Gojek Research

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Jurnal Studi Pemuda

Volume 8 Nomor 1 tahun 2019


http://doi.org/10.22146/studipemudaugm.45240

Gojek dan Kerja Digital : Kerentanan dan Ilusi Kesejahteraan


yang Dialami Oleh Mitra Pengemudi Dalam Kerja
Berbasis Platform Digital
Anggalih Bayu Muh. Kamim, M. Rusmul Khandiq
Departemen Politik dan Pemerintahan dan Departemen Ilmu Komunikasi
FISIPOL UGM
[email protected] | [email protected]

ABSTRACT

This study will examine digital work relations that occur between driver partners with PT. Gojek
Indonesia which happened because of business management based on digital platforms in the form
of applications. The use of this platform has caused a change to existing work relations, especially in
terms of existing contracts and wage systems. Gojek as a platform-based business is in great demand
by the younger generation of workers because it’s working hour’s flexibility, higher wages, and bonuses
offered. However, in fact, there are many workers’ rights that are not fulfilled by Gojek to their driv-
ing partners. By using data collection methods in the form of documentation studies and data analy-
sis carried out through the stages of reduction, presentation, verification, and conclusion, it was found
that Gojek partners experienced vulnerabilities due to the use of a partner system that eliminated
some workers’ rights such as social security, overtime salaries, absence of severance pay, and partner
relations patterns that were more subordinated. In addition, the welfare promised, in the end, is only
an illusion because partners must experience exploitation in the form of unreasonable hours of work,
incompatibility with income as promised, and business relationship gaps.

KEYWORDS Platform | Digital Work | Vulnerability | Gojek

PENDAHULUAN

Kajian ini akan mendalami mengenai pemenuhan kesejahteraan bagi mitra penge-
hubungan kerja digital yang terjadi antara mi- mudi. Pengkajian terhadap relasi kerja digital
tra pengemudi dengan PT. Gojek Indonesia se- yang muncul dalam pengelolaan usaha Gojek
bagai konsekuensi dari pengeloaan usaha ber- perlu dilakukan untuk memastikan bahwa mitra
dasarkan platform aplikasi. Penggunaan ap- pengemudi benar-benar mendapatkan pemenu-
likasi dalam mengukur kinerja mitra pengemudi han kesejahteraan yang layak. Apalagi peker-
dan pemberian “upah” berdasar penilaian kon- jaan untuk menjadi pengendara ojek daring mu-
sumen menyebabkan relasi kerja yang berbeda lai digeluti angkatan kerja muda.
dibandingkan pekerja konvensional –sistem Gojek menjadi primadona bagi angkatan
upah maupun pekerja kontrak dengan beban kerja terutama di kalangan muda. Berdasarkan
kerja tertentu. Sistem aplikasi yang mengger- riset yang dilakukan oleh Pusat Kajian Komuni-
akkan kinerja mitra pengemudi perlu dipelajari kasi Universitas Indonesia bekerjasama dengan
lebih lanjut untuk memahami relasi kerja digi- PT. Gojek Indonesia (2017) ditemukan bahwa
tal yang muncul, sehingga dapat digali mengenai pasca menjadi mitra Gojek, 83% dari pengemudi
Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda 59
Anggalih Bayu Muh. Kamim, M. Rusmul Khandiq

yang disurvei merasa kualitas kehidupannya Suhartoyo et al. 2018); dan belum adanya reg-
naik, 53% merasa tahu memanfaatkan fasilitas ulasi yang mengatur tentang usaha dan moda
asuransi, dan 77% mitra pengemudi mengaku transportasi daring (Wahyusetyawati 2017). Stu-
mendapatkan pendapatan di atas rata-rata Upah di-studi ini lebih melihat bahwa kerentanan
Minimum Provinsi. yang dialami mitra pengemudi terjadi disebab-
kan belum adanya regulasi yang dapat menjelas-
Riset lain yang dilakukan oleh Lembaga
kan relasi kerja antara mitra pengemudi dengan
Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univer-
perusahaan aplikasi. Namun, tanpa mendalami
sitas Indonesia pada tahun 2018 di 9 lokasi sur-
terlebih dahulu bagaimana hubungan kerja yang
vei menunjukan bahwa 77% mitra pengemudi
telah muncul dari operasional Gojek yang ber-
berusia 20-39 tahun. Penelitian ini juga mene-
pengaruh pada pemenuhan kesejahteraan mitra
mukan bahwa 15% mitra pengemudi merupakan
pengemudi.
lulusan Perguruan Tinggi/Sekolah Tinggi dan
83% mitra pengemudi memiliki tingkat pendi- Studi lain juga melihat bahwa konflik an-
dikan SMP-SMA sederajat. Riset tersebut meny- tara perusahaan Gojek dengan mitra terjadi dise-
impulkan bahwa 87% pengemudi Gojek puas babkan usaha oknum pengemudi untuk menge-
dengan pendapatan yang mereka dapat sebagai labui penggunaan aplikasi dalam penilaian kerja
mitra Gojek (Wisana et al. 2018). Akan tetapi, dengan berbagai cara seperti akun palsu, order
enam hari setelah dirilisnya riset tersebut mun- fiktif, dan berbagai modifikasi piranti lain yang
cul demonstrasi mitra pengemudi Gojek untuk berujung pada ketegasan operator dalam men-
memperbaiki tarif per kilometer yang dianggap egakan aturan usaha, sehingga perilaku oknum
terlalu murah. Tentu kondisi mengenai peng- ini justru merugikan upaya advokasi pemenu-
gambaran oleh Gojek mengenai kesejahteraan han perbaikan hubungan kerja mitra pengemudi
mitra pengemudi yang mayoritas terdiri dari an- secara keseluruhan (Awaliah 2017; Hidayat and
gkatan kerja muda tidak sesuai dengan realitas Handoyo 2016; Pranoto 2017). Sayangnya stu-
(Heychael 2018). di-studi ini tidak menggali terlebih dahulu men-
genai relasi kerja digital yang muncul akibat dari
Beberapa studi mencoba mendalami konf-
pengelolaan usaha berbasis platform aplikasi
lik yang muncul akibat ketidakjelasan penga-
yang berpengaruh pada pemenuhan kesejahter-
turan relasi kerja perusahaan aplikasi dan mi-
aan dan beban kerja mitra pengemudi.
tra pengemudi, dan pengaturan tarif usaha yang
dianggap merugikan dan berpengaruh terhadap Aulia Nastiti (2017) pernah mencoba
kesejahteraan mitra pengemudi. Konflik menun- menggali proses “super eksploitasi” yang terjadi
jukan bentuk ketidakpuasaan mitra pengemudi dari penggunaan platform aplikasi perusahaan
terhadap pemenuhan kesejahteraan yang mun- Gojek. Proses “super eksploitasi” dimanifesta-
cul dari pengelolaan usaha berbasiskan plat- sikan melalui penggunaan teknologi dan retorika
form aplikasi. Konflik antara mitra pengemudi kewirausahaan untuk mengendalikan pasar, me-
dan perusahaan aplikasi di berbagai daerah ter- negakkan tenaga kerja, serta menghindari risiko
jadi disebabkan pengemudi yang ingin memben- dan kewajiban. Penggunaan teknologi digital da-
tuk serikat pekerja berdasar UU Ketenagaker- lam layanan ride-hailing memungkinkan semua
jaan, tetapi tidak dipenuhi oleh pihak pemerin- pengalaman kerja pengemudi untuk dimediasi,
tah dan perusahaan (Randi 2018); ketidakadaan dikendalikan, dan dimanipulasi. Pola kerja terus
regulasi yang dapat mengatur hubungan kemi- disurvei dan data yang dihasilkan pada giliran-
traan antara mitra pengemudi dan perusahaan nya digunakan untuk mengoptimalkan peker-
aplikasi menyebabkan pengendara ojek dar- jaan. Pengumpulan data yang sangat besar, ter-
ing tidak dapat menuntut hak-haknya sesuai UU masuk data pelanggan, mobilitas konsumen, dan
Ketenagakerjaan (Indyaswari and Putra 2017; transaksi vendor juga dipantau dengan aplikasi.

60 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Gojek dan Kerja Digital: Kerentanan dan Ilusi Kesejahteraan yang Dialami
Oleh Mitra Pengemudi Dalam Kerja Berbasis Platform Digital

Semua data ini juga menjadi komoditas pent- atau kurang relevan, peneliti masih bisa meman-
ing bagi pemilik aplikasi, yaitu Gojek, yang faatkan data lain yang ada. Analisis data dilaku-
memiliki ambisi untuk menjadi penyedia plat- kan melalui beberapa tahapan yakni, reduksi
form terbesar untuk menghubungkan berbagai data, penyajian data, verifikasi dan penarikan
bagian dari perekonomian informal. Menurut kesimpulan.
Nastiti (2017), praktik eksploitasi ini cenderung
dibiarkan karena adanya kekosongan regu- TINJAUAN LITERATUR
lasi dan peraturan perburuhan bagi perlindun- Tren Digital sebagai Solusi Krisis Tenaga Kerja
gan pekerja digital. Sayangnya, penelitian yang Pemuda dan Kritiknya
dilakukan oleh Nastiti ini tidak menafsirkan
Krisis tenaga kerja pemuda (youth em-
lebih lanjut relasi kerja digital yang muncul dari
penggunaan aplikasi dalam operasional Gojek ployment crisis), menurut International La-
bour Organization (2012), sedang terjadi secara
(Nastiti 2017).
global. Dari data yang ada ditemukan bahwa
Pengkajian terhadap relasi kerja digital partisipasi tenaga kerja muda di seluruh dunia
yang muncul antara mitra pengemudi dengan mengalami penurunan dari 52,9 ke 48,7 persen
perusahaan aplikasi Gojek perlu didalami untuk dalam waktu 2000 – 2011. Selain itu, perband-
membantu menggambarkan “kemitraan” yang ingan antara pemuda yang sudah bekerja den-
sebenarnya terjadi di antara keduanya. Dimana gan total populasi pemuda yang mengalami
hal ini akan berpengaruh pada pemenuhan kes- penurunan dari 46,2 ke 42,6 persen (Interna-
ejahteraan. Pendalaman terhadap relasi kerja tional Labour Organization 2012). Pasca-resesi
digital ini perlu digali lebih lanjut apakah pi- 2008, beberapa Negara di Uni Eropa (UE) sep-
hak pengemudi benar-benar menjadi mitra yang erti Yunani, Spanyol, dan Italia harus mengha-
mendapatkan “keuntungan ekonomis yang adil” dapi tingkat pengangguran pemuda yang menca-
atau sebenarnya hanya menjadi pekerja yang pai hampir 30%. Walaupun di beberapa negara
dinilai dan digerakkan oleh platform aplikasi, UE yang lain terjadi penurunan jumlah pengang-
sehingga angkatan kerja muda yang menjadi mi- guran, sekalipun tidak besar – dari 15.6% pada
tra pengemudi justru terjebak dalam kondisi ek- kuarter kedua 2008 ke 15.2% pada kuarter kedua
sploitasi. 2018 (Caliendo et al. 2018). Dari 73 juta lapan-
gan kerja baru di Afrika, hanya 22% yang berha-
METODE PENELITIAN sil didapatkan oleh pemuda, serta 72% pemuda
Kajian ini adalah pengkajian dengan bing- Afrika hanya mendapatkan pendapatan kurang
kai metode kualitatif deskriptif yang berusaha dari US$ 2 per hari (Dalberg 2013). Di Asia dan
menggambarkan kompleksitas permasalahan Pasifik, menurut laporan dari International La-
yang sedang dikaji. Dalam pengkajian ini metode bour Organization (ILO), pada 2015 hampir 40
kualitatif deskriptif digunakan untuk menggam- juta pemuda merupakan pengangguran, den-
barkan kerentanan yang muncul dari kerja dig- gan persentase yang berbeda-beda di tiap neg-
ital yang dilaksanakan oleh mitra pengemudi ara. Di Indonesia sendiri, jumlah pengangguran
Gojek yang digerakkan oleh platform aplikasi. meningkat hingga hampir 30 persen pada 2015
Pengumpulan data dilakukan secara bertahap (International Labour Organization 2015).
dan melalui studi dokumen oleh peneliti dengan Naiknya krisis tenaga kerja pemuda ini
melakukan penelusuran terhadap berbagai ar- kemudian memunculkan wacana baru sei-
tikel jurnal, laporan pemerintah laporan peneli- ring dengan masifnya perkembangan teknologi.
tian, dan laporan kelembagaan yang terkait den- Ekonomi digital, dengan melihat kesuksesan-
gan topik yang sedang dikaji. Hal ini berguna, nya di Tiongkok, mulai digadang-gadang sebagai
jika kemudian ada data yang tidak dapat dipakai solusi bagi masalah pengangguran pemuda, ter-
Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 61
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Anggalih Bayu Muh. Kamim, M. Rusmul Khandiq

utama di negara berkembang (BFA 2019; Dal- artifisial sehingga dapat mengaburkan kondisi
berg 2013; Nomine Trust 2012; Ruseva 2015). riil pasar tenaga kerja, di mana rasio pengang-
Banyaknya pengangguran friksional yang ber- guran terbuka yang mayoritas diisi oleh pemuda
asal dari sekolah (school-to-work) akibat mem- seharusnya turun pasca 1998, bukan naik. Hal
bludaknya pertumbuhan pemuda menjadi salah ini rentan menimbulkan kesalahan pembacaan
satu alasan utama dari penggunaan teknologi terhadap pasar tenaga kerja yang ada (Sury-
ini. Argumennya, seperti yang terjadi di Ghana, adarma, Suryahadi, and Sumarto 2005). Dari sisi
sektor TI perlahan memberikan pemasukan penggunaan teknologi digital, para pekerja teru-
yang signifikan bagi PDB Negara (Dalberg 2013) tama yang belum terbiasa dengan teknologi dig-
serta tingkat penetrasi teknologi semakin lama ital menjadi golongan yang rentan tersisih da-
semakin meningkat (Solutions for Youth Em- lam pasar tenaga kerja. Selain itu, para pekerja
ployment 2018). Diharapkan, melalui peman- digital seperti desainer web maupun pengemudi
faatan teknologi digital, pemuda bisa melaku- ojek daring rentan mengalami penindasan dalam
kan inovasi dalam berwirausaha maupun dapat bentuk pembentukan aturan yang mengekang –
bekerja sebagai pekerja digital (Global System seperti penentuan tarif yang tidak, tidak adanya
for Mobile Communications Association 2018). perlindungan legal yang jelas, serta pasar yang
Di Indonesia sendiri, munculnya platform digi- disruptif (Serikat Pekerja Media dan Industri
tal seperti Gojek dianggap sebagai bentuk ino- Kreatif untuk Demokrasi 2018).
vasi yang dapat mengatasi masalah penganggu- Gamifikasi sebagai Konsekuensi Penggunaan
ran (Primaldhi 2017; Wisana et al. 2018). Plat- Platform Digital
form semacam ini pun dianggap penting untuk
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan da-
menanggapi revolusi industri 4.0 yang dianggap
lam melihat ekonomi berbasis platform digi-
sedang masif terjadi, sehingga dapat mengurangi
tal ini adalah munculnya fenomena gamifikasi.
angka pengangguran (Centre for Innovative Pol-
Dalam artikel ini, ada dua definisi gamifikasi
icy and Governance 2018). Selain itu, penggu-
yang digunakan. Gamifikasi pertama merujuk
naan ekonomi berbasis platform digital dianggap
pada “penggunaan cara berpikir game dan me-
dapat memberikan pendapatan lebih besar dar-
kanik game untuk memperkuat hubungan den-
ipada standar upah yang ada, sehingga mening-
gan pengguna dan menyelesaikan masalah” (Zi-
katkan kesejahteraan (Syafrino 2017; Wibowo
cherman & Cunningham dalam Dale, 2014).
2018).
Istilah gamifikasi yang pertama ini dikenal se-
Namun, masalah “krisis tenaga kerja bagai “enterprise gamification”. Model gamifi-
pemuda” serta penggunaan “teknologi digital” kasi ini sering digunakan untuk membuat para
sebagai cara mengatasi pengangguran terutama pekerja menjadi lebih aktif dengan menciptakan
di Indonesia pun tidak lepas dari kritik. Sury- seperangkat aturan yang terdiri dari misi-misi,
adarma, Suryahadi, Sumarto (2005) mengkri- poin, dan ketercapaian tertentu, agar pekerja
tik penghitungan pengangguran yang dilakukan merasakan bahwa aturan perusahaan seperti
oleh BPS dalam Sakernas dan Supas. Menurut misi dalam game yang harus diselesaikan se-
mereka, BPS melakukan kesalahan fatal den- cara sukacita seperti sedang bermain game (Dale
gan memasukkan kategori discouraged workers 2014). Di era digital, pemuda lebih suka dengan
yang tidak semuanya ingin bekerja atau sedang pola pekerjaan yang informal dan tidak terlalu
dalam masa pencarian kerja sebagai penganggu- mengikat. Untuk mengatasi hal ini, maka gam-
ran. Dalam penelitian mereka, ditemukan bahwa ifikasi digunakan untuk meningkatkan motivasi
penggunaan variabel pengangguran terbuka bekerja golongan pemuda. Hal ini menyebab-
yang diubah oleh BPS pada 2001 menyebabkan kan banyak digunakannya model gamifikasi ini
penggelembungan rasio pengangguran secara dalam ekonomi berbasis digital. Selain karena

62 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Gojek dan Kerja Digital: Kerentanan dan Ilusi Kesejahteraan yang Dialami
Oleh Mitra Pengemudi Dalam Kerja Berbasis Platform Digital

lebih mudah diaplikasikan, juga golongan menyebabkan tidak adanya payung hukum yang
pemuda banyak dipekerjakan dalam ekonomi melindungi para “kontraktor independen” ini.
digital ini (Dacre, Constantides, and Nandha- Dengan tidak adanya payung hukum ini juga
kumar 2015). Dalam kasus Gojek, penggunaan menyebabkan kerugian di pihak konsumen
sistem poin dan target harian merupakan ben- karena tidak ada jaminan yang jelas siapa yang
tuk dari gamifikasi (Nastiti 2017). harus bertanggung jawab dengan kemungkinan
kesalahan yang ada (Arthurs 2018; Tucker 2018.
Namun, bukan berarti bahwa “gamifikasi”
ini tidak menimbulkan permasalahan. Defi-
TEMUAN DAN ANALISIS
nisi “gamifikasi” yang kedua, mengikuti anali-
sis dari Nastiti (2017), adalah “labour process as Kerentanan yang Dihadapi Mitra Pengemudi da-
a game” (Burawoy 1979). Gamifikasi yang kedua lam Usaha Gojek
ini merujuk pada proses dimana untuk menye- Penggunaan platform aplikasi dalam us-
suaikan diri dengan peraturan mengikat dari aha ride sharing telah mendorong angka-
perusahaan, maka buruh membuat seperangkat tan kerja muda untuk bergabung menjadi mi-
aturannya sendiri (biasanya berupa target prib- tra pengemudi. Penelitian yang dilakukan oleh
adi) agar bisa memotivasi diri dan mengurangi Anita Ratnasari Rakhmatulloh, Wido Pranan-
stres yang dialaminya. Pembuatan target prib- ing Tyas, Muhammad Hendardi Subianto (2018)
adi ini dapat menciptakan kepuasan sesaat yang menunjukan bahwa tenaga kerja yang terserap
dapat memacu buruh untuk bekerja lebih demi sebagai pengemudi transportasi daring didom-
mencapai target berikutnya. Kepuasaan sesaat inasi oleh kelompok umur usia muda berkisar
inilah yang disebut sebagai “reflective satisfac- antara 20-30 tahun. Dominasi kelompok usia
tion” di mana kepuasan dicapai melalui refleksi muda yang menjadi pengemudi transportasi dar-
pribadi dari buruh terhadap peraturan yang ing berkaitan dengan kemampuan penggunaan
dikenakan kepadanya (Burawoy 1979). Dalam gadget. Alasan pemilihan menjadi profesi penge-
kasus gamifikasi yang pertama, proses “gamifi- mudi transportasi daring yaitu waktu kerja yang
kasi” yang kedua ini menjadi tujuan utama dari fleksibel, mencari penghasilan tambahan, dan
diterapkannya model “gamifikasi” yang per- memiliki penghasilan yang besar. Sebagian be-
tama. Dengan menjadikan segala peraturan sar tenaga kerja yang terserap oleh transportasi
yang ada dalam bentuk poin, misi, target, atau- daring memiliki latar belakang pendidikan ter-
pun yang lainnya, maka kontrol ketat dari pe- akhir pada tingkat SMA/SMK. Selain itu tenaga
rusahaan terhadap pekerjanya menjadi semakin kerja yang terserap ini juga terdapat pengemudi
natural. Pola eksploitasi yang terjadi pun men- yang memiliki latar belakang pendidikan ter-
jadi tidak terlihat (Nastiti, 2017). Dalam kasus akhir pada tingkat Diploma, Sarjana, dan Magis-
Uber, menurut Brown (2016), aturan-aturan sep- ter (Rakhmatulloh, Tyas, and Subianto 2018).
erti standar kualifikasi, target harian, dan pe-
Angkatan kerja muda bergabung men-
nentuan tarif sebenarnya mengaburkan posisi
jadi mitra pengemudi sebagai pilihan di tengah
mitra pengemudinya sebagai “kontraktor inde-
keadaan pasar tenaga kerja di Indonesia yang
penden”. Alih-alih independen, justru para mi-
rentan. Data yang dihimpun oleh ILO pada ta-
tra menjadi buruh dengan tidak adanya jaminan
hun 2016 melalui Survei Kesejahteraan Nasional
karena tidak diatur dalam Drivers Contract yang
(Sukernas) menunjukan bahwa di seluruh pen-
menjadi perangkat “permainan” antara Uber
capaian pendidikan yang berbeda, persentase
dengan mitranya. Selain itu, tidak jelasnya posisi
penganggur pemuda dengan tingkat pendidikan
perusahaan platform Uber ini, apakah sebagai
terakhir Sekolah Menengah Atas sebanyak 22,4
perusahaan teknologi atau transportasi, serta
% dan Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 24,4
digunakannya terma “mitra” alih-alih “buruh”,
persen relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 63
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Anggalih Bayu Muh. Kamim, M. Rusmul Khandiq

kelompok umur lainnya. Menariknya, data pemasok ketersediaan armada kendaraan ber-
menunjukkan bahwa 2.127 pemuda dengan gelar motor sekaligus pelaksana pemberian jasa ojek
Master dalam angkatan kerja adalah pengang- daring. Sedangkan pihak perusahaan aplikasi
gur. Sebagian besar pemuda yang menganggur mengkoordinasikan pesanan dan layanan yang
dengan gelar Master berusia sekitar 23 tahun. Di dibutuhkan konsumen. Saat ini, perusahaan Go-
usia mereka, mungkin saja banyak dari mereka jek tidak memiliki pilihan lain atau produk sub-
baru lulus dan baru saja mulai mencari peker- stitusi terkait pengadaan mitra pengemudi kend-
jaan (International Labour Organization 2017). araan roda 2 maupun roda 4, serta keberadaan
mitra pengemudi sangat vital bagi keberlangsun-
Kehadiran usaha berbasis aplikasi sep-
gan bisnis. Namun, kerja sama dengan para mi-
erti Gojek diklaim mampu menciptakan lapan-
tra pengemudi dapat diputus kapan saja dikare-
gan pekerjaan baru. Sebesar 250.000 orang su-
nakan adanya peraturan-peraturan mengikat
dah dikontrak menjadi mitra pengemudi. Had-
terhadap mitra pengemudi yang membuat mer-
irnya Gojek dianggap menciptakan interaksi
eka kehilangan ikatan dengan operator peru-
yang lebih baik antara pengusaha dan pencari
sahaan aplikasi. Operator tidak perlu mengelu-
kerja terutama yang baru saja menyelesaikan
arkan biaya banyak untuk mempekerjakan mi-
pendidikan. Hal ini diklaim bisa mengatasi pen-
tra pengemudi pengganti lain, sehingga dampak
gangguran friksional yang sering terjadi ketika
dari daya tawar switching cost dinilai rendah
pengusaha tidak dapat secara luas menyebarkan
(Wibawa, Rahmawati, and Rainaldo 2018).
lowongan dan juga pencari kerja mungkin tidak
Kondisi ini menyebabkan munculnya keren-
memiliki informasi tentang lowongan pekerjaan
tanan bagi mitra pengemudi.
yang tersedia (International Labour Organiza-
tion 2017). Kondisi superioritas operator penyedia
aplikasi pada pengelolaan usaha Gojek diper-
Angkatan kerja muda memang pada um-
parah dengan “ketidakjelasan” hubungan kemi-
umnya mendominasi sebagai “pekerja” dalam
traan antara mitra pengemudi dan perusahaan.
praktik usaha berbasis platform seperti Gojek.
Hubungan antara mitra pengemudi dengan pe-
Meskipun, pekerja yang berada pada usia de-
rusahaan aplikasi Gojek tidak dapat disebut se-
wasa dan pensiunan juga berpartisipasi men-
bagai ikatan antara pekerja dan pengusaha.
jadi mitra pengemudi. Angkatan kerja muda
Sekalipun di awal Gojek menekankan bahwa
menjadi yang paling memungkinkan untuk ber-
posisi dari para pengemudi sebagai “mitra” yang
tahan menjadi mitra dalam waktu lama disebab-
“tidak dapat dipaksa”, faktanya, “mitra” ini hanya
kan mereka dianggap lebih mengerti menge-
memiliki pilihan untuk mengikuti aturan yang
nai penggunaan aplikasi. Fleksibilitas jam kerja
mengikat tersebut atau tidak menjadi “mitra” dari
menjadi pendorong angkatan kerja muda untuk
Gojek sama sekali. Apalagi para pengemudi ojek
bertahan menjadi mitra pengemudi dan terus
ini tidak mendapatkan gaji dari perusahaan ap-
berproduksi (Forde et al. 2017). Gojek sengaja
likasi. Berapa pendapatan pengemudi tergantung
membuat jam kerja fleksibel, agar mitra penge-
seberapa banyak penumpang yang bisa mereka
mudi nyaman bekerja dengan perusahaan. Go-
antar. Perintah mengantar penumpang juga tidak
jek mengambil cara lain dengan mengatur tar-
datang dari perusahaan, melainkan dari pen-
get tertentu yang harus dicapai mitra pengemudi
umpang dan tentu atas kesediaan pengrmudi.
sebagai penilaian kerja dan akan berhubungan
dengan pemberian bonus driver. Hal ini dilaku- Selain itu, penentuan tarif oleh Gojek
kan disebabkan Gojek berusaha menjaga inter- yang cukup “menekan” juga hanya menguntung-
aksi yang baik dengan mitra pengemudi, agar ti- kan Gojek dalam mendapatkan pengguna serta
dak pindah ke perusahaan aplikasi lain. pemodal, sedangkan “mitra” hanya bisa ditekan
terus. Dalam kondisi itu terlihat tidak ada unsur
Mitra pengemudi pada dasarnya menjadi

64 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Gojek dan Kerja Digital: Kerentanan dan Ilusi Kesejahteraan yang Dialami
Oleh Mitra Pengemudi Dalam Kerja Berbasis Platform Digital

hubungan kerja pada relasi pengemudi dan pe- sifat “kerja digital” (Fumagalli et al. 2018). Hal
rusahaan penyedia aplikasi, pengemudi tidak ini menjelaskan mitra pengemudi yang harus
dapat disebut sebagai pekerja dalam PT. Gojek menyesuaikan dengan kebijakan poin dan tarif
Indonesia. Secara legal formal, perusahaan ap- perusahaan aplikasi, sehingga harus mengejar
likasi tidak wajib memberikan “hak pekerja” target dengan jam kerja sampai terpenuhinya
pada mitra pengemudi (Indyaswari and Putra capaian yang ditentukan. Mitra pengemudi
2017; Nastiti 2017). bekerja tanpa batasan waktu yang jelas, agar
dapat mengejar target kerja yang telah ditetap-
Tidak adanya hubungan kerja menyebab-
kan perusahaan aplikasi untuk mendapat bonus.
kan pengojek tidak berhak menuntut hak-hak
yang biasa diterima pekerja pada umumnya sep- Relasi kerja mitra pengemudi sangat ter-
erti upah lembur, jaminan kerja maupun pesan- kait dengan penggunaan platform aplikasi yang
gon, jika hubungan kerjasama mereka berakhir. digunakan oleh PT. Gojek Indonesia dalam
Pemahaman terhadap hubungan kerja bersifat mengelola usaha. Platform aplikasi digunakan
penting dalam melihat hak dan kewajiban antara Gojek untuk menilai kinerja mitra pengemudi,
pekerja dengan perusahaan. Apabila tidak ada menerima pesanan dari konsumen dan menga-
hubungan kerja, berarti hubungan usaha yang tur tarif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
seharusnya muncul adalah kemitraan. Akan oleh Grendi Hendrastomo, dkk (2016) ditemu-
tetapi, realitas menunjukan mitra pengemudi se- kan bahwa Gojek sebagai perusahaan aplikasi
bagai penyedia utama armada tidak pernah dili- yang sedang tumbuh membutuhkan cara pe-
batkan dalam penentuan tarif dan poin. Mitra masaran yang berbeda. Gojek juga melakukan
pengemudi menjadi terpaksa harus mengikuti cara pemasaran dengan melakukan perang tarif
segala ketentuan yang ditetapkan oleh pihak pe- yang menjadikan tarif Gojek kompetitif diband-
rusahaan penyedia jasa aplikasi (Indyaswari and ingkan dengan tarif ojek konvensional demi un-
Putra 2017). tuk meraup konsumen. Saat ini bonus tidak se-
besar pada awal-awal kemunculan dan sistem/
Hubungan “usaha abu-abu” antara pe-
aplikasi yang digunakanpun mengalami banyak
rusahaan aplikasi Gojek dengan mitra penge-
perubahan. Pada awalnya, untuk mendapatkan
mudi terjadi disebabkan perubahan makna kerja
konsumen ditentukan berdasarkan lokasi, driver
yang dilakukan oleh driver. Mitra pengemudi
diberi kemudahan untuk memilih konsumen.
Gojek pada dasarnya memang sudah menjadi
Siapa cepat dia dapat, model ini yang dikem-
“tenaga kerja digital” yang memang harus mau
bangkan pada awal gojek beroperasi. Saat ini,
menanggung “kerja’ tanpa penjaminan akan
sistem sudah diubah dimana ketika konsumen
upah dan asuransi yang jelas. Berbeda dengan
ingin mendapatkan layanan Gojek maka akan
“tenaga kerja digital” seperti “pekerja informasi”
masuk ke server. Server ini yang nantinya akan
yang bertugas membuat dan mengkomodifikasi
mendistribusikan ke Gojek berdasarkan lokasi
konten seperti para pekerja di Facebook, Twit-
terdekat (Hendrastomo et al. 2016).
ter, dan lain-lain, mitra pengemudi Gojek pada
dasarnya menjadi “kontraktor independen.” Pemberian bonus pada mitra pengemudi
Gojek didasarkan pada pelayanan kepada kon-
Mitra pengemudi memang berposisi se-
sumen yang dilihat dari respon driver terha-
bagai “kontraktor independen” yang bekerja
dap permintaan pengantaran. Pada dasarnya,
melalui akun mereka sendiri di platform milik
perusahaan aplikasi dan dengan menanggung driver Gojek tidak bisa menolak panggilan dari
konsumen, hanya saja di aplikasi yang tersedia
risiko kerja mereka sendiri, menerima upah
ada fasilitas untuk menolak atas panggilan kon-
rendah, dan tanpa jaminan sosial. Hilangnya
sumen. Semakin banyak melakukan penolakan,
perbedaan yang jelas antara waktu hidup dan
maka semakin turun performanya. Sistem yang
waktu kerja adalah salah satu yang khas sifat-
Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 65
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Anggalih Bayu Muh. Kamim, M. Rusmul Khandiq

sekarang memungkinan mitra pengemudi un- Gojek sebagai sumber penghasilan utama dar-
tuk melakukan penolakan lebih besar, dikare- ipada demi menjadikannya pekerjaan paruh
nakan pangilan yang diteruskan ke driver diten- waktu. Intervensi melalui penilaian dan kontrol
tukan langsung dari server pusat, sehingga mau melalui platform telah memungkinkan pemenu-
tidak mau driver Gojek yang sudah mendapat han kesejahteraan pekerja berdasarkan pada
panggilan tidak bisa mengeluh ketika jaraknya permintaan, penilaian konsumen, dan penca-
terlalu jauh. Apabila mengeluh dan tidak men- paian target. Hal ini menyebabkan mitra penge-
gambil konsumen, maka driver punya hak untuk mudi harus mencatat atau mengkalkulasikan
melakukan pembatalan dimana apabila dilaku- pekerjaan yang telah mereka lakukan dan diper-
kan akan berimbas pada performa. Performa hitungkan dengan bayaran yang akan didapat
ini juga akan menentukan dapat tidaknya bo- (Rosenblat and Stark 2016).
nus dari poin yang dihasilkan (Hendrastomo et Mekanisme bisnis Gojek dengan platform
al. 2016). aplikasi memperlihatkan bahwa perusahaan
Sistem seperti ini memaksa driver yang menggunakan strategi gamifikasi untuk mem-
mengaktifkan aplikasinya wajib untuk mere- bangun hubungan dengan mitra pengemudi.
spon permintaan dari konsumen. Dari sisi Go- Hubungan kerja yang seperti ini justru terkesan
jek, sistem ini digunakan untuk memastikan memposisikan mitra pengemudi sebagai pega-
driver melakukan pekerjaannya dan membuat wai, bukannya sebagai kontraktor independen.
konsumen tidak menunggu terlalu lama. Rat- Risiko sistem gamifikasi yang diterapkan dalam
ing menjadi penilaian lain yang diterapkan ma- perusahaan Gojek muncul terutama dari peng-
najemen Gojek untuk memastikan berjalannya gunaan mekanisme penilaian dan pemantauan
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan me- kinerja, serta tekanan untuk memberikan per-
mastikan kepuasan pada konsumen. Sistem rat- forma kinerja yang lebih baik. Elemen-elemen
ing dilakukan melalui mekanisme pemberian gamifikasi dapat digunakan untuk “memotivasi”
bintang dari satu hingga lima bintang (Salim and mitra pengemudi melalui pemantauan dan per-
Ihalauw 2017). Setiap selesai melakukan pengan- bandingan diri (Algashami et al. 2019). Misal-
taran, konsumen memberikan penilaian bintang nya, bila kemajuan dapat digunakan untuk men-
melalui aplikasi Gojek. Semakin banyak bintang dorong pengemudi untuk mengejar pesanan da-
semakin baik penilaian pada driver (Hendras- lam jangka waktu tertentu dan mengikuti proses
tomo et al. 2016). tertentu dengan menunjukkan kepada mereka
saat ini telah mencapai target kinerja tertentu.
Mekanisme usaha Gojek melalui struk-
Perbandingan kinerja rekan menjadi penyebab
tur aplikasi dan penilaian kerja platform dan
lain yang dapat meningkatkan persepsi gamifi-
algoritma dapat memberikan kesan bahwa
kasi sebagai alat penekan bagi mitra pengemudi.
perusahaan memiliki peran manajerial ter-
Hal ini termasuk elemen-elemen seperti papan
batas pada kinerja pengemudi. Operator peru-
peringkat, level, dan rencana yang ditugaskan
sahaan aplikasi harus memperhatikan kekua-
untuk individu, tetapi dapat dilihat oleh semua
tan sistem otomatis untuk memberikan insentif,
anggota tim dan itu dimaksudkan untuk memo-
menghomogenisasi, dan umumnya mengontrol
tivasi dengan mencerminkan kinerja penge-
bagaimana pekerja berperilaku dalam sistem,
mudi, seperti umpan balik pelanggan pada mer-
meskipun ada klaim bahwa pekerjaan dilakukan
eka (Algashami et al. 2019).
secara fleksibel dan dengan menyesuaikan kele-
luasaan pengemudi. Peran platform dalam mem- Mitra pengemudi juga menjadi bergantung
bentuk hubungan kekuasaan dan komunikasi dengan pertukaran sosial yang juga bergantung
antara pengusaha dan pekerja mungkin lebih pada operasional platform aplikasi. Hubungan
relevan untuk pengemudi yang mengandalkan antara pengemudi dengan konsumen terbentuk

66 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Gojek dan Kerja Digital: Kerentanan dan Ilusi Kesejahteraan yang Dialami
Oleh Mitra Pengemudi Dalam Kerja Berbasis Platform Digital

dan diarahkan melalui platform aplikasi. Ilusi Kesejahteraan yang Dialami Mitra Penge-
Hubungan mitra pengemudi dengan pelang- mudi Gojek
gan saling mempengaruhi (resiprokal). Artinya, Angkatan kerja muda bergabung sebagai
hubungan antara driver dan konsumen terdapat mitra pengemudi Gojek disebabkan adanya pen-
unsur imbalan, pengorbanan, dan keuntungan. awaran bonus yang menjanjikan disertai den-
Interaksi ini menciptakan adanya comparison gan jam kerja yang “fleksibel.” Penelitian yang
levels yaitu ukuran bagi keseimbangan pertu- dilakukan oleh Anita Ratnasari Rakhmatulloh,
karan antara untung dan rugi dalam hubungan Wido Prananing Tyas, Muhammad Hendardi
dengan orang lain. Jika mitra pengemudi mem- Subianto (2018) berdasar pengalaman di Kota
berikan pelayanan yang baik, maka hubungan- Semarang, Jawa Tengah menemukan bahwa
nya dengan pelanggan akan baik. Akan tetapi, keberadaan bisnis Gojek telah menyebabkan
jika driver memberikan pelayanan buruk terha- adanya penyerapan tenaga kerja kelompok umur
dap pelanggan, interaksi yang terjadi kemungk- yang banyak terserap yaitu pada kelompok umur
inan besar tidak akan berjalan dengan baik. Hal 26-30 tahun dengan jumlah 21 orang. Kemudian,
ini berujung pada penilaian subjektif dari kon- untuk kelompok umur selanjutnya yang banyak
sumen untuk memberikan peringkat buruk bagi memilih menjadi profesi pengemudi transportasi
driver, secara berkelanjutan akan berpengaruh daring yaitu kelompok umur ≤ 25 tahun dengan
pada prestasi kerja dan pemberian bonus mitra jumlah 20 orang. Berdasarkan hasil survei yang
pengemudi (Nufus 2018). telah dilakukan, sebesar 80% dari pengemudi
Pekerjaan berbasis aplikasi seperti Gojek transportasi daring memilih menjadi driver
juga ditandai oleh ketidakpastian dan ketidaka- dikarenakan waktu kerja yang fleksibel. Kemu-
manan pekerjaan. Akun mitra pengemudi dapat dian, sebesar 11% karena mencari tambahan
dinonaktifkan dan dapat dihapus dari platform penghasilan dan 9% disebabkan janji mendapa-
digital tanpa melalui pemberitahuan. Meski- tkan pendapatan yang besar. Pekerjaan sebagai
pun, status mereka sebagai kontraktor indepen- pengemudi transportasi daring juga dianggap
den memberikan sedikit jalan hukum bagi mi- dapat dijadikan pekerjaan sampingan disebab-
tra pengemudi untuk mengajukan banding pe- kan tidak terikat dengan jam kerja. Minat mas-
nonaktifan akun. Hal ini menyebabkan tidak yarakat untuk menjadi driver tetap tinggi karena
adanya pemutusan hubungan kerja yang adil. perusahaan Gojek memberlakukan sistem bonus
Mitra pengemudi harus bergantung terutama bagi drivernya (Rakhmatulloh et al. 2018).
pada klaim kontrak, ketika bergabung den- Secara makro pada dasarnya kondisi yang
gan perusahaan. Akan tetapi, kedudukan mi- terjadi justru menunjukan bahwa mitra penge-
tra pengemudi sebagai kontraktor independen mudi berada dalam kondisi yang “tereksploitasi.”
tidak selalu memiliki ruang untuk menegosi- Penelitian mengenai kondisi pekerjaan pekerja
asikan ketentuan perjanjian mereka dengan pe- ojek daring dilakukan Maharani Karlina CH,
rusahaan aplikasi. Banyak mitra pengemudi mahasiswa magister lulusan King’s College Lon-
tetap tidak menyadari sejauh mana posisi gen- don. Melalui metode wawancara dan observasi
ting mereka. Tanpa adanya serikat pengemudi forum online pengemudi yang dilakukan pada
yang mapan, maka dapat dipastikan perundin- bulan Juni 2017, penelitiannya menunjukkan
gan bersama sulit terjadi dan lebih jauh dibatasi bahwa mayoritas pengemudi Gojek yang diwaw-
oleh hubungan asimetris antara perusahaan ap- ancara harus bekerja 12 jam sehari dan 6-7 hari
likasi dan driver. Pada akhirnya, pengemudi seminggu untuk mendapatkan penghasilan yang
beroperasi secara terpisah satu sama lain dan cukup. Menurutnya, para pengemudi terjebak
tidak diberdayakan oleh lingkungan kerja dan dalam kondisi pekerjaan yang syarat dengan ek-
struktur perusahaan platform aplikasi (Alamyar sploitasi diri (Muthahhari 2017).
2017).
Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 67
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Anggalih Bayu Muh. Kamim, M. Rusmul Khandiq

Di sisi yang lain, pada tahun 2017, Lem- Rp856.000 yang terdiri dari: Rp426.000 un-
baga Swadaya Masyarakat (LSM) Prakarsa tuk biaya setoran; Rp160.000 untuk biaya pe-
melakukan survei untuk mengetahui kondisi meliharaan kendaraan; Rp130.000 untuk biaya
kerja pengemudi ojek daring. Survei dilakukan pulsa; serta biaya lain-lain seperti untuk minum
kepada 213 orang pengemudi ojek, terdiri dari dan parkir sebesar Rp140.000. Bukan hanya itu
176 pengemudi ojek daring dan 37 ojek pangka- saja, pengemudi ojek daring juga harus memi-
lan di Jakarta dan Surabaya. Survei ini menemu- liki sepeda motor sendiri yang digunakan un-
kan beberapa hasil sebagai berikut: tuk bekerja. Hitungan ini belum termasuk bi-
aya cicilan per bulan jika sepeda motor tersebut
Pertama, jam kerja yang tidak wajar.
kredit dari pihak ketiga (Maftuchan et al. 2018).
Meskipun, pengemudi ojek daring unggul da-
lam hal waktu kerja yang fleksibel, namun waktu Ketiga, kesenjangan hubungan usaha. Da-
kerja cenderung melebihi batas kerja demi lam kasus perusahaan Gojek, isi perjanjiannya
mengejar bonus. Oleh karena itu, mengakibatkan menjelaskan bahwa perusahaan (Gojek) memin-
kondisi bekerja tidak sehat dan mengancam pro- jamkan atribut (helm dan jaket). Jika mitra
duktivitasnya di kemudian hari. LSM Prakarsa pengemudi keluar dari kemitraan maka atribut
(2017) menemukan fakta bahwa sebesar 39% ojek tersebut harus dikembalikan kepada perusa-
daring bekerja selama satu Minggu penuh tanpa haan. Jika ternyata hilang ataupun rusak, driver
hari libur. Dilihat dari jumlah jam kerja, sebe- harus membayar Rp200.000 untuk setiap barang
sar 30% pengemudi ojek daring menghabiskan yang hilang. Padahal dalam perjanjian, tidak
waktu untuk bekerja lebih dari 8 jam sehari. ada klausul yang menyebutkan bahwa penge-
Bahkan ada pula pengemudi ojek daring yang mudi harus membayar atribut yang diberikan
bekerja hingga 19 jam/hari. Sistem bonus yang oleh perusahaan. Namun, ternyata setelah ap-
berlaku juga menjadikan pengemudi ojek daring likasinya aktif, driver harus membayar sebesar
bekerja secara berlebihan demi mendapatkan (Rp190.000 x 2) + (Rp190.000 x 2) = Rp760.000
bonus harian. Sistem pemberian bonus diklaim dan walaupun membayar, ternyata barang terse-
penyedia aplikasi dapat menambah pendapa- but tidaklah menjadi milik pengemudi. Penge-
tan pengemudi. Namun, ketika pengemudi tidak mudi juga harus mengembalikan barang terse-
memberikan performa yang baik maka bonus ti- but jika keluar dari Gojek. Kebijakan ini tentu ti-
dak akan diberikan (Maftuchan et al. 2018). dak memposisikan mitra pengemudi ojek sejajar
dengan perusahaan. Kebijakan yang dibuat oleh
Kedua, pendapatan tidak sebaik yang di
perusahaan juga dibuat sepihak dan tidak bersi-
beritakan. Apabila ditelusuri lebih dalam, per-
fat transparan. Pengemudi (mitra) tidak memiliki
baikan kesejahteraan pengemudi ojek memang
posisi tawar sebagaimana pengertian kemitraan,
mengalami peningkatan setelah menjadi mi-
yakni bersifat saling menguntungkan dan posisi
tra aplikasi, namun tidak sebagus yang diberita-
setara antara para pihak. Untuk bagi hasil, Gojek
kan. Peningkatan pendapatan ojek daring apa-
pun menerapkan pembagian 80% untuk penge-
bila dikonversi ke pendapatan bersih ternyata
mudi dan 20% untuk Gojek. Sedangkan, Grab-
juga tidak signifikan jika dibandingkan dengan
Bike menerapkan 90% untuk pengemudi dan
pengorbanan jam kerja pengemudi ojek daring.
10% untuk GrabBike (Maftuchan et al. 2018).
Mitra pengemudi yang harus menanggung bi-
aya operasional juga menyebabkan pendapa- Pengemudi ojek daring juga mengalami
tan yang didapat tidak sebanyak yang diberita- kesenjangan hubungan kerja karena tidak diang-
kan. Hal ini disebabkan karena berbagai pengel- gap sebagai pegawai. Mereka tidak mendapatkan
uaran operasional yang harus ditanggung sendiri hak sebagai pekerja meski setiap hari berperang
oleh pengemudi ojek daring. Rata-rata biaya dengan risiko pekerjaan yang tinggi. Penge-
tetap yang dikeluarkan dalam sebulan sebesar mudi juga tidak punya kekuatan menawar untuk

68 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Gojek dan Kerja Digital: Kerentanan dan Ilusi Kesejahteraan yang Dialami
Oleh Mitra Pengemudi Dalam Kerja Berbasis Platform Digital

menentukan kebijakan. Pengemudi merasakan iuran (PBI) dari pemerintah. Hanya sebesar
bahwa pembuatan kebijakan selalu sepihak dan 23% pengemudi ojek daring yang memiliki ja-
tidak transparan sehingga tak ada hubungan minan kecelakaan, tetapi kepemilikan jami-
saling menguntungkan antara dua pihak yang nan tersebut pun berasal dari tempat (perusa-
bermitra ini (Ayuwuragil 2018). Posisi keren- haan) mereka bekerja sebelumnya. Artinya, pe-
tanan yang dialami mitra pengemudi menjad- rusahaan penyedia aplikasi belum memberikan
ikannya seperti seorang “budak digital”. Mitra perlindungan terhadap mitra pengemudinya
pengemudi tidak bisa memilih untuk mening- (Maftuchan et al. 2018). Perusahaan aplikasi
galkan pekerjaan mereka karena mereka diha- juga sering secara sepihak merubah ketentuan
dapkan pada pilihan yang sulit dalam mendapa- pengelolaan usaha. Misalnya, perusahaan ser-
tkan pekerjaan baru. Praktik “budak digital” ing bertindak secara sepihak terhadap driver
dalam hubungan usaha seperti ini menyebab- dengan mengubah syarat dan ketentuan sesuka
kan mitra pengemudi tidak memiliki hak poli- hati, bahkan saat pengemudi memiliki armada
tik dan sosial. Berbeda dengan pekerja upahan yang diinvestasikan dalam kendaraan dengan
yang memiliki hak sosial khusus dalam pembe- mengandalkan kebijakan Gojek (Rogers 2017).
rian upah, jaminan sosial, dan perwakilan seri- Mitra pengemudi juga menghadapi pen-
kat pekerja, menjadi mitra pengemudi Gojek ti- guasaan informasi yang berbeda dengan pe-
dak memberikan pemenuhan hak sosial tertentu rusahaan Gojek, sehingga berpengaruh pada
dan kebanyakan sangat terbatas pada perlindun- pemenuhan kesejahteraan mereka yang ber-
gan data diri dan kedudukan yang sama di hada- gantung pada penilaian dari platform aplikasi.
pan hukum. Pekerja yang mendapat upah memi- Perusahaan Gojek tidak memberikan akses in-
liki hak kontraktual dan dapat ditegakkan se- formasi yang sama bagi tiap mitra pengemudi,
cara hukum untuk menuntut pembayaran upah sehingga driver harus membangun komunitas
untuk kerja yang mereka lakukan, mitra penge- tersendiri untuk mencari segala informasi yang
mudi Gojek tidak punya hak seperti itu. Hal ini berkaitan dengan keberlangsungan bisnis Go-
yang memungkinkan eksploitasi mereka se- jek. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
bagai pekerja yang dibayar mengikuti “performa Hamzah Gunawan dan Andri Wisnu Wardana
layanan” (Fuchs 2018). (2018) dengan kasus di Yogyakarta menjelas-
Gojek juga sepertinya sengaja mengalih- kan bahwa pengemudi masih jarang bisa berko-
kan risiko usaha dari perusahaan ke pekerja munikasi secara intensif dengan rekannya ter-
dan melemah perlindungan tenaga kerja, dan kait dengan perubahan-perubahaan yang ada di
“menurunkan” upah sesuai tarif yang diten- sistem perusahaan Gojek. Beberapa pengemudi
tukan. Mitra pengemudi harus menanggung bahkan belum menyadari bahwa berbagi peng-
sendiri biaya operasional, perawatan kenda- etahuan dan informasi tentang pekerjaan akan
raan serta mempersiapkan jaminan apabila ter- berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
jadi kecelakaan kerja. Pengemudi tidak dapat mereka juga. Pengemudi yang kurang memi-
memberikan klaim mereka terhadap perlunya liki informasi juga akan merasa canggung untuk
pemenuhan asuransi dalam pekerjaan (Rog- berinteraksi dengan rekan pengemudi lainnya
ers 2017). Berdasarkan temuan Prakarsa (2018) dan jarang bergabung dengan komunitas penge-
menunjukan bahwa pengemudi ojek daring mudi Gojek. Hanya pengemudi yang memiliki
hampir separuhnya tidak memiliki jaminan so- komunitas dapat melakukan interakasi dengan
sial apapun. Mereka yang memiliki jaminan so- grup sosial media seperti grup Facebook mau-
sial, sebagian besar merupakan peserta jaminan pun grup aplikasi Whatsapp. Pengemudi yang
kesehatan nasional baik yang mengiurkan se- tidak bergabung dengan komunitas Gojek, bi-
cara mandiri maupun peserta penerima bantuan asanya sangat lamban menerima informasi-

Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 69


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Anggalih Bayu Muh. Kamim, M. Rusmul Khandiq

informasi terkini tentang perkembangan sistem jaminan sosial, dan kesenjangan penguasaan in-
pekerjaan (Gunawan and Wardana 2018). formasi. Ilusi kesejahteraan muncul disebabkan
mitra pengemudi tidak memiliki akses informasi
Hal ini menghasilkan kesenjangan infor-
yang sama dengan pihak perusahaan aplikasi,
masi yang menyebabkan adanya kebingungan
sehingga terpaksa harus mengikuti arahan dari
pengemudi terhadap mekanisme dan aturan
kerja. Interaksi antara platform dan pekerja yang platform.
terjadi melalui aplikasi membuat ruang lingkup
komunikasi terbatas dan menuntut keaktifan
pengemudi dalam mengakses platform. Keter-
gantungan pada perangkat lunak meningkatkan
pengalaman ketidakamanan pekerja, terutama
dalam hal risiko pemutusan kontrak. Mitra
pengemudi pada umumnya tidak memiliki sa-
rana memadai untuk melawan keputusan pe-
rusahaan atau menanggapi keluhan pelanggan.
Perusahaan aplikasi juga tidak transparan da-
lam mengungkapkan risiko yang terkait dengan
pekerjaan berbasis platform dan aturan terkait
ketenagakerjaan. Perusahaan aplikasi bergan-
tung pada konstruksi narasi “palsu” tentang ke-
bebasan pekerja untuk menerima manfaat dari
model bisnis berbasis aplikasi. Kesenjangan
akses informasi memperparah kondisi mitra
pengemudi yang tidak menyadari hak dan kewa-
jiban hukum mereka terhadap segala peraturan
yang terkait dengan bisnis berbasis aplikasi, se-
hingga dapat memperkuat daya tawar mereka
(Alamyar 2017).

KESIMPULAN

Dari kajian ini, dapat disimpulkan ada dua


poin utama yang menjadi permasalahan dari
kerja digital yang berlaku antara Gojek dan mi-
tra pengemudinya. Pertama, kerja digital yang
digerakkan melalui aplikasi menunjukan adanya
proses gamifikasi yang memposisikan mitra
pengemudi pada kondisi yang rentan. Prak-
tik gamifikasi menyebabkan mitra pengemudi
menjadi bergantung pada penilaian peringkat
dan komplain yang diberikan melalui aplikasi.
Penilaian melalui aplikasi menyebabkan mitra
pengemudi terpaksa harus mengikuti instruksi
dari aplikasi. Kedua, kesejahteraan yang dijan-
jikan oleh sistem usaha Gojek dalam kenyata-
annya menyebabkan mitra pengemudi terjebak
pada jam kerja yang tidak wajar, tidak adanya

70 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Gojek dan Kerja Digital: Kerentanan dan Ilusi Kesejahteraan yang Dialami
Oleh Mitra Pengemudi Dalam Kerja Berbasis Platform Digital

DAFTAR PUSTAKA Centre for Innovative Policy and Governance.


2018. Big Data, Kecerdasan Buatan, Block-
Alamyar, Fiona Maree. 2017. “Uber and the
chain, Dan Teknologi Finansial Di Indo-
Future of Work Formal Rights, Collective
nesia. Jakarta : Centre for Innovative Policy
Action and Experiences of Work within
and Governance
the Platform Economy.” Thesis. University
Dacre, Nicholas, Panos Constantides, and Joe
of Sydney.
Nandhakumar. 2015. “How to Motivate and
Algashami, Abdullah, Laura Vuillier, Amen
Engage Generation Clash of Clans at Work?
Alrobai, Keith Phalp, and Raian Ali. 2019.
Emergent Properties of Business Gamif-
“Gamification Risks to Enterprise Team-
icatin Elements in the Digital Economy.”
work: Taxonomy, Management Strategies
Pp. 1–8 in Proceeding of the International
and Modalities of Application.” Systems
Gamification for Business Conference.
7(9):1–30.
Dalberg. 2013. Digital Jobs in Africa : Catalyz-
Arthurs, Harry. 2018. “The False Promise of the
ing Inclusive Opportunities for Youth. New
Sharing Economy.” Pp. 55–72 in Law and
York : Dalberg and Rockefeller Foundation
the Sharing Economy : Regulating Online
Dale, Steve. 2014. “Gamification : Making Work
Market Platforms, edited by D. McKee, F.
Fun, or Making Fun or Work?” Business In-
Makala, and T. Scassa. Ottawa: University
formation Review 31(2):82–90.
of Ottawa Press.
Forde, Chris, Mark Stuart, Simon Joyce, Liz
Awaliah, Andi Urfia. 2017. “ANALISIS PENGEN-
Oliver, and Danat Valizade. 2017. The So-
DALIAN INTERNAL DALAM MENGA-
cial Protection of Workers in the Platform
TASI FRAUD ORDERAN PADA TRANS-
Economy. Brussel: Policy Department A:
PORTASI BERBASIS ONLINE DI PT.
Economic and Scientific Policy European
GOJEK MAKASSAR.” Thesis. Universitas
Parliament.
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Fuchs, Christian. 2018. “Capitalism, Patriar-
Ayuwuragil, Kustin. 2018. “5 Masalah Kesejah-
chy, Slavery, and Racism in the Age of Dig-
teraan Yang Dikeluhkan Sopir Ojek
ital Capitalism and Digital Labour.” Critical
‘Online.’” CNN Indonesia. Retrieved
Sociology 44(4–5):677–702.
( h t t p s :// w w w. c n n i n d o n e s i a . c o m / t e -
Fumagalli, Andrea, Stefano Lucarelli, Elena
knologi/20180410195433-185-289823/5-
Musolino, and Giulia Rocchi. 2018. “Digital
masalah-kesejahteraan-yang-dikeluhkan-
Labour in the Platform Economy: The Case
sopir-ojek-online).
of Facebook.” Sustainibility 10(1757):1–16.
BFA. 2019. “Digital Commerce and Youth Em-
Global System for Mobile Communications
ployment in Africa”. Report. Sommer-
Association. 2018. Accelerating Indone-
ville: BFA and Mastercard Foundation
sia’s Digital Economy : Assigning The 700
Burawoy, Michael. 1979. Manufacturing Con-
MHz Band to Broadband. London: Global
sent : Changes in the Labor Process Under
System for Mobile Communications Asso-
Monopoly Capitalism. Chicago: University
ciation.
of Chicago Press.
Green, Anne, Maria de Hoyos, and Yuxin Li.
Caliendo, Marco, Jochen Kluve, Jonathan
2012. Employment and The Internet. Ox-
Stöterau, and Stefan Tübbicke. 2018.
fordshire : Nominet Trust.
“Study on the Youth Guarantee in Light of
Gunawan, Hamzah and Andri Wisnu Wardana.
Changes in the World of Work : Emerging
2018. “Knowledge Sharing Sebagai Me-
Challenges Related to Young People’s
diasi Antara Employee Engagement Ter-
Transition into the Labour Market”. Re-
hadap Kinerja Pengemudi Gojek Di Yo-
port. Brussel : European Commission - Di-
gyakarta.” BRILIANT: Jurnal Riset Dan
rectorate-General for Employment, Social
Konseptual 3(4):424–37.
Affairs and Inclusion

Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 71


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Anggalih Bayu Muh. Kamim, M. Rusmul Khandiq

Hendrastomo, Grendi et al. 2016. “Dilema Sosial Nufus, Hayatun. 2018. “Pola Komunikasi Driver
Ojek Online (GOJEK).”Manuscript. Yo- Gojek Pada Customer Di Kota Bandar
gyakarta: Jurusan Pendidikan Sosiologi Lampung (Studi Pada PT. Gojek Di Bandar
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yo- Lampung).” Thesis. Universitas Lampung.
gyakarta Pranoto, Agung Hadi. 2017. “Siasat Manipulatif
Heychael, Muhammad. 2018. “Kesejahteraan Dalam Kompetisi Pengemudi Gojek
Pengemudi Gojek Dan Liputan Media Yang Di Kota Surabaya.” AntroUnairdotNet
Kontradiktif.” Remotivi. Retrieved (http:// 6(3):301–10.
w w w.remotiv i.or.id/a mata n/457/Kese- Primaldhi, Alfrindra. 2017. Hasil Riset Manfaat
jahteraan-Pengemudi-Gojek-dan-Lipu- Sosial Aplikasi On-Demand : Studi Kasus
tan-Media-yang-Kontradiktif). Go-Jek Indonesia. Report. Jakarta: Pus-
Hidayat, Wahid Nur and Pambudi Handoyo. kakom UI.
2016. “Konflik Internal Antara Manajemen Rakhmatulloh, Anita Ratnasari, Wido Prana-
Dan Driver Gojek Surabaya.” Paradigma ning Tyas, and Muhammad Hendardi Sub-
4(3):1–4. ianto. 2018. “Dampak Transportasi Berbasis
Indyaswari, Pande Putu Tara Anggita and Dewa Aplikasi Terhadap Penyerapan Tenaga
Nyoman Rai Asmara Putra. 2017. “Analisis Kerja Di Kota Semarang.” Jurnal Pemban-
Mengenai Hubungan Supir Go-Jek Dengan gunan Wilayah Dan Kota 14(4):253–64.
Pt. Gojek Indonesia.” Kertha Semaya Randi. 2018. “Buruh Vs Perusahaan (Studi Kasus
5(2):1–7. Konflik Buruh/Pekerja Driver Go-Jek
International Labour Organization. 2017. Dengan PT Go-Jek Indonesia).” Share: So-
Indonesia Jobs Outlook 2017 Harnessing cial Work Jurnal 7(2):10–17.
Technology for Growth and Job Cre- Rogers, Brishen. 2017. “The Social Costs of
ation. Jakarta: ILO Offce for Indonesia and Uber.” University of Chicago Law Review
Timor-Leste. Online 82(1):85–102.
International Labour Organization. 2012. Inter- Rosenblat, Alex and Luke Stark. 2016. “Algorith
national Labour Conference, 101th Session, mic Labor and Information Asymmetries:
Report V - The Youth Employment Crisis: A Case Study of Uber’s Drivers.” Interna-
Time for Action. Geneva : International La- tional Journal of Communication 10:3758–
bour Organization. 3784.
International Labour Organization. 2015. Youth Ruseva, Gabriella. 2015. “Digital Skill Acquired
Employment in Asia and The Pacific and Through Non-Formal Education Boost
The Arab States. Geneva : International Youth Employability”. Report. Brussel:
Labour Organization. Telecenter Europe.
Maftuchan, Ah, Eka Afrina, Djamhari, Rah- Salim, Berta and John J. O. I. Ihalauw. 2017.
manda, and Muhammad Thaariq. 2018. “Transformasi Model Bisnis Go-Jek Untuk
“Pengemudi Ojek Daring Dan Kerja Layak.” Keunggulan-Kompetitif Dalam Perkem-
Prakarsa Policy Brief (April 2018):1–4. bangan Ekonomi-Berbagi Dari Sudut Pan-
Muthahhari, Terry. 2017. “Aturan Menggantung dang Pelanggan.” Journal of Business & Ap-
Dan Nasib Buntung Pengemudi Ojek On- plied Management 10(2):106–23.
line.” Tirto.Id. Retrieved (https://tirto. Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif
id/aturan-menggantung-dan-nasib-bun- untuk Demokrasi. 2018. “Ongkos Tersem-
tung-pengemudi-ojek-online-cytm). bunyi Ekonomi Digital : Realitas Pekerja
Nastiti, Aulia D. 2017. “Worker Unrest and Con- Dalam Menopang Masa Depan Ekonomi
tentious Labor Practice of Ride-Hailing Negara.” Position Paper. Jakarta : Serikat
Services in Indonesia.” Pp. 1–39 in Ar- Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk
ryman Symposium. Jakarta: Arryman Sym- Demokrasi.
posium.
72 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Gojek dan Kerja Digital: Kerentanan dan Ilusi Kesejahteraan yang Dialami
Oleh Mitra Pengemudi Dalam Kerja Berbasis Platform Digital

Solutions for Youth Employment. 2018. “Digital Wahyusetyawati, Endang. 2017. “Dilema Peng-
Jobs for Youth : Young Women in The Dig- aturan Transportasi Online.” Jurnal Rechts-
ital Economy”. Report. Washington DC : vinding 1–4.
International Bank for Reconstruction and Wibawa, Berto Mulia, Yani Rahmawati, and
Development/World Bank. Mathias Rainaldo. 2018. “Efisiensi Dan
Suhartoyo, Sonhaji, Muhammad Azhar, and Dampak Ojek Online Terhadap Kesem-
Putut Suharso. 2018. “Legal Aspects of patan Kerja Dan Kesejahteraan.” Esensi :
PT. Gojek Indonesia in the Partnership Jurnal Bisnis Dan Manajemen 8(1):9–20.
Agreement Dealing with the Public Trans- Wibowo, Juventus Bangkit. 2018. “Analisis Per-
port Standards.” E3S Web of Conferences bandingan Antara Pendapatan Driver
68(1):1–8. Go-Jek Full Time Dan Upah Minimum Re-
Suryadarma, Daniel, Asep Suryahadi, and gional Kota : Studi Kasus Di Kota Yogya-
Sudarno Sumarto. 2005. “The Measure- karta.” Thesis. Universitas Sanata Dharma.
ment and Trends of Unemployment in Wisana, I. Dewa G. .., Inaya Rakhmani, Alfindra
Indonesia: The Issue of Discouraged Primaldhi, Paksi Walandouw, and Aditya
Workers”. Working Paper. Jakarta : SMERU Harin Nugroho. 2018. “Dampak GOJEK
Research Institute. Terhadap Perekonomian Indonesia”. Re-
Syafrino, Aprima. 2017. “Efisiensi Dan Dampak port. Jakarta: Lembaga Demografi FEB UI.
Ojek Online Terhadap Kesempatan Kerja
Dan Kesejahteraan.” Thesis. Institut Perta-
nian Bogor.
Tucker, Eric. 2018. “Uber and The Unmaking
and Remaking of Taxi Capitalism : Tech-
nology, Law, Adn Resistance in Histor-
ical Perspective.” Pp. 357–91 in 2Law and
the Sharing Economy : Regulating Online
Market Platforms, edited by D. McKee, F.
Makala, and T. Scassa. Ottawa: University
of Ottawa Press.

Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 73


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda

You might also like