ID Kajian Sifat Kimia Tanah Pertumbuhan Dan
ID Kajian Sifat Kimia Tanah Pertumbuhan Dan
ID Kajian Sifat Kimia Tanah Pertumbuhan Dan
2337- 6597
ABSTRACT
The objective of this research is to study the effect of empty palm oil bunch compost (EPOBC) and
the application of phosphorus fertilizer of SP-36 on chemical characteristic of acid sulphate soils,
rice growth and production (Oryza sativa L.). This study used a randomized block design factorial,
with 2 factors: factor 1: compost EPOBC treatment (B) which consist of: B0 = 0 ton ha-1 (0
-1 -1
g EPOBC/pot) ; B1 = 10 ton ha (40 g EPOBC/pot); B2 = 20 ton ha (80 g EPOBC/pot);
B3 = 30 ton ha-1 (120 g EPOBC/pot) . Factor 2: fertilizer phosphorus (P) which consist of : P0 = 0
kg SP-36 ha-1 (0 g SP-36/pot); P1 = ½ dose (1/2 x 135), advice equal with 0,27 g SP-36/pot; P2 = 1,0
dose (1 x 135), advice equal with 0,54 g SP-36/pot; P3 = 1 ½ dose (1 1/2 x 135), advice equal with
0,81 g SP-36/pot. The results of this research showed that EPOBC treatment significantly affected
soil pH and Fe2+ reduction, C-organic, seed total and dry weight of rice. While the application of
SP-36 fertilizer non significantly affected P-available and height of plants. Combination between
EPOBC and fertilizer SP-36 significantly increased seed total and dry weight of rice.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit
dan pupuk SP-36 terhadap perbaikan sifat kimia, dan pertumbuhan, padi (Oryza sativa L.) pada
tanah sulfat masam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial.
dengan 2 faktor yaitu: Faktor 1 : Faktor perlakuan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (B) yaitu:
B0 = 0 ton ha-1 (0 g TKS/pot) ; B1 = 10 ton ha-1 (40 g TKS/pot); B2 = 20 ton ha-1 (80 g TKS/pot);
B3 = 30 ton ha-1 (120 g TKS/pot). Faktor 2 : Faktor perlakuan Pupuk SP-36 (P) yaitu : P0 = 0 kg
SP-36 ha-1 (0 g SP-36/pot); P1 = ½ takaran anjuran (1/2 x 135), setara dengan 0,27 g SP-36/pot; P2
= 1,0 takaran anjuran (1 x 135), setara dengan 0,54 g SP-36/pot; P3 = 1 ½ takaran anjuran (1 1/2 x
135), setara dengan 0,81 g SP-36/pot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos
tandan kosong kelapa sawit nyata meningkatkan pH tanah dan reduksi Fe2+ tanah, C-Organik tanah,
jumlah anakan dan bobot kering gabah. Pemberian pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata dalam
meningkatkan P-tersedia dan tinggi tanaman. Kombinasi antara perlakuan pemberian kompos
tandan kosong kelapa sawit dan pupuk SP-36 berpengaruh nyata dalam meningkatkan jumlah
anakan dan bobot kering gabah.
PENDAHULUAN
Luas lahan sulfat masam di dunia diperkirakan 14 juta ha, diantaranya 10 juta ha tersebar
diwilayah tropik. Sebagian lahan gambut dangkal di Indonesia berasosiasi dengan sulfat masam.
Hasil survei Euroconsult (1984) menunjukkan luas lahan sulfat masam di Indonesia sekitar 2 juta
ha. Diperkirakan luas lahan sulfat masam sekitar 6,70 juta ha. Keadaan ini menunjukkan terjadinya
perluasan lahan sulfat masam. Hal ini memnungkinkan karena terjadinya penipisan lapisan atas
Permasalahan yang umum dijumpai pada lahan sufat masam adalah kemasaman tanah yang
tinggi, ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe berakibat pada
rendahnya hasil tanaman yang diusahakan. Kemasaman tanah yang tinggi memicu larutnya unsur
beracun dan kahat hara sehingga tanah menjadi tidak produktif (Hasibuan,2008).
Sumber kemasaman tanah sulfat masam berasal dari senyawa pirit (FeS2) yang teroksidasi
melepaskan ion- ion hidrogen dan sulfat yang diikuti oleh penurunan pH menjadi sekitar 3.
Keadaan tersebut menyebabkan kelarutan Al meningkat sehingga hampir semua tanaman budidaya,
termasuk padi tidak dapat tumbuh secara normal. Pengapuran pada awalnya dianggap mampu
mengatasi permasalahan tersebut, akan tetapi karena tanah sulfat masam memiliki pH yang
berfluktuasi bergantung musim, maka ternyata pengapuran tersebut tidak efektif. Hal tersebut
dicirikan pada tanaman padi yang mengalami keracunan Al walaupun telah dilakukan pemberian
kapur sebelum penanaman. Akibatnya produksi padi pada tanah sulfat masam menjadi sangat
rendah bahkan sampai tidak menghasilkan. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan
untuk memilih bahan amelioran yang sesuai untuk mengatasi masalah keracunan Al pada tanaman
tanah sulfat masam. Bahan organik (BO) dapat berperan sebagai sumber asam-asam organik yang
mampu mengontrol kelarutan logam dalam tanah ataupun berperan sebagai unsure hara bagi
tanaman. Asam-asam organik yang terdapat dalam BO mampu mengkhelat unsur-unsur beracun
1393. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337- 6597
dalam tanah sehingga menjadi tidak berbahaya bagi tanaman. Asam-asam organik mampu
menurunkan jumlah fosfat yang difiksasi oleh Fe dan Al melalui mekanisme pengkhelatan sehingga
Tandan kosong kelapa sawit mempunyai kadar C/N yang tinggi yaitu 45-55. Hal ini dapat
menurunkan ketersediaan N pada tanah karena N terimobilisasi dalam proses perombakan bahan
organik oleh mikroba tanah. Usaha menurunkan kadar C/N dapat dilakukan dengan proses
pengomposan sampai kadar C/N mendekati kadar C/N tanah. Proses pengomposan tersebut
menghasilkan bahan organik bermutu tinggi dengan kadar C/N sekitar 15. Selain kandungan hara
relative tinggi seperti N, P, dan K kompos TKS memiliki nilai pH yang tinggi (mencapai pH 8)
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian ini
Bahan yang digunakan ialah contoh tanah Sulfat Masam Potensial yang diambil secara
komposit pada kedalaman 0-20cm, kompos tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan organik,
pupuk Urea, SP-36, dan KCl sebagai pupuk dasar, benih tanaman padi sebagai tanaman indikator,
air hujan untuk menyiram tanaman, dan bahan kimia untuk analisis tanah dan tanaman
dilaboratorium. Alat yang digunakan ialah cangkul, meteran, plastik, timbangan serta alat-alat yang
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan percobaan adalah factorial (2faktor) dalam
rancangan acak kelompok dengan ulangan tiga kali. Faktor pertama adalah kompos tandan kosong
kelapa sawit (B) yaitu B0 = 0 ton ha-1 (0 g/pot), B1 = 10 ton ha-1 (40 g/pot), B2 = 20 ton ha-1
(80 g/pot), B3 = 30 ton ha-1 (120 g/pot). Faktor kedua pupuk SP-36 (P) yaitu P0 = 0 kg SP-36 ha-1
1394. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337- 6597
(0 g/pot), P1 = 1/2 takaran anjuran (1/2 x 135 kg/ha), setara dengan 0,27 g/pot, P2 = 1,0 takaran
anjuran (1 x 135 kg/ha), setara dengan 0,54 g/pot, P3 = 1,5 takaran anjuran (1,5 x 135 kg/ha), setara
Tanah diambil dari lahan sulfat masam yang diambil pada kedalaman 0-20 cm. Bahan tanah
dimasukkan ke dalam goni. Setelah itu bahan tanah dikompositkan dan dicampurkan secara merata.
Selanjutnya diambil ± 500 gr sebagai sampel kemudian dilakukan analisa awal tanah yang meliputi
tekstur tanah, pH (H2O), P-tersedia, C-Organik, N total, Ferro Aktif (Fe2+), KTK, Kb, DHL. Tanah
yang telah diambil dikompositkan sebelum dimasukkan ke dalam ember sejumlah ± 8 kg tanah.
Pemberian kompos TKKS dan pupuk SP-36 dilakukan pada waktu yang berbeda. Kompos TKKS
diinkubasi di ember yang berisi tanah selama 2 minggu dan pemupukan P dilakukan bersamaan
dengan pemberian pupuk dasar urea (1 g/8 kg) dan pupuk Kieserit 0,4 gr/8 kg) setelah batas waktu
inkubasi kompos TKKS. Selanjutnya pupuk dicampur rata pada tanah dan dilakukan penanaman
Penjagaan air dilakukan pada saat pindah tanam, tanaman padi digenangi tetap sampai
berumur 35 hari, pada umur 36 – 50 hari di genangi sistem macak– macak (intermiten) dan pada
umur 51 – 85 hari digenangi tetap dan kemudian 86 hari sampai akhir panen generatif tidak
digenangi. Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 12 minggu atau pada akhir masa
generatif.
Peubah amatan yang diamati dalam percobaan ini adalah pH (H2O) dengan metode
elektrometri diukur pada akhir inkubasi, C-organik dengan metode Walkley and Black diukur pada
akhir inkubasi, Ferro Aktif diukur pada akhir inkubasi dengan ekstraksi α.α. dipyridyl, P-tersedia
dengan metode Bray II diukur pada akhir vegetatif, Tinggi tanaman (cm), Jumlah anakan
pH (H2O) Tanah
Dari data pengukuran pH (H2O) tanah diperoleh bahwa perlakuan bahan organik
berpengaruh nyata terhadap meningkatkan pH (H2O) tanah, sedangkan perlakuan pupuk SP-36 dan
kombinasi antara kompos TKKS dengan pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa semakin tinggi taraf dosis kompos TKKS yang diberikan
maka pH tanah semakin meningkat. Taraf dosis B2 (80 g TKKS/pot) menunjukkan peningkatan pH
tanah. Dari data dapat dilihat bahwa nilai pH tertinggi terdapat pada perlakuan B2 (80 g TKKS/pot)
yaitu 4,37 dan yang terendah tanpa pemberian kompos TKS B0 (0 g TKKS/pot) yaitu 4,16. Bahan
organik yang diberikan pada saat penggenangan akan mengalami perombakan secara anaerobik dan
elektron yang dilepaskan akan dikonsumsi untuk berlangsungnya reaksi reduksi dalam tanah.
Menurut Reddy dan Delaune (2008) penggenangan tanah masam secara terus-menerus akan
menyebabkan peningkatan pH tanah dan dinamika peningkatan pH tanah tersebut salah satunya
C- Organik
Dari data pengukuran C-organik tanah dan dari hasil sidik ragam C-organik tanah diperoleh
bahwa perlakuan kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap peningkatkan c-organik tanah,
1396. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337- 6597
sedangkan perlakuan pupuk SP-36 dan perlakuan kombinasi antara kompos TKKS dengan pupuk
Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa semakin tinggi taraf dosis kompos TKKS yang diberikan
maka C-organik tanah semakin meningkat. Taraf dosis kompos TKKS B3 (120 g TKKS/pot)
menunjukkan C-organik yang tertinggi yaitu 2,93 % dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan
dosis perlakuan kompos TKKS yang lain. Hasil penelitian Sembiring dan Jamil (2007) bahwa
dengan penambahan bahan organik berupa kompos TKKS kedalam tanah rata-rata kandungan
C-organik tanah meningkat sekitar 28-54%. Menurut Hakim,et al., (1986), karbon merupakan
komponen paling besar dalam bahan organik yaitu sebesar 44% sehingga pemberian bahan organik
Ferro Aktif
Dari data pengukuran ferro aktif (Fe2+) tanah dan dari hasil sidik ragam ferro aktif (Fe2+)
tanah diperoleh bahwa perlakuan kompos TKKS berpengaruh nyata terhadap peningkatan reduksi
Fe2+ tanah, sedangkan perlakuan pupuk SP-36 dan kombinasi antara bahan organik dengan pupuk
SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan reduksi ferro aktif (Fe2+).
1397. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337- 6597
Tabel 4. Rataan ferro aktif (Fe2+) tanah (ppm)
Pupuk SP-36 Rataan
Kompos TKKS P0 P2 P3
(0 g/pot) P1 (0.27g/pot) (0.54 g/pot) (0.81g/pot)
B0 (0 g /pot) 3875.54 3955.65 3665.26 3770.71 3,816.79a
B1 (40 g /pot) 4338.42 3792.73 4644.47 4105.14 4,220.19ab
B2 (80 g /pot) 4870.63 4288.24 3837.95 4533.24 4,382.51b
B3 (120 g /pot) 4042.87 4218.05 4318.50 4266.01 4,211.36ab
Rataan 4281.87 4063.67 4116.54 4168.78
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan
DMRT (Duncan Multiple Range Test)
Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa pemberian kompos TKKS dengan nyata mampu
meningkatkan reduksi Fe2+. Pemberian kompos TKKS pada taraf B1 (40 g TKKS/pot) dan
B3 (120 g TKKS/pot) berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan ferro aktif tanah kecuali
pemberian kompos TKKS B2 (80 g TKKS/pot) nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian
kompos TKKS. Pada proses penggenangan lahan kering, reaksi reduksi besi dianggap yang paling
penting didalam tanah tergenang karena dapat meningkatkan nilai pH dan reduksi Fe3+ menjadi
Fe2+. Reddy dan Delaune (2008) menyatakan bahan organik merupakan sumber energi bagi
mikroorganisme pereduksi Fe sehingga jika semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah
maka semakin tinggi pula konsentrasi Fe yang dihasilkan dari proses reduksi. Reaksinya :
P-Tersedia Tanah
Dari data pengukuran P-tersedia tanah dan dari hasil sidik ragam P-tersedia tanah diperoleh
bahwa perlakuan kompos TKKS dan SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan P tanah.
Pupuk SP-36
Kompos TKKS P0 P1 P2 P3 Rataan
(0 g/pot) (0.27g/pot) (0.54 g/pot) (0.81 g/pot)
B0 (0 g /pot) 14.98 14.75 30.36 26.53 21.66
B1 (40 g /pot) 17.49 28.39 29.07 20.98 23.98
B2 (80 g /pot) 19.78 24.70 24.75 21.88 22.78
B3 (120 g /pot) 21.23 18.04 25.76 35.02 25.01
Rataan 18.37 21.47 27.48 26.10
1398. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337- 6597
Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa kombinasi pemberian bahan organik dan pupuk SP-36
tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan P-tersedia tanah. Perlakuan B3P3 menunujukkan
nilai yang tertinggi yaitu 35,02 ppm dan yang terendah pada perlakuan B0P1 yaitu 14,75 ppm. Hal
ini disebabkan pupuk anorganik yang diberikan dalam percobaan ini dapat digunakan oleh
mikroorganisme sebagai sumber energi untuk merombak bahan organik sehingga dihasilkan asam
organik. Asam-asam organik dari kompos TKKS secara tidak langsung juga menyebabkan
kelarutan fosfat semakin menurun. Brady dan Weil (2002) menyatakan pemberian pupuk anorganik
dan bahan organik secara bersamaan dapat menyebabkan terjadinya immobilisasi hara.
Dari data pengukuran tinggi tanaman vegetatif dan dari hasil sidik ragam tinggi tanaman
vegetatif diperoleh bahwa perlakuan kompos TKKS tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, begitu juga dengan pupuk SP-36, dan kombinasi antara kompos TKKS dengan pupuk
Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa kombinasi antara setiap perlakuan tidak berbeda nyata
dengan kombinasi perlakuan yang lainnya. Tinggi tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan B0P2
yaitu 96,93 cm dan terendah yaitu perlakuan B1P0 yaitu 83,86 cm. Hal ini diduga karena tanaman
belum mampu menyerap nitrogen yang diberikan ke dalam tanah. Lingga (1986) menyatakan bahwa
kekurangan unsur hara N dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat. Unsur ini merupakan unsur hara
Dari data pengukuran jumlah anakan akhir maksimum dan dari hasil sidik ragam jumlah
anakan maksimum diperoleh bahwa perlakuan kompos TKKS dan kombinasi antara kompos TKKS
dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap meningkatkan jumlah anakan maksimum.
Dari Tabel 7. dapat dilihat bahwa semakin tinggi taraf dosis TKKS yang diberikan maka
jumlah anak maksimum semakin meningkat. Taraf dosis TKS B3 (120 g TKKS/pot) menunjukkan
peningkatan jumlah anakan maksimum yaitu 18,41 anakan nyata lebih tinggi bila dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Taraf kombinasi perlakuan kompos TKS B3 (120 g TKKS/pot) dengan
pupuk SP-36 P3 (0,81 g SP-36/pot) menunjukkan peningkatan jumlah anakan yaitu 22,66 anakan.
Dan bila dibandingkan dengan dosis TKKS yang lebih rendah berbeda nyata terhadap peningkatan
jumlah anakan. Hal ini disebabkan karena kompos memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Bahan organik yang dihasilkan juga sebagai penyuplai unsur
hara N yang sangat berguna bagi peningkatan jumlah anakan padi. Kompos akan meningkatkan
kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Brady and Weil (2002) menyatakan bahwa
kompos mampu mengurangi kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan akar dan
Dari data pengukuran bobot kering gabah dan dari hasil sidik ragam bobot kering gabah
diperoleh bahwa perlakuan kompos TKKS dan kombinasi perlakuan kompos TKKS dengan pupuk
1400. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337- 6597
SP-36 berpengaruh nyata meningkatkan bobot kering gabah, sedangkan perlakuan pupuk SP-36
Dari Tabel 9. dapat dilihat bahwa semakin tinggi taraf dosis kompos TKKS yang diberikan
maka bobot kering gabah semakin tinggi. Taraf dosis kompos TKKS B3 (120 g TKKS/pot)
menunjukkan peningkatan bobot kering gabah tertinggi yaitu 30,92 g bila dibandingkan dengan
dosis kompos TKKS yang lebih rendah baik dengan B2 (80 g TKKS/pot) dan B1 (40 g TKKS/pot)
menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap peningkatan bobot kering gabah. Kombinasi perlakuan
kompos TKKS B3 (120 g TKKS/pot) dengan pupuk SP-36 P2 (0,54 g SP-36/pot) menunjukkan
peningkatan yaitu 38,33 g dan bila dibandingkan dengan pemberian dosis yang lebih rendah
berbeda nyata terhadap peningkatan bobot kering gabah. Hal ini dapat disebabkan karena kompos
yang bersifat slow release,yaitu hara yang dilepaskan oleh kompos lebih lambat, sehingga hara N
tidak banyak hilang dari tanah akibat penguapan, dan hara P tidak banyak yang terfiksasi. Dengan
demikian, tanaman bisa menyerap hara sesuai yang dibutuhkan tanaman saat untuk pembentukan
bobot gabah. Buckman and Brady (1980) menyatakan bahwa dekomposisi kompos menghasilkan
bahan organik yang mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan dalam mendukung
pertumbuhan dan produksi padi. Selain itu unsur hara P juga berfungsi sebagai pembentukan biji
dan buah.
1401. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337- 6597
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian kompos
tandan kosong kelapa sawit nyata meningkatkan pH tanah, reduksi Fe2+ C-organik namun tidak
nyata dalam meningkatkan P-tersedia dan tinggi tanaman. Pemberian kombinasi perlakuan B3
(120g TKKS/pot) dengan P3 (0.81 g SP-36) nyata lebih tinggi meningkatkan jumlah anakan dan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, F., Ani, S, dan A. Jumberi. 2006. Dinamika unsur besi, sulfat, fosfor, serta hasil padi akibat
pengolahan tanah, saluran kemalir, dan pupuk organik dilahan sulfat masam. http//.
pengelolaan lahan sulfat masam terhadap peningkatan produksi padi.pdf. [28 Januari 2012].
Buckman, H.O and Brady, N.C. 1982. Ilmu Tanah (Diterjemahkan oleh Soegiman). Bhratara Karya
Aksara. Jakarta.
Brady, N.C., and R.R.Weil. 2002. The Nature and Properties of Soils. 13th Edition. Upper Saddle
River, New Jersey.
Darnoko, Z. Poeloengan dan Iswandi Anas. 1993. Pembuatan Pupuk Organik Dari Tandan Kelapa
Sawit. Buletin PPKS Medan.
Hasibuan, B.E. 2008. Pengelolaan Tanah dan Air Lahan Marginal. USU. Medan.
Lingga, P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Madjid, A. 2009. Pengelolaan Kesuburan Tanah Sulfat Masam. http://dasar-dasar ilmu
tanah.blogspot.com. [26 Januari 2012].
Widjaja-Adhi, I P.G. 1995. Potensi, Peluang, dan Kendala Perluasan Areal Pertanian di Lahan
Rawa di Kalimantan dan Irian Jaya. Sem. Perluasan Areal Pertanian di KTI. PIl, Serpong
7-8 November 1995. http:// Pemanfaatan Fosfat Alam Untuk Lahan Sulfat Masam.
[26 Januari 2012].