Jtam Ema Pediyana

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Dr. Gusti Irya Ichriani, SP.

, MP
19750318 199903 2 003
Acta Solum 1, Nomor 1 (April 2022), 1–12.
ISSN: 1234-6352 (print), xxxx-yyyy (online), htpps://actasolum.ulm.ac.id

Pengaruh Bahan Organik terhadap Produksi Pakcoy (Brassica rapa L.)


pada Tanah Ultisol dan Sulfat Masam Potensial

Ema Pediyana*, Zuraida Titin Mariana, Gusti Irya Ichriani


Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Jenderal A. Yani KM 36
Simpang Empat, Banjarbaru 70714, Indonesia
*
Email penulis korespondensi: [email protected]

Informasi Artikel Abstract


Received tanggal bulan tahun Utilization of Ultisols and Acidic Sulphate Soils Potential for agricultural
Accepted tanggal bulan tahun development has constraints such as high soil acidity sourced from Al and
Published tanggal bulan tahun pyrite compounds (FeS2) in acid sulphate soils, low nutrient content, and
Online tanggal bulan tahun organic matter. The purpose of this study was to determine the effect of
organic matter (cow manure and rice husk charcoal) on pH, Al-
Kata kunci: exchangeble, dissolved Fe, growth, and production of pakcoy. This study
used a two-factor factorial Completely Randomized Design (CRD) with 3
Al-exchangeble, dissolved Fe, replications. The first factor is Ultisols (T1) and Potential Acid Sulphate
soil acid (pH), Ultisols, Acidic soil (T2). The second factor was A0: control, A1: cow manure 3 t ha-1,
Sulphate soils A2: cow manure 6 t ha-1, A3: rice husk charcoal 3 t ha-1, A4: rice husk
charcoal 6 t ha-1, A5: cow manure 1.5 t ha-1 + rice husk charcoal 1.5 t ha-
1
, A6: cow manure 3 t ha-1 + rice husk charcoal 3 t ha-1). The results
showed that the combined treatment of organic matter cow manure and
rice husk charcoal increased soil pH and reduced soluble Fe in Ultisols
and Potentially Acidic Sulphate soils. The treatment combination of
organic matter cow manure and rice husk charcoal reduced Al-
exchangeble concentrations in Ultisols, but contrast with Potentially
Acidic Sulphate soils. The combination treatment could increased the
growth (plant height) and production (dry weight) of pakcoy (Brassica
rapa L.) plants grown in Ultisols and Potentially Acidic Sulphate soils.

1. Pendahuluan
Lahan marginal atau sub optimal menempati wilayah di lahan kering dan lahan basah. Lahan marginal dan lahan
sub optimal merupakan lahan yang mempunyai kesuburan yang rendah sehingga tidak mampu mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimal. Penggunaan lahan sub optimal untuk tanaman pangan memerlukan input
teknologi dalam pengolahan tanahnya. Tanah di lahan kering sub optimal seperti tanah Ultisol dan tanah lahan
basah (seperti Tanah Sulfat Masam Potensial atau disingkat dengan SMP) merupakan tanah yang tingkat
kesuburannya rendah, sehingga diperlukan input teknologi agar lahan ini bisa produktif. Hal ini ditunjukan oleh
reaksi tanah yang masam, cadangan hara yang rendah, kejenuhan basa yang rendah dan kejenuhan Al yang tinggi.
Tanah di Kalimantan Selatan memiliki pH yang rendah atau didominasi mempunyai tanah yang masam.
Kendala atau penyebab utama dari tanah tersebut harus diperhatikan dengan baik melalui pemberian bahan organik
yang cukup, sehingga tujuan untuk meningkatkan hasil produksi yang optimal dari tanah ini tercapai. Menurut
Krantz (1958) dalam Suharta (2010), mengemukakan bahwa penilaian produktivitas suatu lahan bukan hanya
berdasarkan kesuburan alami tanah tersebut akan tetapi juga dilihat berdasarkan respons tanah dan tanaman
terhadap aplikasi pengelolaan tanah yang diterapkan (Suharta, 2010).
Ultisol mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan pertanian lahan kering. Pemanfaatan tanah ini
menghadapi kendala seperti kemasaman tanah yang tinggi, pH rata-rata <4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin
kandungan hara makro dan kandungan bahan organik rendah (Rama et al., 2016). Tanah Sulfat Masam Potensial
di lahan basah juga mempunyai kendala jika digunakan sebagai media tanaman pangan. Adapun kendala dari tanah
Sulfat Masam Potensial adalah memiliki pH tanah rendah (tanah masam), miskin hara dan sumber kemasaman
yang berasal dari FeS2. Kendala ini yang menyebabkan kesuburan Ultisol dan tanah Sulfat Masam Potensial
menjadi rendah (Yenni, 2012).

Open Access 1
Pediyana et al / Acta Solum x (x), x-x (yearxxxx)

Tingginya kemasaman tanah dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Ketersediaan unsur hara
dipengaruhi oleh pH tanah (Utomo, 2016). Ketersediaan unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) saat pH
masam umumnya berstatus rendah, karena unsur hara makro terikat oleh unsur lain seperti unsur P yang akan
terikat oleh Fe dan Al. Semua kendala yang terdapat pada jenis Ultisol dan tanah Sulfat Masam Potensial dapat
diatasi dengan penerapan teknologi pengapuran, pemberian pupuk dasar N, P, dan K, pemberian air yang cukup
sesuai kebutuhan tanaman, serta memberikan bahan organik yang dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam
memegang air. Peningkatan kemampuan mengikat air ini dikarenakan bahan organik yang berperan dalam
pengisian pori-pori tanah, yang terbentuk karena agregasi tanah lebih baik. Pemberian bahan organik dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah melalui proses perombakan bahan organik. Selain itu bahan
organik memiliki kemampuan dalam menghelat Al dan Fe yang menjadi sumber kemasaman tanah (Saidy, 2018).
Pemanfaatan Ultisol dan tanah Sulfat Masam Potensial untuk tanaman pangan seperti tanaman pakcoy adalah
langkah yang bisa diambil agar ketersediaan sayuran di lahan kering dan lahan basah bisa tercukupi. Tanaman
pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang mana banyak digemari serta
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Tanaman pakcoy memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan salah
satunya adalah memperlancar pencernaan (La Sarido, 2017). Selain itu, tanaman ini juga memiliki beberapa
kandungan yang sangat memberikan banyak manfaat untuk kesehatan diantaranya adalah berupa protein 1,7%,
lemak, karbohidrat 3%, Ca, P, Fe, vitamin A, vitamin B dan juga vitamin C (Nusima dan Violita, 2020).
Keberhasilan menanam pakcoy di Ultisol dan tanah Sulfat Masam memerlukan input teknologi seperti
pengkapuran, pemupukan dan penambahan bahan organik. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan
ketersediaan unsur hara di dalam tanah melalui proses perombakan bahan organik. Selain itu bahan organik
memiliki kemampuan dalam menghelat Al dan Fe yang menjadi sumber kemasaman tanah (Saidy, 2018). Bahan
organik diberikan tentunya untuk menghelat Al yang menjadi sumber kemasaman di Ultisol dan mengkhelat Fe
yang menjadi sumber kemasaman di tanah Sulfat Masam Potensial. Bahan organik yang ditambahkan dapat berupa
pupuk kotoran sapi dan arang sekam. Keunggulan arang sekam yang dapat menjerap air dan unsur hara akan
berdampak positif dalam penggunaannya dengan pupuk kandang karena beberapa jenis unsur hara dalam pupuk
kandang yang mudah hilang dapat dijerap oleh arang sekam. Pemanfaat unsur oleh akar tanaman menjadi lebih
mudah, sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan organik (pupuk kotoran sapi
dan arang sekam padi) terhadap pH, Al-dd, Fe-larut serta pertumbuhan dan produksi pakcoy yang ditanam pada
Ultisol dan Sulfat Masam Potensial.

2. Bahan dan Metode


2.1. Lokasi Penelitian
Ultisol diambil di Kelurahan Cempaka Kecamatan Cempaka dan tanah Sulfat Masam Potensial diambil di desa
Sungai Rangas, Kecamatan Martapura Barat untuk, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Analisis
tanah dilakukan di Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu
jenis tanah: Ultisol (T1) dan Sulfat Masam Potensial (T2). Faktor kedua adalah pemberian bahan organik : A0=
kontrol ; A1= Pupuk kotoran sapi (3 t ha-1) ; A2= Pupuk kotoran sapi (6 t ha-1) ; A3= Arang sekam padi (3 t ha-1)
; A4= Arang sekam padi (6 t ha-1) ; A5= Pupuk kotoran sapi (1,5 t ha-1) dan arang sekam (1,5 t ha-1) ; A6= Pupuk
kotoran sapi (3 t ha-1) dan arang sekam (3 t ha-1) setiap perlakuan diulang sebnyak 3 kali.
2.2. Pelaksanaan Penelitian
Tanah yang diambil di lapangan dikeringudarakan, ditumbuk dengan ayakan berdiameter 2 mm dan
dimasukan ke dalam polibag sebanyak 1 kg. Setiap tanah di polybag diberikan perlakuan bahan organik sesuai
dengan perlakuan serta ditambahkan bahan kapur 3 t ha-1, pupuk dasar 200 kg ha-1 dan di inkubasikan selama 14
hari dalam keadaan kadar air 70% kapasitas lapang. Setelah masa inkubasi selesai, tanah diambil sebanyak 100 g
yang digunakan untuk analisa di Laboratorium. Penyemaian ditanam selama 14 hari dalam pot tray yang diisi
dengan 3-4 benih tanaman pakcoy (Brassica rapa L), bibit dipindahkan ke dalam media tanam percobaan setelah
masa semai 14 hst. Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman serta pencegahan hama dan penyakit tanaman.
Tanaman dipanen dengan cara mencabut sampai ke bagian akar pada umur 28 hst.
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pH tanah dengan metode Elektroda Glass (H2O 1:5), Al-
dd menggunakan titrasi metode KCl 1 N, Fe-larut menggunakan spektrofotometer dengan metode ekstrak
amonium asetat pH 4,8, tinggi tanaman, dan berat kering tanaman.

Open Access 2
Pediyana et al / Acta Solum x (x), x-x (yearxxxx)

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Nilai pH (H2O) tanah
Pemberian bahan organik berpengaruh sangat nyata terhadap pH Ultisol dan tanah Sulfat Masam Potensial.
Berdasarkan hasil uji nilai tengah menunjukkan bahwa Ultisol yang diberi perlakuan pupuk kotoran sapi 3 t ha-1
(T1A1), pupuk kotoran sapi 6 t ha-1 (T1A2), arang sekam padi 3 t ha-1 (T1A3), pupuk kotoran sapi 1,5 t ha-1+ arang
sekam padi 1,5 t ha-1 (T1A5) dan pupuk kotoran sapi 3 t ha -1 + arang sekam padi 3 t ha-1 (T1A6) menunjukkan
hasil tidak berbeda nyata (Gambar 1). Pemberian perlakuan pada Ultisol mampu meningkatkan pH tanah sampai
26% dari kontrol.
7,00 e
de de de de
6,50 d
pH-H2O Tanah

6,00
5,50 c
bc b bc bc bc bc
5,00
4,50 a
4,00
3,50
3,00

Perlakuan

Gambar 1. Nilai pH (H2O) tanah Ultisol (T1) dan Sulfat Masam Potensial (T2) dengan pemberian bahan organik
(A0: kontrol, A1: pupuk kotoran sapi 3 t ha-1, A2: pupuk kotoran sapi 6 t ha-1, A3: arang sekam padi 3 t ha-1, A4:
arang sekam padi 6 t ha-1, A5: pupuk kotoran sapi 1,5 t ha-1 + arang sekam padi 1,5 t ha-1, A6: pupuk kotoran
sapi 3 t ha-1 + arang sekam padi 3 t ha-1). Diagram batang yang diikuti huruf yang sama menunjukkan bahwa
pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT α 5%.

Ultisol di lahan kering dan Sulfat Masam Potensial di lahan basah merupakan tanah yang memiliki beberapa
sumber permasalahan yang sama. Diantaranya permasalahan tersebut adalah kemasaman yang tinggi. Rata-rata
pH Ultisol 4,73 (masam) dan pH tanah Sulfat Masam Potensial 4,14 (sangat masam) Gambar 1. Sumber
kemasaman pada Ultisol dan Sulfat Masam Potensial berasal dari Al dan Fe yang tinggi. Permasalahan kemasaman
tanah dan sumber kemasaman dapat diatasi dengan pemberian bahan organik berupa pupuk kotoran sapi dan arang
sekam padi.
Dekomposisi bahan organik menghasilkan senyawa organik yang mampu mengikat Al dan Fe serta
menghasilkan kation basa yang mampu meningkatkan pH tanah. Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan
pH tanah terjadi melalui oksidasi dari anion asam organik. Oksidasi anion asam organik mengkonsumsi ion H +
dan membebaskan ion OH-, sehingga pH tanah mengalami peningkatan (Saidy, 2018). Bahan organik memiliki
kemampuan untuk mengkhelat logam Fe dan Al. kemampuan itu tersebut terjadi karena molekul bahan organik
terjerap pada permukaan mineral liat dan oksidasi Al dan Fe melalui mekanisme jerapan. Dalam reaksi jerapan
dan kompleksasi (Gambar 2) kation multivalensi berfungsi sebagai jembatan penghubung antara muatan negatif
partikel-partikel liat dan bahan organik.

Gambar 2. Jembatan kation yang menghubungkan antara muatan negatif dari bahan organik (gugus karbosilat)
dan muatan negatif permukaan mineral liat (Mikutta et al. 2007 dalam Saidy, 2018)

Open Access 3
Pediyana et al / Acta Solum x (x), x-x (yearxxxx)

3.2. Nilai Al-dd Tanah


Pemberian bahan organik (pupuk kotoran sapi dan arang sekam padi) berpengaruh sangat nyata terhadap Al-
dd Ultisol dan tanah Sulfat Masam Potensial. Berdasarkan hasil uji nilai tengah menunjukkan bahwa Ultisol yang
diberi perlakuan pupuk kotoran sapi 6 t ha-1 (T1A2), arang sekam padi 3 t ha-1 (T1A3) menunjukkan penurunan
konsentrasi Al-dd yang paling banyak dibandingkan perlakuan lainnya (Gambar 3). Pemberian perlakuan pada
Ultisol mampu menurunkan konsentrasi Al-dd tanah sampai 69% dari kontrol.

Gambar 3. Nilai konsentrasi Al-dd tanah Ultisol (T1) dan Sulfat Masam Potensial (T2) dengan pemberian bahan
organik (A0: kontrol, A1: pupuk kotoran sapi 3 t ha-1, A2: pupuk kotoran sapi 6 t ha-1, A3: arang sekam padi 3 t
ha-1, A4: arang sekam padi 6 t ha-1, A5: pupuk kotoran sapi 1,5 t ha-1 + arang sekam padi 1,5 t ha-1, A6: pupuk
kotoran sapi 3 t ha-1 + arang sekam padi 3 t ha-1). Diagram batang yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda pada taraf uji DMRT α 5%.

Ultisol yang diberi perlakuan T1A2 dan T1A3 menunjukkan penurunan konsentrasi Al-dd yang paling
banyak dibandingkan perlakuan lainnya dan kedua perlakuan tersebut menunjukkan hasil yang sama. Pada
perlakuan tersebut pH tanah setelah pemberian bahan organik meningkat sebesar 6,26 (perlakuan T1A2) dan
sebesar 6,42 (perlakuan T1A3) dari kontrol. Peningkatan pH tanah disebabkan adanya pemberian bahan organik
yang mengandung bahan-bahan alkalis atau zat yang dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan keseimbangan pH. Bahan organik seperti pupuk kotoran sapi dan arang sekam padi dapat
menghasilkan senyawa alkalis yang dapat meningkatkan pH tanah.

3.3. Nilai Fe-larut Tanah


Pemberian bahan organik berpengaruh sangat nyata terhadap Fe-larut Ultisol dan tanah Sulfat Masam
Potensial. Berdasarkan hasil uji nilai tengah menunjukkan bahwa Ultisol yang diberi perlakuan penambahan arang
sekam padi 3 t ha-1 (T1A3), pupuk kotoran sapi 1,5 t ha-1+ arang sekam padi 1,5 t ha-1 (T1A5) dan pupuk kotoran
sapi 3 t ha-1+ arang sekam padi 3 t ha-1 (T1A6) menunjukkan hasil penurunan konsentrasi Fe-larut yang tidak
berbeda nyata (Gambar 4) . Pemberian perlakuan pada Ultisol dapat menurunkan Fe-larut tanah sampai 74% dari
kontrol. Tanah Sulfat Masam Potensial yang diberi perlakuan pupuk kotoran sapi 3 t ha-1 (T2A1), arang sekam
padi 3 t ha-1 (T2A3), pupuk kotoran sapi 3 t ha-1+ arang sekam padi 3 t ha-1 (T2A6) menghasilkan penurunan Fe-
larut yang berbeda nyata. Pemberian perlakuan pada tanah Sulfat Masam Potensial mampu menurunkan
konsentrasi Fe-larut tanah sampai 39% dari kontrol.

Open Access 4
Pediyana et al / Acta Solum x (x), x-x (yearxxxx)

Gambar 4. Nilai konsentrasi Fe-larut tanah Ultisol (T1) dan Sulfat Masam Potensial (T2) dengan pemberian
bahan organik (A0: kontrol, A1: pupuk kotoran sapi 3 t ha-1, A2: pupuk kotoran sapi 6 t ha-1, A3: arang sekam
padi 3 t ha-1, A4: arang sekam padi 6 t ha-1, A5: pupuk kotoran sapi 1,5 t ha-1 + arang sekam padi 1,5 t ha-1, A6:
pupuk kotoran sapi 3 t ha-1 + arang sekam padi 3 t ha-1). Diagram batang yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda pada taraf uji DMRT α 5%.

Penurunan konsentrasi Fe-larut dalam tanah disebabkan adanya pengikatan logam. Bahan organik dalam
pupuk kotoran sapi dan arang sekam padi mengandung senyawa organik seperti asam humat dan asam fulvik yang
memiliki kemampuan untuk mengikat ion logam seperti besi (Fe) (Hartati et al., 2012). Penambahan bahan organik
ke dalam tanah menyebabkan senyawa organik dapat berinteraksi dengan ion Fe yang terlarut dalam tanah,
membentuk kompleks organik yang stabil. Bahan organik memiliki peranan yang sangat nyata dalam mepengaruhi
konsentrasi Fe (Gao et al., 2002).

3.4. Tinggi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)


Pemberian bahan organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) dan
interaksi keduanya menunjukan berpengaruh nyata. Berdasarkan hasil uji nilai tengah menunjukan bahwa
pemberian bahan organik pupuk kotoran sapi 1,5 t ha-1+ arang sekam padi 1,5 t ha-1 (T1A5) pada Ultisol dan pada
tanah Sulfat Masam Potensial (T2A5) menunjukan hasil tinggi tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) yang sama
dengan pupuk kotoran sapi 3 t ha-1+ arang sekam padi 3 t ha-1 (T1A6) (Gambar 5).

Gambar 5. Tinggi tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) pada Ultisol (T1) dan Sulfat Masam Potensial (T2). (A0:
kontrol, A1: pupuk kotoran sapi 3 t ha-1, A2: pupuk kotoran sapi 6 t ha-1, A3: arang sekam padi 3 t ha-1, A4:
arang sekam padi 6 t ha-1, A5: pupuk kotoran sapi 1,5 t ha-1 + arang sekam padi 1,5 t ha-1, A6: pupuk kotoran
sapi 3 t ha-1 + arang sekam padi 3 t ha-1). Diagram batang yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda pada taraf uji α DMRT 5%.

Hasil pertumbuhan pakcoy yang baik dikarenakan kombinasi pemberian pupuk kotoran sapi dan arang sekam
padi mampu memberikan nutrisi dan memperbaiki kondisi tanah. Pupuk kotoran sapi menyediakan nutrisi organik
yang akan diserap oleh tanaman, sementara arang sekam padi membantu meningkatkan kualitas tanah untuk
Open Access 5
Pediyana et al / Acta Solum x (x), x-x (yearxxxx)

pertumbuhan akar dan aktivitas mikroorganisme yang mendukung pertumbuhan tanaman pakcoy (Pranataet al.,
2022).
Arang sekam padi memiliki permukaan oksida yang dapat menjerap ion NH4+ dan NO3-, sehingga mengurangi
kehilangan nitrogen di dalam tanah. Selain itu, permukaan hidrofobik arang sekam padi memiliki kemampuan
menjerap seperti ion logam berat Al3+ dan Fe3+. Arang sekam padi juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan
konsentrasi logam alkali oksida seperti Ca2+, Mg2+, dan K+ dalam tanah. Hal ini berarti arang sekam padi dapat
membantu dalam memperbaiki kondisi tanah yang mengandung logam berat atau kekurangan hara penting (Abel
et al., 2021). Arang sekam padi membantu meningkatkan retensi karbon dan nitrogen dalam tanah serta
memperbaiki sifat fisik dan kimiawi tanah (Herman dan Resigia, 2018). Sementara itu, pupuk kotoran sapi
memberikan sumber organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme tanah untuk menghasilkan nutrisi
tambahan dan memperbaiki struktur tanah.

3.5. Nilai berat kering tanaman pakcoy (Brassica rapa L.)


Hasil analisis ragam masing-masing perlakuan tanah dan bahan organik berpengaruh sangat nyata terhadap
tinggi tanaman pakcoy namun interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata. Hasil uji beda nilai tengah
menunjukkan bahwa berat kering tanaman pakcoy yang ditanam pada tanah Sulfat Masam Potensial lebih tinggi
dibandingkan yang ditanam di Ultisol (Gambar 6). Perlakuan faktor tunggal bahan organik menunjukkan bahwa
pemberian pupuk kotoran sapi 3 t ha-1 (A1), pupuk kotoran sapi 6 t ha-1 (A2), arang sekam padi 6 t ha-1 (A4),
pupuk kotoran sapi 1,5 t ha-1 + arang sekam padi 1,5 t ha-1 (A5), pupuk kotoran sapi 3 t ha-1 + arang sekam padi
3 t ha-1 (A6) menunjukkan hasil berat kering tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) yang tidak berbeda nyata
(Gambar 7).

Gambar 6. Pengaruh jenis media tanam Ultisol (T1) dan tanah Sulfat Masam Potensial (T2) terhadap berat
kering tanaman pakcoy (Brassica rapa L.). Diagram batang yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf uji DMRT α 5%

Open Access 6
Pediyana et al / Acta Solum x (x), x-x (yearxxxx)

1,00

Berat Kering Tanaman (g)


c c c
0,80 c
c
0,60
b
0,40 a
0,20
0,00
A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6
Perlakuan

Gambar 7. Pengaruh bahan organik (A0: kontrol, A1: pupuk kotoran sapi 3 t ha -1, A2: pupuk kotoran sapi 6 t ha-
1
, A3: arang sekam padi 3 t ha-1, A4: arang sekam padi 6 t ha-1, A5: pupuk kotoran sapi 1,5 t ha-1 + arang sekam
padi 1,5 t ha-1, A6: pupuk kotoran sapi 3 t ha-1 + arang sekam padi 3 t ha-1) terhadap berat kering tanaman pakcoy
(Brassica rapa L.). Digram batang yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda pada taraf uji
DMRT α 5%.

Berat kering tanaman pakcoy dapat mencerminkan pertumbuhan tanaman tersebut terhadap serapan unsur
hara yang diserap tanaman persatuan bobot biomassa yang dihasilkan. Semakin baik pertumbuhan tanaman dan
ketersediaan nutrisi yang memadai, maka semakin besar berat kering tanaman yang dihasilkan (Jayanti, 2020).
Berat kering tanaman pakcoy (yang ditanam pada tanah Sulfat Masam Potensial lebih tinggi dibandingkan yang
ditanam di Ultisol (Gambar 6). Hal ini disebabkan karena beberapa kandungan unsur hara tanah Sulfat Masam
Potensial lebih tinggi dibandingkan Ultisol.

4. Kesimpulan
Perlakuan kombinasi bahan organik kotoran sapi dan arang sekam padi dapat meningkatkan pH tanah dan
menurunkan Fe-larut pada Ultisol dan tanah Sulfat Masam Potensial. Perlakuan kombinasi bahan organik kotoran
sapi dan arang sekam padi dapat menurunkan konsentrasi Al-dd pada Ultisol, namun tidak pada tanah Sulfat
Masam Potensial. Pemberian kombinasi bahan organik berupa kotoran sapi dan arang sekam padi dapat
meninggkatkan pertumbuhan (tinggi tanaman) dan produksi (berat kering) tanaman pakcoy (Brassica rapa L.)
yang ditanam di Ultisol dan tanah Sulfat Masam Potensial.

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih juga kepada seluruh keluarga besar saya, terutama kedua orang tua tercinta teman Ilmu
Tanah angkatan 2018 yang telah memberikan rasa semangat, motivasi dan doa selama proses penulisan
berlangsung.

Daftar Pustaka
Abel, G., Suntari, R., Citraresmini, A. 2021. Pengaruh Biochar Sekam Padi dan Kompos terhadap C-Organik, N-
Total, C/N Tanah, Serapan N dan Pertumbuhan Tanaman Jagung di Ultisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan, 8(2), 451–460. https://doi.org/10.21776/ub.jtsl.2021.008.2.166

Gao, S., K.K. Tanji., Scardaci. 2002. Comparison Of Redox Indicators In a Paddy Soil During Rice-Growing
Season. Soil Science Society of America Journal, 66, 805–817. https://media.neliti.com/media/publicationss

Hartati, S., Widijanto, H., Fitriyanti, A. Y. 2012. Kajian Pemberian Macam Bahan Organik Terhadap Aktivitas
Pengikatan Al, Fe dan Serapan P Jagung Manis (Zea mays saccharata Strurt.) pada Andisol. Jurnal Ilmu
Tanah Dan Agroklimatologi, 9(1), 23–38.

Herman, W., Resigia, E. 2018. Jerami Padi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa) pada Tanah
Ordo Ultisol. Jurnal Ilmiah Pertanian, 15(1), 42–50.

Open Access 7
Pediyana et al / Acta Solum x (x), x-x (yearxxxx)

Jayanti, K. D. 2020. Pengaruh Berbagai Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa L.). Jurnal Bioindustri, 3(1), 580–588. https://doi.org/10.31326/jbio.v3i1.828

La Sarido. 2017. Uji Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) dengan Pemberian Pupuk
Organik Cair pada System Hidroponik. Jurnal Agrifor, Volume XVl, 69–72.
http://media.neliti.com/media/publications/54602-ID-none.pdf

Nusima, S.D., Violita, V. 2020. Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Berbasis Nutrisi Hidroponik Urin Sapi (Bos
Taurus) pada Tanaman Pakcoy (Brassica chinesis L.). Jurnal Serambi Biologi 5 (2): 59–66.
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/bio/article/download/5959/42555

Pranata, K. A., Madrini, I. A. G. B., Tika, I. W. 2022. Efek Penambahan Kotoran Sapi terhadap Kualitas Kompos
pada Pengomposan Batang Pisang. Biosistem dan Tekhnik Pertanian, 10 (1).

Rama, R., Nurliza, N., Dolorosa, E. 2016. Analisis Risiko Produksi Usaha Tani Padi Lahan Basah dan Lahan
Kering di Kabupaten Melawi. Vol 05 (01): 169–76.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jsea/article/view/150622

Saidy, A. R. 2018. Bahan Organik Tanah. Universitas Lambung Mangkurat. http://eprints.ulm.ac.id/8805/1/01.


Buku - AkhmadRSaidy %282018%29 - BAHAN ORGANIK TANAH_ Klasifikasi%2C Fungsi dan Metode
Studi %28Turnitin%29.pdf

Suharta, N. 2010. Karakteristik dan Permasalahan Tanah Marginal dari Batuan Sedimen Masam di Kalimantan.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29 (4): 139–146.
https://doi.org/10.21082/jp3.v29n4.2010.p139-1466.

Utomo, M. 2016. Ilmu Tanah dan Dasar-Dasar Pengelolaan. Prenadamedia Group.

Yenni. 2012. Ameliorasi Tanah Sulfat Masam Potensial untuk Budidaya Tanaman Bawang Merah (Allium
ascalonicum L .). Jurnal Lahan Optimal, Vol. 1, No. 1 : 40-49. https://docplayer.info/47681973-Ameliorasi-
tanah-sulfat-masam-potensial-untuk-budidaya-tanaman-bawang-merah-allium-ascalonicum-htmll

Open Access 8

You might also like