Isolasi Dan Analisis Genistein Dari Tempe Busuk Me
Isolasi Dan Analisis Genistein Dari Tempe Busuk Me
Isolasi Dan Analisis Genistein Dari Tempe Busuk Me
JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA
ABSTRACT
Genistein is one of the aglycone isoflavone compounds in tempe that has various
biochemical activities, including anticancer, antitumor, and antioxidants. Commonly used
isoflavone extraction methods resulted in isoflavone crude extract. The aim of this study was
to isolate the genistein of overripe tempe through determining the appropriate combination of
mobile phases in genistein isolation and the determination of genistein content in both crude
extract and isolate. The overripe tempe was first extracted, then genistein was isolated from
the crude extract using column chromatography method. The determination of mobile phase
combination was done by Thin Layer Chromatography while the genistein content was
quantitatively determined by using High Performance Liquid Chromatography. The results
showed that the appropriate combination of mobile phase for genistein isolation was
chloroform : methanol (15 : 1, v/v). Genistein content in the crude extract and isolates were
4737.50 and 31.36 μg/g extract, respectively. The genistein purity in the isolates was
63.80%, while the purity in the isoflavone extract was 31.98%.
ABSTRAK
Genistein merupakan salah satu senyawa isoflavon aglikon dalam tempe yang memiliki
bermacam-macam aktivitas biokimia, diantaranya antikanker, antitumor, dan antioksidan.
Metode ekstraksi isoflavon yang umum diterapkan, menghasilkan ekstrak kasar isoflavon
yang masih berupa campuran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi genistein
dari tempe busuk melalui tahap penentuan kombinasi fase gerak yang tepat dalam isolasi
genistein serta penentuan kandungan genistein baik dalam ekstrak kasar maupun isolat.
Tempe busuk mula-mula diekstrak, selanjutnya genistein diisolasi dari ekstrak kasar
menggunakan metode kromatografi kolom. Penentuan kombinasi fase gerak dilakukan
secara Kromatografi Lapis Tipis, sedangkan kandungan genistein secara kuantitatif
ditentukan dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kombinasi fase gerak yang tepat untuk isolasi genistein adalah
kloroform : metanol (15 : 1, v/v). Kandungan genistein dalam ekstrak kasar dan isolat
genistein berturut-turut sebesar 4737,50 dan 31,36 μg/g ekstrak. Kemurnian genistein dalam
isolat adalah sebesar 63,80%, sedangkan kemurniannya dalam ekstrak isoflavon adalah
sebesar 31,98%.
88
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018
89
Isolasi dan Analisa Genistein dari Tempe Busuk... Soetjipto et al.
90
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018
Gambar 2. Hasil analisis KLT perbandingan standar genistein dengan ekstrak isoflavon tempe. (Keterangan: Fase
gerak =CHCl3 : CH3OH (v/v); fase diam = plat silika gel; noda kiri = standar genistein; noda kanan =
ekstrak isoflavon tempe)
Tabel 1. Hasil KLT ekstrak isoflavon tempe dan standar genistein pada berbagai perbandingan fase gerak
91
Isolasi dan Analisa Genistein dari Tempe Busuk... Soetjipto et al.
kadar air yang lebih tinggi. Menurut Rosida Rf ekstrak yang relatif bernilai sama
dkk. (2009), kadar air sampel dipengaruhi dengan Rf standar membuktikan bahwa
oleh kadar air awal bahan bakunya. Selain noda yang muncul adalah genistein (Tabel
itu, perbedaan ukuran sampel juga sangat 1). Perbandingan kloroform : metanol (10 : 1,
mempengaruhi nilai kadar air sampel v/v) dan (15 : 1, v/v) menghasilkan
tersebut (Purnama dkk. 2012). Nilai kadar air pemisahan 4 noda, kloroform : metanol (20 :
yang diperoleh digunakan untuk menentukan 1, v/v) dan (25 : 1, v/v) 3 noda, dan kloroform
berat kering dari sampel pada perhitungan : metanol (50 : 1, v/v) 2 noda. Semakin
rendemen ekstrak. banyak perbandingan kloroform yang
digunakan, Rf yang dihasilkan semakin
Rendemen ekstrak isoflavon rendah dan noda yang muncul semakin
Ekstrak isoflavon diperoleh melalui sedikit. Hal ini disebabkan karena senyawa
ekstraksi tempe fermentasi hari ke-4, yang akan dipisahkan semakin tertahan
dengan metode ultrasonikasi menggunakan pada fase diam karena pengaruh polaritas
pelarut etanol 70% yang sebelumnya telah baik dari senyawa, fase diam, maupun fase
melewati tahap defatisasi menggunakan gerak. Rf yang beragam merupakan hasil
pelarut n-heksana. Rendemen ekstrak dari berbagai tingkat afinitas antara
isoflavon yang diperoleh sebesar 24,87% komponen campuran dengan fase diam dan
(b/b). Lewidharti dkk. (2015) melaporkan gerak.
bahwa tempe fermentasi hari ke-4 yang Hasil KLT pada fase gerak kloroform :
diekstrak secara maserasi dengan pelarut metanol (10 : 1, v/v) sesuai dengan
metanol 80%, menghasilkan rendemen penelitian Jyoti et al. (2015) dimana Rf dari
sebesar 30,31% (b/b). Dibandingkan genistein standar sebesar 0,50. Noda
dengan hasil penelitian tersebut, penelitian pemisahan yang terbentuk pada fase gerak
ini menghasilkan rendemen ekstrak yang klorofom : metanol (20 : 1, v/v)
lebih rendah. Hal ini disebabkan karena menunjukkan tailing, dimana noda
efisiensi ekstraksi secara ultrasonikasi juga cenderung miring ke arah kanan. Hal ini
dipengaruhi oleh frekuensi gelombang diduga disebabkan karena kondisi chamber
ultrasonik selain dipengaruhi pemilihan yang belum jenuh sehingga mempengaruhi
pelarut, waktu ekstraksi, dan suhu ekstraksi. migrasi fase gerak menjadi tidak lurus.
Paparan gelombang ultrasonik yang Menurut Sherma dan Fried (2003),
terlalu lama dapat mengganggu stabilitas parameter-parameter yang menyebabkan
senyawa isoflavon. Paparan tersebut tailing adalah volume sampel yang
menimbulkan adanya disosiasi ultrasonik berlebihan saat diaplikasikan ke plat KLT,
sehingga terbentuk senyawa radikal. keaktifan plat KLT, jarak pengembang, dan
Kehadiran senyawa radikal (spesies kejenuhan chamber.
berenergi tinggi) tersebut menyebabkan Noda pemisahan yang berhimpit pada
terjadinya reaksi oksidatif pada proses fase gerak kloroform : metanol (50 : 1, v/v)
ekstraksi yang mempengaruhi stabilitas disebabkan karena polaritas fase gerak
senyawa (Rostagno et al. 2009). Perbedaan yang kurang sesuai sehingga tidak mampu
perlakuan pada sampel tempe, termasuk memisahkan komponen senyawa secara
sumber bahan baku pembuatan tempe maksimal. Noda yang berhimpit juga dapat
(varietas, kematangan, dan tempat tumbuh disebabkan oleh volume sampel yang
kedelai), dan cara pengolahan tempe yang berlebihan saat diaplikasikan ke KLT (Bele
digunakan juga berpengaruh terhadap dan Khale 2011).
rendemen ekstrak yang dihasilkan (Suharto Hasil yang diperoleh menunjukkan
dkk. 2017). fase gerak kloroform : metanol (10 : 1, v/v)
memberikan pemisahan yang paling baik
Kromatografi lapis tipis dilihat dari nilai Rf yang dihasilkan.
Hasil analisis kromatografi lapis tipis Senyawa isoflavon yang dipisahkan dengan
(KLT) ekstrak isoflavon pada berbagai fase gerak tersebut, memenuhi parameter
perbandingan fase gerak dilihat di bawah optimum yaitu nilai Rf berada pada
sinar UV 254 nm (Gambar 2). Ekstrak yang pendistribusian di wilayah 0,2-0,8 (Shewiyo
di-KLT dibandingkan dengan standar genistein et al. 2012). Namun untuk fase gerak yang
pada setiap perbandingan fase gerak. digunakan pada kromatografi kolom,
92
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018
diharapkan jarak pemisahan antar noda membentuk noda dengan nilai Rf relatif
lebih panjang (terutama untuk noda sama, digabungkan menjadi satu kelompok
genistein dengan noda berikutnya) fraksi. Hasil dari KLT gabungan,
sehingga nantinya dapat diperoleh senyawa membentuk 4 kelompok fraksi yaitu fraksi A,
yang lebih murni. Sehingga pada kromato- B, C, dan D (Gambar 3).
grafi kolom digunakan fase gerak kloroform Fraksi A merupakan gabungan dari
: metanol dengan perbandingan 15 : 1 (v/v). fraksi ke-22 hingga 33, fraksi B dari fraksi
Hasil KLT yang diperoleh tidak hanya ke-34 hingga 40, fraksi C dari fraksi ke-41
digunakan untuk menentukan kombinasi hingga 45, sedangkan fraksi D dari fraksi
fase gerak yang tepat untuk isolasi, namun ke-46 hingga 60. Fraksi pertama hingga
juga dapat digunakan untuk memperkirakan fraksi ke-21 dan fraksi ke-61 hingga 66
berapa senyawa yang terpisahkan tidak memperlihatkan adanya noda
berdasarkan jumlah noda pemisahan yang pemisahan yang menunjukkan bahwa pada
muncul. Oleh sebab itu, tahapan optimasi fraksi tersebut hanya terdapat fase gerak.
fase gerak untuk isolasi senyawa penting Fraksi A dan B menunjukkan positif
dilakukan sebelum tahapan isolasi itu sendiri. genistein karena terbentuk noda dengan nilai
Rf yang sama dibandingkan dengan Rf
Kromatografi kolom standar genistein, yaitu sebesar 0,47. Fraksi
Terhadap 0,305 g ekstrak isoflavon A dinilai relatif lebih murni sebagai isolat
tempe, dilakukan proses pemisahan genistein secara KLT karena menghasilkan
dengan menggunakan fase diam silika gel noda tunggal, sedangkan fraksi B
60 (70-100 Mesh) sebanyak 3 g (panjang menghasilkan dua noda dimana noda kedua
kolom 20 cm, diameter 1 cm) menggunakan diduga masih termasuk senyawa golongan
fase gerak kloroform : metanol (15 : 1, v/v). isoflavon yang terkandung dalam tempe.
Hasil kromatografi kolom adalah 66 fraksi Fraksi A inilah yang selanjutnya disebut
(tiap fraksi ± 0,5 mL). Selanjutnya terhadap isolat genistein dan digunakan untuk analisis
fraksi-fraksi tersebut dilakukan KLT lanjutan. Fraksi B, C, dan D menghasilkan
gabungan dimana tiap fraksi dianalisis noda sangat tipis. Hal ini diduga karena
menggunakan KLT, fase gerak kloroform : kadar senyawa isoflavon dalam fraksi
metanol (10 : 1, v/v). Fraksi-fraksi yang tersebut sangat rendah.
Gambar 3. Hasil analisis KLT perbandingan standar genistein dengan fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom.
(Keterangan: fase gerak = CHCl3 : CH3OH (10 : 1, v/v); fase diam = plat silika gel; noda kiri ke kanan =
standar genistein, fraksi A, fraksi B, fraksi C, dan fraksi D)
93
Isolasi dan Analisa Genistein dari Tempe Busuk... Soetjipto et al.
a.
b.
Gambar 4. Kromatogram HPLC (a). ekstrak isoflavon tempe dan (b). isolat genistein
94
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018
muncul pada waktu retensi 27,000 dan (1976), kolom yang digunakan untuk
27,683 menit. Puncak-puncak lain yang kromatografi kolom harus dielusi dengan
terdeteksi diduga merupakan senyawa campuran pelarut yang setidaknya memiliki
golongan isoflavon, salah satu diantaranya polaritas seperti pelarut yang digunakan
yang dominan diduga merupakan daidzein untuk melarutkan sampel. Keterbatasan
(tR = 15,800 menit). tersebut sering menyebabkan pemisahan
Kadar genistein dari hasil analisis dan goresan komponen menjadi tidak baik.
dengan HPLC pada ekstrak isoflavon Bila dibandingkan antara isolat (31,36
sebesar 4737,50 μg/g ekstrak. μg/g ekstrak) dengan ekstrak isoflavon
Dibandingkan dengan hasil penelitian (4737,50 μg/g ekstrak), genistein yang
Yunindarwati dkk.(2016), penelitian ini terisolasi dalam isolat relatif lebih rendah.
menghasilkan ekstrak dengan kadar Hal ini menunjukkan metode isolasi yang
genistein yang lebih tinggi. Yunindarwati dilakukan dengan menggunakan fase diam
dkk. (2016) melaporkan bahwa ekstrak silika gel 60 (70-100 Mesh) dan fase gerak
kedelai terfermentasi Aspergillus oryzae kloroform : metanol (15 : 1, v/v) masih perlu
hari ke-4 mengandung genistein sebesar dikembangkan lebih lanjut agar % recovery
54,373 ± 1,755 μg/g ekstrak. genistein dapat lebih sempurna.
Salah satu penyebab perbedaan Kemurnian genistein dihitung
kadar genistein dalam ekstrak, diduga berdasarkan area puncak kromatogram
disebabkan oleh jenis kapang yang (Gambar 4), yaitu dengan membagi area
digunakan dalam proses pembuatan tempe. puncak genistein dengan total area puncak-
Cheng et al. (2010) menyatakan bahwa puncak yang ada. Sehingga kemurnian
jenis kapang yang berbeda, memiliki genistein dalam isolat sebesar 63,80%.
aktivitas biotransformasi isoflavon yang Dibandingkan dengan kemurniannya dalam
berbeda pula. Menurut Lee dan Chou ekstrak isoflavon sebesar 31,98%,
(2006), Rhizopus sp. no. 2 menunjukkan kemurnian genistein dalam isolat lebih besar
peningkatan tertinggi isoflavon aglikon hampir mencapai 2 lipat. Namun,
dalam fermentasi koji kacang hitam sebesar kemurnian tersebut dinilai masih belum
2,9 hingga 58,9% setelah fermentasi, cukup besar sehingga seperti yang sudah
dibandingkan dengan Aspergillus awamori, disebutkan sebelumnya, metode yang
Aspergillus oryzae, Aspergilllus sojae, dan diterapkan pada penelitian ini masih perlu
Rhizopus azygosporus yang hanya berkisar dikembangkan lebih lanjut.
18,9 – 38,9% setelah fermentasi.
Biotransformasi isoflavon glikosida KESIMPULAN
(genistin) menjadi isoflavn aglikon
(genistein) terjadi akibat reaksi hidrolisis Kombinasi fase gerak yang tepat
oleh aktivitas enzim β-glukosidase. Reaksi dalam isolasi genistein adalah kloroform :
hidrolisis genistin menjadi genistein metanol (15 : 1, v/v). Kandungan genistein
ditunjukkan pada Gambar 5. dalam ekstrak kasar isoflavon tempe busuk
Kadar genistein dalam isolat terukur hari ke-4 dan isolat genistein berturut-turut
sebesar 31,36 μg/g ekstrak. Bila sebesar 4737,50 dan 31,36 μg/g ekstrak.
dibandingkan dengan kadar genistein
dalam ekstrak kasar yang diisolasi (yang DAFTAR PUSTAKA
digunakan untuk kromatografi kolom), yaitu
sebesar 248,66 μg/g ekstrak, maka dapat Ahmad A, Ramasamy K, Majeed ABA, Mani
ditentukan persen perolehan kembali (% V (2015) Enhancement of β-secretase
recovery) yaitu sebesar 12,61%. inhibition and antioxidant activities of
Rendahnya % recovery yang diperoleh tempeh, a fermented soybean cake
diduga disebabkan karena ada sebagian through enrichment of bioactive
genistein yang belum terpisah dengan aglycones. Pharm Biol 53:758–766.
senyawa lain (masih dalam bentuk doi: 10.3109/13880209.2014.942791
campuran) (Gambar 3), selain itu terdapat Ariani SRD, Hastuti W (2009) Analisis
keterbatasan pada sistem kromatografi isoflavon dan uji aktivitas antioksidan
kolom yang mempengaruhi hasil pada tempe dengan variasi lama waktu
pemisahan. Menurut Beller dan Hilleary fermentasi dan metode ekstraksi.
95
Isolasi dan Analisa Genistein dari Tempe Busuk... Soetjipto et al.
96
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 1 Thn 2018
97