Arttikel

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

Pelaksanaan Pembelajaran sebagai Sarana dalam Mengimplementasikan dan

Mendorong Pendidikan Karakter Siswa di lingkungan Sekolah

Riki Febrianto, Mohammad Riyan Aji Nugroho, Yusuf Aefendi

Jusuan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Univeristas Negeri Semarang

e-mail: [email protected]

Abstract

The purpose of this article is to explain the implementation of learning as a means of


implementing student character education in the school environment. The method used in this
article uses a qualitative approach with a type of literature study. Based on the qualitative
approach method with the type of literature study approach, it can be concluded that the
implementation of learning as a means of implementing and maximizing character education
is very important, because character education itself plays an important role as a means of
forming students' morals related to moral concepts, attitudes and behavior. . The relationship
between character education and the concept of school management needs to be realized
through activities in the school environment, both learning activities and activities outside
learning hours, for example extracurricular activities. Character formation can be done in
various ways and strategies, but environmental factors also greatly influence the character of
students. Character formation through environmental factors can be done with various
strategies, for example starting from habits in daily life, if in their daily life they apply good
attitudes and behavior and are also encouraged by good environmental factors and if this is
done repeatedly or consistently balanced with noble values, the student behavior or student
character that is formed will definitely be good.

Keywords: character education, learning activities, and factors forming student character

Abstrak

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan pelaksanaan pembelajaran sebagai sarana
dalam mengimplmentasikan pendidikan karakter siswa di lingkungan sekolah. Metode yang
digunakan dalam artikel ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis studi
pustaka. Berdasarkan dari metode pendekatan kualitatif degan jenis pendekatan studi pustaka
sehingga dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan pembelajaran sebagai sarana dalam
mengimplementasikan dan memaksimalkan pendidikan karakter sangatlah penting, karena
Pendidikan karater itu sendiri merupakan peran penting sebagai sarana pembentukan aklak
siswa yang berkaitan dengan konsep moral, sikap dan perilaku. Hubungan dari Pendidikan
karakter dengan konsep manajemen sekolah perlu untuk diwujudkan melalui kegiatan-
kegiatan di lingkungan sekolah baik itu kegiatan pembelajaran maupun kegiatan diluar jam
pembelajaran, misalnya yaitu kegiatan ekstrakurikuler. Pembentukan karakter dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan juga strategi, akan tetapi faktor dari lingkungan juga
sangat berpengaruh pada karakter para peserta didik. Pembentukan karakter melalui faktor
lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai strategi misalnya mulai dari kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari, apabila dalam berkehidupan sehari-hari mereka menerapkan sikap dan
perilaku yang baik dan didorong juga dari faktor lingkungan yang baik dan apabila hal
tersebut dilakukan secara berulang-ulang atau konsisten dengan diimbangi nilai-nilai luhur
maka perilaku siswa atau karakter siswa yang terbentuk pastinya akan baik.

Kata kunci: pendidikan karakter, kegiatan pembelajaran, dan faktor pembentukan


karakter siswa
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah seluruh proses kegiatan Bersama yang dilakukan secara


sistematis dan penuh kesadaran (Kamaruddin, 2012; Juhji dan Suharti, 2018). Pendidikan
sebagai mana yang tercantum dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional yaitu “Pendidikan nasional berfungsi dalam mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, dengan tujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat
jasmnai dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang
bertanggung jawab.
Pendidikan karakter bukan hanya sekedar untuk mengajarkan mana hal baik dan
juga mana hal yang buruk akan tetapi lebih dari itu, Pendidikan karakter lebih ke
menanamkan kebiasaan terkait hal yang baik untuk perkembangan karakter siswa atau hal
yang buruk untuk siswa dengan kebiasaan tersebut maka siswa akan tahu mana yang dapat
membahayakan dirinya sendiri dan mana hal yang dapat membantu dirinya untuk
berkembang menjadi lebih baik (Lickona, 1996). Pembentukan karakter siswa
dilingkungan sekolah merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh sebuah instansi dalam
membantu proses pembentukan karakter para peserta didik (Kamaruddin, 2012).
Pendidikan karakter dapat dilaksanakan diberbagai jenjang pendidikan (Hasibun et
al, 2018; Budi dan Apud, 2019). Lingkungan pendidikan merupakan suatu tempat yang
menjalankan proses pembelajaran secara langsung dalam waktu dan tenpat tertentu. Oleh
sebab itu untuk mensukseskan pendidikan karakter di lembaga pendidikan guru paling
tidak dapat meningkatkan mutu manajemen di sekolahnya. Seperti pengelolahan kalender
pendidikan, penyusunan program kerja, alokasi waktu, Menyusun visi misi, Menyusun
program sekolah menyusun jawal kerja yang berkaitan dengan manajemen di sekolah.
Secara istilah manajemen yaitu proses yang berkaitan dengan manusia yang
melibatkan atau menggunakan bantuan orang lain secara efisien dan efektif dalam
mencapai suatu tujuan tertentu. Seperti halnya yang dikatakan oleh Hamalik, dimana
manajemen merupakan suatu kedisiplin yang erat hubungannya dengan berbagai bidang
ilmu, ilmu tersebut terdiri dari ilmu filsafat dan psikologi, ilmu sosial dan budaya. Bahkan,
disiplin ilmu manajemen sering kali menerima kontribusi dari berbagai disiplin ilmu
lainnya (Hamalik, 2007). Manajemen Pendidikan mengacu pada sebuah proses kerja sama
yang terorganisir dan komprehensif dengan tujuan untuk mencapai sasaran Pendidikan
Nasional (Heri, 2012). Dari berbagai penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen pendidikan melibatkan semua kegiatan yang dilakukan secara bersama dengan
memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia, baik yang bersifat personal maupun
materiil maupun aspek spiritual, untuk mencapai sasaran Pendidikan yang telah ditentukan.
Kegiatan manajemen melibatkan berbagai fungsi yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, dan evaluasi pekerjaan. Generasi penerus
bangsa akan tumbuh melalui Pendidikan karakter yang berkelanjutan, mulai dari masa
kanak-kanak hingga perguruan tinggi untuk menjalankan nilai-nilai karakter yang terpadu.
Ini menjadi sangat penting karena Pendidikan karakter adalah landasan untuk membangun
bangsa yang sejalan dengan prinsip Pancasila. Pendidikan karakter datang menjadi solusi
permasalahan karakter itu sendiri dan diharapkan mampu mengurangi permasalahan
karakter di zaman sekarang (Rosyad dan Zuchdi, 2018). Namun, implementasi Pendidikan
karakter di Indonesia belum mencapai tingkat optimal yang diharapkan. Ini terlihat dari
perilaku anak-anak di lingkungan sekolah dan masyarakat, serta dari cara mereka
berinteraksi di rumah. Salah satu solusi untuk meningkatkan kaulitas dari karakter siswa
yaitu dengan memperbaiki manajemen Pendidikan secara umum diraih melalui perbaikan
kondisi pendidikan mulai dari linkungan keluarga lalu lingkungan sekolah sampai ke
seluruh lapisan masyarakat.

METODE PENELITIAN

Pada artikel ini, metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif,
khususnya pada jenis studi pustaka, untuk menyelidiki isu penerapan pendidikan karakter di
lingkungan sekolah. Metode kualitatif pada dasarnya bertujuan untuk menggambarkan dan
menganalisis fakta-fakta serta fenomena yang kaitannya dengan pendidikan karakter. Fokus
utama artikel ini yaitu terdapat pada proses perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi
terkait Pendidikan karakter. Data yang dijelaskan dalam penelitian ini mencakup berbagai
teori dan sumber literatur yang penting bagi implementasi pendidikan. Pendekatan studi
pustaka digunakan untuk menggali pemahaman mendalam tentang berbagai perspektif dan
pandangan terkait pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Selain itu, metode penelitian
kualitatif juga memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi tantangan, peluang, dan tren
yang berkaitan dengan pendidikan karakter di masa kini. Dengan demikian, artikel ini
akan membahas temuan-temuan kunci yang muncul dalam literatur dan kontribusinya
terhadap pemahaman kita tentang implementasi pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan sekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Bentuk Pelaksanaan Pendidikan karakter yang dilaksanakan atau yang terjadi di


lingkungan sekolah diwujudkan dalam integrasi dalam program Pembangunan diri, integrasi
dalam kegiatan pembelajaran serta nilai karakter yang dikembangkan di lingkungan sekolah
dilaksanakan melalui pembelajaran di ruang kelas dan juga di luar jam pembelajaran
misalnya seperti ekstrakurikuler, selain itu penerapan pendiidkan karakter di lingkungan
sekolah dilakukan dengan empat strategi yang terintegrasi. Pertama, mencakup konten
Pendidikan karakter ke dalam seluruh mata Pelajaran. Kedua, mengintegrasikan Pendidikan
karakter ke dalam kegiatan sehari-hari disekolah. Ketiga, mengintegrasikan Pendidikan
karakter ke dalam kegiatan yang direncanakan atau dijadwalkan. Keempat, membangun kerja
sama antara pihak sekolah dengan orang tua para peserta didik. Dalam hal ini Pendidikan
karakter merupakan komponen utama atau bagian dari tujuan Pendidikan yaitu untuk
menanamkan nilai-nilai dalam diri siswa sehingga membentuk karakter yang baik.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Implementasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi mengacu pada pelaksanaan


atau penerapan suatu konsep atau rencana. Pendekatan ini diperkuat oleh definisi yang
diberikan oleh beberapa ahli. Usman (2002), misalnya, mendefinisikan implementasi sebagai
tindakan atau aktivitas yang dilakukan dengan tujuan mencapai suatu tujuan tertentu. Ini
menunjukkan bahwa implementasi adalah lebih dari sekadar aktivitas; itu melibatkan
perencanaan yang cermat dan tindakan yang sungguh-sungguh, yang diarahkan oleh norma-
norma tertentu. Menurut pandangan Usman, implementasi juga melibatkan interaksi yang
kompleks antara tujuan dan tindakan yang dilakukan untuk mencapainya. Oleh karena itu
diperlukan jaringan pelaksanaan yang efektif dan diatur berdasarkan aturan tertentu. Setiawan
(2004) juga memberikan perspektif serupa, menggambarkan implementasi sebagai perluasan
aktivitas yang memerlukan adaptasi dan kerja sama di dalam struktur birokrasi. Dengan kata
lain, implementasi melibatkan pemahaman dan dukungan orang lain agar ide atau aktivitas
baru dapat dijalankan dengan sukses dalam konteks organisasi.

Implementasi adalah proses penting dalam mengubah kebijakan politik menjadi


tindakan administratif yang dapat diterapkan dalam praktik. Ini mencakup pengembangan
kebijakan yang lebih baik dan peningkatan program-program yang ada. Dengan demikian,
implementasi tidak hanya melibatkan pelaksanaan tindakan, tetapi juga melibatkan perbaikan
dan penyempurnaan kebijakan hanya melibatkan pelaksanaan tindakan, tetapi juga
melibatkan perbaikan dan penyempurnaan kebijakan yang ada. Dengan demikian,
implementasi merupakan upaya yang melibatkan perencanaan, interaksi, dan adaptasi di
dalam struktur birokrasi, dengan tujuan mencapai tujuan tertentu dan meningkatkan
efektivitas program-program yang ada. Dalam konteks kebijakan publik dan administrasi,
implementasi menjadi kunci dalam menjalankan konsep-konsep menjadi tindakan nyata yang
memberikan dampak positif dalam masyarakat.

Tentunya, pemahaman yang mendalam tentang implementaasi ini menjadi sangat


penting dalam berbagai sektor dan bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
banyak lagi. Pengambilan kebijakan yang baik perlu diikuti dengan implementasi yang
efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Selain itu, implementasi juga melibatkan
berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan
masyarakat umum. Koordinasi dan kolaborasi di antara pihak-pihak ini sering menjadi kunci
keberhasilan dalam menerapkan kebijakan dan program-program yang kompleks. Dalam
perkembangan zaman, implementasi juga dapat dipengaruhi oleh teknologi dan inovasi.
Sistem informasi dan komunikasi yang canggih dapat meningkatkan transparansi,
pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan suatu kebijakan. Hal ini dapat memungkinkan
perbaikan yang lebih cepat dan penyesuaian yang lebih baik dalam upaya mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian, penting bagi para pemangku kebijakan dan praktisi
dalam berbagai bidang untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang konsep implementasi,
serta keterampilan untuk merencanakan, melaksanakan, dan memantau tindakan
implementasi dengan baik. Hanya dengan demikian, hasil yang positif dan berkelanjutan
dapat dicapai dalam masyarakat dan organisasi.

Implementasi bukanlah langkah terakhir dalam suatu kebijakan atau program, tetapi
merupakan fase yang berkelanjutan. Evaluasi yang berkala dan adaptasi perlu dilakukan
seiring berjalannya waktu untuk memastikan bahwa tujuan yang diinginkan tetap tercapai,
dan jika perlu, penyesuaian kebijakan dapat dilakukan. Selain itu, keberhasilan implementasi
sering tergantung pada komunikasi yang efektif. Pemangku kepentingan yang terlibat dalam
implementasi, termasuk petugas lapangan, pemimpin organisasi, dan masyarakat, perlu
memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan dan tindakan yang harus dilakukan. Dalam
dunia yang semakin kompleks dan berubah dengan cepat, peran implementasi menjadi
semakin penting dalam menciptakan dampak positif dalam masyarakat. Penggunaan data dan
bukti-bukti ilmiah juga dapat membantu mengarahkan tindakan implementasi yang lebih
cerdas dan efisien. Terakhir, penting untuk diingat bahwa sukses implementasi tidak selalu
diukur hanya dari pencapaian tujuan yang konkret. Proses implementasi itu sendiri, termasuk
partisipasi aktif pemangku kepentingan dan pemeliharaan norma serta etika yang baik, dapat
menjadi penanda penting dalam menilai kesuksesan suatu kebijakan atau program. Dengan
begitu, upaya implementasi tidak hanya membantu mencapai hasil yang diharapkan, tetapi
juga memperkuat integritas dan kepercayaan dalam sistem publik dan organisasi.

B. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

karakter baik. Secara istilah, karakter, dalam pernyataan Lickona, adalah


"kecenderungan inner yang dapat diandalkan untuk merespons situasi dengan cara moral
yang baik." Ini mencakup pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.
Karakter mulia melibatkan pengetahuan tentang kebaikan, komitmen terhadap kebaikan,
dan pelaksanaan kebaikan.
Menurut Marzuki, karakter adalah nilai-nilai perilaku seseorang yang mencakup
aspek kehidupan, termasuk hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia serta
lingkungan. Karakter tercemin dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan serta Tindakan
yang sesuai dengan norma agama, hukum, budaya dan adat istiadat. Pembentukan karakter
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan bawaan. Karakter mencerminkan potensi yang
dimiliki seseorang, seperti IQ, EQ, SQ, dan AQ. Ada empat kategori dalam proses
pengembangan karakter antara lain yaitu, melatih hati, melatih pikiran, melatih kinestetik,
dan melatih perasaan serta tujuan. Keempat proses tersebut saling berhubungan dan saling
melengkapi dalam terwujudnya karakter kemanusiaan dan nilai-nilai luhur.Meskipun ada
perbedaan dalam definisi karakter.
karakter adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sifat-sifat
mereka. Pendidikan karakter mulai diperkenalkan pada awal abad ke-20 oleh Thomas
Lickona, yang menekankan pentingnya pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk
kebaikan, dan pelaksanaan kebaikan. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional,
pendidikan karakter adalah upaya menanamkan karakter luhur pada peserta didik agar
mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, maupun sebagai warga negara. Pendidikan karakter juga mencakup
penggunaan semua aspek kehidupan sekolah untuk memfasilitasi perkembangan karakter
yang optimal.

C. Dasar Filosofi Implementasi Pendidikan Karakter

Sebelum kita mulai melaksanakan Pendidikan karakter, kita harus merumuskan


landasan filosofis yang rasional dalam melaksanakan Pendidikan karakter. Landasan
falsafah ini yaitu kesepakatan para pendiri negara kita pada masa berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang tidak lain adalah Pancasila. Tujuan kita adalah
membentuk individu Indonesia yang sepenuhnya menghayati Pancasila. Sebenarnya,
ideologi bangsa Indonesia tetaplah Pancasila, yang tersemat dalam hati dan mengalir dalam
darah setiap warganya. Oleh karena itu, karakter, sebagai elemen penting dalam kehidupan,
harus selalu berakar pada Pancasila.Karakter yang berlandaskan pada falsafah Pancasila
harus mencakup seluruh aspek karakter, yang harus dikuasai secara menyeluruh oleh
kelima sila Pancasila: keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan dan kesatuan, demokrasi, dan keadilan serta kesejahteraan.

D. Tujuan Pendidikan Karakter

Socrates menyatakan bahwa tujuan dasar pendidikan adalah membentuk individu


yang baik dan cerdas. Dalam konteks sejarah Islam. Juga menekankan bahwa tugas utama
Pendidikan adalah mengupayakan penegmbangan karakter yag baik. Ribuan tahun
kemudian, tujuan utama dari Pendidikan masih tetap mengembangkan kepribadian yan
baik. Seorang ahli pendidikan Indonesia, Fuad Hasan, dengan fokus pada pendidikan
sebagai pembudayaan, juga mengemukakan pandangan serupa dengan tokoh-tokoh
pendidikan yang disebutkan di atas. Menurutnya, pendidikan melibatkan pengalihan nilai-
nilai budaya dan norma-norma sosial. Pendidikan karakter memiliki peran penting dalam
kehidupan individu yang ada dalam dua peran, yaitu sebagai individu dan anggota
masyarakat.
Pendidikan adalah upaya untuk membantu individu mencapai tujuannya. Tujuan
tersebut diharapkan dapat tercapai pada saat pekerjaan pelatihan selesai. Sebagai hasil yang
diharapkan,tujuan pelatihan adalah mengharapkan perubahan yang lebih baik dalam
perilaku sikap dan kepribadian siswa setelah mengalami proses pendidikan. Sesuai dengan
UU Pasal 3 Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
nasional bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang memiliki martabat dengan tujuan meningkatkan pengetahuan bangsa.
Tujuan Pendidikan karakter adalah untuk menanamkan nilai-nilai pada diri peserta
didik dan memperbarui tatanan kehidupan bermasyarakat yang lebih menghargai
kebebasan individu. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah membangun reaksi aktif
individu terhadao dorongan social alami yang diterimanya, yang pada giliranya
mempertajam visi hidup yang ingin dicapai melalui pengembangan diri secara terus
menerus. Tujuan jangka Panjang ini merupakan pendekatan dialektis yang mendekatkan
idealism yang berkesinambungan, seleksi buatan, dan hasil yang dianalisis secara objektif
E. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Indonesia

Pelaksanaan merujuk pada tindakan nyata untuk mewujudkan rencana dengan


efektif dan efisien guna mencapai tujuan. Dalam konteks pendidikan karakter, pelaksanaan
adalah inti dari seluruh proses pendidikan karakter (Revell & Arthur, 2007). Penerapan
pendidikan karakter di sekolah dapat dijalankan melalui empat alternatif strategi yang
terintegrasi. Pertama, mencakup konten pendidikan karakter ke dalam seluruh mata
pelajaran. Kedua, mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan sehari-hari di
sekolah. Ketiga, mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan yang
direncanakan atau dijadwalkan. Keempat, membangun kerja sama antara sekolah dan orang
tua peserta didik (Wiyani, 2012).

1. Integrasi dalam Seluruh Mata Pelajaran

Nilai-nilai Pendidikan budaya dan karakter bangsa berkaitan dengan setiap


topik pada setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dituangkan dalam kurikulum
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2. Integrasi dalam Kegiatan Sehari-hari

Pembentukan karakter peserta didik tidak memerlukan perubahan kurikulum


atau penambahan mata pelajaran. Sebaliknya, karakter dapat dikembangkan melalui
berbagai aktivitas sehari-hari di sekolah, termasuk kegiatan pembelajaran, kegiatan
dalam kurikuler, dan kegiatan di luar kurikuler, untuk melatih karakter siswa. Hal
ini termasuk contoh tindakan seperti disiplin, kebersihan, kasih sayang, kesopanan,
perhatian, kejujuran, dan kerja keras. Aktivitas ini mencakup tindakan
sederhana
seperti berpakaian rapi, berbicara dengan sopan, membaca dengan rajin, memberi
pujian, dan hadir tepat waktu.
3. Integrasi dalam Program Sekolah

Merencanakan dan melaksankan pendidikan karakter dalam pengembangan


diri siswa dapat dicapai melalui integrasi dengan kegiatan sehari-hari di sekolah. Ini
mencakup hal-hal seperti kegiatan rutin sekolah, yang dilakukan secara terus-
menerus dan konsisten, seperti upacara bendera, senam, doa bersama, menjaga
ketertiban, dan menjaga kebersihan. Kegiatan ini membantu mengembangkan
karakter siswa seperti religius, disiplin, kepedulian lingkungan, kepedulian sosial,
kejujuran, dan cinta tanah air.
4. Integrasi melalui Komunikasi dengan Orang Tua Peserta Didik

Sekolah adalah cermin masyarakat. Untuk mendukung pendidikan karakter


yang efektif, kerja sama antara sekolah dan orang tua siswa sangat penting. Dalam
hal ini, kompetensi sosial pendidik perlu ditingkatkan sehingga mereka dapat
berkomunikasi secara efektif dengan orang tua siswa. Kerjasama antara sekolah,
orang tua, dan masyarakat dapat membantu menciptakan iklim yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan karakter siswa yang terkontrol.
5. Kerjasama dengan Keluarga dan Lingkungan

Pentingnya kerjasama dengan keluarga dan lingkungan sekitar sekolah


dalam menciptakan kondisi yang mendukung pembentukan karakter peserta didik.
Lingkungan yang aman, teratur, dan nyaman, serta kerja sama yang erat antara
sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat dapat menciptakan lingkungan belajar
yang nyaman dan efektif.

F. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran

Dalam merespon beberapa kelemahan yang ada dalam pelaksanaan pendidikan akhlak
dan budi pekerti (pendidikan karakter), terutama melalui mata pelajaran Pendidikan Agama
dan Pendidikan Kewarganegaraan, telah diperkenalkan inovasi dalam pendidikan karakter.
Inovasi ini mencakup tiga aspek utama:

1. Pendidikan karakter yang terintegrasi di seluruh mata pelajaran. Integrasi ini


mencakup penyisipan nilai-nilai karakter ke dalam substansi setiap mata pelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran yang memfasilitasi penerapan nilai-nilai ini dalam aktivitas
di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran.
2. Pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembinaan peserta didik.
3. Pendidikan karakter yang diterapkan melalui manajemen sekolah yang melibatkan
seluruh komunitas sekolah (Dit. PSMP Kemdiknas, 2010).

Dari ketiga jenis inovasi ini, yang paling penting dan berkaitan langsung dengan aktivitas
pembelajaran sehari-hari adalah integrasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran.
Integrasi ini mencakup pembelajaran karakter melalui semua mata pelajaran di sekolah, dan
pendekatan ini banyak diterapkan. Konsep ini bergantung pada gagasan bahwa semua guru
berperan sebagai pendidik karakter (character educator), dan setiap mata pelajaran memiliki
misi dalam membentuk karakter yang baik pada peserta didik (Mulyasa, 2013).

Selain model integrasi ini, ada model lain dalam pendidikan karakter di sekolah, yaitu
model subject matter, di mana pendidikan karakter menjadi mata pelajaran tersendiri dan
mengharuskan perumusan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, silabus,
RPP, bahan ajar, strategi pembelajaran, dan penilaiannya. Model ini dianggap kurang efisien
dan dapat meningkatkan beban peserta didik yang sudah memiliki banyak mata pelajaran.
Oleh karena itu, integrasi pendidikan karakter dalam mata pelajaran dianggap lebih efektif
dan efisien daripada model subject matter.

Proses integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di sekolah dimulai dari tahap
perencanaan dan mencakup tahap pelaksanaan hingga evaluasi pembelajaran pada semua
mata pelajaran. Tahap-tahap ini akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan melibatkan analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar (SK/KD), pengembangan silabus berkarakter, penyusunan RPP berkarakter,
dan persiapan materi ajar berkarakter. Analisis SK/KD bertujuan untuk
mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam SK/KD yang
bersangkutan. Harus diperhatikan bahwa ini tidak dimaksudkan untuk membatasi
nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran SK/KD tersebut.
Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah ada
sebelumnya dengan menambahkan komponen karakter. Selanjutnya, RPP perlu
direvisi untuk mencerminkan tujuan pembelajaran karakter, metode pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian karakter. Bahan ajar yang biasanya
diambil dari buku teks juga perlu disiapkan dengan menambah nilai-nilai karakter ke
dalam materi yang ada di dalamnya.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran harus memungkinkan peserta didik untuk
mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Prinsip-prinsip pembelajaran
seperti Contextual Teaching and Learning, Cooperative Learning, dan Active
Learning dapat digunakan untuk mengembangkan karakter peserta didik. Selain itu,
guru harus menjadi contoh dalam penerapan nilai-nilai karakter sepanjang proses
pembelajaran.
3. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran penting dalam pendidikan karakter dan harus
mencakup pencapaian afektif dan psikomotorik peserta didik, bukan hanya
pencapaian kognitif. Instrumen penilaian karakter harus melibatkan rubrik penilaian
untuk menghindari subjektivitas.
4. Manajemen Sekolah yang Berkarakter

Manajemen Sekolah yang Berkarakter melibatkan nilai-nilai karakter dalam


pengelolaan sekolah, termasuk nilai-nilai etika, penghargaan pada diri sendiri dan
orang lain, dan komitmen terhadap keselamatan dan kesejahteraan bersama. Prinsip-
prinsip manajemen seperti kejelasan tugas, pembagian kerja berdasarkan profesional,
kesatuan arah kebijakan, keteraturan, disiplin, keadilan, inisiatif, semangat
kebersamaan, sinergi, dan ketulusan harus tercermin dalam pengelolaan sekolah.

Penerapan manajemen sekolah yang baik harus merencanakan program-program yang


menekankan nilai-nilai karakter, melibatkan semua pihak, dan memastikan keselarasan antara
program pendidikan karakter dan manajemen sekolah. Semua elemen ini harus dilaksanakan
secara terpadu, melibatkan semua komponen sekolah, sumber daya manusia, sarana
prasarana, media, dan para pemangku kepentingan lainnya.

KESIMPULAN

Pada artikel ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif, khususnya jenis studi pustaka. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
penerapan pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Fokus utama penelitian ini adalah
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan karakter disekolah. Materi yang
diuraikan memuat banyak konsep, teoru dan literatur yang berkaitan dengan pengaplikasian
pendidikan karakter. Pendekatan studi pustaka digunakan untuk menggali pemahaman
mendalam tentang berbagai perspektif dan pandangan terkait pendidikan karakter di
lingkungan sekolah.
Dalam hasil dan pembahasan, artikel tersebut menjelaskan konsep implementasi,
definisi, dan peranannya dalam mengubah kebijakan politik menjadi tindakan administratif
yang dapat diterapkan dalam praktik. Ditekankan bahwa implementasi bukanlah
Langkah terakhir dalam suatu kebijakan atau program, melainkan sebuah fase yang
berkelanjutan. Hal ini berkaitan dengan pentingnya evaluasi dan adaptasi terus-menerus
untuk memastikan bahwa tujuan yang diinginkan tetap tercapai. Selain itu, komunikasi
yang efektif dan partisipasi pemangku kepentingan juga ditekankan sebagai faktor penting
dalam keberhasilan implementasi. Artikel juga membahas pengertian karakter dan
pendidikan karakter, serta peran karakter dalam kehidupan individu dan masyarakat.
Definisi karakter meliputi sifat-sifat, sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan, yang
mencerminkan nilai-nilai moral dan etika. Pendidikan karakter dijelaskan sebagai upaya
menanamkan karakter luhur pada peserta didik agar mereka dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Selain itu, karakter juga dilihat sebagai landasan etika Pancasila.
Artikel menguraikan dasar filosofi implementasi pendidikan karakter di Indonesia, yang
mengakar pada Pancasila. Tujuannya adalah membentuk individu Indonesia yang
sepenuhnya menghayati Pancasila, dengan karakter yang mencerminkan nilai- nilai
Pancasila, seperti keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan dan kesatuan, demokrasi, dan keadilan serta kesejahteraan.

Dalam konteks implemtasi pendidikan karakter di sekolah, artikel ini menyoroti


empat alternatif strategi terpadu, yaitu: pencantuman pendidikan karakter pada semua mata
pelajaran, pencantuman pendidikan karakter dalam kegiatan sekolah sehari-hari,
pencantuman pendidikan karakter dalam kegiatan yang terencana atau terencana dan
terciptanya kerjasama antara sekolah dan orang tua murid. Strategi ini bertujuan untuk
menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung perkembangan karakter yang optimal.
Selain itu, penerapan pendidikan karakter juga melibatkan integrasi dalam pembelajaran, di
mana nilai-nilai karakter diintegrasikan ke dalam seluruh mata pelajaran, serta dalam
program sekolah, yang mencakup aktivitas rutin sekolah dan kegiatan yang dilakukan di
luar kurikuler.
Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa implementasi pendidikan karakter di
Indonesia sangat penting dan harus berakar pada nilai-nilai Pancasila. Proses pelaksanaan
pendidikan karakter melibatkan berbagai elemen, termasuk perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, integrasi dalam seluruh mata pelajaran, kegiatan sehari-hari di sekolah, dan
program sekolah yang mendukung karakter luhur. Artinya, pendidikan karakter tidak hanya
mencakup aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik, dan melibatkan seluruh
komunitas sekolah dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan demikian, pendidikan
karakter menjadi faktor penting dalam membentuk generasi muda Indonesia yang memiliki
karakter luhur dan dapat memberikan dampak positif dalam masyarakat.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif, khususnya jenis studi Pustaka, kesimpulan dan
juga rekomendasi, ada beberapa saran yang penulis ingin sampaikan yaitu:

1. Pendidikan karakter di Indonesia tidak boleh di pandang sebelah mata atau perlu
mendapat perhatian dalam dunia Pendidikan, karena Pendidikan karakter ini akan
berpengaruh pada karakter siswa atau peserta didik, dan di era globalisasi ini
Pendidikan karakter sangatlah penting sebagai pondasi bagi semua peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa
2. Diharapkan dengan pembiasaan dan penguatan karakter bagi peserta didik terus
dilakukan untuk membantu proses perkembangan karakter peserta didik sesuai
profil pelajar Pancasila.

Daftar Pustaka
Kamaruddin, S. A. (2012). Character education and students social behavior. Journal of
Education and Learning (EduLearn), 6(4), 223-230.

Widiastuti, F., Suhartono, S., & Wijayanti, E. (2021). Implementasi Pendekatan Inkuiri
Terbimbing pada Materi Suhu dan Kalor di Pembelajaran IPA SMP. Bahana Pendidikan:
Jurnal Pendidikan Sains, 3(1), 10-16.

Lickona, T. (1996). Eleven principles of effective character education. Journal of moral


Education, 25(1), 93-100.

Rosad, A. M. (2019). Implementasi pendidikan karakter melalui managemen sekolah.


Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 5(02), 173-190.

Hasibuan, M. A. I., Anindhita, N., Maulida, N. H., & Nashori, F. (2018). Hubungan antara
amanah dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif mahasiswa perantau.
Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 3(1), 101-116.
Budi, A. M. S., & Apud, A. (2019). Peran kurikulum kulliyatul mu’allimin al-islamiyah
(kmi) gontor 9 dan disiplin pondok dalam menumbuhkembangkan karakter santri. Tarbawi:
Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 5(01), 1-10.

Mufidah, L., Effendi, D., & Purwanti, T. T. (2013). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan
matriks. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, 1(1), 117-125.

Rosyad, A. M., & Zuchdi, D. (2018). Aktualisasi pendidikan karakter berbasis kultur sekolah
dalam pembelajaran IPS di SMP. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 5(1), 79-92.

Ramdani, E. (2018). Model pembelajaran kontekstual berbasis kearifan lokal sebagai


penguatan pendidikan karakter. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10(1), 1-10.

Wiyani, N. A. (2012). Desain Manajemen Pendidikan Karakter di Madrasah. INSANIA:


Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 17(1).

Kemdiknas, D. P. (2010). Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah


Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat PSMP Kemdiknas.

Harun, C. Z. (2013). Manajemen pendidikan karakter. Jurnal pendidikan karakter, 4(3).

You might also like