Jurnal Pengantar Bisnis 1

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

PENTINGNYA PROFESI WIRAUSAHA DI INDONESIA

Oleh: Z. Heflin Frinces


(Program Magister Manajemen STIE Mitra Indonesia Yogyakarta)

Abstract
Entrepreneur is a subject that has been widely discussed because it has
long been recognized to have played a significant role in not only
increasing one’s income but more than that it has been noted to improve
people’s quality of life and nation’s prosperity as it has been shown in the
experiences of many developed and developing countries such as Malaysia,
Singapore, Taiwan, Hongkong, Japan, South Korea, the United States of
America, and most of European countries. At present governments of
those countries are providing a great deals of attention and efforts to
increase number of entrepreneurs in these countries including Indonesian
Government. As noted in this article that it requires at least 2% of a
country’s population are entrepreneurs to reach a prosperity level of a
country and to increase purchasing power of the population. Those
experiences have led many experts and governments in many countries
are very keen to study nature and characteristics of entrepreneurs and
looking for right answers to questions as to why is it so important to be an
entrepreneur?, why society need entrepreneur?, and what are the
elements of becoming successful entrepreneurs?. Answers to these
questions will be found in this article. But what interest to some quarters
to note is that (1) successful entrepreneur are characterized as to have
strong willingness to take risk and to undertake strategic changes as
required to make progress, and (2) there are specific skills such as skills to
produce products and services, to market, and to calculate cost and profit
quickly required by any successful entrepreneurs.
Keywords: entrepreneur, take risks, strategic change, purchasing power,
prosperity, skills.
.

34
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

A. Pendahuluan
Makalah ini berisikan kajian strategis tentang masalah kewirausahaan yang kini
menjadi bagian penting dalam pembuatan kebijakan bisnis, industri dan ekonomi
pemerintah di berbagai tingkatan di Indonesia. Topik ‘Pentingnya Profesi Wirausaha di
Indonesia’ ini diangkat di sini karena telah menjadi topik penting dalam berbagai
forum diskusi di Indonesia. Studi tentang ‘entrepreneurial development’ juga marak
dibahas di berbagai forum hampir seluruh dunia karena kaitannya dengan usaha
untuk pembangunan ekonomi regional dan nasional. Pemerintah Indonesia di semua
tingkatan pusat dan daerah dalam kurun hampir sepuluh tahun terakhir ini telah
memberikan perhatian dan alokasi anggaran yang cukup besar untuk menciptakan
lebih banyak wirausaha, entrepreneurs. Kenapa penting?, Jawabannya singkat,
karena besarnya peran yang dimainkan oleh wirausaha di dalam mengatasi berbagai
problematik pembangunan ekonomi nasional seperti masalah pengentasan
kemiskinan, tingginya jumlah pengangguran, rendahnya daya beli, sulitnya penciptaan
lapangan usaha dan lapangan kerja, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Masalah-masalah ini sangat relevan dengan kondisi objektif yang ada di Indonesia,
dan untuk pembahasan yang berkaitan dengan profesi wirausaha adalah sesuatu isu
yang sangat penting untuk didiskusikan secara luas. Makalah singkat ini akan
mempresentasikan beberapa pemikiran tentang pentingnya profesi wirausaha di
Indonesia dan secara eksplisit mencari jawaban mengapa begitu penting menjadi
seorang wirausaha?, mengapa masyarakat membutuhkan wirausaha?, dan
ketrampilan (skills) penting apa saja yang membuat para wirausaha berhasil?.

B. Mengapa Masyarakat Butuh Wirausaha?


Mengapa masyarakat butuh wirausaha?. Pertanyaan ini muncul sebagai akibat
dari dinamika perkembangan ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pentingnya
(1) pertumbuhan ekonomi dan pengembangan bisnis untuk meningkatkan daya beli
dan kemakmuran rakyat, dan (2) kemampuan pemerintah untuk memberikan
pelayanan yank memuaskan kepada masyarakat. Dalam perkembangannya wirausaha
telah membuktikan dirinya berperan untuk dapat memberikan kontribusi yang sangat
nyata dan penting untuk membangun ke dua hal tersebut.
Menurut Yusof, Permula, dan Pangil (2005) bahwa ada empat alasan mengapa
para wirausaha (entrepreneurs) penting di dalam masyarakat, yaitu:
1. Untuk mendayagunakan faktor-faktor memproduksi seperti tanah, modal,
teknologi, informasi dan berbagai sumber daya manusia (SDM) di dalam
memproduksi tugas-tugas yang efektif (producing effective tasks).

35
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

2. Mengidentifikasi berbagai peluang di dalam lingkungan dengan meningkatkan n


aktivitas yang akan memberikan manfaat kepada setiap orang (beneficial to
everyone).
3. Untuk memilih pendekatan yang terbaik dalam mendayagunakan semua faktor
produksi agar supaya meminimalkan pemborosan di dalam berbagai kegiatan
kewirausahaan (minimize wastage in entrepreneurial activities).
4. Untuk kemanfaatan generasi mendatang (benefit of the future generation).
Pentingnya wirausaha di dalam masyarakat tersebut tidak sekedar menjadi ‘alat’
untuk melakukan perbaikan dan perubahan di dalam kualitas hidup diri dan
masyarakat, tetapi juga wirausaha juga dibuktikan dapat berperan signifikan di dalam
mewujudkan kualitas diri masyarakat dan bangsa. Negara-negara yang telah berhasil
maju dan juga berhasil dalam meningkatkan kemakmuran rakyatnya seperti Jepang,
Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Amerika Serikat, Kanada, Negara-negara Eropa
Barat, Australia, Inggris, dan lain sebagainya disebabkan oleh salah satu utamanya
adalah karena Negara-negara tersebut memiliki banyak wirausaha. Bukti ini diperkuat
lagi dengan hasil studi oleh Peter F. Drucker dalam bukunya berjudul Innovation and
Entrepreneurship yang deduktif oleh DR. Ir. Ciputra dalam artikel beliau di SK Indopos
(Sabtu, 21 Februari 2009 dan lihat juga Drucker 1994) dengan judul ‘Solusi Job
Creation di Tengah Krisis Global’ menemukan bahwa entrepreneur (wirausaha)
mempunyai peran yang besar di dalam menciptakan lapangan kerja di Amerika
Serikat (AS) dalam kurun waktu 1965-1985 sedangkan pada waktu tersebut kondisi
ekonomi AS sangat tidak menguntungkan yang disebut oleh Drucker sebagai the –no-
growth economy. Drucker mengatakan, seperti yang dikutip oleh Ciputra (21 Februari
2009) sebagai “ In no other peace time period has the United States created as many
new jobs, whether measured in percentage or in absolute number”.
Dalam perspektif lain, seorang pakar bisnis, David McClelland yang juga dikutip
oleh Ciputra (2009) bahwa salah satu syarat suatu negara untuk mencapai tingkat
kemakmuran diperlukan 2% dari jumlahnya penduduknya adalah entrepreneur
(wirausaha). Sementara saat ini (Juni 2009) Indonesia yang memiliki sekitar 400.000
orang wirausaha atau sama dengan 0.18% dari jumlah penduduk. Bila rumusan 2%
dari jumlah penduduk diperlukan untuk mencapai tingkat kemakmuran Indonesia,
maka Indonesia saat ini harus memiliki sekitar 4.600.000 orang. Bila selama 30 tahun
ini sejak awal Era Order Baru hingga Era Reformasi baru mencapai 400.000 orang,
maka, bila tidak adanya rekayasa dan perubahan strategis yang drastis, diperlukan
waktu selama 345 tahun untuk memiliki 4.600.000 wirausaha (4.600.000 orang
wirausaha : 400.000 orang wirausaha) = (11.5 x 30 tahun).

36
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

Untuk mencapai tingkat kemakmuran bukan hal yang mudah. Diperlukan,


perubahan, usaha dan kerja keras yang terfokus serta sistematik oleh Negara,
pemerintah, dan keluarga, terutama individual rakyat untuk mentransformasikannya
dari kondisi sekarang untuk menjadi wirausaha. Menjadi wirausaha bukan sebagai
alternative profesi, tetapi menjadi wirausaha adalah sebuah pilihan strategis yang
harus dibuat dengan tekad yang bulat dan kuat. Pada kondisi sekarang ini dapat
dikatakan bahwa kunci kemakmuran adalah wirausaha, dan wirausaha adalah sebuah
profesi yang sangat menjanjikan bagi kebaikan dalam kualitas hidup dengan
meningkatkan daya beli. Daya beli tercipta dengan tingginya pendapatan yang
diperoleh sebagai akibat dari profesi yang ditekuni. Pada saat ini, Singapura yang
miskin sumber daya alam, tetapi memperoleh pendapatan per kapita sebesar US$
37.000 per tahun, dibanding dengan Indonesia yang hanya memiliki sekitar US$ 2.200
per tahun. Angka ini memberikan pesan dan kesan bahwa wirausaha sebuah profesi
mulia yang perannya untuk membangun masyarakat dan Negara yang makmur
sangat jelas dan besar, khususnya bila kita mengkaji kemajuan-kemajuan yang
dicapai oleh Negara-negara maju lainnya di dunia baik itu di Eropa, Amerika, Australia
dan Asia. Karena Negara-negara tersebut, khususnya pemerintah dan rakyat telah
memilih wirausaha sebagai profesi utama yang sangat penting dan
ditumbuhkembangkan secara sengaja (intentionally).
Pilihan untuk menjadi seorang wirausaha juga disebabkan karena adanya
keyakinan yang kuat secara individual bahwa profesi sebagai wirausaha merupakan
‘jalan yang baik’ (road map) untuk melakukan perubahan dalam kualitas kehidupan
baik secara individual maupun bermasyarakat. Kualitas diri yang diinginkan adalah
secara ekonomis menjadi lebih sejahtera dan kemudian makmur. Untuk alasan ini
masyarakat kemudian melihat bahwa menjadi atau berprofesi sebagai seorang
wirausaha mempunyai keuntungan mendasar (Z. Heflin Frinces, 2004, 79-80 dan Z.
Heflin Frinces, 2009) yaitu:
1. Peluang untuk dapat mengontrol nasib diri sendiri.
2. Peluang untuk mencapai potensi penuh diri sendiri.
3. Peluang untuk memperoleh keuntungan secara keuangan.
4. Peluang untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dan diakui atas
usahanya.
5. Dapat mengatur waktu sendiri sesuai dengan kehendaknya dan sesuai dengan
tantangan kerja saat itu.
6. Dapat menjadi wahana yang tepat untuk membuktikan kemauan dan keyakinan
pribadinya bahwa dia dapat melakukan sesuatu yang berguna dan bahkan lebih
baik.

37
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

7. Dapat mensetting persaingan antara dirinya dengan orang lain atau pihak lain
bahwa dirinya juga akan mampu melakukan hal yang sama atau bahkan lebih
baik.
Dalam dimensi yang lebih luas, wirausaha sangat diperlukan karena perannya di
dalam mendinamisasikan kegiatan ekonomi bisnis keluarga, masyarakat, daerah dan
Negara, yaitu dengan munculnya para pelaku ekonomi bisnis baru yang disebut
wirausaha. Bila dinamisasi kegiatan ekonomi bisnis ini dapat dipertahankan dan
bahkan ditingkatkan dalam waktu yang cukup lama, maka hal ini akan dapat
membuat fondasi yang kuat bagi ketahanan (resilience) ekonomi negara terhadap
fluktuasi dan krisis ekonomi global (Z. Heflin Frinces, 2004 dan 2009) seperti yang
pernah terjadi pada tahun 1998 dan 2008 hingga saat ini. Bentuk kegiatan ekonomi
bisnis baru yang dapat dilahirkan oleh wirausaha antara lain:
1. Memunculkan kegiatan baru bisnis:
a. Impor dan ekspor produk dan jasa serta adanya pertukaran tenaga ahli atau
tenaga teknis akibat kerjasama bisnis.
b. Sebagai penghasil bahan baku, penghasil produk dan jasa dan juga berperan
menciptakan unit usaha baru lainnya.
c. Terciptanya pedagang atau pengusaha perantara dalam berbagai skala mikro,
kecil dan menengah.
d. Munculnya banyak pengusaha mikro dan kecil yang berperan sebagai agensi
dari perusahaan yang berskala menengah / besar.
e. Menciptakan dinamisme dan strategi pemasaran baru bagi usaha untuk
memenangkan persaingan bisnis dengan menggunakan berbagai bentuk
media untuk promosi dan pemasaran.
f. Munculnya berbagai jenis dan skala usaha atau kegiatan bisnis seperti
tersebut di atas membawa manfaat yang besar bagai masyarakat untuk dapat
mencari lapangan kerja, dan juga memunculkan lapangan alternatif usaha
baru.
2. Memunculkan pembudayaan semangat persaingan bisnis yang tinggi:
a. Membangun lingkungan kerja dan organisasi serta budaya korporat yang
kondusif untuk pertumbuhan kreativitas sumber daya manusia (SDM) dan
persaingan antar staf untuk berprestasi tidak saja dalam hal inovasi produk,
jasa, dan system baru, tetapi juga lebih peka / sensitif terhadap pemuasan
kepada konsumen dan antisipatif dalam pemecahan masalah yang dihadapi
oleh organisasi.
b. Untuk menang dalam persaingan bisnis para pelaku bisnis harus mempunyai
daya saing yang tinggi. Untuk mempunyai ini seorang wirausaha harus

38
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

mempunyai kreativitas yang tinggi agar dapat memunculkan berbagai inovasi


baru baik dalam penciptaan produk dan jasa, dalam desain, kemasan dan
kualitas, strategi dan pemasaran, dan dalam penguasaan keahlian dan
teknologi.
3. Pemenuhan kebutuhan pasar dengan cepat:
Salah satu watak atau perilaku seorang wirausaha adalah kemampuannya untuk
membaca kondisi pasar. Hasil bacaan tersebut kemudian dihitung dengan cepat
dan pada akhirnya akan dapat disimpulkan besarnya keuntungan yang akan
diperoleh sebagai hasil dari usaha aktif dalam pemenuhan kebutuhan pasar, dan
juga akan diketahui dengan jelas berapa besar skala potensi pasar tersebut. Apa
yang akan dilakukan oleh wirausaha tersebut akan memunculkan hal-hal sbb:
a. Menyediakan banyaknya pilihan atau pilihan alternatif produk dan jasa baru
dalam pasar (new products and services).
b. Menciptakan alternatif tempat / lokasi baru untuk transaksi bisnis (new place
of business transaction).
c. Menciptakan konsumen baru dengan munculnya produk dan jasa baru (new
buyers).
d. Cara baru dalam berbisnis (new way of doing business).
e. Mencoba menciptakan kepemimpinan baru dalam pasar (new market leader).
Dari berbagai butir argumentasi tersebut di atas, maka pilihan untuk berprofesi
sebagai wirausaha pada intinya tertuju pada beberapa hal penting yaitu:
1. Kemampuan \untuk melakukan perubahan atas kualitas diri pribadi dan
masyarakat.
2. Kemampuan untuk mendayagunakan peluang dan potensi secara fektif dan
menguntungkan.
3. Kemampun melakukan inovasi baru atas produk, jasa, system, dan strategi bisnis
untuk meningkatkan daya saing agar menghasilkan usaha yang profitabel /
menguntungkan.

C. Wirausaha dan Kewirausahaan


Pembicaraan tersebut di atas menekankan pentingnya profesi wirausaha.
Penekanan yang demikian membuat kita untuk mengkaji secara singkat dan sistimatik
tentang apa itu wirausaha dan kewirausahaan.
1. Wirausaha.
Wirausaha atau entrepreneur yang berasal dari kata bahasa Perancis
entreprendre yang berarti melakukan (to undertake) atau mencoba (trying).
Dalam bahasa Indonesia yang sederhana wirausaha dapat dimaknai sebagai

39
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

sebuah kemampuan (an ability) yang di dalamnya termasuk dalam artian ‘usaha’
(effort), aktivitas, aksi, tindakan dan lain sebagainya untuk menyelesaikan suatu
tugas (task). Arti atau makna dari wirausaha yang kita ketahui seperti saat
sekarang ini diawali oleh pemikiran dari studi yang dilakukan oleh para ekonom
terkemuka pada abad ke 18 dan ke 19. Para ekonom seperti Richard Cantillon
(1725) dan J.B. Say (1805) dan Joseph Schumpeter (1934) telah memberikan
definisi tentang wirausaha. Richard Cantillon (1725) yang dikutif di dalam buku
Hisrich dan Peter (1998) yang kemudian disitir oleh Yusof, Perumal dan Pangil
(2005) mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang siap untuk
mengambil risiko-risiko dan dia berbeda dari orang-orang yang mensuplai modal
dengan harapan sebuah keuntungan yang tetap. Para wirausaha juga dipandang
berbeda dari seorang kapitalis (pemodal) yang mensuplai modal dan bersamaan
dengan itu mengeksploitasi pihak yang terlibat (entrepreneur as an individual who
is ready to take risks and is different from those supply capital with the
expectation of a fixed return. Entrepreneurs are also viewed as different from a
capitalist who supplies capital and at the same time exploit the party involved).
Sebaliknya Cantillon juga melihat para wirausaha sebagai agen-agen yang
membeli alat-alat manufaktur untuk menghasilkan sebuah produk yang dapat
dipasarkan. Tetapi, para wirausaha harus mengambil resiko-resiko sambil
membeli berbagai jenis produk. J.B. Say seperti yang dikutif Hisrich dan Peter
(1998) yang kemudian dikutif oleh Yusof, Perumal dan Pangil (2005),
menggambarkan wirausaha sebagai pengorganisir sebuah perusahaan yang
memainkan peran sebagai produser serta distributor untuk memperoleh
keuntungan (entrepreneur as the organisir of a firm who plays the role of
producer as well as distributor to gain profit). Kajian Schumpeter dalam bukunya
yang berjudul The Theory of Economic Development seperti yang dikutip oleh
Dollinger (1995) yang kemudian dikutip oleh Yusof, Perumal dan Pangil (2005)
mengarahkan pada konsepsi kewirausahaan secara spesifik dengan
mengembangkan sebuah model baru kewirausahaan (new entrepreneurship
model). Model ini menekankan pada inovasi sebagai esensi dari kegiatan-kegiatan
kewirausahaan, di mana inovasi diimplementasikan oleh seseorang yang dikenal
dengan wirausaha. Menurut Schumpeter juga menghubungkan inovasi ini dengan
berbagai kegiatan yang akan membawa perubahan revolusioner di dalam industri.
Dia menyontohkan ‘wireless innovation’ (inovasi alat komunikasi tanpa kabel)
dengan Marconi yang membawa revolusi di dalam industri komunikasi dan dapat
meningkatkan kegiatan-kegiatan ekonomi. Jadi bagi Schumpeter the entrepreneur
can be assumed as a modifier who will not allow the economic system to be

40
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

stagnant without any changes (wirausaha dianggap sebagai seorang pengubah


yang tidak menghendaki system ekonomi menjadi mandeg tanpa perubahan-
perubahan apapun). Lebih lanjut Schumpeter juga menyinggung tentang masalah
‘keseimbangan’ atau ‘equilibrium’. Dia berargumentasi bahwa butir penting
tentang keseimbangan atau equilibrium adalah bukan ‘mengapa’ tetapi ‘siap’ atau
‘apa’ yang menyebabkan ketidakseimbangan atau inequilibrium terjadi ( the point
in equilibrium is not ‘why’ but ‘who’ or ‘what’ that causes inequilibrium to happen).
Lebih lanjut Schumpeter berargumentasi bahwa inequilibrium happens through
the entrepreneurs’ efforts like innovation and creativity…… and the entrepreneur
are those the ones who bring changes to economic development.
(ketidakseimbangan terjadi lewat usaha-usaha para wirausaha seperti inovasi dan
kreativitas…… dan para wirausaha adalah mereka yang membawa berbagai
perubahan kepada pembangunan ekonomi).
Banyak definisi yang dibuat tentang wirausaha. Kuratko dan Hodgets (1996)
misalnya mendefinisikan wirausaha sebagai “seseorang yang melakukan tugas
untuk mengorganisir, mengelola dan menerima risiko-risiko bisnis”. Dollinger
(1995) berargumentasi bahwa kemunculan para wirausaha bukan sebuah
fenomena baru. Para wirausaha telah ada lama sebelum milenium baru, tetapi
konsep dan implementasinya berbeda khususnya yang terkait dengan
pengembangan dan eksplorasi. Kirzner (1979) menerangkan wirausaha sebagai
seorang individual yang selalu waspada tentang peluang-peluang bisnis yang
belum dilirik oleh orang-orang lain. Para wirausaha mengambil tindakan yang
tepat yaitu yang imajinatif, kreatif, dan inovatif. Lebih lanjut Kirzner (1979)
mengatakan bahwa ‘seorang wirausaha lebih dari sekedar seorang pengambil
risiko dan inovator (a risk-taker and innovator). Dia ada seseorang yang melihat
masa depan yang tidak seorangpun yang melihatnya dan, jika persepsi ini benar,
akan mengakibatkan pengaturan kembali berbagai sumber daya untuk
menghasilkan kepuasan konsumen yang lebih besar dan efisiensi teknologis’. (An
entrepreneur is more than just a risk-taker dan innovator. He or she is the one
who sees the future that no one else has seen and, if this perception is correct,
brings about a reordering or resources to produce greater consumer satisfaction
and technological efficiency).
Dari rangkaian definisi yang disebutkan di atas, maka kita dapat mencatat
bahwa wirausaha adalah orang yang kreatif, dinamis dan inovatif, dan dia mau
mengambil berbagai jenis risiko dan berani menghadapi semua tantangan yang
tidak dapat diprediksi dan diramalkan sebelumnya, lewat kreativitasnya dan
kekuatan kemauan (the will power) untuk mencapai sukses. Semangat keberanian

41
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

yang dimiliki oleh wirausaha membantu untuk mengembangkan dan


mempenetrasi berbagai bidang bisnis baru agar supaya menjadi kompetitif
sehingga mereka dapat menawarkan lebih banyak pilihan-pilihan kepada
masyarakat.
Apa yang terkandung di dalam Bagian 2 ini memperlihatkan kepada kita akan
pentingnya peran yang dimainkan oleh wirausaha di dalam meningkatkan
kualitas hidup (quality of life) dan kemakmuran diri secara individual, masyarakat
dan Negara. Besar peran yang dimainkan tersebut membuat banyak pihak ingin
mengkaji lebih dalam dan memperhatikan secara lebih serius tentang karakteristik
wirausaha. Kajian dan perhatian tersebut kemudian berkembang secara lebih
terarah dengan perlu dan mendesaknya masyarakat dan pemerintah di setiap
tingkatan untuk mempelajari dan kemudian memasyarakatkan serta
membudayakan nilai-nilai kewirausahaan di dalam berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat dan berkebangsaan agar Negara memiliki sebanyak dan secepat
mungkin wirausaha. Dengan demikian wirausaha telah menjadi sebuah kebutuhan
nasional suatu bangsa dan ini sekaligus membuat wirausaha sebagai sebuah
profesi yang dibutuhkan secara mendesak oleh masyarakat dan bangsa. Sebagai
sebuah profesi, wirausaha telah membuktikan diri sebagai profesi yang dapat
memberikan kontribusi yang jelas dan menakjubkan untuk meningkatkan
kemakmuran rakyat, baik secara individual dan berkelompok (berorganisasi) dan
Negara. Definisi-definisi di atas juga memberikan peluang dan kenyataan bahwa
setiap individual, setiap orang, mempunyai sebuah peluang yang sama untuk
menjadi seorang wirausaha. Perbedaan antara seorang wirausaha dan non-
wirausaha adalah terletak pada kesiapannya (preparedness) untuk
mengkombinasikan berbagai kreativitasnya, inovasi, pengambilan risiko (risk-
taking), dan komitmen untuk menciptakan, mengembangkan dan
memaksimalisasi potensi diri dengan mendayagunakan peluang-peluang yang
ada.
2. Kewirausahaan.
Telah diterimanya wirausaha sebagai profesi dan kebutuhan masyarakat dan
bangsa secara nasional dan bahkan internasional telah menempatkan kajian
tentang kewirausahaan sebagai focus penting di dalam banyak bidang baik itu di
bidang pendidikan, bidang pengembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi), bidang pembangunan ekonomi dan sosial, bidang sosiologi dan lain
sebagainya sejak awal abad 20. Dalam perspektif akademik banyak pakar di dunia
kemudian memberikan kontribusinya untuk tidak saja menawarkan pendekatan
definisional tentang kewirausahaan, tetapi juga membuat kajian secara kualitatif

42
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

dan kuantitatif tentang kewirausahaan, serta membuat rumusan kurrikulum


bagaimana kewirausahaan itu seharusnya dipelajari dan bagaimana cara yang
harus dilakukan untuk dapat menjadi seorang wirausaha yang tangguh dan
berhasil.
Dengan pendekatan ilmiah kewirausahaan telah tumbuh dan dikembangkan
dalam perspektif sebagai ilmu pengetahuan sejajar dengan disiplin ilmu
pengetahuan yang lain. Bila kita simak secara lebih luas bahwa kewirausahaan
kini telah menjadi sebuah bidang baru (a new field) yang melibatkan banyak
model, teori, dan konsep-konsep yang belum dieksploitasi secara sangat luas dan
dalam. Akan tetapi disiplin akan terus tumbuh dan menarik minat dari banyak
sektor masyarakat. Kewirausahaan memproleh perhatian dan kepedulian pada
tahun 1970 an. Berbagai disiplin seperti manajemen, ekonomi, sosiologi, sosio-
psikologi atau psikologi telah memberikan kontribusi terhadap munculnya
kewirausahaan sebagai dispilin ilmu pengetahuan yang terpisah dari ilmu yang
lain.
Konsep kewirausahaan asalnya diperkenalkan sebagai sebuah disiplin. Di
seluruh dunia. Lembaga-lembaga sekolah tinggi menawarkan ilmu kewirausahaan
sebagai sebuah mata pelajaran pilihan atau sebuah mata kuliah utama ( a
majoring course). Para lembaga itu memulai memperkenalkan dan
mengeksplorasi ilmu kewirausahaan sebagai fakus kecerdasan (focus of
excellence) di dalam bidang kewirausahaan. Lembaga-lembaga ini menawarkan
kewirausahaan sebagai bidang akademik yang lain yang memainkan sebuah
peran yang penting di dalam masa depan kehidupan yang baik masyarakat.
Akan tetapi pada tingkatan awal, konsep ini tidak diterima dengan baik oleh
orang-orang yang masih skeptik tentang pentingnya kewirausahaan. Di banyak
Negara di Asia seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Indonesia baru
pada tahun 1980an, bahwa kepedulian akan pentingnya kewirausahaan menjadi
penting lewat terbentuknya berbagai lembaga yang ada kaitan dengan
pengelolaan industri atau usaha mikro, kecil dan menengah. Dan pada akhir
tahun 1990an perhatian pemerintah dan lembaga pendidikan tinggi menaruh
perhatian dan keinginan yang tinggi untuk menumbuhkembangkan kajian tentang
kewirausahaan. Di Indonesia, STIE-Mitra Indonesia di Jogjakarta adalah salah
satu perguruan tinggi yang memberikan perhatian dan prioritas tentang
kewirausahaan sampai pada tingkat program studi Strata 2 (S2) di bawah
Program Pascasarjana Magister Manajemen (MM).
Dalam awal perkembangannya di abad-abad yang lalu perhatian tentang
kewirausahaan berfokus pada kajian tentang wirausaha dengan istilah bahasa

43
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

Inggris sebagai entrepreneur. Atas dasar perjalanan dan catatan sejarah seorang
ekonom Prancis, bernama Richard Cantillon, memulai kajian paling awal tentang
wirausaha pada tahun 1725. Kemudian lebih dari satu abad yaitu pada abad ke
18 seorang ekonom Prancis , J.B. Say (1805), membuat kajian atau penelitian
yang sangat populer tentang kewirausahaan. Dari sinilah kemudian muncul
berbagai teori dan konsep kewirausahaan yang dikembangkan di benua Eropah
pada abad ke 18 hingga abad ke 19. Salah seorang penting dan ternama lainnya
yang berperan di dalam mengembangkan pada tahap awal kewirausahaan adalah
seorang sosiolog Max Weber yang pada tahun 1905 menulis bukunya dengan
judul Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism. Pada abad modern (abad ke
20an) studi tentang kewirausahaan telah banyak dimulai di berbagai lembaga
pendidikan tinggi seperti di Amerika Serikat. Secara definisional misalnya,
Schumpeter (1934) seperti yang dikutif di dalam Dollinger (1995) yang kemudian
dikutip lebih lanjut oleh Yusof, Perumal dan Pangil (2005), memberikan definisi
kewirausahaan dengan menyatakan bahwa kewirausahaan adalah sebuah firma
yang beroperasi dan mengimplementasikan sebuah kombinasi berbagai kegiatan
baru seperti pengembangan produk, pemasaran, berbagai sumber daya untuk
bahan baku yang baru, pendekatan manufakturing, dan struktur keorganisasian
yang baru. Pada tahun 1946 Alfred Marshall, seorang ekonom, juga menulis untuk
menerangkan secara rinci tentang kewirausahaan dalam bukunya berjudul Th
Principles of Economics. Dalam bukunya itu Marshall memperlihatkan bagaimana
seorang pebisnis mengembangkan usahanya lewat waktu dari sebuah toko grosir
kacil hingga sampai menjadi sebuah perusahaan multinasional. Dia juga
berargumentasi bahwa sebuah perusahaan yang sangat tergantung pada
perusahaan utamanya akan harus ditutup bila pemiliknya meninggal. Situasi ini
akan mengarah kepada isu-isu yang semrawut seperti kepemilikan baru dan
tuntutan-tuntutan terhadap asset perusahaan. Siklus kehidupan (life cycle)
sebuah perusahaan dari tahap awal hingga akhir suatu bisnis disebutnya sebagai
an evolution process (sebuah proses evolusi). Pada tahun 1960 an para ahli
psikologi juga memberikan kontribusi bagi studi dan pengembangan
kewirausahaan. Selanjutnya Cole (1969) mendefinisikan kewirausahaan sebagai
aktivitas-aktivitas yang menghasilkan berbagai hasil yang menguntungkan lewat
pengembangan keuntungan yang berorientasi bisnis. Para pakar lain seperti
Stevenson, Roberts dan Grousbeck (1989) secara singkat mendefinisikan
kewirausahaan sebagai kesiapan individual untuk menangkap peluang-peluang
tanpa mempertimbangkan berbagai sumber daya yang ada di tangan (as
individual preparedness to grab opportunities without considering the resources at

44
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

hand). Atas dasar berbagai definisi tersebut kemudian Dollinger (1995)


mendefinisikan kewirausahaan sebagai membangun sebuah usaha (firma) yang
ekonomis yaitu yang inovatif, berorientasi keuntungan berkemampuan mengambil
risiko-risiko serta menghadapi ketidakpastian lingkungan (as establishing an
economical firm that is innovative, profit oriented, willing to take risks as well as
to face uncertainty of the environment). Dengan kata lain, kewirausahaan
mempunyai hubungan yang kuat terhadap penciptaan, merubah dan
mengembangkan usaha-usaha untuk menemukan sebuah kombinasi baru dalam
mengimplementasikan berbagai kegiatan yang terkait.
Dengan pemikiran definisional tersebut, maka ada tiga hal yang penting di
dalam mengkaji konsep dasar kewirausahaan yaitu:
a. Kewirausahaan sebagai sebuah proses.
Secara umum bahwa berbagai karakteristik para wirausaha tidak hanya
muncul dan jadi karena di lahir dengan membawa nilai-nilai wirausaha.
Kenyataannya bahwa menjadi seorang wirausaha dapat diajari dan belajar
ketika mereka melewati berbagai tingkatan proses pengembangan
kewirausahaan. Proses pengembangan ini akan dipengaruhi oleh besarnya
dorongan internal seseorang atau kelompok, terencana atau tidak terencana.
Dorongan dari dalam memerlukan kekuatan fisik, emosional dan spiritual
untuk mengembangkan berbagai perubahan (changes) di dalam sikap,
personalitas, dan kemauan merebut peluang-peluang kewirausahaan secara
terus menerus.
b. Penekanan pada kreativitas dalam mengkosolidasikan sumber daya
organisasi (perusahaan).
Setiap wirausaha mempunyai kreativitasnya secara individual yang telah
dikembangkan lewat kekuatan imajinatif, pengalaman dan tereksposnya
terhadap lingkungan. Kreativitas dapat dipertimbangkan sebahgai esensi
suksesnya para wirausaha, sebab hal itu akan membantu di dalam
memandang persoalan di dalam perspektif yang berbeda. Dengan hal yang
demikian, para wirausaha bekerja keras untuk mengoptimalkan sumberdaya-
sumberdaya yang terbatas dengan cara yang dapat menguntungkan
organisasi (perusahaan). Para wirausaha harus memaksimalkan pemakaian
berbagai sumber daya organisasi (perusahaan) seperti keuangan, SDM,
waktu, informasi, reputasi dan jaringan, dengan mengidentifikasi berbagai
alternatif untuk setiap persoalan.
c. Keinginan untuk memperbaiki kehidupan lingkungan.

45
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

Para wirausaha perlu waspada bahwa kegiatan-kegiatan apakah akan


menentukan kebaikan atau menghancurkan dunia. Mereka harus selalu
mengingat dalam pikiran mereka bahwa dunia bukan milik mereka tetapi
hanya merupakan sebuah ‘pinjaman’ kepada mereka untuk dipergunakan
sebaik-baiknya untuk generasi yang akan datang. Mereka harus membuktikan
apakah kegiatan-kegiatan wirausaha yang mereka laksanakan, akan
bermanfaat baik dalam jangka pendek atau jangka penajang. Di antara
berbagai pihak yang di terkena pengaruh ini mungkin:
1) Secara personal (mereka sendiri)- tidak mengkompromikan kesehatan
dan nilai-nilai personal.
2) Keluarga – tidak tak mengacuhkan tanggung jawab mereka sebagai
kepala keluarga.
3) Masyarakat – tidak tak peduli kebutuhan-kebutuhan sosial masyarakat.
4) Konsititusi – dengan bekerja atas dasar keuntungan atas investasi (Return
on Investment-RoI) tanpa memperoleh keuntungan yang tidak terhormat.
5) Negara – memperbaiki kehidupan dan perdamaian.
6) Kemanusiaan.
Dengan dasar konsep tersebut di atas, maka kita akan mengidentifikasi
beberapa perspektif dari kewirausahaan. Yaitu:
1) Meningkatkan kekayaan lewat keuntungan berbisnis.
2) Mengembangkan bisnis dengan mengkombinasikan kekuatan mereka.
3) Mengembangkan inovasi lewat penciptakan produk-produk atau ide-ide
lewat keyakinan dan kemantapan diri.
4) Mengembangkan perubahan-perubahan denga mengadopsi keinginan-
keinginan, situasi dan lingkungan.
5) Mengembangkan pekerjaan dengan menciptakan berbagai peluang kerja
lewat berbagai kegiatan kewirausahaan.
6) Mengembangkan pertumbuhan lewat penjualan dan pertumbuhan
pendapatan (income).
7) Pasrah kepada Allah SWT (Tuhan YME) lewat sembahyang, doa dan
norma-norma dan aturan-aturan agama.
Oleh karena itu dalam situasi pasar global yang ada pada saat ini, kewirausahaan
makin menjadi hal yang sangat menentang, ketidakpastian dan tidak dapat diprediksi.
Permintaan akan seorang wirausaha yang efektif sangat dirasakan. Semua pihak
individu, masyarakat, organisasi, perusahaan, pemerintah dan Negara membutuhkan
wirausaha dan nilai-nilai, semangat dan ketrampilan kewirausahaan. Permintaan
orang terhadap berbagai jenis barang dan jasa lebih bervariasi, lebih berdiversifikasi

46
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

dari pada sebelumnya. Hal ini mensyaratkan para wirausaha untuk mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan yang lebih baik lagi dari waktu-waktu sebelumnya
untuk menangkap peluang-peluang dan untuk menghadapi berbagai tantangan yang
potensial (to the potential challenges). Untuk itu adalah peran dari para wirausaha
untuk memposisikan bisnis-bisnis mereka di dalam sebuah pasar yang kompetitif
lewat keunggulan bersaing.

D. Wirausaha Sebagai Sebuah Profesi


Dari diskusi tentang peran yang dimainkan oleh wirausaha seperti tersebut di atas
memperlihatkan kepada kita bahwa wirausaha dibutuhkan di diinginkan kehadirannya
di dalam proses pembangunan masyarakat – bangsa pada umumnya dan pada
khususnya untuk meningkatkan kemakmuran individu lewat peningkatan daya
belinya, dan daya beli ini diciptakan lewat semakin bertambahnya pendapatan secara
riil. Pendapat itu sendiri pada awalnya merupakan kompensasi dan prestasi kerja
seorang wirausaha dalam kemampuannya melakukan berbagai perubahan strategis
dan pemanfaatan sumber daya, potensi, dan peluang-peluang yang ada di tengah
masyarakat.
a. Karakteristik seorang Wirausaha
Perubahan dan pemanfaatan ini dapat dilakukan berkat bebarapa hal penting
yang menjadi karakteristik seorang wirausaha (Z.Heflin Frinces, 2004 dan 2008)
seperti antara lain:
a. Kreatif.
b. Inovatif.
c. Berani mengambil risiko.
d. Mau melakukan perubahan,
e. Cekatan.
f. Berproduksi secara efisien, efektif dan produktif.
g. Cepat dan tepat dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan.
h. Kemampuan menghitung secara cepat dan tepat kemungkinan yang
menguntungkan terhadap akan dieksploitasinya potensi, sumber daya dan
peluang yang ada.
Beberapa karakteristik yang digambarkan di atas sekaligus merupakan elemen
penting dari kualitas diri seorang wirausaha. Kualitas ini memberikan gambaran
yang cukup jelas bahwa seorang wirausaha berbeda dibanding dengan kualitas
lain yang bukan seorang wirausaha, dan elemen itu juga sekaligus
menggambarkan dasar bagi terbentuknya seorang wirausaha yang professional.
Seorang wirausaha yang professional mencerminkan bahwa seseorang tersebut

47
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

telah melakukan pilihan yang terencana dan sistematik untuk menjadi dirinya
berprofesi sebagai wirausaha. Wirausaha sebagai profesi bermakna bahwa yang
bersangkutan telah menceburkan dirinya, mencetak dirinya, dan
menumbuhkembangkan dirinya untuk hidup dan berperikehidupan sebagai
seorang wirausaha.
b. Profesi sebagai wirausaha
Dengan demikian berprofesi sebagai wirausaha merefleksikan secara tegas bahwa
yang bersangkutan telah memiliki:
a. Pilihan hidup professional utamanya adalah menjadi seorang wirausaha.
b. Pengembangan karir dan kepribadian serta karakteristik dirinya adalah
sebagai seorang wirausaha.
c. Semangat juang dan keberaniannya untuk maju, tumbuh dan berkembang
dalam berkarya dan berprestasi merupakan cerminan diri seorang wirausaha.
d. Adanya obsesi yang kuat untuk menjadikan diri dan kehidupannya untuk
dapat mendiri secara penuh.
e. Adanya keyakinan dan kepastian bahwa dengan menjadi wirausaha
perubahan yang lebih dari kondisi yang ada sekarang ini hanya dapat
dilakukan dengan berprofesi secara professional sebagai wirausaha.
Dalam perspektif pembangunan ekonomi nasional dan pengembangan karir
individual bahwa kemajuan suatu masyarakat dan bangsa terakselerasi dengan
baik dengan banyaknya jumlah dan peran yang dimainkan oleh keberadaan
wirausaha di dalam Negara tersebut. Kemunduran ekonomi nasional yang dapat
dilihat pada pencapaian data makro ekonomi seperti tingginya angka
pengangguran dan kemiskinan, rendahnya pendapatan nasional dan individual
(seperti rendahnya income per capita), rendahnya kualitas pelayanan publik,
makin banyak tantangan pemerintah, terbatasnya suplai dan penyediaan bahan
kebutuhan dasar rakyat serta rendahnya tingkat inovasi IPTEK banyak disebabkan
oleh sedikitnya jumlah wirausaha yang ada di daerah atau Negara tersebut. Ingin
dikatakan dengan eskspresi lain bahwa jiwa dan semangat kewirausahaan di
dalam daerah dan Negara tersebut sangat rendah dan terbatas. Bila keterbatasan
tersebut terus berlanjut, maka hal ini akan menumpulkan daya kreativitas rakyat.
Bila daya kreativitas tumpul, maka sebagai konsekuensinya adalah rendahnya
inovasi dalam banyak hal seperti minimnya penciptaan produk dan jasa baru,
sistem baru, IPTEK baru, daya saing baru, unit usaha baru dan minimnya
rekayasa program, strategi dan kebijakan public dan juga private. Pengalaman
daerah dan Negara-negara yang telah maju memperlihatkan bahwa kreativitas
berkembang begitu dahsyat. Hal banyak didukung oleh tingginya kondisi atau

48
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

kadar demokrasi dan kebebasan (democracy and freedom) di Negara yang


bersangkutan. Kondisi atau kadar tersebut telah:
a. Mengantar dan mendorong daerah dan Negara tersebut terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang luas.
b. Menyuburkan kehidupan inovasi secara luas dalam banyak aspek kehidupan.
c. Turut membantu pembukaan jalan kepada kemakmuran yang lebih merata di
tengah masyarakat.
Oleh karena itu profesi sebagai seorang wirausaha di sini dimaknai sebagai
seorang pengusaha. Untuk itu wirausaha yang dikehendaki dalam konteks ini
bukan hanya sekedar sebuah profesi pekerja sambilan tetapi sebuah bidang kerja
yang dilakukan dengan kapasitas penuh dengan penuh focus sebagaimana yang
dilakukan oleh profesi yang lain selain wirausaha. Karena itu profesi wirausaha
adalah sebuah profesi yang terhormat sebagaimana profesi yang lain dan sebuah
profesi yang sangat dibutuhkan baik cara kerjanya maupun kontribusinya pada
dirinya sendiri maupun kepada orang lain serta kepada negara.
c. Kontribusi wirausaha
Di antara sekian banyak kontribusi wirausaha tersebut adalah fungsinya (Z. Heflin
Frinces, 2004) sebagai:
a. Penciptaan lapangan usaha.
b. Penciptaan lapangan kerja.
c. Salah satu penggerak utama dan terpenting kegiatan ekonomi.
d. Pembayar pajak terbanyak dan terbesar Negara.
e. Pendorong dan pelaku perubahan dan inovasi.
f. Pencipta keunggulan dan daya saing.
g. Pembuat harapan rakyat untuk hidup baik dan makmur.
h. Pencipta dan pendorong kemandirian individu dan bangsa.
Untuk dapat menciptakan profesi wirausaha yang terhormat, maka ada
beberapa hal yang harus dilakukan sebagai berikut:
a. Munculkan tekad, komitmen total dan semangat yang tinggi untuk hidup
sebagai wirausaha.
b. Curahkan potensi diri untuk hidup dan berkarya serta berprestasi sebagai
wirausaha.
c. Jadilah seorang wirausaha dengan terencana (by design) dan dengan
kegiatan yang terencana (planned activities) pula.
d. Jadilah hidup bermartabat dengan memberikan manfaat dan kebaikan pada
dirinya dan kepada orang lain.

49
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

Untuk melakukan hal-hal yang ideal seperti tersebut di atas bukan pekerjaan
yang mudah. Diperlukan berbagai usaha keras untuk mentransformasi diri secara
terencana. Di Bagian berikut ini akan digambarkan bagaimana proses mencetak
diri menjadi seorang wirausaha.

E. Mencetak Wirausaha
Mencetak manusia pada umumnya agar dapat menjadi wirausaha yaitu pelaku-
pelaku bisnis dalam artian yang sebenarnya adalah sesuatu yang mendapatkan
perhatian luas para pengambil kebijakan public (pemerintah), pelaku bisnis dan
masyarakat serta para akademisi. Pembicaraan dan diskusi tentang ini topik ini sudah
lama dilakukan secara sistematik sejak abad ke 17. Tetapi dalam perspektif sejarah
Islam kegiatan kewirausahaan telah dilakukan sejak pada masa Nabi Adam (Yusof,
Perumal dan Pangil, 2005). Dua anak Nabi Adam, Habil dan Qobil, di mana Habil
ditugaskan untuk bertanggung jawab untuk mengembangkan seektor pertanian dan
Qobil bertanggung jawab untuk mengembangkan sektor peternakan (kehewanan).
Sejarah Islam juga mencatat bahwa sebagian terbesar dari para nabi (termasuk Nabi
Muhammad saw) terlibat dalam kegiatan kewirausahaan pada tingkat domestik dan
internasional. Lewat kegiatan-kegiatan tersebut Islam telah berhasil menciptakan dan
mengembangkan sipilisasinya sendiri. Untuk dicatat bahwa dalam perkembangan awal
kemunculan kegiatan kewirausahaan dilakukan oleh individual yang bergerak dan jual-
beli barang dari satu tempat ke tempat yang di dalam daerah (tempat) ke daerah
(tempat) lain. Marco Polo dari Italia adalah salah satu dari sekian banyak manusia
yang bepergian (go-between) di berbagai belahan dunia pada masanya.
Dalam perkembangan dunia bisnis modern, para pakar dari berbagai disiplin
secara serius mengkaji bagaimana proses untuk menjadi seorang wirausaha. Dalam
kajian tersebut bervariasi. Tetapi dapat disimpulkan atas dua proses sbb:
1. Proses alamiah karena keturunan dan lingkungan.
Pada butir ini seseorang menjadi seorang wirausaha karena dua hal yang
antara satu dengan yang lain bisa terkait artinya saling melengkapi dan dapat
terjadi secara terpisah sebagai berikut:
a. Keturunan atau keluarga pebisnis:
Seorang calon wirausaha di mana yang bersangkutan memang memiliki
keturunan dari orang tuanya dan / atau orang tua mereka sebelumnya yang
secara alamiah memiliki keturunan seorang atau keluarga orang-orang
pebisnis atau wirausaha. Dalam konteks ini proses menjadi wirausaha karena
ada faktor genetika yang turun temurun dari generasi sebelumnya ke
generasi berikutnya. Namun juga perlu dicatat bahwa meskipun mereka

50
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

mempunyai genetic keturunan dari keluarga pebisnis atau wirausaha bila


tidak di rekayasa, dididik, dilatih, dan tidak berada di dalam lingkungan
kewirausahaan, maka yang bersangkutan tidak akan dapat menjadi seorang
wirausaha yang baik dan handal. Hanya saja mereka yang telah memiliki
genetika dan / keturunan pebisnis / wirausaha akan memiliki benih-benih
wirausaha yang baik dan ini tentu mempermudah dan mempercepat proses
menjadi seorang pebisnis / wirausaha.
b. Lingkungan dan budaya masyarakat dan bangsa:
Seorang calon wirausaha di mana yang bersangkutan di samping memang
memiliki keturunan dari orang tuanya dan / atau orang tua mereka
sebelumnya yang secara alamiah memiliki keturunan seorang atau keluarga
orang-orang pebisnis atau wirausaha, yang bersangkutan berada di dalam
suatu masyarakat atau Negara yang sebagaian kehidupan masyarakatnya
adalah pebinis, para wirausaha seperti di Hongkong, Taiwan, Jepang, Korea
Selatan, Singapura dan bebarapa Negara Eropah dan Amerika Serikat..
Dalam konteks ini proses menjadi wirausaha karena lingkungan masyarakat
di mana budaya dan kebudayaan masyarakat sudah terbentuk sebagai
dmasyarakat dan Negara bisnis yang secara umum merata.Namun juga perlu
dicatat bahwa meskipum merreka mempunyai lingkungan dan budaya beinis
yang tinggi para calon wirausaha bila tidak di rekayasa, dididik, dilatih, dan
tidak berada di dalam lingkungan kewirausahaan, maka yang bersangkutan
tidak akan dapat menjadi seorang wirausaha yang baik dan handal. Hanya
saja mereka yang telah memiliki genetika dan / keturunan pebisnis /
wirausaha akan memiliki benih-benih wirausaha yang baik dan ini tentu
mempermudah dan mempercepat proses menjadi seorang pebisnis /
wirausaha.
2. Proses rekayasa semata.
Bagi yang sama sekali tidak memiliki keturunan dan genetika keturunan
wirausaha, maka proses menjadi lebih sulit dibanding dengan yang digambarkan di
atas. Untuk kondisi proses rekayasa menjadi wirausaha, maka diperlukan berbagai
proses secara sistimatik. Proses tersebut dapat dilakukan secara sistematik baik
melalui proses pendidikan dan pelatihan yang terstruktur maupun dengan proses
akuisisi pengalaman kerja dan teknis dengan ikut aktif berada dan berbuat serta
beraktivitas sebagaimana layaknya para wirausaha di tempat kerja.
Untuk melakukan proses rekayasa tersebut di atas, maka diperlukan beberapa
jalur kegiatan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Melakukan persiapan secara individual.

51
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

Persiapan yang terkait dengan hal ini meliputi, antara lain:


1) Persiapan diri pribadi baik secara fisik, mental dan spiritual.
2) Persiapan pengembangan pengetahuan dan ketrampilan:
a) Ketrampilan umum:
(1) Ketrampilan teknis.
Ketrampilan teknis (technical skills) melibatkan kemampuan untuk
mempergunakan pengetahuan khusus dan teknis di dalam
berbagai bidang seperti teknik rekayasa, keuangan, akuntansi dan
pemasaran. Pengetahuan ini diperoleh lewat pendidikan formal.
Tetapi para wirausaha mungkin juga memperolehnya lewat
berbagai pengalaman kerja (magang) sebelum secara masuk
secara praktik dalam kegiatan kewirausahaan yaitu sebagai
wirausaha yang sudah siap memulai menjalankan usaha baru
(start a new business). Ketrampilan teknis sangat penting bagi
para wirausaha khususnya di dalam memecahkan persoalan
sehari-hari yang terkait dengan arus kegiatan usaha seperti
bagaimana memasarkan sebuah produk, bagaimana menyiapkan
anggaran dan bagaimana menyiapkan statemen (pernyataan)
untung – rugi usaha. Untuk menjamin kesusksesan usaha, para
wirausaha harus meyakinkan dirinya bahwa mereka harus
mendapatkan pengetahuan di dalam bidang tertentu untuk dapat
memastikan diri mereka untuk dapat menangani secara efektif
ketika dihadapkan dengan berbagai persoalan. Dengan memiliki
keahlian dimaksud akan memungkinkan para wirausaha untuk
mengambil alih jika terjadi hal-hal yang tidak inginkan seperti
pengunduran diri seseorang yang mempunyai posisi dan peran
yang pen ting di dalam perusahaan. Technical skills adalah
penting karena para wirausaha adalah para pemikir strategis
(strategic thinkers) di dalam menentukan berbagai kebijakan dan
semua strategi bisnis.
(2) Ketrampilan interpersonal.
Seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan untuk bekerja
sebagai sebuah tim. Dia harus sadar bahwa tidak semua tugas
dapat dikerjakan dan dikelola oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu
dia harus menyiapkan dirinya untuk memahami preferensi
(kemauan utama) dan perasaan pihak lain. Dia harus mempunyai
kemampuan untuk memotivasi para karyawan dan bawahannya

52
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

dengan memberikan empati kepada mereka. Kemampuan


ketrampilan interpersonal (interpersonal skills) memberikan
kemampuan kepada seorang wirausaha untuk dapat membaca
karakteristik orang lain. Di samping itu, dia akan dapat
mengadopsi sikap yang tepat jika berhadapan dengan pihak-pihak
lain. Dicatat di sini bahwa implikasi dari ketrampilan ini akan dapat
memungkinkan seorang wirausaha mengalihkan atau
menyerahkan tugas-tugas kepada bawahan yang mampu
mengelola. Dia akan lebih sensitive terhadap berbagai persoalan
para karyawan, lebih siap untuk menerima keanekaragaman
(diversity), lebih cepat dalam memberikan penghargaan dan
berbuat lebih fleksibel. Lewat ini, kesenjangan social (social gap)
akan dipersempit dan akan lebih terbuka terhadap perundingan-
perundingan jika memang diperlukan.
(3) Ketrampilan konsepsional.
Ketrampilan konsepsional (conceptual skills) berkaitan dengan
kemampuan seorang wirausaha untuk menjadi lebih konsisten dan
mengintegrasikan semua kegiatan bisnis untuk mencapai aspirasi
utama perusahaan (the company’s major aspiration). Dengan kata
lain, skills ini melibatkan kemampuan untuk melihat kegiatan bisnis
mereka sebagai satu perangkat yang lengkap dan terkait dengan
berbagai kegiatan yang lain. Dalam konteks ini wirausaha harus
mempunyai keunggulan untuk melihat ke depan bagaimana
perubahan-perubahan di dalam suatu divisi atau bagian akan
memiliki pengaruh terhadap bisnis secara keseluruhan. Skills ini
melibatkan kemampuan untuk menganalisa, mengharap,
identifikasi problem, memilah-milah berbagai situasi, membuat
keputusan dan mengobservasi usaha-usaha untuk memperluas
bisnis. Seorang wirausaha harus memiliki gambaran yang lengkap
bisnisnya dan bagaimana setiap divisi atau bagian digabung atau
merger untuk memperoleh sebuah kombinasi yang unik dalam
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Conceptual skills, bersamaan dengan ketrampilan
sumber daya manusia (SDM) dan ketrampilan teknis merupakan
bahan (ingredient) yang sangat penting untuk memastikan sebuah
bisnis itu berhasil (an important ingredient in ensuring a business
is successful).

53
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

b) Ketrampilan khusus:
(1) Ketrampilan produksi untuk membuat barang dan/atau jasa.
(2) Ketrampilan pemasaran dan memasarkan.
(3) Ketrampilan menghitung potensi pasar, prospek bisnis, biaya, dan
keuntungan.
3) Mengembangkan personalitas seorang wirausaha.
Sifat personalitas wirausaha yang harus dibangun antara lain:
a) Keyakinan pribadi terhadap dirinya sendiri.
b) Kemauan dan keberanian mengambil risiko.
c) Personalitas ‘A’ yang berintikan kemauan kerja keras, ‘rakus’ (greedy),
agresif, bersifat berbuat atau bertindak munurut kata hati (impulsively)
walaupun tidak serta merata berhasil melakukan sesuatu, serta
bergairah untuk melakukan satu, dua atau tiga hal atau tugas
sekaligus karena tidak mau kehilangan kesempatan dan waktu. Dalam
banyak sering disebut ‘orang tidak sabaran’ (impatient) di dalam
melakukan sesuatu karena mereka hanya tertarik akan hasil akhir yang
harus dicapai. Personalitas ‘B’ adalah tipe personalitas yang lebih
rileks, santai dan tidak kompetitif. Tipe ini sangat tertarik untuk
berhubungan dan membangun hubungan sebanyak mungkin dengan
pihak lain tanpa melihat ada manfaat atau tidak. Mereka mentoleransi
kesabaran dan menghindari konflik. Bagi tipe orang ini ‘business is
pleasure’ (bisnis adalah kesenangan).
4) Mengembangkan strategi kreatif.
a) Membentuk dan membuat diri yang memiliki karakteristik wirausaha
yang berhasil.
b) Memahami konsep kreativitas.
c) Mengembangkan kreativitas diri dan organisasi.
d) Kemampuan membuat dan menjawab pertanyaan: bagaimana
mengembangkan kreativitas ?.
5) Tempat kontrol (locus of control): di mana keberhasilan dapat ditentukan
oleh baik yang datang dari internal diri sendiri dan dari eksternal dari pihal
lain, di luar kemampuan diri sendiri.
b. Melakukan persiapan strategis memulai sebuah bisnis.
1) Melakukan perencanaan kegiatan kewirausahaan.
2) Mengidentifikasi pasar.
3) Menentukan strategi harga.
4) Menentukan strategi pasar.

54
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

5) Menyiapkan dan mengembangkan SDM yang terampil.


6) Merancang biaya proyek atau kegiatan usaha yang diinginkan.
c. Persiapan teknis untuk pengembangan ketrampilan diri seorang wirausaha
pemula:
1) Memantapkan perhatian, pemikiran, emosi dan konsentrasi secara focus /
secara utuh untuk menjadikan dirinya layaknya sebagai seorang wirausaha
yang professional.
2) Memahami dan mengabsorsi cerita-cerita pengalaman wirausaha yang
berhasil.
3) Membentuk kemampuan dan ketrampilan (ability and skill formation) baik
dari aspek teknis, kemanusiaan dan konseptional seorang calon wirausaha.
4) On job training, melakukan tugas dan pekerjaan secara teknis tentang
kegiatan yang ada di dalam perusahaan yang ditempati sementara.
5) Magang, penempatan diri calon wirausaha di tempat kerja yang telah
mapan dan berhasil.
Persiapan yang disebutkan di atas bukanlah sebuah daftar yang lengkap
(komprehensif), tetapi hanya untuk menyebutkan aspek-aspek penting yang
minimal harus dilakukan.

F. Kesimpulan
Berprofesi sebagai wirausaha adalah sebuah pilihan untuk hidup dan pilihan
profesi yang terhormat yang harus direncanakan secara baik dan matang. Wirausaha
adalah sebuah jalan kehidupan yang dipilih karena telah diyakini dengan kenyataan
dan fakta yang ada bahwa wirausaha mempunyai peran yang besar di dalam
meningkatkan kualitas hidup individu, masyarakat dan Negara. Di samping itu
wirausaha juga merupakan salah satu faktor yang penting dan menentukan untuk
dapat menjadikan masyarakat dan Negara yang makmur. Oleh karenanya wirausaha
adalah sebuah profesi yang dalam proses penciptaannya, pertumbuhan dan
perkembangannya harus dibentuk dengan cara yang sistematik. Karena yang akan
dibentuk adalah karakteristik dan jenis sosok manusia yang harus berhasil di dalam
tugasnya untuk menciptakan dan mengembangkan organisasi dan bisnisnya. Karena
keberhasilannya, maka adalah wajar untuk mengkaji dan mendalami apa sebenarnya
yang membuat seorang wirausaha itu berhasil. Keberhasilan wirausaha tersebut
merupakan salah satu sebab utama mengapa nilai-nilai, semangat dan jiwa
kewirausahaan harus disebarluaskan ke berbagai profesi yang lain.
Di Indonesia jumlah wirausaha sangat minim, dan masih dari jauh dari cukup
untuk menciptakan rakyat dan bangsa Indonesia yang makmur. Seperti yang

55
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010

disebutkan di atas bahwa dibutuhkan paling sedikit 2% dari total penduduk Indonesia
yang berjumlah 230 juta orang untuk menciptakan rakyat bangsa Indonesia yang
makmur. Sementara saat ini Indonesia baru memiliki sekitar 400.000 orang wirausaha
atau hanya sekitar 0.18% dari total penduduk Indonesia.

Daftar Pustaka

Abdullah, Azizan 2005 “Issues on Entrepreneurship” in Fundamentals of


Entrepreneurship, Prentice Hall, Pearson, Malaysia.
Adi Susanto 2002 Kewiraswastaan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Alias, Adnan 2005 “Entrepreneur and Entrepreneurship” in Fundamentals of


Entrepreneurship, Prentice Hall, Pearson, Malaysia.
Brandt, Steven C. 1995 Entrepreneurship: Sepuluh Tahapan Menjadi Wiraswastaan
Tangguh, Dahara Prize, Semarang.
Ciputra 2009 “Solusi Job Creation di Tengah Krisis Global”. SK. Indopos Sabtu, 21
Februari 2009, Surat Kabar, harian, Jakarta.

Calvin, Robert J. 2002 Entrepreneurial Management, MacGaw-Hill, New York.

Cole, A 1969 “Definition of Entrepreneurship” in J. Komives eds., Karl A. Bostrum


Seminar in the Study of Entreprises, pp. 10-12.
Dollinger, M 1995 Entrepreneurship: Strategies and Resources, Illionois: Irwin.

Drucker, Peter F. 1994 Inovasi dan Kewirausahaan: Praktek dan Dasar-Dasar,


Penerbit Airlangga, Jakarta Terjemahan.

Hisrich, R.D and Peter, M.P. 1998 Entrepreneurship, Chicago: Irwin.

Hisrich, R.D., Peters, M.P. and Shepherd, D.A. 2005 Entrepreneurship, MacGraw-Hill,
New York.

Ismail, Baharudin, Sab, Jamaluddin Che, and Rahim, Roslan Ab. 2005 “Business
Opportunities: Identification, Evaluation and Selection” in Fundamentals of
Entrepreneurship, Prentice Hall, Pearson, Malaysia.
Kin, Tow Khee 2004 Developing Entrepreneurial Skills, Leeds Publications, Selangor
Malaysia.

Kirzer, I 1979 Perception, Opportunity and Profit: Studies in the Theory of


Entreprenuership, Chicago, The University of Chicago Press.

56
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces

Kuratko, D.F., and Hodgetts, R.M. 1996 Entreprenuership, A Contemporary Approach


3th ed, London: Dryden Press.
Overton, Rodney 2005 Are You An Entrepreneur? Anda Sang Usahawan?, Jakarta: PT
Gramedia

Stevenson, H, Roberts, M. and Grousbeck 1989 Nue Business Venture and


Entrepreneur, Homewood: Irwin.
Yusof, Ab. Aziz., Perumal, Selvan, and Pangil, Faizuniah 2005 Principles of
Entrepreneurship. Prentice Hall, Pearson, Selangor, Malaysia.
Z. Heflin Frinces Juni 2009 Globalisasi: Respons Terhadap Krisis Ekonomi Global,
Yogyakarta: Mida Pustaka

…………………. Januari 2009 Kepemimpinan Berbasis Kewirausahaan, Yogyakarta:


Mida Pustaka

…………………. Novermber 2008 Manajemen Reformasi Birokrasi, Yogyakarta: Mida


Pustaka

…………………. Agustus 2007 Strategi: Konsepsi Memenangkan Perang Bisnis.


Yogyakarta: Mida Pustaka

…………………. November 2006 Manajemen Stratejik: Resep Daya Saing dan Unggul,
Yogyakarta: Mida Pustaka

…………………. 2004 Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis, Yogyakarta: Darussalam

57

You might also like