Contoh Jurnal PTK Discaveri Learning PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING


BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR FISIKA MATERI FLUIDA PADA SISWA KELAS
XI MIPA 3 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI SEMESTER
GANJIL TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Bangun Sartono

Guru Fisika SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali


Jl. Embarkasi Haji Donohudan Ngemplak Boyolali

Email:[email protected]

Abstract : The purpose of this study were: 1) to describe the learning process of Physics by applying
the models of Discovery Learning Assisted by Student Worksheets, 2) to describe the improvement of
Physics learning achievement. This research was carried out using classroom action research
designed through two cycles with procedures for planning, acting, observing, and reflecting in each
cycle. This research activity was conducted in odd semester 2018/2019 school year, with research
subjects of XIMIPA class 3 semester 1 SMA N 1 Ngemplak school year 2018 / 2019.Data required in
this study were obtained through test and non-test techniques. test in the form of observation / direct
observation to students when learning activities take place both in the first and second cycles, using
assessment instruments that have been provided. While the test technique is in the form of a written
test that is carried out after each cycle ends. From the results of research learning activities that have
been carried out for two cycles and based on the entire discussion and analysis that has been done can
be concluded that: Application of Discovery Learning Models Assisted by LKS can improve learning
fluid material physics in XI MIPA class 3 semester 1 SMA N 1 2018/2019. The average value of
students in the first cycle increased by 21.29 or 41.50%, namely from 51.30 to 72.59, and increased
again in the second cycle of 10.93 or 15.06%, namely 72.59 to 83.52, and included in the good
category.
Keywords: Discovery Learning Models Assisted Workshet, Physics learning, and Fluid

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah : 1) mendeskripsi proses pembelajaran Fisika dengan
menerapkan model Discovery Learning Berbantuan Lembar Kerja Siswa, 2) mendeskripsi
peningkatan prestasi belajar Fisika. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian
tindakan kelas yang dirancang melalui dua siklus dengan prosedur perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan,dan refleksi dalam tiap-tiap siklus. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada semester ganjil
tahun pelajaran 2018/2019, dengan subyek penelitian siswa kelas XIMIPA 3 semester 1 SMA N 1
Ngemplak tahun pelajaran 2018/2019.Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh
melalui teknik tes dan non tes.Teknik non tes berupa observasi/ pengamatan langsung pada siswa saat
kegiatan pembelajaran berlangsung baik pada siklus pertama maupun siklus kedua, dengan
menggunakan instrumen penilaian yang telah disediakan. Sedangkan teknik tes berupa tes tertulis
yang dilakukan setelah tiap-tiap siklus berakhir. Dari hasil penelitian kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa : Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan LKS
dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika Materi Fluida pada siswa kelas XIMIPA 3 semester 1 SMA
N 1 Ngemplak tahun pelajaran 2018/2019. Nilai rata-rata siswa pada siklus I mengalami peningkatan
sebesar 21,29 atau 41,50% yaitu dari 51,30 menjadi 72,59, dan mengalami peningkatan lagi pada
siklus II sebesar 10,93 atau 15,06% yaitu 72,59 menjadi 83,52, dan termasuk dalam kategori baik,

52
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

Kata kunci:Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan LKS, pembelajaran Fisika, dan
Fluida

1. PENDAHULUAN
Pemahaman konsep merupakan kemampuan dalam memahami konsep dan fenomena
gejala alam. Pemahaman konsep merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran
Fisika. Pemahaman siswa terhadap konsep Fisika merupakan salah satu tujuan pembelajaran
Fisika yang harus dicapai. Dalam mempelajari Fisika peserta didik harus memahami konsep
agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut
didunia nyata. Pemahaman terhadap konsep Fisika merupakan dasar untuk belajar Fisika
secara bermakna. Mata pelajaran Fisika merupakan mata pelajaran yang dianggab sulit. Hal
ini karena siswa merasa kurang senang dengan mata pelajaran Fisika sehingga perlu
menambah motivasi dan semangat belajar. Dengan semangat belajar tinggi akan memperoleh
nilai yang baik, namun kenyataannya dari hasil evaluasi yang diberikan topik sebelumnya
masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yang ditentukan. Selain itu pada
proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Fisika siswa masih kurang termotivasi dalam
belajar. Masalah-masalah tersebut membuktikan bahwa dalam hasil pelaksanaan proses
pembelajaran Fisika pada umumnya sering mengalami kesulitan didalam memahami materi
yang diberikan guru. Bagi guru kesulitannya muncul saat melatih siswa agar benar–benar
mengerti dan dapat tergali potensinya. Sedangkan bagi siswa kesulitannya muncul karena
sebagian besar peserta didik menganggap bahwa mata pelajaran Fisika merupakan pelajaran
yang sulit dipelajari, tidak menarik dan membosankan. Kondisi ini diperparah dengan adanya
anggapan bahwa mata pelajaran Fisika akan terlaksana dengan sempurna bila mempunyai
bakat dan minat. Kesulitan penguasaan materi mata pelajaran Fisika mengisyaratkan adanya
permasalahan yang perlu segera dicari jalan keluarnya.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa prestasi siswa pada mata pelajaran Fisika terdapat
masalah berupa hasil belajar mata pelajaran Fisika sebagian besar (75%) belum mencapai
KKM yang ditentukan dan hanya 25 % yang dapat menguasai materi dengan baik.
Permasalahan ini perlu segera diatasi agar tidak merugikan guru maupun peserta didik itu
sendiri.
Dalam pembelajaran Fiska (1). Proses pembelajaran yang dilakukan pada materi
khususnya Fluida belum melibatkan peran serta/keaktifan siswa, dan guru belum
menggunakan metode yang tepat, selama ini pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan metode ceramah. (2). Pelaksanaan bimbingan yang dilakukan oleh guru
terhadap peserta didik terlihat kurang efektif. Hal ini terjadi karena dalam waktu yang
bersamaan guru harus membimbing banyak siswa. Sehingga hanya sebagian kecil peserta
didik yang betul-betul mendapatkan bimbingan, sedangkan sebagian yang lain juga
mendapatkan bimbingan namun kurang intensif. (3) Hasil evaluasi akhir menunjukkan bahwa
prestasi belajar Fisika sebagian besar hasilnya belum memuaskan yaitu 75% yang mendapat
nilai dibawah KKM yang ditentukan yaitu 70, sementara materi ini merupakan materi dasar
untuk tahun selanjutnya.
Setelah dilakukan analisis maka perlu pemecahan masalah berupa penelitian untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu Penelitian Tindakan Kelas.

1.1. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa dan gaya mengajar
guru. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan

53
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

informasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan idenya. Prastowo (2013: 68)
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis
dilaksanakan berdasarkan pola-pola pelajaran tertentu. Model pembelajaran tersusun atas
beberapa komponen yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung. Pembelajaran
yang baik adalah pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran,
sehingga dapat menciptakan generasi yang inovatif dan kreatif. Pelibatan siswa dalam
pembelajaran tidak terlepas dari penggunaan model pembelajaran yang mampu mengarahkan
siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Sani (2014: 76) mengemukakan beberapa model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan mengintegrasikan elemen-
elemen langkah ilmiah yaitu pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran penemuan
(discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan
pembelajaran berbasis proyek (project based learning).
Lebih lanjut, Kurniasih & Sani (2014: 64) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menuntut siswa menjadi aktif dalam
kegiatan belajar mengajar yaitu discovery learning, problem based learning, project based
learning, dan cooperative learning. Model pembelajaran tersebut berusaha membelajarkan
siswa untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban
sementara atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta
melalui penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara
lisan maupun tulisan. Berdasarkan uraian tersebut, maka model pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian ini adalah model discovery learning.
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014: 64) discovery
learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran
tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Selanjutnya, Sani (2014: 97) mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan konsep
melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Pernyataan lebih lanjut dikemukakan oleh Hosnan (2014: 282) bahwa discovery learning
adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan.
Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan
sendiri masalah yang dihadapi. Wilcox (dalam Hosnan, 2014: 281) menyatakan bahwa dalam
pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung
dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui
keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk
pertanyaan atau permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan
yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri.
Bruner (dalam Kemendikbud, 2013b: 4) mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam
kehidupannya. Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif
menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented.
Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru

54
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

ke modus discovery, siswa menemukan informasi sendiri. Sardiman (dalam Kemendikbud,


2013b: 4) mengungkapkan bahwa dalam mengaplikasikan model discovery learning guru
berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan.
Menindaklanjuti beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti
menyimpulkan bahwa model discovery learning adalah suatu proses pembelajaran yang
penyampaian materinya disajikan secara tidak lengkap dan menuntut siswa terlibat secara
aktif untuk menemukan sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya.

1.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning


Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran harus diiringi
dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun kelebihan. Hosnan
(2014: 287-288) mengemukakan beberapa kelebihan dari model discovery learning yakni
sebagai berikut.
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
c. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
d. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja
sama dengan yang lain.
e. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa. f. Mendorong siswa berpikir intuisi dan
merumuskan hipotesis sendiri.
g. Melatih siswa belajar mandiri.
h. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
Kurniasih & Sani (2014: 66-67) juga mengemukakan beberapa kelebihan dari model
discovery learning, yaitu sebagai berikut.
a. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
b. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
c. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
d. Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
Menurut Marzano (dalam Hosnan, 2014: 288), selain kelebihan yang telah diuraikan,
masih ditemukan beberapa kelebihan dari model discovery learning, yaitu sebagai berikut.
a. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry.
b. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.
c. Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik.
d. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir bebas.
e. Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan
masalah tanpa pertolongan orang lain.
Hosnan (2014: 288-289) mengemukakan beberapa kekurangan dari model discovery
learning yaitu (1) menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar
yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing,
(2) kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, dan (3) tidak semua siswa
dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap model pembelajaran pasti memiliki
kekurangan, namun kekurangan tersebut dapat diminimalisir agar berjalan secara optimal.

55
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

Westwood (dalam Sani, 2014: 98) mengemukakan pembelajaran dengan model discovery
akan efektif jika terjadi hal-hal berikut: (1) proses belajar dibuat secara terstruktur dengan
hati-hati, (2) siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar, (3) guru
memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk melakukan penyelidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti menyimpulkan
bahwa kelebihan dari model discovery learning yaitu dapat melatih siswa belajar secara
mandiri, melatih kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan siswa secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri dan memecahkan masalah tanpa bantuan
orang lain. Kekurangan dari model discovery learning yaitu menyita banyak waktu karena
mengubah cara belajar yang biasa digunakan, namun kekurangan tersebut dapat diminimalisir
dengan merencanakan kegiatan pembelajaran secara terstruktur, memfasilitasi siswa dalam
kegiatan penemuan, serta mengonstruksi pengetahuan awal siswa agar pembelajaran dapat
berjalan optimal.

1.3. Langkah-langkah Model Discovery Learning


Pengaplikasian model discovery learning dalam pembelajaran, terdapat beberapa tahapan
yang harus dilaksanakan. Kurniasih & Sani (2014: 68-71) mengemukakan langkah-langkah
operasional model discovery learning yaitu sebagai berikut.
a. Langkah persiapan model discovery learning
1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa.
3) Memilih materi pelajaran.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif.
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas,
dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
b. Prosedur aplikasi model discovery learning
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.
2) Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3) Data collection (pengumpulan data)
Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba
sendiri untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
4) Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Tahap ini berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi, sehingga siswa akan mendapatkan
pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara
logis.
5) Verification (pembuktian)

56
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

Pada tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif dan
dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
6) Generalization (menarik kesimpulan)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi.

1.4. Kerangka Berpikir


Berdasarkan latar belakang dan landasan teori di atas maka dapat dirumuskan kerangka
berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). Proses pembelajaran yang dilakukan
pada materi fluida belum melibatkan peran serta/keaktifan siswa, dan guru belum
menggunakan metode yang tepat, selama ini pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan metode ceramah, demonstrasi. (2). Pelaksanaan bimbingan yang dilakukan oleh
guru terhadap peserta didik terlihat kurang efektif. Hal ini terjadi karena dalam waktu yang
bersamaan guru harus membimbing banyak siswa. Sehingga hanya sebagian kecil peserta
didik yang betul-betul mendapatkan bimbingan secara efektif, sedangkan sebagian yang lain
juga mendapatkan bimbingan namun kurang intensif. (3). Hasil evaluasi akhir menunjukkan
bahwa prestasi belajar Fisika sebagian besar hasilnya belum memuaskan yaitu 75% yang
mendapat nilai dibawah KKM yang ditentukan (70) , sementara materi ini penting sebagai
materi dasar untuk materi selanjutnya.

1.5. Hipotesis Tindakan


Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1). Penerapan Model Discovery
Learning Berbantuan LKS dapat meningkatkan proses pembelajaran Fisika pada siswa kelas
XI MIPA 3SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2018/2019 semester ganjil. 2).
Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan LKS dapat meningkatkan prestasi belajar
Fisika pada siswa kelas XI MIPA 3SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019 . 3). Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan LKS dapat
meningkatkan perubahan perilaku positif siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali setelah melaksanakan pembelajaran Fisika.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali, dengan
alamat Jalan Embarkasi Haji Donohudan Ngemplak Boyolali. Waktu penelitian dimulai bulan
Agustus 2018 sampai dengan Nopember 2018 dengan kegiatan penyusunan proposal dan
pembuatan instrumen penelitian, penelitian dan pengambilan data, pengolahan data dan
penyusunan laporan hasil penelitian.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 3SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali
tahun pelajaran 2018/2019, dengan jumlah 36 siswa, yang terdiri 12 siswa laki-laki dan 24
siswa perempuan. Peneliti memilih Kelas XI MIPA 3 sebagai subjek penelitian karena
faktor-faktor berikut (1) Siswa kelas XI MIPA 3 mengalami kesulitan dalam pembelajaran
Fisika (2) adanya karakter yang perlu diperbaiki pada siswa kelas XI MIPA 3 dalam
pembelajaran Fisika.

57
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Deskripsi Kondisi Awal


Hasil tes prasiklus diperoleh berdasarkan hasil tes tertulis sebelum dilaksanakan
pembelajaran Fisika dengan menerapkan Model Discovery Learning Berbantuan LKS, hasil
tes prasiklus berfungsi untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam mata pelajaran
Fisika. Kondisi awal dalam penelitian ini dijumpai adanya permasalahan belajara siswa kelas
XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2018/2019 dalam
mengerjakan soal Fluida. Siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal–soal tersebut.
Hasil belajar pada kondisi awal yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada tabel berikut .
Tabel 3.1 Hasil Tes Tertulis Fisika pada Prasiklus
PRA
%
SIKLUS
RATA RATA 51.30
TERTINGGI 86.67
TERENDAH 33.33
TUNTAS 6 16.67
TIDAK
30 83.33
TUNTAS

PRA SIKLUS
100,00
80,00
60,00
40,00 PRA SIKLUS
20,00
0,00
RATA RATA TERTINGGI TERENDAH TUNTAS TIDAK TUNTAS

Diagram 3.1 Hasil Tes Tertulis Fisika pada Prasiklus

Pada tabel 3.1, Pada Siklus diketahui nilai rata-rata siswa masih dalam kategori kurang,
yaitu sebesar 51,30. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi sebesar 86,67 dan terendah 33,33.
Yang sudah tuntas melampau KKM yang ditetapkan sebesar 70 adalah 6 orang atau 16,67 %.
Selanjutnya sebanyak 30 siswa atau 83,33% memperoleh nilai dibawah KKM. Hal tersebut
menunujukkan bahwa kemampuan siswa dalam Fisika masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Data ini menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan perbaikan dengan melaksanakan
pembelajaran Fisika dengan menerapkan Model Discovery Learning Berbantuan LKS .

58
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

3.2. Deskripsi Hasil Belajar Fisika Pra Siklus


Rendahnya minat belajar siswa berpengaruh pada hasil belajar siswa. Berdasarkan catatan
hasil tersebut secara umum masih dibawah KKM. Dari kondisi awal itu dapat disimpulkan
bahwa siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali tahun pelajaran 2018/2019
yang belum mampu mencapai KKM masih tergolong cukup besar.

3.3. Deskripsi Hasil Siklus 1


Kegiatan siklus I merupakan tindakan lanjutan setelah melihat data yangdiperoleh pada
prasiklus. Kegiatan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan menerapkan Model Discovery
Learning Berbantuan LKS dalam pembelajaran Fisika. Pemaparan hasil penelitian siklus I
diawali dengan memaparkan hasil prestasi belajar Fisika berupa perolehan nilai tes tertulis
setelah siswa melaksanakan pembelajaran Fisika dengan menerapkan Model Discovery
Learning Berbantuan LKS . Selanjutnya Proses Pembelajaran Fisika dengan Menerapkan
Model Discovery Learning Berbantuan LKS pada tahap awal pelaksanaan tindakan, guru
membagikan pedoman yang telah dibuat dengan disertai pengantar sebagai berikut :
Pada tahap pendahuluan, peneliti memberikan apersepsi pembelajaran Fisika, ilustrasi
tentang materi fluida, persiapan dan menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran Fisika
yang harus dicapai pada pertemuan itu.
Pada tahap kegiatan inti, peneliti melakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi kegiatan
menjelaskan kepada siswa bahwa dalam pembelajaran Fisika ini guru dengan menerapkan
Model Discovery Learning berbantuan LKS, membagi kelas menjadi 4 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 9 siswa selanjutnya kelompok diberi topik yang dibahas, yaitu :
kelompok 1, 2 , 3 dan 4 membahas materi, tiap kelompok harus mendiskusikan, menjelaskan
serta mempresentasikannya di depan kelas secara bergiliran sesuai topik pembahasan,
menunjukkan dan menyiapkan tempat siswa untuk diskusi, dan membimbing siswa untuk
mengerjakan soal Materi Fluida sesuai hasil diskusi dan lembar kerja siswa yang telah
dibagikan dengan terlebih dahulu menjelaskan kriteria penilaian, melakukan pengamatan
selama proses pembelajaran dengan mengisi ceklist pada lembar pengamatan yang telah
disediakan.
Pada tahap penutup, kegiatan pembelajaran Fisika ditutup dengan merefleksi hasil
pembelajaran pertemuan itu. Guru memberi kesempatan pada siswa yang belum jelas untuk
menanyakan materi Fluida. Setelah selesai diskusi dan mengerjakan tugas , guru bersama
siswa membahas dan menyimpulkan hasil diskusi, kemudian semua tugas dikumpulkan, dan
siswa bersiap untuk melaksanakan post test sesuai pengarahan awal Selanjutnya hasil tes
tertulis Fisika pada siklus I dijelaskan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Hasil Tes Tertulis Fisika pada Siklus I
SIKLUS 1 %
RATA RATA 72.59
TERTINGGI 100.00
TERENDAH 53.33
TUNTAS 19 52.79
TIDAK
TUNTAS 17 47.22

59
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

SIKLUS 1
120,00

100,00

80,00

60,00
SIKLUS 1
40,00

20,00

0,00
RATA RATA TERTINGGI TERENDAH TUNTAS TIDAK TUNTAS

Diagram 3.3. Hasil Tes Tertulis Fisika pada Siklus 1

Pada tabel 3.3, diketahui nilai rata-rata siswa sudah dalam kategori cukup, yaitu sebesar
72,59. Siswa yang memperoleh nilai tertinggi sebesar 100,00 dan terendah 53,33. Siswa yang
mencapai ketuntasan atau yang memperoleh nilai sama atau lebih dari KKM yang ditentukan
yaitu 70 ada 19 siswa atau 52,79%.

3.4. Refleksi Siklus 1


Refleksi siklus I dilakukan berdasarkan hasil tes pembelajaran Fisika pada materi fluida
dengan menerapkan Model Discovery Learning Berbantuan LKS yang terlaksana pada siklus
I. Berdasarkan hasil tes tertulis pada siklus I dapat disimpulkan adanya peningkatan
dibandingkan hasil tes prasiklus. Peningkatan hasil Fisika pada siklus I menunjukkan
penerapan Model Discovery Learning Berbantuan LKS pada materi fluida sudah cukup
efektif bagi sebagian siswa. Namun, belum semua siswa memahami sepenuhnya penerapan
Model Discovery Learning Berbantuan LKS pada materi fluida tersebut. Namun kondisi
tersebut belum mencapai standar indikator kinerja yang telah ditentukan. Melihat hasil
tersebut diatas maka menjadi refleksi bagi guru sebagai peneliti untuk memperbaiki
pembelajaran pada siklus II. Guru menyusun rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada
pembelajaran Fisika dengan menerapkan Model Discovery Learning Berbantuan LKS siklus
II untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terjadi pada siklus I. Perbaikan yang dilakukan
guru adalah menyusun rencana pembelajaran yang lebih sistematis, memberikan lebih rinci
tentang penerapan Model Discovery Learning Berbantuan LKS, memberikan perhatian yang
lebih besar kepada siswa yang masih belum tuntas. Hasil refleksi tersebut sebagai acuan untuk
memperbaiki hasil pada siklus II, sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal. Perbaikan-
perbaikan tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam Fisika pada
pembelajaran siklus II. Dengan demikian, hasil penelitian yang ditargetkan dapat tercapai
secara maksimal.

3.5. Deskripsi Hasil Siklus 2


Deskripsi hasil penelitian pada siklus II diuraikan sebagai berikut. Pada tahap ini peneliti
melakukan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran sesuai hasil refleksi siklus I, dengan
tahapan proses sebagai berikut. Pada tahap pendahuluan, peneliti memberikan apersepsi
pembelajaran Fisika, dengan mengingat kembali materi fluida serta menyampaikan tujuan dan

60
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

manfaat pembelajaran Fisika sesuai tujuan pada pertemuan itu. Pada tahap kegiatan inti,
peneliti melakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi kegiatan membagi kelas menjadi 8
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, selanjutnya tiap kelompok diberi materi
yang dibahas materi fluida, menjelaskan bahwa dalam pembahasan topik tersebut tiap
kelompok harus mendiskusikan, menjelaskan serta mempresentasikannya di depan kelas
secara bergiliran sesuai topik pembahasan, siswa yang mempresentasikan hasil diskusi
diambil secara acak dalam kelompok tersebut sehingga semua anggota kelompok harus
menyiapkan materi secara detail tentang topik yang dibahas, menunjukkan dan menyiapkan
tempat siswa untuk diskusi, mengumumkan hasil nilai dari siklus I kepada semua siswa,
memberikan rambu-rambu penilaian yang dianggap bisa meningkatkan kemampuan siswa dan
membimbing siswa terutama yang belum tuntas untuk mengerjakan soal materi Fluida.
Pada tahap penutup, kegiatan pembelajaran Fisika ditutup dengan merefleksi hasil
pembelajaran pertemuan itu. Guru memberi kesempatan pada siswa yang belum jelas untuk
menanyakan materi Fisika. Setelah selesai diskusi dan mengerjakan tugas , guru bersama
siswa membahas dan menyimpulkan hasil diskusi, kemudian semua tugas dikumpulkan, dan
siswa bersiap untuk melaksanakan post test sesuai pengarahan awal.
Hasil tes tertulis Siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali Fisika pada
siklus II dijelaskan pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Hasil Tes pada Siklus II
SIKLUS 2 %
RATA RATA 83.52
TERTINGGI 100.00
TERENDAH 66.67
TUNTAS 34 94.44
TIDAK
TUNTAS 2 5.56

SIKLUS 2
120,00

100,00

80,00

60,00
SIKLUS 2
40,00

20,00

0,00
RATA RATA TERTINGGI TERENDAH TUNTAS TIDAK TUNTAS

Diagram 3.5 Hasil Tes pada Siklus II

61
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

Berdasarkan data pada tabel 3.5, diketahui nilai rata-rata siswa mencapai kategori baik,
yaitu sebesar 83,52 Siswa yang memperoleh nilai tertinggi sebesar 100,00 dan terendah
66,67. Terdapat 34 siswa yang memperoleh nilai mencapai ketuntasan atau memperoleh nilai
sama atau lebih dari KKM yang ditentukan yaitu 70 atau sebanyak 94,44 %. .
Hasil tes pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan hasil tes siklus I yaitu rata-
rata kelas berkategori cukup menjadi rata-rata kelas berkategori baik. Jika dibandingkan
dengan hasil tes siklus I, hasil tes siklus II mengalami peningkatan sebesar 12,59 atau sebesar
19,26 % yaitu dari 72,59 menjadi 83,52. Sebanyak 34 Siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1
Ngemplak Boyolali dari yang berjumlah 36 siswa pada siklus II telah mencapai nilai KKM.
Selanjutnya dapat terlihat sudah cukup efektif dan terlihat peningkatan prestasi belajar Fisika
pada siklus II dengan menerapkan Model Discovery Learning Berbantuan LKS pada materi
Fluida siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali Semester Ganjil Tahun
pelajaran 2018/2019.

3.6. Pembahasan
Penelitian tentang Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan LKS untuk
Meningkatkan Prestasi belajar Fisika Siswa Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Ngemplak
Boyolali Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 yang dilakukan peneliti menunjukkan
hasil yang memuaskan. Prestasi belajar Fisika siswa mengalami peningkatan setelah
dilakukan tindakan pembelajaran dengan menerapkan Model Discovery Learning Berbantuan
LKS, seperti terlihat pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Penelitian

PRA PRA
SIKLU
SIKLU SIKLU
S1-
S- % % S- %
SIKLU
SIKLU SIKLU
S 2
S1 S2

RATA RATA 21.29 41.50 10.93 15.06 32.22 62.81


TERTINGGI 13.33 15.38 0.00 0.00 13.33 15.38
TERENDAH 20.00 60.01 13.34 25.01 33.34 100.0
TUNTAS 13.00 36.11 15.00 41.67 28.00 77.78

62
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

120,00

100,00

80,00 RATA RATA

60,00 TERTINGGI
TERENDAH
40,00
TUNTAS
20,00

0,00
PRA % SIKLUS 1 - % PRA %
SIKLUS - SIKLUS 2 SIKLUS -
SIKLUS 1 SIKLUS 2

Diagram 3.6. Rekapitulasi Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel 3.6 terlihat adanya peningkatan setelah dilakukan tindakan


pembelajaran Fisika dengan menerapkan Model Discovery Learning Berbantuan LKS. Nilai
rata-rata kelas pada prasiklus hanya mencapai 51,30 setelah dilaksanakan pembelajaran Fisika
dengan menerapkan Model Discovery Learning Berbantuan LKS pada siklus I dan siklus II,
kemampuan Fisika siswa mengalami peningkatan yang sangat memuaskan dan sudah
memenuhi target penelitian.

4. SIMPULAN
Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan LKS untuk meningkatkan prestasi
belajar Fisika pada siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 1 Ngemplak Boyolali semester
ganjil tahun pelajaran 2018/2019 mengalami peningkatan. Nilai rata-rata siswa pada siklus I
mengalami peningkatan sebesar 20,56 atau 45,87% . yaitu dari 51,30 menjadi 72,59 dan
mengalami peningkatan lagi pada siklus II sebesar 12,59 atau sebesar 19,26% yaitu 72,59
menjadi 83,52, dan termasuk dalam kategori baik. Peningkatan nilai rata-rata tersebut
membuktikan keberhasilan pembelajaran Fisika dengan menerapkan Model Discovery
Learning Berbantuan LKS pada

5. SARAN
Berdasarkan simpulan penelitian tersebut, maka saran yang diberikan oleh peneliti adalah
sebagai berikut.
1. Guru mata pelajaran hendaknya menerapkan Model Discovery Learning Berbantuan LKS
dalam memberikan materi Fisika , karena dengan menerapkan Model Discovery Learning
Berbantuan LKS terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika.
2. Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan LKS dapat digunakan sebagai alternatif
pemilihan model pembelajaran karena memiliki keunggulan merangsang berpikir kritis,
berdisiplin, bekerjasama dengan siswa lain, mencari solusi sesuai masalah yang dihadapi.
3. Para peneliti yang menekuni bidang penelitian tindakan kelas dapat melakukan penelitian
lanjutan mengenai prestasi belajar Fisika. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat membantu
guru dalam memecahkan masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran di kelas
sehingga berdampak positif bagi perkembangan pendidikan yang lebih berkualitas.

63
Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) 2018 E-ISSN: 2548-8325 / P-ISSN 2548-8317

DAFTAR PUSTAKA
Buza, Tony, 2004, Mind Map Untuk Meningkatkan Kreatifitas, Jakarta: Gramedia.
Djamarah, Bahri, Syaiful, 2000, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT
Rineke Cipta
Hamalik,Oemar,2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta :Bumi Aksara
Ibrahim, Muslimin, dkk, 2000,Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Kasdi, S. Dan Muhammad Nur, 2000,Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press.
Muntasir, Saleh, 1985, Pembelajaran Terprogram, Yogyakarta: Karya Anda
Muntasir, Saleh, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:PT Rineke Cipta.
Nana Sudjana, Ahmad, 1991, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Semiawan Cony, 1990. Pendekatan Prestasi belajar Proses, Jakarta: PT Gramedia
Subyantoro,2009, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: CV.Widya Karya.
Supardi, Suharjono. 2011.Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta : Andi
Offset.
Sudjana, Nana.1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Trianto, 2007,Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya:
Prestasi Pustaka Publisher.
Warji dan Ischak, 1987. Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar : Jakarta :
Gramedia.

64

You might also like