Pengaruh Pajanan Radiasi Sinar-X Dari Radiografi Panoramik Terhadap PH Saliva

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Nungky, et al, judul Pengaruh Pajanan Radiasi Sinar-X dari Radiografi Panoramik terhadap pH Saliva

Pengaruh Pajanan Radiasi Sinar-X dari Radiografi Panoramik


terhadap pH Saliva
(The Effects of Panoramic Dental X-Ray Radiation Exposure on
Salivary pH)
Nungky Tias Susanti, Swasthi Prasetyarini, Amandia Dewi Permana Shita
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember
Jalan Kalimantan No. 37, Jember 68121
e-mail: [email protected]

Abstract

Background: Panoramic radiograph is a dental radiodiagnosis which is often used to


assist in establishing diagnosis and determining treatment plans using low dose x-ray
radiation exposure.The basic working principle of panoramic radiograph is using ionizing
radiation which causes ionization reactions on the affected objects. Radiation area in
patients undergoing panoramic radiograph involves salivary glands, thus it generates
certain impacts in the quality and quantity of saliva produced. Aim: To analyze the
effects of panoramic dental x-ray radiation exposure on salivary pH. Research Method:
This study used quasi experimental research method with pre and post test only control
group design. Eight people were chosen as samples based on inclusion and exclusion
criteria. Saliva testing was performed to the chosen samples pre and post panoramic
dental x-ray radiation exposure. The research data were measured using paired t-test
statistical analysis. Result: There was significant difference on salivary pH pre and post
panoramic dental x-ray radiation exposure (p<0,05). Conclusion: Panoramic dental x-
ray exposure can decrease salivary pH.

Keywords: Panoramic radiograph, Salivary pH

Abstrak

Latar Belakang: Radiografi panoramik merupakan dental radiodiagnosis yang sering


digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa dan menentukan rencana perawatan
dengan menggunakan pajanan radiasi sinar-x dosis rendah. Prinsip dasar kerja radiografi
panoramik menggunakan radiasi pengion yang dapat menyebabkan reaksi ionisasi pada
objek yang dikenainya. Area radiasi pada pasien yang melakukan radiografi panoramik
melibatkan kelenjar saliva, sehingga dapat berdampak pada kuantitas maupun kualitas
saliva yang dihasilkan.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pajanan radiasi sinar-x dari
radiografi panoramik terhadap pH saliva. Metode Penelitian: Penelitian ini
menggunakan metode penelitian quasi eksperimental dengan pre and post test only
control group design.Sampel sebanyak 8 orang dipilih berdasarkan kriteria inklusi
maupun eksklusi. Sampel yang telah terpilih kemudian dilakukan pengambilan saliva
sebelum dan setelah dipajan radiasi sinar-x dari radiografi panoramik. Data hasil
penelitian dilakukan uji statistik parametrik paired t-test. Hasil: Terdapat perbedaan yang
signifikan pada pH saliva antara sebelum dan setelah pajanan radiasi sinar-x dari
radiografi panoramik (p<0,05). Kesimpulan: Pajanan radiasi sinar-x dari radiografi
panoramik dapat menurunkan pH saliva.

Kata Kunci: radiografi panoramik, pH saliva

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4 (no.2), Mei, 2016 352


Nungky, et al, judul Pengaruh Pajanan Radiasi Sinar-X dari Radiografi Panoramik terhadap pH Saliva

Pendahuluan asini di kelenjar saliva [6]. Pajanan radiasi akan


mengakibatkan terjadinya reaksi ionisasi
Radiologi merupakan cabang ilmu sehingga menyebabkan terbentuknya senyawa
kedokteran yang menggunakan energi pengion kimia yang disebut radikal bebas. Radikal bebas
dan bentuk-bentuk energi lainnya (non pengion) memiliki sifat yang sangat reaktif sehingga dapat
dalam bidang diagnostik dan terapi, yang menyebabkan kerusakan DNA hingga terjadi
meliputi energi pengion yang dihasilkan oleh apoptosis sel [7]. Apoptosis sel-sel asini dapat
generator dan bahan radioaktif seperti sinar- mengakibatkan penurunan kuantitas maupun
x.Kedokteran gigi sendiri mempunyai cabang kualitas saliva seperti penurunan pH, kapasitas
ilmu radiologi yang biasa dikenal dengan dental buffering, viskositas, dan lain sebagainya [8].
radiology yang memegang peranan penting Pengaruh besar kecilnya efek samping
dalam menegakkan diagnosis, merencanakan atau komplikasi yang didapat selama mendapat
perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan pajanan radiasi sinar-x dipengaruhi oleh
dimana salah satu tipe yang sering digunakan beberapa faktor, salah satunya adalah besarnya
yaitu radiografi panoramik [1]. dosis radiasi. Dosis rendah dari radiasi sinar-x
Radiografi panoramik akan yang sering digunakan berada dalam rentang
memperlihatkan daerah mandibula dan maksila 0,1-10 mSv. Penelitian yang dilakukan oleh
yang lebih luas dalam satu film dan salah satu Saputra (2012) terlihat adanya peningkatan
indikasinya yaitu untuk mengetahui keadaan gigi apoptosis dan nekrosis pada sel akibat
atau benih gigi pada rencana perawatan peningkatan dosis radiasi sinar-x yang dimulai
ortodontik. Perawatan ortodontik dilakukan dari dosis 0,8 mSv, 0,16 mSv, dan 0,24 mSv [9].
sedini mungkin dalam periode geligi campuran Pada penelitian sebelumnya oleh
untuk memperbaiki adanya kelainan dentofasial Desitarina (2015), dimana didapatkan
sebelum gigi permanen erupsi semua, diagnosis penurunan volume dan pH saliva pada pasien
dibuat sedini mungkin yaitu pada usia 7-8 tahun kanker kepala dan leher yang telah menjalani
[2]. Dental radiology menggunakan sumber radioterapi hingga dosis total 16 Gy (Gray).
energi sinar-x dalam radiasinya. Penurunan pH saliva akibat radioterapi
Radiasi merupakan pelepasan energi diakibatkan apoptosis sel-sel asini yang terjadi
menembus ruang atau substansi dalam bentuk baik secara direct atau indirect. Dosis rendah
gelombang elektromagnetik atau partikel [3]. maupun tinggi akibat radiasi sinar-x dapat
Radiasi yang ditimbulkan dari tindakan medis menyebabkan apoptosis pada sel. Penurunan
misalnya radiasi sinar-x. Di bidang kedokteran volume saliva akan menyebabkan kepekatan
gigi khususnya, radiasi sinar-x terutama saliva meningkat sehingga pH saliva akan
digunakan untuk tujuan dental radiodiagnosis, menjadi lebih rendah. Keadaan tersebut
sedangkan untuk tujuan radioterapi sering mempercepat proses demineralisasi enamel gigi
digunakan untuk pengobatan kanker kepala dan yang selanjutnya dapat menyebabkan karies
leher [4]. gigi [10]. Secara teori dikatakan bahwa saliva
Radiografi dental untuk tujuan dapat mempengaruhi proses terbentuknya
diagnostik yang salah satunya menggunakan karies melalui berbagai cara, salah satunya
radiografi panoramik merupakan bentuk yaitu aliran saliva dalam rongga mulut dapat
penggunaan sinar-x dalam bidang medis, yang menurunkan akumulasi plak pada permukaan
dalam pelaksanaannya berkaitan dengan gigi serta dapat membantu pembersihan
adanya radiasi pengion sinar-x dengan kategori karbohidrat dari rongga mulut. Apabila aliran
dosis rendah. Dosis yang sangat rendah akibat saliva menurun maka terjadi ketidakseimbangan
pajanan radiasi radiografi panoramik bukan dalam proses self cleansing sehingga
berarti tidak menimbulkan efek sama sekali memudahkan bakteri untuk bermetabolisme dan
terhadap sel dan jaringan hidup yang terpajan terjadi peningkatan akumulasi plak [11].
[5]. Pada uraian latar belakang tersebut,
Radiasi pengion akibat pajanan radiasi maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih
radiografi panoramik dapat menyebabkan reaksi lanjut mengenai pengaruh pajanan radiasi sinar-
ionisasi pada objek yang dikenainya.Radiografi x dari radiografi panoramik yang digunakan
panoramik melibatkan kelenjar saliva dalam untuk radiodiagnosis terhadap pH saliva.
area radiasinya, sehingga radiasi pada daerah
tersebut mengakibatkan gangguan pada sel-sel

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4 (no.2), Mei, 2016 353


Nungky, et al, judul Pengaruh Pajanan Radiasi Sinar-X dari Radiografi Panoramik terhadap pH Saliva

Metode Penelitian saliva hingga angka yang bergerak menjadi


stabil.
Jenis penelitian yang digunakan ialah
penelitian quasi eksperimental dengan Data hasil penelitian yang telah
rancangan pre and post test only control group dikumpulkan kemudian ditabulasi dan diuji
design. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium normalitas Kolmogorov-Smirnov serta uji
Klinik Parahita Diagnostic Center Jember pada homogenitas Levene. Apabila data terdistribusi
bulanSeptember – Oktober 2015. secara normal dan homogen dapat dilanjutkan
Pada peneltian ini alat-alat yang dengan uji parametrik paired t-test.
digunakan antara lain Alat Rontgen merk
Texpano dari Tokyo, pH meter digital (Hanna
type 108), spittoon (pot penampung saliva), Hasil Penelitian
stopwatch, alat dokumentasi. Sedangkan
Hasil penelitian pengaruh pajanan radiasi sinar-
bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini
x dari radiografi panoramik terhadap pH saliva
adalah saliva, larutan buffer pH 7. Penelitian ini
ditampilkan pada Tabel 1 dibawah ini.
sudah disetujui dengan adanya ethical
clearance dari komisi etik Fakultas Kedokteran
Tabel 1.Rata-rata pH Saliva
Gigi Universitas Gadjah Mada.
Kriteria sampel pada penelitian ini
±SD
adalah pasien yang pertama kali melakukan foto
radiografi panoramik dan sudah terdaftar pH saliva sebelum
menjalani perawatan ortodontik di Klinik 7,8075±0,4443
radiasi
Ortodontik Rumah Sakit Gigi dan Mulut pH saliva setelah
Universitas Jember, tidak memiliki penyakit radiasi 7,7438±0,4281
sistemik, tidak mengkonsumsi obat-obatan yang
dapat mempengaruhi volume saliva, dan Penurunan pH saliva
bersedia mengisi informed consent. sebelum dan setelah
0,0638±0,0354
Teknik pengambilan sampel yang radiasi
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan Keterangan : = rata rata
cara memilih sampel diantara populasi sesuai SD = standart deviasi
dengan kriteria yang dikehendaki peneliti,
sehingga sampel tersebut dapat mewakili Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pH
karakteristik populasi. Sampel berjumlah 8 saliva setelah dilakukan radiasi sinar-x dari
orang yang menerima 2 kali pengukuran (pre radiografi panoramik menunjukkan hasil yang
dan post perlakuan). lebih rendah dibandingkan pH saliva sebelum
Pertama-tama pasien yang sesuai radiasi. Hal tersebut berarti telah terjadi
kriteria inklusi mengisi informed consent. penurunan pH saliva setelah ada pajanan
Setelah itu sampel yang telah terpilih tersebut radiasi sinar-x dari radiografi panoramik. Data
dilakukan pengambilan saliva sebelum dan yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji
setelah dilakukan pajanan radiasi sinar-x dari normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov
radiografi panoramik. Pengambilan saliva untuk mengetahui apakah pada masing-masing
dengan carapasien diminta untuk duduk dengan kelompok terdistribusi normal.
nyaman, kepala menunduk, membiarkan saliva
tergenang dalam mulutnya tanpa ditelan
kemudian meludahkan saliva yang terkumpul di
dalam mulut kedalam penampung saliva setiap
60 detik selama 5 menit (spitting method) [12].
Selanjutnya dilakukan tahap pengukuran pH
saliva. pHmeter digital dikalibrasi terlebih dahulu
dengan cara mencuci sensor elektrode di bawah
air yang mengalir kemudian dikeringkan,
selanjutnya pH meter dicelupkan pada larutan
buffer pH 7. Setelah proses kalibrasi, pH meter
digital tersebut dicelupkan ke dalam saliva
hingga sensor elektrode tercelup ke dalam

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4 (no.2), Mei, 2016 354


Nungky, et al, judul Pengaruh Pajanan Radiasi Sinar-X dari Radiografi Panoramik terhadap pH Saliva

Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov digunakan di Klinik Parahita Diagnostic Center


menunjukkan nilai signifikasi yang diperoleh Jember. Dosis radiografi panoramik yang
sebesar 0,982 dan 0,983 (lebih besar dari 0,05) digunakan sama dengan 1/100.000 dosis yang
sehingga dapat disimpulkan bahwa data digunakan untuk radioterapi.
masing-masing kelompok sudah terdistribusi Berdasarkan dari uji t terdapat
normal. Kemudian dilanjutkan uji homogenitas perbedaan yang bermakna dari penurunan pH
menggunakan uji Levene untuk mengetahui saliva pada sebelum dan setelah dipajan radiasi
apakah setiap varian kelompok populasi sinar-x dari radiografi panoramik. Penurunan pH
penelitian ini sama atau homogen. saliva merupakan salah satu efek negatif yang
Hasil uji homogenitas menunjukkan nilai dapat dialami oleh pasien radiografi panoramik.
0,854 (lebih besar dari 0,05) sehingga dapat Hal tersebut disebabkan area radiasi yang
disimpulkan bahwa hasil data tersebut adalah melibatkan beberapa kelenjar saliva baik mayor
homogen dan telah memenuhi syarat untuk uji maupun minor. Kelenjar saliva yang paling
statistik parametrik. Selanjutnya untuk besar terkena dampak dari radiasi adalah
mengetahui ada tidaknya perbedaan pH saliva kelenjar parotis (terdiri dari sel asini serus) dan
pada pasien sebelum dan setelah dipajan kelenjar submandibularis (terdiri dari sel asini
radiasi sinar-x dari radiografi panoramik maka serus dan mukus). Hal ini disebabkan sel-sel
dilakukan uji parametrik paired t-test. asini serus bersifat lebih radiosensitif
dibandingkan sel-sel asini mukus [15]. Sel-sel
Tabel 2. Hasil Paired t-test pH saliva
asini serus disebut radiosensitif karena sel
sebelum dan setelah radiografi
tersebut memiliki kandungan air yang lebih
panoramik.
tinggi dibanding sel-sel asini mukus, dimana
molekul air yang terkandung pada sel asini
Parameter Sig. tersebut sangat reaktif terhadap ionisasi.
Radiasi ionisasi ini menyebabkan molekul air
pH pra – pH pasca 0,001* (H2O) terionisasi atau disosiasi menjadi radikal
bebas hidrogen (H•) dan radikal bebas hidroksil
(*) signifikasi < 0,05
(OH•) [16]. Radikal bebas adalah molekul yang
Uji paired t-testt ersebut menunjukkan
memiliki satu atau lebih elektron yang tidak
nilai signifikasi data lebih kecil dari 0,05.
berpasangan sehingga menjadikan molekul ini
Sehingga dapat diketahui terdapat perbedaan
sangat reaktif [17].
yang bermakna antara pH sebelum dan setelah
Efek radiasi akibat radikal bebas
dilakukan pajanan radiasi sinar-x dari radiografi
merupakan efek radiasi secara tak langsung
panoramik.
yang mengakibatkan radiasi berinteraksi dengan
atom atau molekul air disekitar DNA. Molekul air
Pembahasan
yang berinteraksi dengan radiasi pengion akan
Radiografi panoramik akan memberikan menghasilkan radikal bebas yang sangat reaktif.
hasil berupa gambaran seluruh jaringan gigi Radikal bebas ini mengakibatkan pita DNA
yang ditemukan dalam satu film dengan tunggal/ganda (single/double strand brake)
penggunaan dosis radiasi yang relatif kecil [13]. rusak, perubahan cross-linkage dan perubahan
Besar kecilnya efek samping atau komplikasi basa yang menyebabkan kematian sel secara
yang didapat selama pasien menjalani radiografi terprogram atau apoptosis [7].
panoramik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, Semakin banyak kandungan air dalam
salah satunya adalah dosis radiasi. suatu sel maka semakin banyak radikal bebas
Dosis yang sangat rendah akibat yang bereaksi satu sama lain. Selain itu, radiasi
paparan radiasi radiografi panoramik bukan ionisasi juga menyebabkan pembentukan
berarti tidak menimbulkan efek sama sekali senyawa hidrogen peroksida yang berbahaya
terhadap sel dan jaringan hidup yang terpapar bagi tubuh.
[5]. Efek radiasi dapat berupa efek stokastik Pajanan radiasi sinar-x mengeluarkan
(efek jangka panjang/kronis) dan efek energinya berupa elektron bebas pada
determinastik (efek jangka pendek/akut) [14]. komponen seluler seperti air (H2O) dan
Pada penelitian ini peneliti mengalami proses pembentukan radikal bebas.
menggunakan dosis sebesar 4,2 mSv = Sebenarnya banyak radikal bebas dalam tubuh
0,000042 Gy. Dosis tersebut didapat dari alat tetapi karena energinya melepaskan ke H 2O,
rontgen merk Texpano dari Tokyo yang
sehingga elektron bebas dari radiasi lebih reaktif

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4 (no.2), Mei, 2016 355


Nungky, et al, judul Pengaruh Pajanan Radiasi Sinar-X dari Radiografi Panoramik terhadap pH Saliva

terhadap radikal bebas senyawa superoksida juga mempengaruhi sekresi saliva yaitu usia
(O2-). Superoksida mempunyai 2 lengan yang pasien [23]. Pertambahan usia mempengaruhi
produksi dan komposisi saliva yang dihasilkan.
tidak stabil dan lengan yang tidak stabil ini Hal tersebut dikarenakan bertambahnya usia
cenderung mengikat unsur H yang sudah menyebabkan atropi pada kelenjar saliva
terpapar elektron dari radiasi sehingga terbentuk sehingga laju aliran (flow rate) saliva yang
H2O2 (Hidrogen peroksida). O yang dihasilkan menjadi lebih rendah. Usia
ditinggalkan H menjadi reaktif dan tidak stabil menentukan dosis radiasi yang digunakan pada
karena mempunyai 2 lengan yang tidak radiografi panoramik sehingga peneliti memilih
berikatan (-O-) sehingga terbentuk kembali usia pra pubertas yaitu 8-9 tahun. Hal ini
senyawa superoksida yang termasuk radikal disebabkan pada usia tersebut sistem hormonal
bebas dalam tubuh juga [18]. belum berkembang sedangkan perubahan
Hidrogen peroksida ini merupakan hormonal juga berperan dalam sekresi saliva
oksidan yang kuat dan dapat mengoksidasi [24]. Selain itu, salah satu indikasi radiografi
berbagai senyawa yang terdapat dalam sel [17]. panoramik yaitu untuk mengetahui keadaan gigi
Kadar hidrogen peroksida yang terlalu tinggi atau benih gigi pada rencana perawatan
dapat merusak senyawa antioksidan dalam ortodontik dan diagnosis tersebut biasanya
tubuh, seperti enzim katalase, superoksida dilakukan pada anak usia 7-9 tahun [2].
dismutase dan glutathion peroksidase [19]. Berdasarkan penelitian yang telah
Enzim-enzim tersebut merupakan senyawa dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
antioksidan alami yang dihasilkan dalam tubuh pajanan radiasi sinar-x dari radiografi panoramik
yang berfungsi untuk mencegah kerusakan sel menyebabkan penurunan pH saliva.
akibat sifat reaktif pada radikal bebas [16].
Selain itu, kadar hidrogen peroksida Simpulan dan Saran
yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan Berdasarkan hasil penelitian pengaruh
peroksidasi polyunsaturated fatty acid (PUFA) pajanan radiasi sinar-x dari radiografi panoramik
pada membran sel sehingga dapat terhadap pH saliva dapat ditarik kesimpulan
menimbulkan kerusakan dan kematian sel. yaitu bahwa pajanan radiasi sinar-x dari
Kerusakan sel-sel asini akibat radikal bebas radiografi panoramik mempengaruhi pH saliva,
seperti penjelasan di atas merupakan kerusakan yaitu terjadi penurunan pH saliva setelah dipajan
secara tidak langsung. Kerusakan sel asini ini radiasi sinar-x dosis rendah dari radiografi
menyebabkan penurunan laju aliran saliva, panoramik.
sehingga mengakibatkan perubahan pada Saran yang dapat diberikan dalam
kuantitas maupun kualitas saliva.Perubahan penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian
secara kuantitatif saliva berupa penurunan lebih lanjut mengenai efek samping radiografi
volume saliva. Selain itu, terjadi pula perubahan panoramik dalam hal kualitas saliva lainnya
kualitatif yaitu penurunan pH saliva, penurunan seperti kapasitas buffering dan viskositas saliva
viskositas saliva menjadi lebih kental dan dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
lengket [20]. mengenai lama waktu recovery pH saliva
Berdasarkan uraian diatas, pasien yang setelah pajanan radiasi sinar-x dari radiografi
melakukan radiografi panoramik mengalami panoramik. Selain itu, diharapkan dapat menjadi
kerusakan pada sel asini serus sehingga pertimbangan bagi dokter dan dokter gigi dalam
produksi saliva yang dihasilkan lebih kental dan melakukan diagnosis atau pengobatan dengan
berakibat pada penurunan laju aliran menggunakan radiasi sinar-x.
saliva.Penurunan laju aliran saliva ini berakibat
pula pada penurunan ion bikarbonat pada saliva Daftar Pustaka
[21]. Menurunnya ion bikarbonat, fosfat, serta
protein-protein yang terkandung dalam saliva [1] Sarianoferni, dan Arya, B.2006. Proteksi
tersebut menyebabkan derajat keasaman (pH) Radiasi di Bidang Kedokteran Gigi. Dent.
pada saliva menurun. Kurangnya konsentrasi J. Ked. Gigi. Vol. 1 (1): 54-7.
bikarbonat saliva menyebabkan saliva memiliki
konsentrasi garam (natrium, klorida, kalsium, [2] Whaites, E. 2007. Essentialsof Dental
dan magnesium) lebih tinggi sehingga derajat Radiografi.fourth edition. Churchill
keasaman saliva menjadi lebih rendah dari Livingstone: Elsevier. Hal: 1-465.
normal [22].
Selain dosis radiasi, faktor lain yang

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4 (no.2), Mei, 2016 356


Nungky, et al, judul Pengaruh Pajanan Radiasi Sinar-X dari Radiografi Panoramik terhadap pH Saliva

[3] Frommer, H. H., dan Stabulas, J. J. 2005. [12] Humairo, I., dan Apriasari, M. L. 2014.
Radiology for The Dental Professional. Studi Deskripsi Laju Aliran Saliva Pada
eight edition. Washington: Elsevier Mosby. Pasien Diabetes Melitus di RSUD Ulin
Hal 2-117. Banjarmasin.J. PDGI. Vol. 63 (1): 8-13.
[4] Hendrata, J. H. 2003. Efek Radioterapi
Kanker Kepala dan Leher Terhadap [13 Droge, W. 2002. Free radicals in the
Jaringan Dalam Mulut. Meditek.Vol. 11 physiologycal control of cell function.
(29): 29-35. Physiol Rev. 82 Hal: 47-95.

[5] Wall, Kendall, Edwards, Bouffler, [14] Iannucci, J. M., dan Howerton, L. J. 2006.
Muirhead, dan Meara. 2006. What are the Dental Radiography : Principles and
risks from medical X-rays and other low Techniques. third edition. Philadhelpia:
dose radiation ?. Br.J.Radiol. Vol. 79: 285- Saunders Elsevier. Hal: 1-544.
294. [15] Gregoire, V., De Neve, W., Eisbruch, A.,
Lee, N., Van den Weyngaert, D., dan Van
[6] Whaites, E. 2002. Essentials of Dental Gestel, D. 2007, Intensity-modulated
Radiography and Radiology. third Radiation Therapy for Head and Neck
edition.Churchill Livingstone: Elsevier. Hal: Carcinoma. Oncol. Vol 12 (5): 55–64.
32-40.
[16] Winarsi, W. 2007. Antioksidan Alami dan
[7] Susworo, R. 2007. Dasar-Dasar Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
Radioterapi dan Tata Laksana Radioterapi
Penyakit Kanker. Jakarta: Universitas [17] Halliwell dan Gutteridge, J. M. C. 2000.
Indonesia. Hal: 1-78. Free Radical in Biology and Medicine.
Newyork: Oxford University Press.
[8] Rodian, M. 2011. Efek Mengunyah
Permen Karet yang Mengandung [18] Droge, W. 2002. Free radicals in the
Sukrosa, Xylitol, Probiotik terhadap physiologycal control of cell function.
Karakteristik Saliva. Dent J. Dentika. Vol. Physiol Rev. 82 Hal: 47-95.
16 (1): 44-48. [19] Richtsmesmeir, W. J. 2001. Tumor
[9] Saputra, D., Astuti, E. R., dan Budhy, T. I. biology and immunology of head and neck
2012. Apoptosis dan Nekrosis Sel Mukosa cancer. In: Bailey BJ ed, Head and Neck
Rongga Mulut Akibat Radiasi Sinar-X Surgery-Otolaryngology. Philadelphia:
Dental Radiografik Konvensional. Lippincott co. Hal: 1211-1223.
Radiology Dent J. Vol. 3 (1): 36-40. [20] Vissink, Jansma, Spijkervet, Burlage, dan
[10] Desitarina, A. S. 2015. Pengaruh Coppes. 2003. Oral Sequelae of Head and
Radioterapi pada Pasien Kanker Area Neck Radiotheraphy. Crit. Rev. Oral Biol.
Kepala dan Leher Terhadap Perubahan Med. Vol 14(3): 199-212.
Volume Dan pH Saliva. Tidak diterbitkan. [21] Andrews, N., dan Griffiths, C. 2001. Dental
Skripsi. Jember: Universitas Jember. Complications of Head and Neck
Radiotherapy: Part 1. Australian Dental J.
[11] Kidd, E. A. M., dan Joyston-Bechal, S. Vol. 46(2): 88-94.
1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta: EGC. Hal: [22] Sauer, J. R. 2000. Salivary gland in ixodid
66-77. ticks: control and mechanism of secretion.
J. of Insect Physiologi. Vol. 46 (3): 1069-
1078.
[23] Marasabessy, F. A. 2013. “Hubungan
Volume dan pH Saliva pada Lansia”.
Tidak diterbitkan. Skripsi. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
[24] Almeida, Gregio, Machado, Lima, dan
Azevedo. 2008. Saliva Composition and
Functions: A Comprehensive Review. J.
Contemp. Dent. Pract. Vol 9 (3 ): 2-8.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 4 (no.2), Mei, 2016 357

You might also like