Finka Bella Palit, Henny Lieke Rampe, Marhaenus Rumondor: Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

INTENSITAS SERANGAN AKIBAT HAMA PEMAKAN DAUN SETELAH

APLIKASI EKSTRAK DAUN KIRINYUH (Chromolaena odorata) PADA


TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.)

Finka Bella Palit 1), Henny Lieke Rampe1), Marhaenus Rumondor 1)


1)
Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail : [email protected]; [email protected] ;
[email protected]

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi intensitas serangan akibat hama pemakan daun
setelah aplikasi ekstrak daun kirinyuh pada tanaman sawi. Penelitian ini dilaksanakan di lahan
percobaan di Kelurahan Lansot Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon pada bulan
Desember 2018 – Februari 2019. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
yang terdiri dari 4 perlakuan konsentrasi ekstrak daun kirinyuh yaitu K0 (kontrol) = 0 g/L air, K1
= 100 g/L air, K2 = 200 g/L air, dan K3 = 300 g/L air. Intensitas serangan diamati berdasarkan luas
area daun yang dirusak oleh hama pemakan daun pada daun sawi setelah aplikasi ekstrak daun
krinyuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kirinyuh berpengaruh
nyata terhadap intensitas serangan pada tanaman sawi dan konsentrasi ekstrak daun kirinyuh yang
dapat menekan serangan hama pemakan daun yaitu yang tertinggi pada perlakuan K3 (300 g/L
air).
Kata kunci: Tanaman sawi (Brassica juncea L.), intensitas serangan, tumbuhan kirinyuh
(Chromolaena odorata)

THE ATTACK INTENSITY DUE TO LEAF-EATING PESTS AFTER


APPLICATION OF KIRINYUH (Chromolaena odorata L.) LEAF EXTRACT ON
MUSTARD GREEN (Brassica juncea L.)

ABSTRACT
This study aimed to evaluate the intensity of the attack due to leaf-eating pests after the
application of kirinyuh leaf extract on mustard greens. This research was carried out on
experimental fiel in Lansot Sub-District, South Tomohon District, Tomohon City in December
2018-February 2019. This study was used a completely randomized design consisting of 4
treatments of kirinyuh leaf extract concentration, namely K0 (control) = 0 g / L water, K1 = 100 g /
L water, K2 = 200 g / L water, and K3 = 300 g / L water. The intensity of the attack was observed
based on the area of leaf damaged by pest. The results showed that the application of kirinyuh leaf
extract significantly affected the intensity of attacks on mustard greens and the concentration of
kirinyuh leaf extract which was able to suppress leaf-eating pests which was the highest in the K3
treatment (300 g/L water).
Keywords: Mustard greens (Brassica juncea L.), intensity of attack, Kirinyuh
(Chromolaena odorata)

Article History:
Received: July 11, 2019 Accepted: July 24, 2019 Published: July 25, 2019

PENDAHULUAN (Rukmana, 2007). Tanaman sawi tergolong


dalam tanaman yang toleran terhadap suhu
Tanaman sawi merupakan tanaman tinggi (panas). Kebutuhan tanaman sawi
yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sebagai sumber zat gizi semakin meningkat
termasuk dalam suku Brassicaceae, banyak dikalangan masyarakat, seiring dengan
ditanam di dataran rendah maupun tinggi meningkatnya jumlah penduduk saat ini

E-ISSN: 2540-9840; P-ISSN: 1412-3770


https://doi.org/10.35799/jis.19.2.2019.23894
100 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 19 No. 2, Oktober 2019

(Rukmana, 2002). tanaman seperti jamur Pyricularia grisea,


Berdasarkan data Anonim (2014), Fusarium oxysporum dan Phytophthora
produksi sawi di Indonesia dari tahun 2011 – nicotiana (Santosh dan Gouri, 2010).
2013 mengalami peningkatan. Produksi sawi Hama pemakan daun yang
tahun 2011 yaitu 580.969 ton, tahun 2012 menyerang tanaman hortikultura sangat
yaitu 594.911 ton, dan tahun 2013 yaitu bervariasi bergantung dari jenis spesies dan
635.728 ton. Produksi sawi pada tahun 2014 faktor abiotik, demikian juga untuk hama
mengalami penurunan yaitu 602.648 ton. tanaman sawi. Aplikasi pestisida nabati akan
Penurunan hasil produksi salah satunya mempengaruhi perkembangan hama
disebabkan oleh gangguan Organisme pemakan daun termasuk tingkat serangannya.
Pengganggu Tanaman (OPT) berupa hama Penelitian ini akan mengkaji intensitas
(Fajri et al., 2017). Berdasarkan data Anonim serangan hama pemakan daun setelah
(2016) di Sulawesi Utara, produksi sawi aplikasi ekstrak daun kirinuh pada tanaman
pada tahun 2014 – 2016 mengalami sawi. Penelitian ini bertujuan untuk
peningkatan. Pada tahun 2014 yaitu 64.394 mengevaluasi intensitas serangan akibat
ton, tahun 2015 yaitu 162.574 ton, dan tahun hama pemakan daun setelah aplikasi ekstrak
2016 yaitu 282.616 ton. daun kirinyuh (Chromolaena odorata) pada
Pengendalian OPT umumnya tanaman sawi (Brassica juncea)
dilakukan dengan menggunakan pestisida
sintetik (kimia). Penggunaan pestisida
BAHAN DAN METODE
sintetik dianggap lebih efektif, praktis dan
dari segi ekonomi lebih menguntungkan.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat
memberi dampak negatif bagi kehidupan Penelitian dilaksanakan di lahan
baik tanaman, hewan, maupun manusia. percobaan di Kelurahan Lansot Kecamatan
Dampak negatif penggunaan pestisida Tomohon Selatan Kota Tomohon dan
sintetik berupa polusi lingkungan berupa dilaksanakan pada bulan Desember 2018 –
kontaminasi pada tanah, air, dan udara, Februari 2019.
serangga hama menjadi resisten, resurgensi
dan toleran terhadap pestisida, serta dampak Metode Penelitian
negatif lainnya. Salah satu cara menekan
Penelitian ini menggunakan
OPT dalam budidaya tanaman sayuran
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
dilakukan dengan menggunakan pestisida
terdiri dari empat perlakuan konsentrasi
nabati (Kardinan, 2011).
ekstrak daun kirinyuh sebagai berikut : K0
Pestisida nabati merupakan suatu
(kontrol) = 0 g/L air, K1 = 100 g/L air, K2 =
pestisida yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan
200 g/L air, dan K3 = 300 g/L air, masing-
yang residunya mudah terurai di alam
masing perlakuan diulang tiga kali.
(Samsudin, 2008). Pestisida nabati tergolong
dalam metabolit sekunder. Pestisida nabati
Persiapan media tanam dan penyemaian
juga segolongan dengan insektisida nabati
benih sawi
(Pandiangan, 2009). Tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai pestisida nabati antara lain Dibuat 12 bedengan dengan ukuran
tembakau, mimba, mindi, mahoni, srikaya, panjang 100 cm dan lebar 50 cm. Selanjutnya
sirsak, tuba, dan juga berbagai jenis gulma penentuan perlakuan berdasarkan undian
seperti babadotan dan kirinyuh (Samsudin, pada bedengan. Setiap bedengan dibuat
2008). delapan lubang tanam dengan jarak antara
Kirinyuh termasuk dalam suku lubang tanam 25 cm. Benih sawi hijau jenis
Asteraceae merupakan gulma padang espana yang diperoleh dari toko benih
rumput yang penyebarannya sangat luas di direndam dalam air selama satu jam dan
Indonesia (Thamrin et al., 2013). Kirinyuh selanjutnya disemai dibedengan yang telah
mengandung senyawa metabolit sekunder dipersiapkan sebanyak lima benih per lubang
yaitu alkohol, flavanon, flavos, khalkon, tanam, kemudian disiram dengan air.
asam aromatik dan minyak esensial. Minyak
esensial dari daun diduga dapat menekan
pertumbuhan beberapa jamur pathogen
Palit, Ramped an Rumondor: Intensitas Serangan Akibat ………… 101

Penjarangan Benih 𝑎
P= x 100%
𝑏
Bibit sawi yang sudah berumur 14 Dimana:
HST (Hari Sesudah Tanam) atau berdaun dua P = Intensitas serangan
helai, dilakukan penjarangan yaitu dengan a = Luas daun yang diserang
cara mencabut benih yang tumbuh dan b = Luas daun yang tanaman yang diamati
menyisakan satu tanaman per lubang tanam
(Samadi, 2017). Untuk menentukan intensitas
serangan digunakan kertas millimeter block,
Pemeliharaan Tanaman Sawi pengamatan dilakuan saat tanaman berumur
42 HST. Untuk mengetahui skala tiap
Pemeliharaan tanaman sawi yaitu
kategori serangan dapat dilihat pada tabel 1.
dengan melakukan penyiraman tanaman,
penyiangan gulma (rumput) dan pemberian
Tabel 1. Penentuan skala tiap kategori
pupuk. Untuk pemupukkan pada tiap bedeng
serangan
diberi pupuk urea 32 g, TSP 24 g, dan KCl
Nilai Presentasi Kategori
16 g. Pemupukkan dilakukan pada saat
Skala Serangan
tanaman sawi berumur 14 HST dan 28 HST. 0 - Normal

Pembuatan Ekstrak Daun Kirinyuh 1 >0 – 25 Ringan


2 >25 – 50 Sedang
Daun kirinyuh diambil dari
Kelurahan Uner Kecamatan Kawangkoan, 3 >50 – 75 Berat
daun kirinyuh yang diambil adalah bagian 4 >75 Sangat berat
daun yang mulai membesar, kemudian daun
dicuci bersih, lalu dikering-anginkan. Untuk
perlakuan (K1) yaitu sebanyak 100 g daun
kirinyuh dipotong sekitar 2 cm, kemudian
Analisis Data
ditambahkan aquades secukupnya, lalu
diblender. Setelah halus kemudian disaring, Data yang diperoleh dianalisis
ampas selanjutnya diblender dan disaring dengan uji Analisis varians (ANAVA), dan
kembali sampai tersisa serat-serat tumbuhan. dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil
Supernatan kemudian digenapkan menjadi 1 (BNT) pada taraf 0,05 (Hanafiah, 2004).
L dengan air. Untuk K2 dan K3 prosedurnya
sama hanya berat daunnya yang berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu K2 sebanyak 200 g, dan K3 sebanyak
300 g daun kirinyuh.
Data rerata intensitas serangan
tanaman sawi dari setiap ulangan ditunjukkan
Aplikasi Ekstrak
pada Tabel 2.
Aplikasi ekstrak daun kirinyuh sesuai
perlakuan dengan cara menyemprotkan Tabel 2. Rerata Intensitas Serangan Hama
konsentrasi ekstrak yang telah disiapkan pada Pemakan Daun pada Tanaman Sawi
Perla- Ulangan Juml- Rerata
semua permukaan bagian tubuh tanaman. kuan ah (%)
Aplikasi ekstrak dilakukan setiap 10 hari 1 2 3
yaitu pada saat tanaman berumur 16 HST, 26 K0 6,74 6,43 6,51 19,68 6,56 ±0,16
HST dan 36 HST. K1 4,22 4,49 4,52 13,23 4,41 ±0,16

K2 2,01 1,78 1,92 5,71 1,90 ±0,12


Pengamatan
K3 0,46 0,53 0,52 1,51 0,50 ±0,04
Parameter yang diamati adalah
menghitung intensitas serangan akibat hama
pemakan daun yaitu dengan menggunakan Berdasarkan Tabel 2, diperoleh nilai
rumus yang dikemukakan oleh Natawigena rerata intensitas serangan yang paling tinggi
(1982) yang telah dimodifikasi adalah pada perlakuan K0 (kontrol) yaitu
sebagai berikut : (6,560,16)% dan yang paling rendah pada
perlakuan K3 yaitu (0,500,04)%. Hal ini
102 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 19 No. 2, Oktober 2019

menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin banyak sehingga menyebabkan


konsentrasi ekstrak daun kirinyuh, maka tingkat kerusakan daun berkurang. Sejalan
tingkat kerusakan daun pada tanaman sawi dengan Prijono (1999) dalam Yunia (2006)
semakin rendah. menyatakan bahwa semakin tinggi dosis
yang digunakan, maka kandungan bahan
Tabel 3. Hasil Analisis Varian Intensitas dalam larutan juga lebih banyak sehingga
Serangan Hama Pemakan Daun pada Tanaman daya racun dari pestisida nabati semakin
Sawi tinggi. Asikin (2016) berpendapat bahwa
SK DB JK KT F F
Hitung 0,05
kandungan yang dimiliki oleh ekstrak
Perlakuan 3 64,87 21,62 1201,11* 4,07 tumbuhan kirinyuh adalah terpenoid, tanin,
saponin dan seskuiterpen. Senyawa –
Galat 8 0,15 0,018
senyawa fenol, triterpenoid, alkaloid dan
Total 11 65,02 steroid yang terdapat pada tumbuhan
Ket * berbeda nyata pada taraf nyata 5%
merupakan bahan aktif sebagai pengendali
hama. Senyawa tersebut menyebabkan
Berdasarkan Tabel 3, diperoleh nilai adanya aktifitas biologi yang khas seperti
F hitung yaitu 1201,11 lebih besar dari nilai toksik menghambat makan, antiparasit, dan
F tabel(5%) yaitu 4,07, menunjukkan bahwa pestisida.
pemberian ekstrak daun kirinyuh Hama yang ditemukan selama
berpengaruh nyata terhadap intensitas penelitian yaitu ulat tritip (Plutella xylostella)
serangan hama pemakan daun pada tanaman dan ulat grayak (Spodoptera litura) dapat
sawi. dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Hama
Berdasarkan data pada Tabel 4, ini ditemukan pada pengamatan saat tanaman
antara perlakuan K0-K1, K0-K2, K0-K3 , K1- berumur 14 HST (hari sesudah tanam). Ulat
K2, K1-K3, dan K2-K3 berbeda nyata pada tritip dan ulat grayak menyerang tanaman
taraf uji 0,05 dengan nilai BNT > 0,253. sawi dengan cara memakan daun hingga
daun tampak berlubang (Gambar 3).
Tabel 4. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Perlakuan Rerata Notasi BNT
0,05 (=0.25)
K0 6,56 a

K1 4,41 b
K2 1,90 c

K3 0,50 d Gambar 1. Ulat tritip Gambar 2. Ulat grayak


(Plutella xylostella) (Spodoptera litura)
Ket. Huruf yang berbeda dalam satu kolom
menunjukkan berbeda nyata pada taraf nyata 5%

Kirinyuh adalah gulma berbentuk


semak berkayu yang dapat berkembang cepat
sehingga sulit dikendalikan. Gulma ini dapat
dijadikan sebagai insektisida nabati karena
mengandung senyawa metabolit sekunder
salah satunya adalah Pryrolizidine alkaloids Gambar 3. Daun yang
diserang hama
yang bersifat racun terhadap serangga
(Thamrin, et al. 2013). Data hasil penelitian
Frastika (2017) menunjukkan bahwa ekstrak
daun kirinyuh mengandung senyawa Pyrolizidine alkaloids termasuk
metabolit sekunder yaitu saponin, tannin, alkaloida golongan metabolit sekunder
flavonoid, alkaloid, dan fenolik. (Pandiangan, 2009). Pyrolizidine alkaloids
Hasil pengujian penggunaan ekstrak merupakan senyawa kimia aktif yang
daun kirinyuh Tabel 1, diperoleh semakin terkandung dalam tumbuhan kirinyuh dan
tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin memiliki sifat toksik, sebagai penghambat
rendah intensitas serangan hama pada makan dan insektisida bagi serangga
tanaman sawi. Hal ini karena senyawa kimia (Febrianti dan Rahayu, 2012 dalam
yang terkandung dalam ekstrak kirinyuh Maheswari, 2018). Menurut Cahyadi (2009)
Palit, Ramped an Rumondor: Intensitas Serangan Akibat ………… 103

senyawa alkaloid dan flavonoid dapat terhadap perkembangan dan aktivitas


bertindak sebagai racun perut. Oleh karena serangga hama. Hujan lebat akan
itu, bila senyawa alkaloid dan flavonoid menghanyutkan sebagian besar dari populasi
tersebut masuk ke dalam tubuh larva maka serangga kecil dan lemah seperti kutu-kutu
alat pencernaannya akan terganggu. Selain daun.
itu, senyawa tersebut menghambat reseptor
perasa pada daerah mulut larva,
KESIMPULAN DAN SARAN
mengakibatkan larva gagal mendapatkan
stimulus rasa sehingga tidak mampu
Kesimpulan
mengenali makanannya sehingga larva mati
kelaparan. Menurut Sulistiyono (2004) dan
Pemberian ekstrak daun kirinyuh
Prabowo (2010) racun perut akan
mempengaruhi metabolisme larva, racun berpengaruh nyata terhadap intensitas
akan masuk ke dalam tubuh dan diedarkan serangan akibat hama pemakan daun setelah
bersama darah. Racun yang terbawa darah aplikasi ekstrak daun kirinyuh pada tanaman
akan mempengaruhi sistem saraf larva dan sawi dan Kosentrasi ekstrak daun kirinyuh
kemudian akan menimbulkan kematian. yang dapat menekan serangan hama pemakan
Tanin berperan sebagai pertahanan daun yaitu konsentrasi tertinggi pada
tanaman terhadap serangga dengan cara perlakuan K3 (300 g/L air).
menghalangi serangga dalam mencerna
makanan. Tanin dapat mengganggu serangga Saran
dalam mencerna makanan karena tanin akan Perlu dilakukan penelitian lanjutan
mengikat protein dalam sistem pencernaan dari ekstrak daun kirinyuh untuk melihat
menjadi terganggu. Selain itu tanin memiliki manfaat atau potensi lain dari daun kirinyuh
rasa pahit sehingga dapat menyebabkan selain berperan sebagai insektisida nabati.
mekanisme penghambatan makan pada
hewan uji akan kelaparan dan akhirnya mati.
(Yunita et al., 2009). DAFTAR PUSTAKA
Seskuiterpenoid merupakan senyawa
bioaktif yang mampu merusak sistem saraf Anonim. 2014. Statistik Produksi
pada serangga. Masuknya senyawa tersebut Hortikultura Tahun 2014. Badan
diketahui dapat menghambat bekerjanya Pusat Statistik, Jakarta.
enzim asetil-kolinesterase sehingga Anonim. 2016. Produksi Tanaman Sayuran
menyebabkan mortalitas pada rayap (Hadi, dan Buah-buahan Semusim 2016 di
2008). Hal tersebut mengakibatkan otot Sulawesi Utara.
kejang, terjadi kelumpuhan dan berakhir https://sulut.bps.go.id/dynamictable
dengan kematian. Kemungkinan /2017/05/09/124/luas-panen-
seskuiterpenoid yang terkandung dalam produksi-dan-hasil-per-hektar-
ekstrak etanol daun kirinyuh juga dapat tanaman-sayuran-dan-buah-buahan-
menyebabkan mortalitas pada wereng coklat semusim-2015.html [ 1 November
(Asikin, 2016). 2018].
Berdasarkan kategori serangan hama
pemakan daun menurut Natawigena (1982) Asikin, S. 2016. Dua Jenis Gulma sebagai
pada tabel 2, hasil penelitian menunjukkan Pestisida Nabati terhadap Ulat Krop
bahwa intensitas serangan yang terjadi pada Kubis (Crocidolomia pavartata).
4 perlakuan yaitu K0 (Kontrol), K1, K2 dan Prosiding Seminar Nasional Inovasi
K3 mengalami rusak ringan dengan Teknologi Pertanian ; Banjarbaru, 20
presentasi yang tidak terlalu jauh berbeda Juli 2016. Hlm 880 - 892.
untuk masing-masing perlakuan. Kategori Cahyadi, R. 2009. Uji Toksitas Akut Ekstrak
serangan ringan karena disebabkan selama Etanol Buah Pare (Momordica
penelitian adalah musim penghujan dimana charantia L.) Terhadap Larva
hal tersebut rentan terhadap serangan hama Artemia Salina Leach dengan Metode
dan penyakit. Sesuai dengan pernyataan Brine Shrimp Lethality Test (BST)
Marwoto dan Indiati (2009) yang [Skripsi]. Universitas Diponegoro,
menyatakan bahwa hujan berpengaruh Semarang.
104 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 19 No. 2, Oktober 2019

Fajri, L., H. Tuti ., dan Hilda. 2017. Rukmana, R. 2002. Bertanam Kubis.
Pengendalian Hama Ulat Kanisius, Yogyakarta.
menggunakan Larutan Daun Pepaya
Rukmana,R. 2007. Bertanam Petsai dan
dalam Peningkatan Produksi Sawi
Sawi. Kanisius, Yogyakarta.
(Brassica juncea L.). Jurnal
Agroekoteknologi 4 (1) : 69 – 76. Samadi, B. 2017. Teknik Budidaya Sawi dan
Pak Choy. Pustaka Mina, Depok
Frastika, D., Ramadhanil., dan Suwastika.
Timur.
2017. Uji Efektivitas Ekstrak Daun
Kirinyuh (Chromolaena odorata) Samsudin. 2008. Pengendalian Hama dengan
sebagai Herbisida Alami terhadap Insektisida Botani. Lembaga
Perkecambahan Biji Kacang Hijau Pertanian Sehat.
(Vigna radiata) dan Biji Karuile www.pertaniansehat.or.id. [1
(Mimosa invisa). Jurnal of Science November 2018].
and Techonology 6 (3) : 225 – 238. Santosh, dan Gouri. 2010. Qualitative
Hadi, M. 2008. Pembuatan Kertas Anti Phytochemical Analysis and
Rayap Ramah Lingkungan dengan Investigation of Anthelmintic and
Memanfaatkan Ekstrak Daun Wound Healing Potentials of Various
Kirinyuh (Eupatorium odoratum). Extracts of Chromolaena odorata
BIOMA 6 (2) : 12 - 18. linn. Collected From The Locality of
Hanafiah, A.K. 2004. Rancangan Percobaan, Mohuda Village, Berhampur (South
Edisi Ketiga. Raja Grafindo Persada, orissa). International Journal of
Jakarta. Pharmaceutical Sciences Review and
Research 1 (2) : 122 - 126.
Kardinan, A. 2011. Penggunaan Pestisida
Nabati sebagai Kearifan Lokal dalam Sulistiyono, L. 2004. Dilema Penggunaan
Pengendalian Hama dan Tanaman Pestisida dalam Sistem Pertanian
Menuju Sistem Pertanian Organik. Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Jurnal Pengembangan Inovasi Makalah Pengantar ke Falsafah
Pertanian 4 (4) : 262 – 278. Sains. Sekolah Pascasarjana, IPB
Bogor, Bogor.
Maheswari, P., I. N. Wijaya., dan M.
Sritamin. 2018. Uji Efektivitas Thamrin, M. S., Asikin., dan M. Willis.
Beberapa Jenis Ekstrak Daun 2013. Tumbuhan Kirinyuh
Tanaman terhadap Perkembangan Chromolaena Odorata (L)
Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella (Asteraceae: Asterales) sebagai
L.) di Laboratorium. Jurnal Insektisida Nabati untuk
Agroekoteknologi 7 (3) : 392 – 399. mengendalikan Ulat Grayak
Marwarto dan S. W. Indiati. 2009. Spodoptera Litura. Jurnal Litbang
Pengendalian Hama Kedelai pada Era Pertanian 32 (3): 112 - 121.
Perubahan Iklim Global. IPTEK Yunia, N. 2006. Aktivitas Insektisida
tanaman pangan 4 (1) : 94 – 103. Campuran Ekstrak Empat Jenis
Natawigena. 1982. Pestisida dan Tumbuhan terhadap Larva
Kegunaannya. Universitas Crocidoloma pavonana F.
Padjajaran, Bandung. (Lipedoptera : Pyralidae) [Skripsi].
IPB, Bogor.
Pandiangan, D. 2009. Produksi Metabolit
Sekunder Alkaloid Secara in vitro. Yunita, E.A., Nanik dan N. H. Jafron. 2009.
UNPAD Press, Bandung. Pengaruh Ekstrak Daun Tekelan
(Eupatorium riparium) terhadap
Prabowo, H. 2010. Pengaruh Ekstrak Bunga
Mortalitas dan Perkembangan Larva
Oleander (Nerium oleander L.)
Aedes aegypti. BIOMA 2 (1) : 11 –
terhadap Mortalitas Hama Tanaman
17.
Jarak Pagar (Selenothrips
rubrociuctus Giard). Makalah
Seminar Nasional Biologi. Fakultas
Biologi, UGM.

You might also like