Analisis Kinerja Crushing Plant Pada Tambang Andesit Berdasarkan Target Produksi Di PT Buana Nur Barokah Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat
Analisis Kinerja Crushing Plant Pada Tambang Andesit Berdasarkan Target Produksi Di PT Buana Nur Barokah Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat
Abstract. The andesite processing unit consist of several equipment including hopper, primary crushing,
secondary crushing, screening and belt conveyor. Each equipment in a processing unit has continuity with
each other equipment. Initial stages of the process of andesite is crushing and then the process of separation
of size. PT Buana Nur Barokah has one crushing plant with production capacity for jaw crusher with 200
tons per hour and production capacity for cone crusher with 150 ton per hour. PT Buana Nur Barokah
produces split 1, split 2, split 3 and stone ash. During the production process there are some constraints that
become obstacles and that will affect the production, consequently production targets are not achieved. Based
on research the production capacity for jaw crusher is 141,40 ton per hour with 70,55% appliance efficiency
and production capacity for cone cruher is 139,57 ton per hour with 79,10% appliance efficiency. In the
primary crushing stage, Mechanical Avability (MA) = 85,51%, Phyisical Avability (PA) = 88,05%, Use of
Avability (UA) = 80,12%, Effective of Utilization (EU) = 70,55 %. In the secondary crushing stage,
Mechanical Avability (MA) = 88.82%, Phyisical Avability (PA) = 90,04%, Use of Avability (UA) = 87,85%,
Effective of Utilization (EU) = 79,10 %. In the crushing plant unit there is a material that is lost at 1.01 tons
per hour or equal to 0.72% of total incoming feed.
Keywords : Crushing Plant, Obstacles, Production Target , Production Capacity.
Abstrak. Pada unit pengolahan batuan andesit terdiri dari beberapa alat diantarannya tempat penampungan
(hopper), alat peremuk tahap pertama (primary crushing), alat peremuk tahap kedua (secondary crushing),
alat sizing (screening), serta belt conveyor. Tiap alat pada suatu unit pengolahan memiliki kesinambungan
dengan tiap alat lainnya. Tahapan awal dari proses pengolahan batuan andesit yakni proses penghancuran
batuan (crushing) kemudian dilakukan proses pemisahan ukuran (sizing). PT Buana Nur Barokah memiliki
satu unit crushing plant dengan kapasitas produksi untuk alat jaw crusher sebesar 200 ton/jam serta untuk
alat cone crusher sebesar 150 ton/jam. PT Buana Nur Barokah menghasilkan produk akhir split 1, split 2,
split 3 dan abu batu. Pada kegiatan produksi berlangsung terjadi beberapa hambatan yang terjadi yang akan
berpengaruh pada jumlah produksi yang dihasilkan sehingga target produksi yang ditetapkan tidak tercapai.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan kapasitas produksi untuk alat jaw crusher sebesar 141,40 ton/jam
dengan efisiensi kerja alat sebesar 70,55% dan untuk alat cone crusher sebesar 139,57 ton/jam dengan
efisiensi kerja alat sebesar 79,10%. Pada tahap primary crushing diperoleh hasil Mechanical Avability (MA)
= 85,51%, Phyisical Avability (PA) = 88,05%, Use of Avability (UA) = 80,12%, Effective of Utilization
(EU) = 70,55%. Pada tahap secondary crushing diperoleh hasil Mechanical Avability (MA) = 88,82%,
Phyisical Avability (PA) = 90,04%, Use of Avability (UA) = 87,85%, Effective of Utilization (EU) =
79,10%. Pada unit crushing plant terdapat material yang hilang sebesar 1,01 ton per jam atau 0,72% dari
hasil jumlah umpan yang masuk.
Kata Kunci : Pengolahan Bahan Galian, Hambatan, Target Produksi, Kapasitas Produksi.
A. Pendahuluan
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan akan permintaan bahan galian
tambang semakin meningkat secara signifikan. Salah satu bahan galian tambang yang
dibutuhkan untuk saat ini yakni batuan andesit. Permintaan akan batuan andesit akan
469
470 | Dityanto Muhammad Taufik, et al.
penambangan yang berupa andesit yang di olah menjadi bahan produk untuk di
pasarkan, yang lebih dikenal dari produk ini adalah bahan konstruksi. Dari alat-alat
penghancuran ini biasanya memakai alat jaw crusher, hopper, feeder, belt conveyer,
screening, cone cruher dan lainnya.
1. Hopper
Hopper adalah suatu alat untuk menampung material sebelum material
dimasukkan ke dalam alat peremuk batu (crusher). Tujuannya adalah agar
material yang diangkut alat muat/alat angkut dapat tertampung semuanya kepada
hopper. Dengan menggunakan rumus di bawah ini volume suatu hopper dapat
ditentukan sebagai berikut :
+
=
2
Keterangan :
V : Volume
P : Panjang Atas
A1 : Lebar Bawah
A2 : Lebar Atas
H : Tinggi
2. Feeder
Feeder adalah suatu alat yang berfungsi untuk memberikan umpan (feed) kepada
jaw crusher secara teratur dan kontinyu.
3. Jaw Crusher
Jaw crusher adalah alat peremuk tingkat pertama (primary crusher) yang
memberikan batuan yang berasal dari tambang. Jaw crusher terdiri dari dua plat
(crushing face) yang terbuat dari pelat baja yang berhadap-hadapan, membentuk
sudut kecil ke arah bawah, dimana salah satu pelat diam dan yang satu lagi dapat
bergerak membuka dan menutup seperti rahang binatang (jaw). Jaw Crusher
bekerja mengandalkan kekuatan motor . Melalui roda motor, poros eksentrik
digerakkan oleh sabuk segitiga dan slot wheel untuk terdiri dari jaw plate, jaw
plate yang bergerak dan side-lee board dapat dihancurkan dan diberhentikan
membuat jaw plate bergerak seirama. Oleh karena itu, material dalam rongga
penghancuran yang melalui pembukaan pemakaian. Kerja alat ini adalah dengan
menggerakan salah satu jepit, sementara jepit yang lain diam. Tenaga yang
dihasilkan oleh bagian yang bergerak mampu menghasilkan tenaga untuk
menghancurkan batuan yang keras. Kapasitas jaw crusher ditentukan oleh ukuran
crusher.
4. Cone Crusher
Cone crusher adalah suatu alat untuk mengecilkan ukuran batuan atau material
karena untuk menambah daerah penghalusan (fine crushing zone) dan
memperbesar tempat pengeluaran yang nantinya diharapkan gaya yang bekerja
terhadap material jadi lebih besar, sehingga jumlah dan kapasitas cone menjadi
lebih besar pula. Ketika bekerja, cone crusher berputar exentric atau membuat
kisaran sehingga celah antara cone dan bowl (mantle) akan melebar dan
menyempit pada setiap putaran. Pelebaran dan penyempitan inilah yang dipakai
untuk memecahkan material.
5. Screen
MA = We/(We+R) x 100%
Kesediaan Fisik (Physical of Availability)
Phyisical avability merupakan penghitungan untuk menunjukan hilangnya
waktu kerja alat yang diakibatkan oleh hal selain kerusakan alat / mesin. Kesediaan fisik
pada umumnya selalu lebih besar daripada kesediaan mekanis, dapat dinyatakan dengan
persamaan:
PA= (We+S)/(We+R+S) x 100%
Kesediaan Penggunaan (Use of Availability)
Kesediaan penggunaan menunjukan berapa persen (%) waktu yang
dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat
dipergunakan (tidak rusak), dinyatakan dengan persamaan:
UA = We/(We+S) x 100%
Penggunaan Efektif (Effective of Utilization)
Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen (%) dari seluruh waktu kerja
yang tersedia dapat dipergunakan untuk kerja produktif, dinyatakan dengan persamaan:
EU = We/(We+R+S) x 100%
Keterangan:
We = Waktu efektif yaitu waktu yang benar-benar digunakan untuk bekerja
termasuk dari tempat kerja, dinyatakan dalam jam.
R = Repair (waktu perbaikan), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan
dikarenakan kerusakan alat, dinyatakan dalam jam.
S= Standby (waktu menunggu), yaitu waktu di mana suatu alat tersedia untuk
dioperasikan, tetapi tidak digunakan karena selain kerusakan alat, dinyatakan
dalam jam.
Reduction Ratio
Reduction ratio adalah rasio antara ukuran umpan (feed) dengan ukuran produk
hasil penghancuran (crushing).
Perhitungan reduction ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Reduction Ratio = (Ukuran Feed)/(Ukuran Produkta)
dimana :
RR = Reduction Ratio
C. Hasil Penelitian
Pengambilan Sampel Belt Conveyor
PT Buana Nur Barokah memiliki 10 belt conveyor. Belt conveyor 1 merupakan
belt conveyor yang membawa material berupa base coarse. Belt conveyor 2 dan belt
conveyor 3 membawa material hasil peremukan oleh jaw crusher yang berasal dari
hopper. Selanjutnya material ditransportasikan menggunakan belt conveyor 4 menuju
surge bin. Material yang dari surge bin kemudian diangkut oleh belt conveyor 4 menuju
alat cone crusher. Material hasil cone crusher kemudian diangkut oleh belt conveyor 5
dan conveyor 6 menuju alat screening. Cone crusher akan menghanghasilkan produk
berupa split dan abu batu. Produk split akan diangkut menggunakan belt conveyor 7, 8
dan 9 sedangkan produk abu batu akan diangkut menggunakan belt conveyor 10.
Kapasitas
UNIT Produk Jumlah (Ton)
kg/jam ton/jam
BC- 01 Screening 30 mm 9.458,12 9,46 9,46
BC- 02 Hasil Jaw Crusher 141,401,48 141,40 141,40
BC- 03 Dari Conveyor 02 140,983,52 140,98 140,98
BC- 04 Berasal dari Surge Bin 140.318,07 140,32 140,32
BC- 05 Hasil Cone Crusher 139.574,59 139,57 139,57
BC- 06 Dari Conveyor 05 140.178,00 140,18 140,18
BC- 07 Vibtaring Screen 1 37.720,62 37,72
BC- 08 Vibrating Screen 2 41.704,68 41,70
139,31
BC- 09 Vibrating Screen 3 25.680,17 25,68
BC- 10 Vibrating Screen 4 34.202,96 34,20
Loosing
Proses Umpan Masuk Umpan Keluar Total
% Total (Ton/Jam) Total (%)
(Ton/jam)
Secondary Crushing 140,32 139,57 0,74 0,53%
1,01 0,72%
Sizing 140,18 139,91 0,27 0,19%
3. Pada proses crushing dan sizing terdapat loosing materials atau material return
sebesar 1,01 ton/jam atau sebesar 0,72% dari hasil jumlah umpan yang masuk
dengan jumlah produkta total.
4. Berdasarkan nilai Avaibility diketahui bahwa pemilihan alat crusher unit
pengolahan sudah sesuai.
Saran
Dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan di PT Buana Nur Barokah, terdapat
beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh pihak perusahaan seperti beberapa
poin berikut ini:
1. Memperhatikan ukuran umpan yang masuk ke dalam hopper sehingga tidak
terjadinya selip pada mulut jaw crusher dan penyumbatan pada bagian dalam
hopper.
2. Diperlukan pemeriksaan kondisi alat yang digunakan sehingga tidak terjadi
masalah saat kegiatan produksi berlangsung.
3. Diperlukan upaya untuk meningkatkan efisiensi kerja untuk crushing plant
dikarenakan banyaknya hambatan yang terjadi, khususnya pada saat proses
menunggu alat angkut.
4. Diperlukan upaya untuk mengurangi hambatan pada proses primary crushing agar
pada proses pengolahan selanjutnya bisa berjalan dengan lancar.
Daftar Pustaka
Agustiar, Taufan, 2015, “Analisis Kinerja Alat Crushing Plant Pada Tambang Andesit
Untuk Meningkatkan Produksi 125.000 Ton/Bulan Di Pt Mandiri Sejahtera
Sentra, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta,
Provinsi Jawa Barat ”. Teknik Pertambangan, Universitas Islam Bandung.
B.A.Wills 2006, “Mineral Processing Technology: An Introduction To Partical Aspect of
Ore Recovery,Pergamon Press”, New York
CEMA, 2007, “Belt Conveyor For Bulk Material”, Conveyor Equipment Manufacture
Association, United State Of America.
Currie, John M, 1973, “Operation Unit in Mineral Processing”, CSM Press, Columbia.
Firmansyah, Rd. Pirlan, 2016, “Analisis Kinerja Crushing Plant A Dan Hubungannya
Dengan Production Rate IndexDi Pt Lotus Sg Lestari Kampung Pabuaran Desa
Cipinang, Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat ”. Teknik
Pertambangan, Universitas Islam Bandung.
Gustav, Tarjan, 1981, “Mineral Processing Technology”, Akademia Kiado, Budapest.
Prodjosumarto, P., 1993, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Teknik Pertambangan, Institut
Teknologi Bandung.
Restu, M.Shadiq Dwipa, 2018, “Evaluasi Kinerja Crushing Plant Untuk Mencapai Target
Produksi Andesit Di PT Lotus SG Lestari, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin
Selatan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat”. Teknik Pertambangan,
Universitas Islam Bandung.
Tobing, Ir. H. S. L., 2005. “ Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian “, Bandung.