Guru Yang Disukai Siswa
Guru Yang Disukai Siswa
Guru Yang Disukai Siswa
net/publication/322044616
CITATIONS READS
0 199
2 authors, including:
Gumgum Gumelar
Jakarta State University
25 PUBLICATIONS 30 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Gumgum Gumelar on 05 January 2018.
DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.051.02
Alamat Korespondensi:
[email protected]
[email protected]
ABSTRACT
In addition to the teacher must have the quality of academic competence, quality and a good pedagogic
competence also exists in non-verbal behavior components face. The characteristics of teacher's face is divided
into four types: Anomalous Face, Baby Face, Emotion Face and Familiar Face. This research is descriptive
research, data retrieval technique using the Likert Scale, Guttman Scale and Manipulation Cchecks for
participants control never see facial characteristics of the teachers presented earlier. In data retrieval, facial
characteristics of teachers compared with other teachers face characteristics. Based on the perspective of
primary school students in the research sample, the result is the characteristic of the teacher's face Familiar
Face menservants and characteristic facial Emotion Face female teachers have the highest value. Result shows
that familiar face characteristics for male teachers and emotion face characteristics for female teachers have
the highest scores.
Keywords
facial characteristics, teacher, education
8
Gumgum Gumelar Karakteristik Wajah Guru yang Disukai Berdasarkan
Mirdas Al-Asy „Ary Perspektif Murid Sekolah Dasar
belajar-mengajar. Murid sebagai yang ingin Indonesia harus terus meningkatkan kualitas pen-
meraih cita-cita, memiliki tujuan dan ingin men- didikan. Peningkatan kualitas pendidikan dalam
capainya secara optimal (Sardiman, 2011). Proses berbagai aspek, seperti fasilitas, sarana dan prasa-
pendidikan ditempuh dengan kegiatan belajar rana, kompetensi guru baik dalam kompetensi
mengajar yang memiliki peran dan tujuan oleh internal dan kompetensi eksternal.
anak didik dalam menyelesaikannya. Anak didik pada jenjang sekolah dasar berada
Guru merupakan unsur penting di dalam pada tahapan operasional konkret, dalam perkem-
keseluruhan sistem pendidikan. Menurut UU No. bangan afektifnya anak didik sudah dapat meng-
14 tahun 2005 bahwa guru merupakan pendidik onservasi perasaan, perkembangan keinginan dan
profesional dengan tugas utama mendidik, meng- mulai menumbuhkan otonomi berpikir. Kemu-
ajar, membimbing, mengarahkan, melatih, meni- dian, anak didik sudah dapat mengembangkan
lai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendi- pemikiran mereka sendiri berdasarkan prinsip
dikan anak usia dini jalur pendidikan formal, kebaikan dan keadilan sehingga mereka mampu
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. melihat keadaan melalui berbagai sudut pandang
Peran guru dalam aktivitas pembelajaran yaitu (Papalia, 2014). Dengan demikian, diharapkan
sebagai kolektor, inisiator, fasilitator, pembim- anak didik dalam memberikan penilaian ataupun
bing, pengelola kelas, mediator, supervisor dan persepsi terhadap guru dapat mewakili perasaan,
elevator. (Djamarah, 2005). keinginan dan pemikirannya yang sesuai dengan
Dewasa ini, kualitas pendidikan di Indonesia keadaan yang terjadi.
masih rendah. Hal ini terbukti melalui hasil Persepsi adalah proses mengatur dan meng-
penelitian mengenai kualitas kompetensi guru artikan informasi sensoris untuk memberikan
bahwa hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) ada 192 makna (King, 2010). Persepsi menurut Yufiarti
guru dari 1,6 juta guru yang memperoleh nilai di dan Gumelar (2013) adalah proses organisme
atas 90. Sementara nilai rata-rata UKG yang guru menginterpretasikan dan mengorganisir sensasi
dapatkan hanya 56 (Jawa Pos, 27 April 2016). untuk menghasilkan suatu pengalaman yang
Menurut UNESCO pada tahun 2016 minat baca penuh arti. Rakhmat (2011) memandang persepsi
yang dimiliki peserta didik di Indonesia sebesar sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
0,001% dapat dilihat bahwa dari 1000 orang hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
hanya satu orang yang memiliki minat baca. menyimpulkan informasi dan mengartikan pesan.
Kemudian dalam “Most Littered Nation In The Kemudian, persepsi juga dipandang sebagai
World” yang dilakukan oleh Central Connecticut proses individu dalam mengenali objek-objek
State University pada Maret 2016, Indonesia menggunakan alat indra (Sabri, 2006). Oleh
menduduki peringkat negara ke-60 dari 61 terkait karena itu, persepsi anak didik terhadap guru
minat membaca. Artinya Indonesia menduduki dapat diperoleh melalui pengalaman-pengalaman
peringkat kedua sebelum terakhir (www.kompas. dalam proses kegiatan belajar ataupun kehidupan
com, 29 Agustus 2016). sehari-hari.
Dalam hal pemerataan pendidikan, Indonesia Sikap adalah suatu reaksi evaluatif yang
memiliki kualitas yang belum baik dan merata. menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap
Hal ini dibuktikan oleh UNESCO pada tahun sesuatu atau seseorang (Eagly & Chaiken, 2005).
2012 bahwa Indonesia menduduki peringkat ke- Oleh karena itu, seseorang mungkin memiliki
64 dari 120 negara berdasarkan penilaian Edu- suatu sikap negatif, sikap netral dan sikap positif
cation Development Index (EDI) atau Indeks terhadap sesuatu ataupun terhadap seseorang
Pembangunan Nasional. Total nilai EDI yang (Myers, 2010). Anak didik setelah memersepsikan
didapat tersebut diperoleh dari rangkuman pero- guru dapat memberikan sikap terhadapnya,
lehan yang memiliki empat kategori penilaian, meliputi sikap negatif, sikap netral dan sikap
yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka positif untuk kemudian memunculkan perilaku
melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka anak didik terhadap guru tersebut.
partisipasi menurut kesetaraan gender, angka Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
bertahan peserta didik hingga kelas V sekolah organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan
dasar (UNESCO, 2012). Berdasarkan hal di atas, (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya, perilaku
menurut Skinner (1938) merupakan respon atau hal ini kompetensi pedagogic guru secara spesifik
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rang- adalah wajah gurunya.
sangan dari luar. Faktor dari perilaku individu Gibson (1979) menjelaskan bahwa wajah sese-
dipengaruhi oleh tiga komponen yakni (1) sikap, orang dapat memberikan informasi adaptif ten-
(2) norma subjektif, (3) kontrol yang dipersepsi tang interaksi sosial mereka. Misalnya, wajah
dari hal tersebut memunculkan niat untuk ‘imut’ dari bayi dapat memunculkan pendekatan
berperilaku dan kemudian berperilaku. Dengan respon protektif (Berry & McArthur, 1986;
demikian, setelah anak didik memiliki sikap Zebrowitz, 1997); wajah marah memunculkan
terhadap gurunya maka akan menghasilkan dan penghindaran dan respon defensif (Balaban, 1995;
memunculkan perilaku terhadap guru maupun Marsh, Ambady, & Kleck, 2005). Wajah sese-
lingkungannya. orang menyimpan banyak informasi seperti ketika
Menurut Livingston (2001), beberapa orang seseorang sedih, senang, takut dan gugup terlihat
lebih menilai orang lain melalui penampilan dari wajah (Amda & Fitriyani, 2016). Karak-
mereka. Pentingnya penampilan guru juga disam- teristik merupakan ciri yang secara alamiah
paikan oleh Mohd Khairi guru Sekolah Kebang- melekat pada diri seseorang yang meliputi seperti
saan di Malaysia, penampilan guru penting dan umur, jenis kelamin, ras/suku, pengetahuan,
kemudian murid akan semangat untuk belajar, agama/kepercayaan (Caragih, 2013). Secara
guru juga akan menjadi contoh terutama dalam khusus Zebrowitz dan Montepare (2010) menje-
aspek kerapian diri (www.sinarharapan.com, laskan bahwa karakteristik wajah sebagai berikut
4/4/2017). Dengan berpenampilan sopan, rapi, Anomalous Face, Baby Face, Emotion Face dan
menarik, serta sesuai dengan norma yang berlaku Familiar Face.
tentu akan membuat orang yang melihatnya Kompetensi guru diharapkan dapat mencip-
merasa nyaman, khususnya siswa (Ahmadi, takan kondisi pembelajaran yang efektif untuk
2003). Guru yang menarik dapat menjadi daya dapat mengantarkan peserta didik ke sebuah
tarik tersendiri dalam ketertarikan anak didik tujuan, yaitu menciptakan proses pembelajaran
terhadap guru karena daya tarik fisik merupakan yang efektif dan menyenangkan (Mulyasa, 2005).
karakteristik eksternal yang mempengaruhi peri- Persepsi anak didik terhadap karakteristik wajah
laku nyata dan penampilan fisik telah menarik guru juga dapat dihasilkan dari pengalaman-
perhatian terlebih dahulu sebelum perilaku yang pengalaman dalam jenjang pendidikan sebelum-
lain muncul (Baron & Byrne dalam Malikus, nya. Oleh karena itu, setelah anak didik memer-
2005). Penampilan maupun daya tarik fisik guru sepsikan guru berdasarkan karakteristik wajah,
memiliki perananan penting dan membuat orang dapat memunculkan sikap dan perilaku.
yang melihatnya merasa nyaman. Berdasarkan hasil survei pada tempat populasi
Menurut Cherepanova (2002) guru dapat ditin- penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada kecen-
jau melalui kompetensi pedagogis, di dalamnya derungan murid dalam kegiatan belajar mengajar
terbagi menjadi komponen inti dan komponen memperhatikan penampilan guru yang menga-
eksternal. Komponen inti mencakup konsep diri, jarnya terutama karakteristik wajah guru. Gam-
gambaran diri, kharisma dan kompetensi profesio- baran karakteristik wajah guru inilah yang perlu
nalitas sedangkan komponen eksternal mencakup dilakukan penelitian berdasarkan perspektif murid
visual image (gaya berjalan, gaya berpakaian, sekolah dasar karena minimnya penelitian serupa
gaya rambut, gaya posisi tubuh, makeup, akse- di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk
soris, parfum), perilaku verbal (suara dan mood), mengetahui “Gambaran Karakteristik Wajah
perilaku non-verbal (tingkah laku, gestur, dan Guru yang Disukai Berdasarkan Perspektif Murid
muka), dan gambaran informasi. Lahey (2012) Sekolah Dasar”. Penelitian ini merupakan bagian
menjelaskan bahwa aspek-aspek ketertarikan dari penelitian yang lebih besar mengenai pe-
meliputi kesukaan atau hubungan sosial, tugas ngaruh ornamen-ornamen fisik (pakaian, suara,
dan rasa hormat, dan fisik atau penampilan. Oleh gaya komunikasi, gaya mengajar, dll).
karena itu, guru selain harus memiliki kompetensi
akademik, kualitas dan mutu yang baik juga perlu
didukung dalam kompetensi pedagoginya. Dalam
tersebut tidak diikutsertakan dalam proses peng- wajah guru laki-laki anomalous face lebih disukai
olahan data. pada perbandingan pasangan gambar ke-5. Selan-
Pengolahan data melalui statistika deskriptif, jutnya, karakteristik wajah guru perempuan
dalam data yang diperoleh menggunakan Skala emotion face lebih disukai pada perbandingan
Guttman didapatkan melalui perbandingan pasa- pasangan gambar ke-7, ke-10 dan ke-11. Karak-
ngan gambar seluruh karakteristik wajah guru. teristik wajah guru perempuan baby face lebih
Perbandingan pasangan gambar dilakukan se- disukai pada perbandingan pasangan gambar ke-8
banyak dua belas kali kepada seluruh karakteristik dan ke- 12. Selanjutnya, karakteristik wajah guru
wajah guru. Adapun hasilnya karakteristik wajah perempuan familiar face lebih disukai pada per-
guru familiar face laki- laki dan karakteristik bandingan pasangan gambar ke-9. Dengan de-
wajah guru emotion face perempuan menjadi mikian, murid lebih meyukai karakteristik wajah
karakteristik wajah guru yang disukai oleh sampel guru laki-laki familiar face dan karakteristik
penelitian. wajah guru perempuan emotion face hal ini dilihat
Data yang diperoleh dalam Skala Likert dida- bahwa karakteristik wajah guru tersebut memiliki
patkan dengan mengetahui seberapa suka dengan skor lebih besar dalam perbandingan pasangan
gambar yang dipilih dalam rentang Sangat Suka gambar.
(SS), Suka (S), Tidak Suka (TS), dan Sangat Karakterisik wajah guru yang menjadi pilihan
Tidak Suka (STS). Rating skor yang didapatkan siswa-siswi dalam penelitian ini didapatkan mean
diolah menggunakan bantuan program aplikasi 5.71/12 pada familiar face perempuan, mean
Statistical Package of Social Science (SPSS) for 1.69/11 pada emotion face perempuan, mean
Windows versi 16 berupa statistika deskirptif dan 4.22/12 pada baby face perempuan dan mean
diperoleh nilai mean masing-masing karakteristik 2.98/11 pada anomalous face perempuan.
wajah guru, yaitu Familiar Face laki-laki Selanjutnya, mean 5.92/12 pada familiar face/
memiliki nilai mean 5.71, Emotion Face laki- laki perempuan, mean 7.21/12 pada emotion face
memiliki nilai mean 1.69, Baby Face laki-laki perempuan, mean 4.58/12 pada baby face
memiliki nilai mean 4.22 dan Anomalous Face perempuan dan mean 1.03/9 pada anomalous face
laki-laki memiliki nilai mean 2.98 Familiar Face perempuan. Sesuai dengan yang dikatakan
perempuan memiliki nilai mean 5.92, Emotion Gibson bahwa wajah dapat memberikan informasi
Face perempuan memiliki nilai mean 7.21, Baby adaptif tentang interaksi sosial yang mereka
Face perempuan memiliki nilai mean 4.58 dan lakukan. Misalnya, wajah ‘imut’ dari bayi dapat
Anomalous Face perempuan memiliki nilai mean memunculkan pendekatan respon protektif (Berry
1.03. Berdasarkan hasil pengolahan data Skala & McArthur, 1986; Zebrowitz, 1997); wajah
Likert, diketahui bahwa karakteristik wajah guru marah memunculkan penghindaran dan respon
familiar face laki-laki dan karakteristik wajah defensive (Balaban, 1995; Marsh, Ambady, &
guru emotion face perempuan memiliki nilai mean Kleck, 2005). Kemudian dapat disimpulkan
paling tinggi diantara karakteristik wajah guru bahwa siswa-siswi Sekolah Dasar dikelurahan
lainnya. Pondok Kelapa Jakarta Timur lebih memilih
Data deskriptif seluruh murid pada setiap karakteristik wajah guru laki-laki familiar face
perbandingan pasangan gambar diketahui bahwa dan karakteristik wajah guru perempuan karena
karakteristik wajah guru laki-laki familiar face karakteristik wajah guru tersebut memiliki nilai
lebih disukai pada perbandingan pasangan gambar skor yang paling besar dalam data perbandingan
ke-1, ke-2 dan ke-3, karakteristik wajah guru laki- pasangan gambar maupun nilai mean yang paling
laki baby face lebih disukai pada perbandingan tinggi hal ini juga didukung dengan hasil analisis
pasangan gambar ke-4 dan ke-6, karakteristik
data crosstab diantara karakteristik wajah guru Ells, T. J., Dunn, A. K., Sergeant, M. J., & Davies,
lainnya. M. N. (2009). Multiple Signals in Human
Mate Selection: A Review and Framework
4. Kesimpulan of Integrating Facial and Vocal Signals.
Journal of Evolutionary Psychology, 111-
Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang 139.
dilakukan dapat menggambarkan karakteristik
wajah guru, yang terbagi ke dalam empat tipe Evans, S. (2008). The Male Voice: an Evolutio-
yakni familiar face, baby face, emotion face dan nary Perspective. Newcastle: Nortumbria
anomalous face pada laki-laki dan perempuan. press. Paper.
Dalam pengolahan data deskriptif didapat bahwa Evans, S., Neave, N., & Wakelin, D. (2006).
karakteristik wajah emotion face perempuan dan Relationships Between Vocal Characte-
karakteristik wajah familiar face pada laki- laki ristics and Body Size and Shape In Human
menjadi pilihan yang paling disukai dengan Males: An Evolutionary Explanation for A
memiliki nilai mean paling tinggi di antara Deep Male Voice. Biological Psychology,
karakteristik wajah yang lainnya. Dengan 72, 160–163.
demikian, dapat disimpulkan kedua karakteristik
Feinberg, D. R. (2008). Are Human Faces and
wajah guru tersebut adalah karakteristik wajah Voices Ornaments Signaling Common
guru yang disukai dari perspektif murid sekolah Underlying Cues to Mate Value? Evolu-
dasar di kelurahan Pondok Kelapa Jakarta Timur. tionary Anthropology , 17, 112-118.
D’ Evans & Zarale O. (1999). Introducing Evo- Musfah, J. (2011). Peningkatan Kompetesi Guru
lution Pshchology. Cambridge: Kun Books melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
ltd. Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.
Dixson, A. F. (2009). Sexual Selection and the Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial (Edisi 10,
Origins of Human Mating Systems. New Buku ke-2). Jakarta: Salemba Humanika.
York: Oxford University Press.
Mynbayeva, A. & Yessenova, K. (2016). Dishit-
Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik guishing Features of Teacher Image and
dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendeka- Faculty Member‟s Image: Comarative
tan Teoritis Psikologis. Jakarta: PT. Study.
Rineka Cipta.