Jurnal Pengantar Bisnis 1
Jurnal Pengantar Bisnis 1
Jurnal Pengantar Bisnis 1
Abstract
Entrepreneur is a subject that has been widely discussed because it has
long been recognized to have played a significant role in not only
increasing one’s income but more than that it has been noted to improve
people’s quality of life and nation’s prosperity as it has been shown in the
experiences of many developed and developing countries such as Malaysia,
Singapore, Taiwan, Hongkong, Japan, South Korea, the United States of
America, and most of European countries. At present governments of
those countries are providing a great deals of attention and efforts to
increase number of entrepreneurs in these countries including Indonesian
Government. As noted in this article that it requires at least 2% of a
country’s population are entrepreneurs to reach a prosperity level of a
country and to increase purchasing power of the population. Those
experiences have led many experts and governments in many countries
are very keen to study nature and characteristics of entrepreneurs and
looking for right answers to questions as to why is it so important to be an
entrepreneur?, why society need entrepreneur?, and what are the
elements of becoming successful entrepreneurs?. Answers to these
questions will be found in this article. But what interest to some quarters
to note is that (1) successful entrepreneur are characterized as to have
strong willingness to take risk and to undertake strategic changes as
required to make progress, and (2) there are specific skills such as skills to
produce products and services, to market, and to calculate cost and profit
quickly required by any successful entrepreneurs.
Keywords: entrepreneur, take risks, strategic change, purchasing power,
prosperity, skills.
.
34
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
A. Pendahuluan
Makalah ini berisikan kajian strategis tentang masalah kewirausahaan yang kini
menjadi bagian penting dalam pembuatan kebijakan bisnis, industri dan ekonomi
pemerintah di berbagai tingkatan di Indonesia. Topik ‘Pentingnya Profesi Wirausaha di
Indonesia’ ini diangkat di sini karena telah menjadi topik penting dalam berbagai
forum diskusi di Indonesia. Studi tentang ‘entrepreneurial development’ juga marak
dibahas di berbagai forum hampir seluruh dunia karena kaitannya dengan usaha
untuk pembangunan ekonomi regional dan nasional. Pemerintah Indonesia di semua
tingkatan pusat dan daerah dalam kurun hampir sepuluh tahun terakhir ini telah
memberikan perhatian dan alokasi anggaran yang cukup besar untuk menciptakan
lebih banyak wirausaha, entrepreneurs. Kenapa penting?, Jawabannya singkat,
karena besarnya peran yang dimainkan oleh wirausaha di dalam mengatasi berbagai
problematik pembangunan ekonomi nasional seperti masalah pengentasan
kemiskinan, tingginya jumlah pengangguran, rendahnya daya beli, sulitnya penciptaan
lapangan usaha dan lapangan kerja, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Masalah-masalah ini sangat relevan dengan kondisi objektif yang ada di Indonesia,
dan untuk pembahasan yang berkaitan dengan profesi wirausaha adalah sesuatu isu
yang sangat penting untuk didiskusikan secara luas. Makalah singkat ini akan
mempresentasikan beberapa pemikiran tentang pentingnya profesi wirausaha di
Indonesia dan secara eksplisit mencari jawaban mengapa begitu penting menjadi
seorang wirausaha?, mengapa masyarakat membutuhkan wirausaha?, dan
ketrampilan (skills) penting apa saja yang membuat para wirausaha berhasil?.
35
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
36
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
37
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
7. Dapat mensetting persaingan antara dirinya dengan orang lain atau pihak lain
bahwa dirinya juga akan mampu melakukan hal yang sama atau bahkan lebih
baik.
Dalam dimensi yang lebih luas, wirausaha sangat diperlukan karena perannya di
dalam mendinamisasikan kegiatan ekonomi bisnis keluarga, masyarakat, daerah dan
Negara, yaitu dengan munculnya para pelaku ekonomi bisnis baru yang disebut
wirausaha. Bila dinamisasi kegiatan ekonomi bisnis ini dapat dipertahankan dan
bahkan ditingkatkan dalam waktu yang cukup lama, maka hal ini akan dapat
membuat fondasi yang kuat bagi ketahanan (resilience) ekonomi negara terhadap
fluktuasi dan krisis ekonomi global (Z. Heflin Frinces, 2004 dan 2009) seperti yang
pernah terjadi pada tahun 1998 dan 2008 hingga saat ini. Bentuk kegiatan ekonomi
bisnis baru yang dapat dilahirkan oleh wirausaha antara lain:
1. Memunculkan kegiatan baru bisnis:
a. Impor dan ekspor produk dan jasa serta adanya pertukaran tenaga ahli atau
tenaga teknis akibat kerjasama bisnis.
b. Sebagai penghasil bahan baku, penghasil produk dan jasa dan juga berperan
menciptakan unit usaha baru lainnya.
c. Terciptanya pedagang atau pengusaha perantara dalam berbagai skala mikro,
kecil dan menengah.
d. Munculnya banyak pengusaha mikro dan kecil yang berperan sebagai agensi
dari perusahaan yang berskala menengah / besar.
e. Menciptakan dinamisme dan strategi pemasaran baru bagi usaha untuk
memenangkan persaingan bisnis dengan menggunakan berbagai bentuk
media untuk promosi dan pemasaran.
f. Munculnya berbagai jenis dan skala usaha atau kegiatan bisnis seperti
tersebut di atas membawa manfaat yang besar bagai masyarakat untuk dapat
mencari lapangan kerja, dan juga memunculkan lapangan alternatif usaha
baru.
2. Memunculkan pembudayaan semangat persaingan bisnis yang tinggi:
a. Membangun lingkungan kerja dan organisasi serta budaya korporat yang
kondusif untuk pertumbuhan kreativitas sumber daya manusia (SDM) dan
persaingan antar staf untuk berprestasi tidak saja dalam hal inovasi produk,
jasa, dan system baru, tetapi juga lebih peka / sensitif terhadap pemuasan
kepada konsumen dan antisipatif dalam pemecahan masalah yang dihadapi
oleh organisasi.
b. Untuk menang dalam persaingan bisnis para pelaku bisnis harus mempunyai
daya saing yang tinggi. Untuk mempunyai ini seorang wirausaha harus
38
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
39
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
sebuah kemampuan (an ability) yang di dalamnya termasuk dalam artian ‘usaha’
(effort), aktivitas, aksi, tindakan dan lain sebagainya untuk menyelesaikan suatu
tugas (task). Arti atau makna dari wirausaha yang kita ketahui seperti saat
sekarang ini diawali oleh pemikiran dari studi yang dilakukan oleh para ekonom
terkemuka pada abad ke 18 dan ke 19. Para ekonom seperti Richard Cantillon
(1725) dan J.B. Say (1805) dan Joseph Schumpeter (1934) telah memberikan
definisi tentang wirausaha. Richard Cantillon (1725) yang dikutif di dalam buku
Hisrich dan Peter (1998) yang kemudian disitir oleh Yusof, Perumal dan Pangil
(2005) mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang siap untuk
mengambil risiko-risiko dan dia berbeda dari orang-orang yang mensuplai modal
dengan harapan sebuah keuntungan yang tetap. Para wirausaha juga dipandang
berbeda dari seorang kapitalis (pemodal) yang mensuplai modal dan bersamaan
dengan itu mengeksploitasi pihak yang terlibat (entrepreneur as an individual who
is ready to take risks and is different from those supply capital with the
expectation of a fixed return. Entrepreneurs are also viewed as different from a
capitalist who supplies capital and at the same time exploit the party involved).
Sebaliknya Cantillon juga melihat para wirausaha sebagai agen-agen yang
membeli alat-alat manufaktur untuk menghasilkan sebuah produk yang dapat
dipasarkan. Tetapi, para wirausaha harus mengambil resiko-resiko sambil
membeli berbagai jenis produk. J.B. Say seperti yang dikutif Hisrich dan Peter
(1998) yang kemudian dikutif oleh Yusof, Perumal dan Pangil (2005),
menggambarkan wirausaha sebagai pengorganisir sebuah perusahaan yang
memainkan peran sebagai produser serta distributor untuk memperoleh
keuntungan (entrepreneur as the organisir of a firm who plays the role of
producer as well as distributor to gain profit). Kajian Schumpeter dalam bukunya
yang berjudul The Theory of Economic Development seperti yang dikutip oleh
Dollinger (1995) yang kemudian dikutip oleh Yusof, Perumal dan Pangil (2005)
mengarahkan pada konsepsi kewirausahaan secara spesifik dengan
mengembangkan sebuah model baru kewirausahaan (new entrepreneurship
model). Model ini menekankan pada inovasi sebagai esensi dari kegiatan-kegiatan
kewirausahaan, di mana inovasi diimplementasikan oleh seseorang yang dikenal
dengan wirausaha. Menurut Schumpeter juga menghubungkan inovasi ini dengan
berbagai kegiatan yang akan membawa perubahan revolusioner di dalam industri.
Dia menyontohkan ‘wireless innovation’ (inovasi alat komunikasi tanpa kabel)
dengan Marconi yang membawa revolusi di dalam industri komunikasi dan dapat
meningkatkan kegiatan-kegiatan ekonomi. Jadi bagi Schumpeter the entrepreneur
can be assumed as a modifier who will not allow the economic system to be
40
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
41
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
42
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
43
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
Inggris sebagai entrepreneur. Atas dasar perjalanan dan catatan sejarah seorang
ekonom Prancis, bernama Richard Cantillon, memulai kajian paling awal tentang
wirausaha pada tahun 1725. Kemudian lebih dari satu abad yaitu pada abad ke
18 seorang ekonom Prancis , J.B. Say (1805), membuat kajian atau penelitian
yang sangat populer tentang kewirausahaan. Dari sinilah kemudian muncul
berbagai teori dan konsep kewirausahaan yang dikembangkan di benua Eropah
pada abad ke 18 hingga abad ke 19. Salah seorang penting dan ternama lainnya
yang berperan di dalam mengembangkan pada tahap awal kewirausahaan adalah
seorang sosiolog Max Weber yang pada tahun 1905 menulis bukunya dengan
judul Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism. Pada abad modern (abad ke
20an) studi tentang kewirausahaan telah banyak dimulai di berbagai lembaga
pendidikan tinggi seperti di Amerika Serikat. Secara definisional misalnya,
Schumpeter (1934) seperti yang dikutif di dalam Dollinger (1995) yang kemudian
dikutip lebih lanjut oleh Yusof, Perumal dan Pangil (2005), memberikan definisi
kewirausahaan dengan menyatakan bahwa kewirausahaan adalah sebuah firma
yang beroperasi dan mengimplementasikan sebuah kombinasi berbagai kegiatan
baru seperti pengembangan produk, pemasaran, berbagai sumber daya untuk
bahan baku yang baru, pendekatan manufakturing, dan struktur keorganisasian
yang baru. Pada tahun 1946 Alfred Marshall, seorang ekonom, juga menulis untuk
menerangkan secara rinci tentang kewirausahaan dalam bukunya berjudul Th
Principles of Economics. Dalam bukunya itu Marshall memperlihatkan bagaimana
seorang pebisnis mengembangkan usahanya lewat waktu dari sebuah toko grosir
kacil hingga sampai menjadi sebuah perusahaan multinasional. Dia juga
berargumentasi bahwa sebuah perusahaan yang sangat tergantung pada
perusahaan utamanya akan harus ditutup bila pemiliknya meninggal. Situasi ini
akan mengarah kepada isu-isu yang semrawut seperti kepemilikan baru dan
tuntutan-tuntutan terhadap asset perusahaan. Siklus kehidupan (life cycle)
sebuah perusahaan dari tahap awal hingga akhir suatu bisnis disebutnya sebagai
an evolution process (sebuah proses evolusi). Pada tahun 1960 an para ahli
psikologi juga memberikan kontribusi bagi studi dan pengembangan
kewirausahaan. Selanjutnya Cole (1969) mendefinisikan kewirausahaan sebagai
aktivitas-aktivitas yang menghasilkan berbagai hasil yang menguntungkan lewat
pengembangan keuntungan yang berorientasi bisnis. Para pakar lain seperti
Stevenson, Roberts dan Grousbeck (1989) secara singkat mendefinisikan
kewirausahaan sebagai kesiapan individual untuk menangkap peluang-peluang
tanpa mempertimbangkan berbagai sumber daya yang ada di tangan (as
individual preparedness to grab opportunities without considering the resources at
44
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
45
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
46
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
dari pada sebelumnya. Hal ini mensyaratkan para wirausaha untuk mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan yang lebih baik lagi dari waktu-waktu sebelumnya
untuk menangkap peluang-peluang dan untuk menghadapi berbagai tantangan yang
potensial (to the potential challenges). Untuk itu adalah peran dari para wirausaha
untuk memposisikan bisnis-bisnis mereka di dalam sebuah pasar yang kompetitif
lewat keunggulan bersaing.
47
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
telah melakukan pilihan yang terencana dan sistematik untuk menjadi dirinya
berprofesi sebagai wirausaha. Wirausaha sebagai profesi bermakna bahwa yang
bersangkutan telah menceburkan dirinya, mencetak dirinya, dan
menumbuhkembangkan dirinya untuk hidup dan berperikehidupan sebagai
seorang wirausaha.
b. Profesi sebagai wirausaha
Dengan demikian berprofesi sebagai wirausaha merefleksikan secara tegas bahwa
yang bersangkutan telah memiliki:
a. Pilihan hidup professional utamanya adalah menjadi seorang wirausaha.
b. Pengembangan karir dan kepribadian serta karakteristik dirinya adalah
sebagai seorang wirausaha.
c. Semangat juang dan keberaniannya untuk maju, tumbuh dan berkembang
dalam berkarya dan berprestasi merupakan cerminan diri seorang wirausaha.
d. Adanya obsesi yang kuat untuk menjadikan diri dan kehidupannya untuk
dapat mendiri secara penuh.
e. Adanya keyakinan dan kepastian bahwa dengan menjadi wirausaha
perubahan yang lebih dari kondisi yang ada sekarang ini hanya dapat
dilakukan dengan berprofesi secara professional sebagai wirausaha.
Dalam perspektif pembangunan ekonomi nasional dan pengembangan karir
individual bahwa kemajuan suatu masyarakat dan bangsa terakselerasi dengan
baik dengan banyaknya jumlah dan peran yang dimainkan oleh keberadaan
wirausaha di dalam Negara tersebut. Kemunduran ekonomi nasional yang dapat
dilihat pada pencapaian data makro ekonomi seperti tingginya angka
pengangguran dan kemiskinan, rendahnya pendapatan nasional dan individual
(seperti rendahnya income per capita), rendahnya kualitas pelayanan publik,
makin banyak tantangan pemerintah, terbatasnya suplai dan penyediaan bahan
kebutuhan dasar rakyat serta rendahnya tingkat inovasi IPTEK banyak disebabkan
oleh sedikitnya jumlah wirausaha yang ada di daerah atau Negara tersebut. Ingin
dikatakan dengan eskspresi lain bahwa jiwa dan semangat kewirausahaan di
dalam daerah dan Negara tersebut sangat rendah dan terbatas. Bila keterbatasan
tersebut terus berlanjut, maka hal ini akan menumpulkan daya kreativitas rakyat.
Bila daya kreativitas tumpul, maka sebagai konsekuensinya adalah rendahnya
inovasi dalam banyak hal seperti minimnya penciptaan produk dan jasa baru,
sistem baru, IPTEK baru, daya saing baru, unit usaha baru dan minimnya
rekayasa program, strategi dan kebijakan public dan juga private. Pengalaman
daerah dan Negara-negara yang telah maju memperlihatkan bahwa kreativitas
berkembang begitu dahsyat. Hal banyak didukung oleh tingginya kondisi atau
48
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
49
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
Untuk melakukan hal-hal yang ideal seperti tersebut di atas bukan pekerjaan
yang mudah. Diperlukan berbagai usaha keras untuk mentransformasi diri secara
terencana. Di Bagian berikut ini akan digambarkan bagaimana proses mencetak
diri menjadi seorang wirausaha.
E. Mencetak Wirausaha
Mencetak manusia pada umumnya agar dapat menjadi wirausaha yaitu pelaku-
pelaku bisnis dalam artian yang sebenarnya adalah sesuatu yang mendapatkan
perhatian luas para pengambil kebijakan public (pemerintah), pelaku bisnis dan
masyarakat serta para akademisi. Pembicaraan dan diskusi tentang ini topik ini sudah
lama dilakukan secara sistematik sejak abad ke 17. Tetapi dalam perspektif sejarah
Islam kegiatan kewirausahaan telah dilakukan sejak pada masa Nabi Adam (Yusof,
Perumal dan Pangil, 2005). Dua anak Nabi Adam, Habil dan Qobil, di mana Habil
ditugaskan untuk bertanggung jawab untuk mengembangkan seektor pertanian dan
Qobil bertanggung jawab untuk mengembangkan sektor peternakan (kehewanan).
Sejarah Islam juga mencatat bahwa sebagian terbesar dari para nabi (termasuk Nabi
Muhammad saw) terlibat dalam kegiatan kewirausahaan pada tingkat domestik dan
internasional. Lewat kegiatan-kegiatan tersebut Islam telah berhasil menciptakan dan
mengembangkan sipilisasinya sendiri. Untuk dicatat bahwa dalam perkembangan awal
kemunculan kegiatan kewirausahaan dilakukan oleh individual yang bergerak dan jual-
beli barang dari satu tempat ke tempat yang di dalam daerah (tempat) ke daerah
(tempat) lain. Marco Polo dari Italia adalah salah satu dari sekian banyak manusia
yang bepergian (go-between) di berbagai belahan dunia pada masanya.
Dalam perkembangan dunia bisnis modern, para pakar dari berbagai disiplin
secara serius mengkaji bagaimana proses untuk menjadi seorang wirausaha. Dalam
kajian tersebut bervariasi. Tetapi dapat disimpulkan atas dua proses sbb:
1. Proses alamiah karena keturunan dan lingkungan.
Pada butir ini seseorang menjadi seorang wirausaha karena dua hal yang
antara satu dengan yang lain bisa terkait artinya saling melengkapi dan dapat
terjadi secara terpisah sebagai berikut:
a. Keturunan atau keluarga pebisnis:
Seorang calon wirausaha di mana yang bersangkutan memang memiliki
keturunan dari orang tuanya dan / atau orang tua mereka sebelumnya yang
secara alamiah memiliki keturunan seorang atau keluarga orang-orang
pebisnis atau wirausaha. Dalam konteks ini proses menjadi wirausaha karena
ada faktor genetika yang turun temurun dari generasi sebelumnya ke
generasi berikutnya. Namun juga perlu dicatat bahwa meskipun mereka
50
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
51
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
52
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
53
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
b) Ketrampilan khusus:
(1) Ketrampilan produksi untuk membuat barang dan/atau jasa.
(2) Ketrampilan pemasaran dan memasarkan.
(3) Ketrampilan menghitung potensi pasar, prospek bisnis, biaya, dan
keuntungan.
3) Mengembangkan personalitas seorang wirausaha.
Sifat personalitas wirausaha yang harus dibangun antara lain:
a) Keyakinan pribadi terhadap dirinya sendiri.
b) Kemauan dan keberanian mengambil risiko.
c) Personalitas ‘A’ yang berintikan kemauan kerja keras, ‘rakus’ (greedy),
agresif, bersifat berbuat atau bertindak munurut kata hati (impulsively)
walaupun tidak serta merata berhasil melakukan sesuatu, serta
bergairah untuk melakukan satu, dua atau tiga hal atau tugas
sekaligus karena tidak mau kehilangan kesempatan dan waktu. Dalam
banyak sering disebut ‘orang tidak sabaran’ (impatient) di dalam
melakukan sesuatu karena mereka hanya tertarik akan hasil akhir yang
harus dicapai. Personalitas ‘B’ adalah tipe personalitas yang lebih
rileks, santai dan tidak kompetitif. Tipe ini sangat tertarik untuk
berhubungan dan membangun hubungan sebanyak mungkin dengan
pihak lain tanpa melihat ada manfaat atau tidak. Mereka mentoleransi
kesabaran dan menghindari konflik. Bagi tipe orang ini ‘business is
pleasure’ (bisnis adalah kesenangan).
4) Mengembangkan strategi kreatif.
a) Membentuk dan membuat diri yang memiliki karakteristik wirausaha
yang berhasil.
b) Memahami konsep kreativitas.
c) Mengembangkan kreativitas diri dan organisasi.
d) Kemampuan membuat dan menjawab pertanyaan: bagaimana
mengembangkan kreativitas ?.
5) Tempat kontrol (locus of control): di mana keberhasilan dapat ditentukan
oleh baik yang datang dari internal diri sendiri dan dari eksternal dari pihal
lain, di luar kemampuan diri sendiri.
b. Melakukan persiapan strategis memulai sebuah bisnis.
1) Melakukan perencanaan kegiatan kewirausahaan.
2) Mengidentifikasi pasar.
3) Menentukan strategi harga.
4) Menentukan strategi pasar.
54
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
F. Kesimpulan
Berprofesi sebagai wirausaha adalah sebuah pilihan untuk hidup dan pilihan
profesi yang terhormat yang harus direncanakan secara baik dan matang. Wirausaha
adalah sebuah jalan kehidupan yang dipilih karena telah diyakini dengan kenyataan
dan fakta yang ada bahwa wirausaha mempunyai peran yang besar di dalam
meningkatkan kualitas hidup individu, masyarakat dan Negara. Di samping itu
wirausaha juga merupakan salah satu faktor yang penting dan menentukan untuk
dapat menjadikan masyarakat dan Negara yang makmur. Oleh karenanya wirausaha
adalah sebuah profesi yang dalam proses penciptaannya, pertumbuhan dan
perkembangannya harus dibentuk dengan cara yang sistematik. Karena yang akan
dibentuk adalah karakteristik dan jenis sosok manusia yang harus berhasil di dalam
tugasnya untuk menciptakan dan mengembangkan organisasi dan bisnisnya. Karena
keberhasilannya, maka adalah wajar untuk mengkaji dan mendalami apa sebenarnya
yang membuat seorang wirausaha itu berhasil. Keberhasilan wirausaha tersebut
merupakan salah satu sebab utama mengapa nilai-nilai, semangat dan jiwa
kewirausahaan harus disebarluaskan ke berbagai profesi yang lain.
Di Indonesia jumlah wirausaha sangat minim, dan masih dari jauh dari cukup
untuk menciptakan rakyat dan bangsa Indonesia yang makmur. Seperti yang
55
Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, April 2010
disebutkan di atas bahwa dibutuhkan paling sedikit 2% dari total penduduk Indonesia
yang berjumlah 230 juta orang untuk menciptakan rakyat bangsa Indonesia yang
makmur. Sementara saat ini Indonesia baru memiliki sekitar 400.000 orang wirausaha
atau hanya sekitar 0.18% dari total penduduk Indonesia.
Daftar Pustaka
Hisrich, R.D., Peters, M.P. and Shepherd, D.A. 2005 Entrepreneurship, MacGraw-Hill,
New York.
Ismail, Baharudin, Sab, Jamaluddin Che, and Rahim, Roslan Ab. 2005 “Business
Opportunities: Identification, Evaluation and Selection” in Fundamentals of
Entrepreneurship, Prentice Hall, Pearson, Malaysia.
Kin, Tow Khee 2004 Developing Entrepreneurial Skills, Leeds Publications, Selangor
Malaysia.
56
Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia – Z. Heflin Frinces
…………………. November 2006 Manajemen Stratejik: Resep Daya Saing dan Unggul,
Yogyakarta: Mida Pustaka
57