glasial 5%
air, hitung terhadap bobot ekstrak awal. Dinyatakan
v/v dalam metanol P sampai tanda.
dalam % bobot per volume.
c. Kadar senyawa yang larut dalam etanol 5. Larutan pembanding tanpa larutan aluminium
Sejumlah 5,0 gram ekstrak dimaserasi selama 24 jam klorida
dengan 100 mL etanol (95%), menggunakan labu Larutan pembanding flavonoid kuersetin 0,1 % dalam
bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam etil asetat P. buat pengenceran hingga diperoleh
dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat serapan larutan uji.
dengan menghindarkan penguapan etanol, kemudian
uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan 6. Larutan pembanding dengan larutan aluminium
dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan Klorida
residu pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Hitung Sebanyak 10 mL larutan pembanding ditambah 1 mL
kadar dalam persen senyawa terlarut dalam etanol larutan aluminium klorida ditambah 25 mL asam
(95%), dihitung terhadap ekstrak awal. Dinyatakan asetat glasial 5% v/v dalam metanol sampai tanda.
dalam % bobot /volume
7. Pengukuran
Pengukuran dilakukan 30 menit setelah penambahan
larutan aluminium klorida menggunakan
123
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013
Sain Farmasi dan Farmakologi
spektrofotometer pada panjang gelombang 425 nm c. Hasil Pembuatan Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
dengan pembanding kuersetin.
No. Jenis Ekstrak Ekstrak
ekstrak kental kering
Hasilnya dihitung dengan cara sebagai berikut:
1. 2:1 70,7626 g 36,1150 g
%kadar flavonoid 2. 1:1 81,3260 g 82,8579 g
3. 2:3 67,0536 g 126,0557 g
u − bu
= , 5
− � � d. Hasil Karakterisasi Non-Spesifik Ekstrak Kering
Daun Jambu Biji
% = kadar flavonoid total dihitung sebagai flavonoid N Parameter yang Jenis Ekstrak
pembanding yaitu kuersetin o diuji 2:1 1: 1 2:3
Cp = Konsentrasi larutan pembanding
1. Susut pengeringan 1,515± 0,573± 0,5724 ±
Au = Serapan larutan uji dengan larutan aluminium
ekstrak (% b/b) 0,0663 0,1096 0,0023
klorida
2. Bobot jenis
Abu = Serapan larutan uji tanpa larutan aluminium
a. Bobot jenis nyata 0,6006 0,8361 0,6001
klorida
g/mL
Ap = Serapan larutan pembanding dengan larutan
b. Bobot jenis 0,7974 1,0040 0,9680
aluminium klorida
mampat g/mL
c. Faktor Hausner 1,3285 1,249 1,6130
Abp = Serapan larutan pembanding dengan larutan
d. Kompesibilitas(%) 24,664 20,035 36,0061
aluminium klorida
3. Kadar abu total 1,173± 0,3932± 0,0057±
1,25 = Faktor Konstanta
ekstrak (%) 0,0056 0,1699 0,0024
4. Kadar abu tidak larut 0,946± 0,036 ± 0,0094 ±
HASIL DAN PEMBAHASAN
asam ekstrak (%) 0,0363 0,0299 0,0003
Hasil
e. Hasil Karakterisasi Spesifik Ekstrak Kering
a. Hasil Karakterisasi simplisia daun jambu biji Daun Jambu Biji
124
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013
Sain Farmasi dan Farmakologi
Pembahasan 2. Kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam
simplisia
a. Pengambilan Sampel Penentuan kadar abu bertujuan untuk
menggambarkan jumlah kandungan logam dalam
Sampel yang digunakan adalah daun jambu biji segar tanaman, sementara abu tak larut asam menunjukkan
(Psidium guajava L.) yang diambil di jalan Merak, adanya silikat. Baik logam maupun silikat berasal
Kelurahan Surau Gadang, Kecamatan Siteba dari tanah dan air yang dihisap oleh jaringan tanaman.
Nanggalo, Padang, Sumatera Barat. Sampel diambil
di belakang pekarangan rumah yang memiliki cukup 3. Kadar sari larut dalam air dan kadar sari larut
terpapar sinar matahari sehingga daun jambu biji etanol
cukup baik dan sempurna proses fotosintesanya. Penentuan kadar sari larut dalam air dan penetapan
kadar sari larut etanol bertujuan untuk menunjukkan
b. Hasil Determinasi Tanaman Jambu Biji jumlah bahan-bahan yang dapat di sari oleh air
Berdasarkan surat hasil determinasi yang telah maupun etanol. Bahan-bahan yang larut dalam air
dilakukan uji identifikasi di Herbarium Andalas terdiri dari karbohidrat, garam garam dan sebagian
(ANDA), Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, vitamin-vitamin serta sebagian bahan-bahan organik.
jurusan Biologi, fakultas Matematika dan Ilmu Penentuan kadar sari tersebut sangat penting, karena
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang, dapat memberikan gambaran mengenai besarnya
Sumatera Barat. Sampel yang digunakan dalam bahan-bahan terlarut dan merupakan bagian yang
penelitian ini adalah Psidium guajava L (family dimanfaatkan sebagai bahan obat
Mirtaceae). Dari hasil identifikasi jambu biji ternyata
tanaman jambu biji ini sesuai dengan yang tertera e. Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji
pada monografi Psidium gujava (Depkes RI, 1997). Ekstrak dibuat dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 95%, pembuatan ekstrak dilakukan
c. Penyiapan Simplisia sebanyak 3 kali dengan jumlah yang sama dan
Setelah daun jambu biji diambil dilakukan pencucian perlakuan yang berbeda serta waktu yang berbeda,
dengan air mengalir. Hal ini berfungsi untuk dilakukan secara terpisah agar proses penyarian
menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada senyawa aktif didalam nya tersari secara sempurna.
sampel selama proses pemanenan sampai proses
penyortiran. Daun jambu biji segar sebanyak 5 kg f. Pembuatan Ekstrak Kering dari Ekstrak Kental
setelah dikering-anginkan selama ± 10 hari dan Daun Jambu Biji
diperoleh daun jambu biji kering sebanyak 1,47 kg. Ekstrak kental yang didapat dikeringkan dengan
Ini artinya jumlah air dan senyawa lain yang hilang penambahan laktosa masing-masing sebagian dari
dalam proses pengeringan ini sebanyak ± 29,4% berat ekstrak, sama benyak dengan berat ekstrak dan
kemudian di buat serbuk kasar. satu setengah dari berat ekstrak. Hal ini bertujuan
untuk membandingkan karakter setiap ekstrak dan
d. Karakterisasi Simplisia Daun Jambu Biji melihat karakter ekstrak yang paling baik pada proses
ini.
1. Susut pengeringan
Susut pengeringan diperoleh 9,3334 % ± 0,1902% ini g. Karakterisasi Ekstrak Kering Daun Jambu Biji
artinya kadar air yang terkandung < 10%. Proses
pengeringan simplisia bertujuan untuk menurunkan 1. Penentuan parameter non-spesifik
kadar air yang terkandung sehingga simplisia tersebut
tidak mudah ditumbuhi kapang dan jamur sehingga a. Susut pengeringan
dapat digunakan pada jangka waktu yang lama. Susut Penentuan susut pengeringan bertujuan untuk
pengeringan juga bertujuan untuk menentuan kadar memberikan batasan minimal (rentang) tentang
air, dapat juga untuk menentukan jumlah zat lain besarnya senyawa yang hilang pada proses
yang mudah menguap pada ekstrak. Daun jambu biji pengeringan.. Nilai susut pengeringan dalam hal
mengandung sedikit minyak atsiri sehingga susut khusus identik dengan kadar air yang berarti kadar air
pengeringan sama dengan kadar air, berarti kadar air <10 % maka sediaan dikatakan kering dan tidak
memenuhi standar parameter simplisia. dibutuhkan pengawet lagi untuk menghindari
pencemaran mikroorganisme.
125
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013
Sain Farmasi dan Farmakologi
126
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 5, No. 1, 2013
Sain Farmasi dan Farmakologi
DAFTAR PUSTAKA
127