Demokrasi Deliberatif
Demokrasi Deliberatif
Demokrasi Deliberatif
Abstract
The purpose of this research is to know the effectiveness of the Dialog Jumat as a model of deliberative public policy
making in Bojongoro District. This research is based on the factor of deliberative democratic practice in Indonesia. Based
on the objectives to be achieved, this research includes the type of descriptive research that presents and provides a detailed
description of the effectiveness of the Dialog Jumat as a deliberative public policy in Bojongoro District. this research
includes qualitative research in which this method is more based on emerging social phenomena and the use of an inductive
frame of mind in order to make observations and draw conclusions. The research sites are located in the Office of
Communications and Informatics, Regional Development Planning Agency, Public Relations and Protocol and Pendopo
Malowopati. The technique of determining the informants using purposive sampling considering the accuracy and adequacy
of information obtained from informants and then using the snowball technique. Data collection method in this research is
observation, interview and documentation. Technique examination of data validity in this research using triangulation
technique that is collecting data from different source different from problem which is studied to then compare and
technique of data analysis by reducing, presenting data and drawing conclusion. Dialog Jumat is an open space for the
community with the Bojongoro district government to communicate directly in order to influence and create a common
policy. In the effectiveness of the Dialog Jumat as a model of deliberative public policy making in Bojongoro Regency it uses
deliberative public policy theory from Carson and Karp. From the results of this study found that Dialog Jumat in
Bojongoro successfully involving the role of the community Bojongoro participate in influencing and making the existing
policy. So it can be concluded that Dialog Jumat is a role model of deliberative democracy in Indonesia.
3
Mardiyanta (2011: 268-269) haruslah memenuhi tiga dan tukar pengalaman di antara para pihak dan warga negara
kriteria tertentu. Mereka mengungkapkan sebagai (stakeholder). Tujuannya untuk mencapai mufakat melalui
berikut: musyawarah berdasarkan hasil-hasil diskusi dengan
These can be thought of as three criteria for a fully mempertimbangkan berbagai kriteria. Keterlibatan warga
democratic deliberative process: (1) Influence: The (citizen engagement) merupakan inti dari demokrasi
process should have the ability to influence policy and deliberatif.
decision making (2) Inclusion: The process should be Beberapa kriteria kebijakan publik deliberatif ialah
representative of the population and inclusive to influence, inclusion dan deliberation akah dijelaskan
diverse viewpoints and values, providing equal sebagai berikut:
opportunity for all participate. (3) Deliberation: The a. Influence
process should provide open dialogue, access to Menurut Carson & karp influence ialah kemampuan
information, respect, space 10 understand and issues, untuk mempengaruhi kebijakan dan pengamilan keputusan.
and movement toward con reframe. Dalam hal ini masyarakat dapat mempengaruhi kebijakan
Ketiga kriteria: influence, inclusion dan dan pengambilan keputusan yang dibuat oleh pemerintah.
deliberation di atas dapat digunakan sebagai alat Negara dengan masyarakat yang ikut andil dalam
analisis untuk mengidentifikasi sejauh mana sebuah pengambilan dan mempengaruhi kebijakan dapat dikatakan
proses pembuatan keputusan dalam suatu lembaga atau bahwa negara tersebut fully democratic deliberative.
komunitas dapat dikategorikan ke dalam proses Namun, pada kenyataannya Indonesia masih belum
demokrasi deliberatif. Maksud dari influence ialah sepenuhnya seperti itu.
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan Dapat dilihat dari praktek Dialog Jumat di Bojongoro,
dan pengabilan keputusan, inclusion yaitu mewakili dalam dialaog Jumat tersebut masyarakat sudah mampu
populasi dan terbuka terhadap beragam nilai dan sudut mempengaruhi kebijakan yang akan maupun yang sudah
pandang serta memberikan kesempatan yang sama dibuat. Dialog Jumat menjadi sebuah alat masyarakat untuk
bagi semua pihak yang berpartisipasi, dan yang berperan aktif memutuskan kebijakan. Namun, tidak semua
terakhir deliberation yang artinya membrikan ruang kota maupun kabupaten di Indonesia menerapkan hal
yang terbuka untuk berdialog, sikap menghargai tersebut, sehingga praktek negara yang demokratis
pandangan, dan akses terhadap informasi. deliberatif masih belum bisa berjalan dengan sempurna.
Hanya saja Bojongoro sudah mengawali proses ini.
Metode Penelitian Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian terlihat ketika mengikuti Dialog Jumat setiap minggunya.
kualitatif dengan tipe deskriptif yakni untuk Dalam Dialog Jumat tersebut, masyarakat dibebaskan untuk
menggambarkan mengenai efektivitas dialog jumat berpedapat dan ikut mengambil keputusan. Masyarakat juga
sebagai model pembuatan kebijakan publik deliberatif ikut andil dalam pengambilan keputusan melalui saran yang
di kabupaten bojonegoro. Teknik pengumpulan data diberikan oleh masyarakat kepada pemerintah, karena yang
dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, lebih tahu situasi yang ada dialapagan adalah masyarakat itu
dokumentasi penelitian dan materi audio dan visual. sendiri.
Teknik penentuan informan dilakukan secara Pemerintah Bojongoro berusaha mengadakan Dialog
purposive dan snowball. Sedangkan teknik Jumat yang bertujuan agar masyarakat percaya kepada
pemeriksaan keabsahan data melalui triangulasi sumber pemerintahannya. Namun semua itu kembali lagi kepada
data sehingga data yang disajikan merupakan data yang
peran serta masyarakat. Dalam hal ini masyarakat berhak
absah.
memutuskan untuk ikut atau tidak dalam Dialog Jumat.
Dialog Jumat Bojongoro diketahui mempengaruhi seuah
Hasil dan Pembahasan
kebijakan dan dapat juga menghasilkan sebuah kebijakan
Martin Hajer dan Henderik Wagenaar dalam
yang baru. Dialog publik merupakan sarana pengambilan
Nugroho menyebutkan bahwa Implementasi Good
keputusan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan
Governance dalam analisis kebijakan publik disebut
pemerintah secara bersamaan.
analisis Kebijakan Publik Deliberatif. Dwiyanto dalam
Beberapa contoh hasil kebijakan publik yang dipengaruhi
bukunya yang berjudul “Kebijakan Publik Berbasis
oleh keterlibatan masyarakat yaitu:
Dynamic Policy Analisys” menjelaskan pendapat dari
1. Kebijakan pola tanam petani
Riaant nugroho yang mengklaim bahwa model analisis
2. Pembangunan jalan kawasan hutan
kebijakan deliberative ini menghindari kebijakan
3. Peneritiban pedagang kaki lima
publik yang teknokratik, dan mendudukan pemerintah
4. Kebijakan RASTRA atau raskin
hanya sebagai fasilitator dan legislator dari keinginan
5. Perbub nomor 18 tahun 2012 tentag Himpunan
publik (Dwiyanto 2009). Artinya model analisis
Petani Pemakai Air
deliberative ini bertujuan untuk mendudukan
Jadi, dapat dikatakan bahwa Dialog Jumat merupakan
masyarakat (publik) sebagai pihak yang tidak
praktek pembuatan kebijakan publik yang bersifat
ditinggalkan dalam proses pengambilan kebijakan.
deliberatif.
Konsep Kebijakan deliberatif di atas merupakan
bentuk derivasi dari demokrasi deliberatif. Demokrasi
b. Inclusion
deliberatif mengutamakan penggunaan tata cara
pengambilan keputusan yang menekankan Menurut Carson & Karp menjelaskan tentang iclusion
musyawarah dan penggalian masalah melalui dialog yaitu mewakili populasi dan terbuka terhadap beragam nilai
dan sudut pandang serta memberikan kesempatan yang
4
sama bagi semua pihak untuk berpartisipasi. Menurut pembangunan yang menjadi salah satu tujuan dan manfaat
mereka, salah satu indikator kebijakan publik Dialog Jumat.
deliberatif ialah partisipasi yang dilakukan oleh siapa
saja dan semua diberikan ruang dan kesempatan yang Kesimpulan
sama untuk berpartisipasi. Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan
Tepat sasaran adalah faktor penting untuk Dialog Jumat di Kabupaten Bojongoro masyarakat sangat
menentukan apakah program yang sudah dilaksanakan antusias dalam menerima program ini ditunjukkan dengan
ini telah dikelola dengan baik. Untuk mecapai sasaran tingginya partisipasi masyarakat dalam Dialog Jumat. Hal
tersebut, tim pelaksana program harus memahami ini perlu ditingkatkan guna memberikan ruang komunikasi
peraturan dasar dan mengenal peraturan pokok yang antara masyarakat dengan pemerintah.
dilaksanakan. Tim pelaksana juga harus menentukan Antusias masyarakat Bojongoro menerima Dialog
sasaran yang jelas, realistis, logis dan benar-benar Jumat dan ikut andil didalamnya mempermudah pemerintah
sudah mengetahui tentang target dari Dialog Jumat. Bojongoro dalam mencaai tujuan pembangunan yang
Kemudian pelaksana juga harus mengukur hasil menjadi salah satu tujuan dan manfaat Dialog Jumat.
penemuan tersebut. Sebagai contoh, sasaran yang Dari hasil penelitian tentang Efektivitas Dialog
objektif harus ditetapkan untuk mengantisipasi hasil Jumat Sebagai Model Pembuatan Kebijakan Publik
atau keluaran yang ada. Dialog Jumat memiliki target Deliberatif di Kabupaten Bojonegoro ini, maka dapat
program yaitu seluruh masyarakat Kabupaten diambil kesimpulan sebagai berikut:
Bojongoro tanpa kecuali. a. Influence
Dalam hal ini Dialog Jumat memberikan Berdasarkan data yang telah disajikan dapat
kesempatan yang sama pada siapa saja untuk berbicara disimpulkan bahwa hasil Dialog Jumat ialah
dan menyampaikan pendapat ataupu pemikirannya penjelasan langsung mengenai apa yang ditanyakan,
tentang suatu hal yang bekenaan dengan meningkatkan masukan, kritik, saran yang dilontarkan masyarakat
kesejahteraan dan pembangunan masyarakat serta hasil jangka panjangnya ialah kepercayaan
Bojongoro. Dalam Dialog Jumat, masyarakat dapat masyarakat terhadap pemerintah Bojonegoro. Serta
bertemu dan berkomunikasi langsung dengan pejabat hasil dari Dialog Jumat dapat menjadi salah satu
pemerintah tanpa perantara apapun. pengaruh atas kebijakan yang sudah maupun belum
Dalam Dialog Jumat ini seluruh Kepala SKPD dijalankan.
wajib hadir dengan SKPD satu tingkat dibawahnya. b. Inclusion
Sehingga pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat Dapat disimpulkan bahwa yang hadir dalam
tentang apapun itu dapat lansgung terjawab oleh OPD Dialog Jumat ialah siapa saja seluruh masyarakat
terkait tanpa harus menunggu Dialog Jumat minggu Bojonegoro dan seluruh kepala SKPD dan satu
depan. tingkat dibawahnya beserta bupati, wakil bupati dan
sekretaris daerah.
c. Deliberation Dalam Dialog Jumat masyarakat juga diberikan
Menurut Carson dan Karp deliberation yang kesempatan untuk siapa saja berbicara sesuai dengan
artinya memberikan ruang terbuka untuk berdialog, apa yang ingin disampaikan. Dialog Jumat sebagai
sikap menghargai pandangan, dan akses terhadap sarana masyarakat untuk bertemu langsung dengan
informasi. pejabat pemerintah dan berkomunikasi langsung
Dalam Dialog Jumat warga Bojongoro diberikan disana. Dialog Jumat juga sudah mengenai sasaran
ruang terbuka untuk berdialog langsung dengan para yang tepat, yaitu masyarakat bojonegoro tanpa
eksekutif pemerintah Bojongoro. Serta memberikan memandang siapa saja boleh hadir dalam
kesempatan yang sama untuk siapa saja berbicara dan pelaksanaan Dialog Jumat.
diberikan akses informasi yang sebebas-bebasnya. c. Deliberation
Dalam proses pelaksanaan Dialog Jumat, Dalam Dialog Jumat memberikan ruang terbuka
masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi masyarakat dan eksekutif untuk berkomunikasi.
didalamnya dengan memberikan masukan kepada Informasi yang diberikan berbeda-beda setiap
pemerintah daerah berupa kritik, saran, apapun yang miggunya sesuai dengan narasumber dan hal yang
dapat membuat Bojongoro menjadi lebih baik. Berikut sedang hangat diperbincangkan di kalangan
petikan wawancara yang menunjukkan antusias masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan Dialog
masyarakat Bojongoro dalam keikutsertaan Dialog Jumat dibutuhkan antusiasme masyarakat untuk ikut
Jumat. berpartisipasi, namun antusiasme masyarakat
Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan bojonegoro terkesan fluktuatif karena ada dua
Dialog Jumat di Kabupaten Bojongoro masyarakat kemungkinan, pertama karena jawaban mereka sudah
sangat antusias dalam menerima program ini terjawab dan tindak lanjut yang diharapkan sudah
ditunjukkan dengan tingginya partisipasi masyarakat terlaksana dan sesuai atau kemungkinan masyarakat
dalam Dialog Jumat. Hal ini perlu ditingkatkan guna sudah bosan dengan Dialog Jumat.
memberikan ruang komunikasi antara masyarakat
dengan pemerintah.
Antusias masyarakat Bojongoro menerima Dialog
Jumat dan ikut andil didalamnya mempermudah
pemerintah Bojongoro dalam mencapai tujuan
5
Daftar Pustaka Ndraha, Talituduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat:
Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas.
BUKU Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis Kebijakan: Nugroho, Riant. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-
Dari Formulasi ke Implementasi Negara Berkembang (Model-Model Perumusan
Kebijaksanaan Negara. Jakarta. Bumi Aksara Implementasi Dan Evaluasi). Jakarta.PT. Alex Media
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Komputindo.
Bandung. Alfabeta Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Bandung. Alfabeta
Kualitatif. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Patton, Michael Quinn. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif.
Creswell, John W. 2013. Research design (pendekatan Yogyakarta. Pustaka Belajar
kualitatif, kuantitatif, dan Mixed). Yogyakarta.
Pustaka Pelajar. Prastowo, Andi. 2011. Motede Penelitian Kualitatif.
Dye, Thomas R. 2005. Understanding Publik Policy. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media
Prince-Hall. Inc, Englewood Cliffs
Ekowati, Mas Roro Lilil. 2005. Perencanaan, Pringgodogjo.1973.Ensiklopedia Umum. Yogyakarta.
Implementasi dan Evaluasi Kebijakan atau Yayasan Kanisium
Program. Edisi Revisi. Bandung: PT
Rosdakarya Samsul Hadi, d. 2009. Metode Riset Evaluasi. Yogyakarta.
Hajer, Marten and Hendrik Wagenaar (eds). 2003. Lakbang Grafika.
Deliberative Policy Analysis, Understanding Santosa, Mas Achmad. 2001. Good Governance dan Hukum
Governance in The Network Society. Lingkungan. Jakarta. ICEL.
Cambridge University Press Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan
Hardiman, F. Budi. 2009. Demokrasi Deliberatif: Partisipasi. Surakarta. Sebelas Maret University
Menimbang “Negara Hukum” dan “Ruang Press
Publik” dalam Teori Diskursus Jurgen Steers, M. Richard. 1985. Efektifitas Organisasi. Jakarta.
Hubermas. Yogyakarta. Kanisius. Erlangga.
Hasibuan, Malayu S.P. (2001). Manajemen Sumber Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D.
Daya Manusia. Jakarta . PT. Bumi Aksara Bandung. Alfabeta
Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang
Pengembangan Masyarakat. Bandung. Membumi. Yogyakarta. Lukman Offset YPAPI.
Humaniora. Tangkilisan, Nogi Hessel. 2005. Manajemen Publik. Jakarta.
Innes, Judith E. Dan Davied E. Boober. 2003. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Collaborative Policy Making: Governance Wilkes, Iris. 2001. Mewujudkan Partisipasi Teknik
Through Dialogue in Martin Hajer and Partisipasi Masyarakat Untuk Abad 21. Jakarta. The
Hendrik Wagenaar (eds) Deliberative Policy British Council
Analysis, Understanding Governance In the
Network Society. Cambridge University Press PENELITIAN
Islami, Irfan. 2007. Prinsip-prinsip Kebijakan Negara. Sholihatin, Izzati. 2016. Rasionalitas Forum Dialog Publik
Jakarta: Bumi Aksara di Kabupaten Bojonegoro. Tesis. Fakultas Ilmu
Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip Perumusan Sosial dan Ilmu Politik. Sosiologi. Universitas
Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta. Airlangga
Jim Schiller dan Hans Antlov. 2009. Inovasi,
Partisipasi, dan Good Governance. Jakarta. JURNAL
Yayasan Obor Indonesia Mardiyanta, Antun. 2011. Kebijakan Publik Deliberatif:
Kettner, Peter M., Moroney, Robert M.; Martin, Relevansi dan Tantangan Implementasinya. Vol.24
Lawrence L. 2007. De d Managing Programs: (3) Hal. 261-271
An Effectiveness Based Approach. (3rd ed). Loina Lalolo Krina. P. 2003. Indikator dan Alar ukur
Newbury Park: Sage Publications Prinsip Akuntabilimas, Transparansi dan
Kunarjo. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Partisipasi. Jakarta. Badan Perencanaan
Program Pembangunan. Jakarta: UI Press Pembangunan Nasional.
Mahmudi.2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Budiani, Ni Wayan. 2007. Efektivitas Program
Yogyakarta. UPP AMP YKPN Penanggulangan Pengangguran Karang Taruna
Mahsun. Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor “Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kelod
Publik. Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta. Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Juenal
Miles, Mathew B, and A. Michael Hubermas. 2009. Ekonomi dan Sosial INPUT. Volume 2 Nomor 1
Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI Press Aprilia, Maria Kismartini. 2010. Analisis kebijakan publik
Mujibur Rahman Khairul Muluk. 2007. Menggugat deliberatif dalam pembangunan daerah di
Partisipasi Publik dalam Pemerintahan kecamatan semarang utara. Semarang. Universitas
Daerah. Malang. Banyumedia Publishing. Diponegoro
Mulyasa.2006. Manajemen Berbasis Sekolah.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
6
UNDANG-UNDANG jatim.bps.go.id
Pasal 20 UU No. 32 Tahun 2004 Bojongorokab.bps.go.id
Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2012 tentang Dadang Solihin. Penerapan Prinsip-prinsip Good
Himpunan Petani Pemakai Air Governance di Negara Berkembang. Diklat
Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2015 tentang Eksekutif Good Govemance, Dinas Perhubungan
Kabupaten Ramah Hak Asasi Manusia. Laut
http://www.bojonegorokab.go.id/berita/baca/532/Pembinaan
INTERNET -Pengelolaan-Air-Untuk-Kelola-Pertani