Enfit - Crante,+01 - Kotambunan+dkk - 1-9 (Ekstrak Serai 40%)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal ENFiT, Desember 2019, Vol.1 No.

1: 1-9

Media Online ISSN 2716-0564


https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/enfit Desember 2019, Vol.1 No.1: 1-9

ENFiT
Jurnal Entomologi dan Fitopatologi
www.unsrat.ac.id

Efektivitas Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus) sebagai Insektisida Nabati


untuk Pengendalian Larva Crocidolomia pavonana Zell. pada Tanaman Kubis
Effectiveness of Fragrant Lemongrass Extract (Cymbopogon nardus) as a Vegetable
Insecticide for the Control of Crocidolomia pavonana Zell. Larvae in Cabbage Plants
1) 2) 2)
Oldi F. Kotambunan , Christina L. Salaki , D. Tarore
1)
Mahasiswa Program Studi Entomologi Pascasarjana Unsrat Manado
2)
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unsrat Manado

ARTIKEL INFO ABSTRACT


One of the pests that attack cabbage plants is Crocidolomia
Keywords:
pavonana Zell. As an agrarian country, Indonesia has various
Effectiveness of Citronella Extract,
types of plants that can be used as plant-based insecticides.
Crocidolomia pavonana, Cabbage.
Fragrant lemongrass plants (Cymbopogon nardus) is one type
of plant that can be used as a vegetable insecticide. This study
Diterima : Oktober 2019
aims to analyze the mortality of C. Pavonana larvae. and know
Disetujui : Desember 2019
the effectiveness of C. nardus extract in controlling C.
Penulis Korespondensi :
Pavonana larvae. . The research was conducted at the Center
Email: [email protected] for the Protection and Testing of Food Crops and Horticulture in
North Sulawesi Province, for 6 (six) months from November to
May 2019. Using a Completely Randomized Design (CRD) with
5 treatments and 4 replications and 1 control as a comparison.
The research process includes preparation of tools and
materials, propagation of test insects, planting cabbage as feed,
extraction processes and so on. The results showed that C.
nardus extract was effective in controlling C. Pavonana larvae.
The highest percentage of mortality (mortality) was at a
treatment concentration of 40% with a mortality rate of 93,3%
on the third day of observation. analysis of variance shows that
the use of fragrant lemongrass (C. nardus) has a very
significant effect on mortality of C. pavonana larvae.

PENDAHULUAN memperlancar buang air besar (Pracaya, 2009).


Kubis (Brassica olaracea var. capitata L) Vitamin yang terkandung dalam kubis di
adalah jenis sayuran yang mempunyai peran antaranya adalah vitamin C, B1, B2, dan
penting bagi kesehatan, karena kubis provitamin A.
mengandung mineral dan vitamin yang sangat Di Indonesia produksi kubis meningkat dari
dibutuhkan tubuh manusia. Mineral yang 1,358,113 ton pada tahun 2009 menjadi
terkandung dalam kubis antara lain adalah 1,384,656 ton pada tahun 2010, sedangkan
kalsium, besi, fosfor, dan sulfur (Setiawan, 2011). produktivitas naik dari 20.03 ton/ha pada 2009
Sebagai sayur, kubis dapat membantu menjadi 20.55 ton/ha pada 2014. Selain untuk
pencernaan, menetralkan zat-zat asam, dan kebutuhan konsumsi domestik, produksi sayuran

1
Kotambunan, dkk: Efektivitas Ekstrak Serai Wangi …

kubis ini juga diekspor ke negara tetangga gagal membentuk krop. Apabila bagian tengah
seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei tanaman kubis telah hancur maka larva pindah
Darussalam (Anonim, 2013a). Provinsi Sulawesi ke bagian ujung daun dan kemudian turun ke
Utara merupakan salah satu provinsi yang daun yang lebih tua. Kebanyakan tanaman yang
memiliki luas pertanaman sayur yang sangat terserang akan hancur seluruhnya jika ulat krop
besar di kawasan Indonesia bagian timur. ini tidak dapat dikendalikan (Sastrosiswojo dan
Produksi kubis untuk Provinsi Sulawesi Utara Setiawati, 1994).
dari tahun 2011 sampai tahun 2013 adalah Berbagai upaya pengendalian telah
20,832 ton tahun 2011, 21,560 ton tahun 2012 dilakukan namun belum dapat mengatasi
dan 30,952 ton tahun 2013 (Anonim, 2014). masalah hama. Pengendalian secara kimia
Modoinding merupakan salah satu sentra merupakan primadona bagi petani untuk
penamanan sayur-sayuran di Kabupaten menyelamatkan tanaman dari serangan hama.
Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Pengendalian hama kubis di tingkat petani pada
Selain kubis, jenis tanaman sayuran yang umum beberapa daerah umumnya masih menggunakan
dibudidayakan adalah kentang, tomat, wortel, pestisida kimia (Prabaningrum et al. 2013).
labu dan bawang daun. Produktivitas tanaman Maraknya penggunaan insektisida kimia
sayuran di daerah ini mengalami kendala yaitu disebabkan karena banyaknya jenis insektisida
adanya serangan hama. Seragan hama dan kemudahan untuk mendapatkannya,
menyebabkan rusaknya tanaman sehingga sehingga penggunaan insektisida dalam upaya
produksi menurun dan pendapatan petanipun pengendalia hama merupakan hal wajib
ikut menurun karena harga jual menjadi sangat dilakukan oleh para petani bahkan petani
rendah, bahkan sebagian jenis tanaman yang menaikkan dosis dan mencampur beberapa jenis
terserang mengalami gagal panen (Sembel 2014; pestisida serta meningkatkan frekuansi
Umboh, 2016). penyemprotan sehingga tanpa disadari akibat
Permasalahan hama pada tanaman kubis penggunaan insektisida yang serampangan
sampai saat ini merupakan faktor utama yang tersebut menyebabkan efek samping yang
menghambat pertumbuhan dan produksi kubis sangat merugikan diantaranya terjadinya
karena serangan hama dapat menurunkan hasil pencemaran terhadap lingkungan, terjadinya
sampai 65,80%. Salah satu hama yang kekebalan hama terhadap jenis insektisida
menyerang tanaman kubis adalah Crocidolomia tertentu, matinya organisme yang bukan sasaran
binotalis Zeller (Lubis, 1982), sekarang dikenal (musuh alami) (Warlinson, 2012).
dengan Crocidolomia pavonana Fabricius (CAB Pengendalian hama dengan menggunakan
International Compedium of Entomology, 1999). insektisida kimia tidak asing lagi bagi petani
Pada kubis, hama ini memakan daun yang tanaman sayuran di Kecamatan Modoinding
masih muda sampai habis kemudian bergerak karena insektisida kimia telah digunakan sejak
menuju ke bagian titik tumbuh, dan apabila dahulu sampai sekarang. Jenis dan frekuensi
serangan berat maka tanaman akan mati karena penggunaan insektisida kimia semakin
bagian dalamnya menjadi rusak dan busuk meningkat dari tahun ke tahun. Penggunaan
(Lubis, 1982). Hama ulat krop kubis sangat insektisida kimiawi untuk mengendalikan hama
merusak karena larva memakan daun baru di dapat menimbulkan dampak negatif bagi hama
bagian tengah tanaman kubis sehingga tanaman yaitu terjadinya resistensi, resurjensi hama,

2
Jurnal ENFiT, Desember 2019, Vol.1 No.1: 1-9

pencemaran terhadap lingkungan hidup dan bisa Sebagai negara agraris, Indonesia
berdampak buruk bagi kesehatan ternak dan memiliki berbagai jenis tumbuhan yang dapat
manusia (Untung, 1996 dalam Tarore, 2013). dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.
Saat ini tuntutan masyarakat akan produk Keunggulan penggunaan insektisida nabati
tanaman sayur yang berkualitas, ekonomis serta diantaranya bahan tersedia melimpah, aplikasi
aman di konsumsi semakin tinggi, akan tetapi mudah dan secara ekonomis tidak membutuhkan
pengendalian C. pavonana masih bertumpu biaya yang besar, tidak menimbulkan
pada penggunaan insektisida kimia menjadikan pencemaran terhadap lingungan, dan tidak
sayur kubis tidak aman lagi untuk dikonsumsi, hal menyebabkan kekebalan terhadap organisme
ini menyebabkan petani sayur merasa kesulitan sasaran/hama.
untuk melakukan pengendalian hama tanpa Tanaman serai wangi (Cymbopogon
menggunakan insektisida kimia, tanpa disadari nardus) merupakan salah satu jenis tumbuhan
bahwa ada beberapa jenis pengendalian yang yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati.
dapat dilakukan untuk mengendalikan hama Keunggulan insektisida nabati diantaranya tidak
(Manikome, 2016), pengendalian yang dapat menyebabkan hama menjadi kebal, tidak
dilakukan antara lain pemanfaatan tumbuh- menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan,
tumbuhan dan dijadikan insektisida nabati yang bahan pestisida nabati tersedia di alam, dan jauh
ramah lingkungan dan tidak berdampak negativ lebih ekonomis dibandingan dengan penggunaan
terhadap kesehatan petani dan konsumen. Jenis pestisida kimia. Berdasarkan pertimbangan-
tumbuhan yang dapat digunakan petani untuk pertimbangan di atas, maka peneliti merasa perlu
menggantikan peranan insektisida kimia tentunya melakukan penelitian yang bertujuan untuk
kedepan menjadi harapan petani dalam budidaya menganalisis mortalitas larva C. pavonana dan
tanaman sayuran. Namun rendahnya mengetahui efektifitas ekstrak C. nardus dalam
pengetahuan petani tentang insektisida nabati mengendalikan larva C. pavonana.
menyebabkan petani sering merasa kesulitan.
Pengendalian hama tentu perlu BAHAN DAN METODE
mempertimbangkan faktor ekologi dan ekonomi Bahan yang digunakan yakni larva C.
agar pengendalian yang dilakukan tidak pavonana, tanaman serai wangi (C. nardus),
menimbulkan masalah yang besar dan lebih larutan madu 10%, methanol (CH3OH), etil asetat
rumit lagi di masa yang akan datang. Dalam (EtOAc), heksana (C6H14), aquades (H2O),
penerapan strategi pengendalian, maka tujuan ampas gergaji, polibag (2,5 l), media tanah, dan
yang terpenting adalah bahwa hasil tanaman kubis. Alat yang digunakan antara lain
pengendalian sekurang-kurangnya dapat kotak penangkaran serangga (50 x 50 x 50) m,
mempertahankan kualitas dan kuantitas produksi neraca digital GR-200 (δ = 0,1 mg), blender,
agar dapat memberikan keuntungan optimal bagi pipet Mohr (0,5; 1; dan 5) ml, gelas piala, labu
produsen serta aman bagi konsumen, dan ukur, magnetic stirrer TC-2, rotary evaporator
mengurangi kerusakan ataupun memperbaiki Eyela N-1000, digital water bath SB-1000, cork
kelestarian ekosistem agar dapat dimanfaatkan borer ( 3 cm), disk mill FFC-15, oven, pompa
oleh manusia dalam jangka panjang, dengan vakum VP-16, labu penyaring, corong pemisah,
demikian dibutuhkan suatu sistem pendekatan corong buchner, cawan petri ( 9 dan 20) cm,
tertentu agar tujuan tersebut dapat tercapai. kotak plastik (35 x 25 x 6) cm, kertas saring kasar
3
Kotambunan, dkk: Efektivitas Ekstrak Serai Wangi …

dan halus (Whatman no. 41,  12,5 cm), labu pemisah selama ± 6 jam, dan fase heksana
Erlenmeyer, ayakan ( 0,5 mm), aluminum foil, dicuci dengan methanol 95 %. Fase heksana

stoples  18 cm, botol kaca 30 ml, loupe, kertas dibuang, sedangkan fase methanol 95%

hisap, alat tulis menulis, dan kamera. diuapkan dengan rotary evaporator. Fraksi

Penelitian yang dilakukan meliputi methanol yang diperoleh kemudian dipartisi

pembuatan bahan ekstrak C. nardus, kembali dalam sistem etil asetat-air dengan cara

Perbanyakan serangga uji, penanaman kubis seperti tersebut di atas, fase air dibuang dan fase

untuk pakan, ekstraksi dan partisi. Ekstraksi etil asetat diuapkan pelarutnya, sehingga

dilakukan menurut metode yang dikemukakan diperoleh ekstrak fraksi etil asetat. Ekstrak fraksi

oleh Dadang dan Nugroho (2010), yaitu metode etil asetat yang diperoleh kemudian disimpan
0
perendaman dan partisi dengan metode counter- dalam lemari es (≤ 4 C) sampai saat digunakan.

current distribution (Gambar 3). Tanaman serai Metode penelitian yang digunakan adalah

wangi (C. nardus) dikering-anginkan dan metode residu pada daun dengan cara

dihaluskan secara terpisah dengan pencelupan. Pengujian disusun dalam

menggunakan disk mill dan blender, dan disaring Rancangan Acak Lengkap (RAL), 5 perlakuan

dengan ayakan berjalinan 0,5 mm. Masing- dan 4 ulangan dan 1 kontrol sebagai

masing serbuk hasil ayakan direndam dengan pembanding. Perlakuan terdiri atas A0 : kontrol

methanol dengan perbandingan 1 : 10 (w/v) (konsentrasi 0%); 100 ml aquades, A1 : Ekstrak

dalam labu erlenmeyer dan dikocok dengan dengan konsentrasi 10%, A2 : Ekstrak dengan

pengocok magnetic (magnetic stirrer) selama ± konsentrasi 20%, A3 : Ekstrak dengan

24 jam. Hasil rendaman disaring secara konsentrasi 30%, A4 : Ekstrak dengan

bertingkat dengan menggunakan 2 buah corong konsentrasi 40 %. Variabel pengamatan meliputi

buchner yang telah dialasi kertas saring kasar gejala dan perubahan morfologis pada larva yang

(untuk corong atas) dan kertas saring halus terinfeksi, jumlah larva C. pavonana yang mati

Whatman no. 41 (untuk corong bawah) dan serta presentase mortalitas larva. Pengamatan

ditampung dalam labu erlenmeyer lain. dilakukan sejak satu hari setelah aplikasi sampai

Ampas hasil saringan dibilas berulang- hari ketiga. Hasil pengamatan dianalisis dengan

ulang sampai hasil saringan tidak berwarna menggunakan rumus:

(jernih). Cairan hasil saringan disatukan dan …………………..….… (1)


dimasukkan dalam labu penguap yang telah Keterangan :
ditimbang, kemudian methanol diuapkan dengan M : Mortalitas (%)
menggunakan rotary evaporator pada suhu (45 – n : Jumlah larva yang mati
0
50) C, kecepatan putaran (50 – 60) rpm, dan N : Jumlah total larva yang diuji
tekanan rendah (150 – 200) mm Hg. Setelah Uji statistik untuk menguji efektivitas ekstrak
penguapan selesai, labu berisi ekstrak ditimbang daun serai wangi (C. nardus) dilakukan dengan
lagi. Selisih antara hasil kedua penimbangan Analisis Varians (ANOVA) dan dilakukan uji lanjut
tersebut merupakan bobot ekstrak. dengan uji BNT 5% apabila perlakuan
Ekstrak kasar fraksi methanol yang menunjukkan pengaruh yang nyata.
diperoleh dari hasil penguapan dipartisi dalam
sistem heksana-methanol (95%) dengan
perbandingan 1 : 10 : 10 (w/v/v) dalam labu
4
Jurnal ENFiT, Desember 2019, Vol.1 No.1: 1-9

HASIL DAN PEMBAHASAN dan kemampuan makan serangga. Minyak astiri


Gejala Kematian Larva C. pavonana serai terdiri dari senyawa sitral sitronela, geraniol,
Hasil pegamatan yang dilakukan satu hari mirsena, nerol, farmesol methil heptenol dan
setelah perlakuan menunjukan adanya gejala dipentenaKandungan kimia yang paling besar
perubahan yang terjadi pada larva C. pavonana. adalah sitronela yaitu sebesar 35% dan graniol
Larva terlihat kurang aktif serta berkurangnya sebesar 35- 40% yang berperan sebagai racun
aktifitas makan, hal ini dibuktikan dengan kontak yang menyebabkan serangga dehidrasi
sedikitnya gerekan pada daun kubis pakan larva dan mengakibatkan serangga kehilangan cairan
yang telah disemprotkan dengan larutan ekstrak. secara terus menerus dan akhirnya mati.
Adanya penurunan aktivitas makan pada larva C. Tubuh larva yang awalnya berwarna hijau
pavonana diduga karena terganggunya sistem muda dan aktif bergerak (Gambar 1a), setelah
saraf dan sistem metabolisme tubuh akibat disemprotkan dengan ekstrak daun serai wangi
adanya senyawa metabolit sekunder yang (C. nardus) dan memakan daun, tubuhnya
terkandung pada daun C. nardus (Frelyta Ainuz menjadi kering dan terjadi perubahan warna
Zahro, dkk. 2016). menjadi cokelat kehitaman (Gambar 1b).
Kematian larva C. pavonana disebabkan Sementara itu perubahan juga terlihat pada larva
oleh adanya senyawa toksik dalam daun serai. yang berkembang menjadi pupa. Pupa yang
Menurut Roger dan Hamraqui (2014) tanaman sehat (Gambar 2a) akan mengalami perubahan
serai mengandung minyak astiri yang bersifat menjadi mengerut (Gambar 2b).
racun dan mengurangi kemampuan reproduksi

1a 1b
. .
Gambar 1a. Larva sehat Gambar 1b. Larva mati

2a 2b
. .

Gambar 1a. Pupa sehat Gambar 1b. Pupa mati

Pada beberapa perlakuan yang tidak pupanya berukuran lebih kecil daripada pupa
mematikan larva, terlihat larva mampu bertahan pada perlakuan kontrol. Menurut Sastrodihardjo
hidup bahkan berhasil menjadi pupa, meskipun dkk., (1992) senyawa-senyawa aktif yang

5
Kotambunan, dkk: Efektivitas Ekstrak Serai Wangi …

terdapat pada serai wangi (C. nardus) dapat terjadi akibat terjadinya penurunan aktivitas
memengaruhi beberapa sistem fisiologis yang makan, penurunan aktivitas makan terjadi sejak
mengatur perkembangan hama. Lebih lanjut hari pertama pengamatan hingga hari terakhir
oleh Wiratno (2010) mengemukakan bahwa pengamatan. Terjadinya penurunann aktifitas
kerusakan atau cacatnya stadia lanjut larva C. makan diduga karena terganggunya sistem saraf
pavonana diduga terjadi akibat adanya senyawa- serangga dan sistem metabolisme tubuh akibat
senyawa fitokimia yang dapat menjadi racun adanya senyawa metabolit sekunder pada
perut (kontak) terhadap serangga hama C. ekstrak daun serai wangi (C. nardus) yang
pavonana sehingga menyebabkan kematian diaplikasikan paa pakan larva hama C.
serta senyawa-senyawa toksik lainnya yang pavonana.
dapat merusak jaringan saraf, yang juga dapat Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
menghambat proses larva menjadi pupa serta mortalitas larva dengan perlakuan ekstrak serai
dapat memutuskan atau dapat menggagalkan wangi (C. nardus) sangat tinggi dan sangat baik
metamorfosis, khususnya yang memiliki dalam mengendalikan larva hama C. pavonana.
metamorfosis sempurna. Mortalitas larva C. pavonana pada perlakuan
Mortalitas larva C. pavonana dengan ekstrak serai wangi (C. nardus)
Pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak konsentrasi 40% mampu mematikan larva
dengan angka rata-rata mortalitas larva C. sebanyak 93.3% pada pengamatan hari ketiga.
pavonana mengalami peningkatan tiap periode Mortalitas larva hama C. pavonana
pengamatan. Hal ini diduga karena pada terendah ditemukan pada perlakuan kontrol yakni
konsentrasi ekstrak tertinggi maka konsentrasi 6,6%. Adanya mortalitas larva pada perlakuan
fitokimia juga pada kadar tinggi. Senyawa- kontrol dimungkinkan karena adanya perebutan
senyawa fitokimia ini dapat menjadi racun perut pakan hal ini karena tidak ada penurunan
terhadap serangga hama C. pavonana yang aktifitas makan pada larva yang diletakkan pada
dapat menyebabkan kematian. perlakuan kontrol. Kemudian setelah kontrol
Residu yang tertinggal pada tanaman mortalitas terendah juga terdapat pada
dengan perlakuan insektisida botani juga dapat konsentrasi ekstrak 10% hanya mencapai 26.6%
menyebabkan toksin bagi serangga-serangga kemudian 46.6% pada konsentrasi ekstrak 20%,
hama yang menjadikan tanaman tersebut 63.3% pada konsentrasi 30% dan tertinggi 93.3%
sebagai pakan (Widayat, 1994). Mortalitas pada konsentrasi ekstrak 40% (Gambar 3).

100 93,3
Kontrol
63,3
46,6 10%
50
26,6 20%
6,6
30%
0
40%

Pengamatan Hari I - III

Gambar 3. Grafik rata-rata mortalitas larva C. pavonana dengan perlakuan ekstrak daun serai wangi
(C. nardus)

6
Jurnal ENFiT, Desember 2019, Vol.1 No.1: 1-9

Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak serai kemampuan dalam mematikan larva C.


wangi (C. nardus) mampu mematikan larva C. pavonana.
pavonana sejak pengamatan hari pertama Hasil penelitian pengaruh konsentrasi serai
dengan tingkat mortalitas yang semakin tinggi wangi terhadap mortalitas larva C. pavonana
berdasarkan tingginya konsentrasi ekstrak yang ditunjukkan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil
diaplikasikan pada pakan. Peningkatan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
presentase mortalitas larva C. pavonana dengan penggunaan serai wangi (C. nardus)
semakin tingginya konsentrasi ekstrak selain berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas
karena semakin besarnya kadar bahan aktif yang larva C. pavonana . Dari hasil penelitian
bersifat toksik juga diduga karena kuranngnya menunjukkan ada hubungan antara konsentrasi
nutrisi yang dikonsumsi oleh larva akibat adanya perlakuan ekstrak dengan angka mortalitas larva
senyawa anti makan dalam ekstrak sehingga C. pavonana, terlihat bahwa semakin tinggi
meningkatkan daya racun ekstrak serai wangi (C. konsentrasi perlakuan, semakin tinggi pula angka
nardus) terhadap larva uji. Hal ini menunjukan mortalitas larva C. pavonana.
bahwa ekstrak serai wangi (C. nardus) memiliki
Tabel 1. Pengaruh konsentrasi serai wangi (C. nardus) terhadap mortalitas larva C. pavonana
Perlakuan Rata-rata Mortalitas
Kontrol 0,2a
Konsentrasi ekstrak 10% 1,0b
Konsentrasi ekstrak 20% 1,2bc
Konsentrasi ekstrak 30% 1,6bc
Konsentrasi ekstrak 40% 2,6c
BNT 5% = 0.16
Keterangan : Nilai rata- rata pada kolom dan diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan
tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
terbilang baik dan dapat dikembangkan, karena
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada
memiliki daya bunuh yang cukup efektif dan tidak
perlakuan kontrol menunjukkan perbedaan
memiliki pengaruh buruk terhadap kesehatan
dengan perlakuan konsentrasi lainnya.
petani dan konsumen serta tidak berdampak
Perlakuan konsentrasi 40% pengamatan hari
buruk bagi organisme bermanfaat seperti
ketiga berbeda dengan perlakuan kontrol dan
predator dan parasitoid yang ada ketika akan
perlakuan konsentrasi 30%, konsentrasi 20%,
diaplikasikan di areal pertanaman tanaman kubis,
dan konsentrasi 10%, sedangkan perlakuan
pengendalian secara kimiawi seharusnya dapat
konsentrasi 30% berbeda dengan perlakuan
diminimalisir karena dapat berpengaruh buruk
kontrol dan konsentrasi 10%. Hal ini disebabkan
terhadap populasi parasitoid (Nelly dan
tingkat kandungan senyawa-senyawa fitokimia
Syuhadah, 2012), dengan demikian maka hasil
yang ada pada konsentrasi tertinggi maka
penelitian ini diharapkan dapat mengubah pola
semakin tinggi pula kandungan bahan aktif ektrak
pikir petani sayuran kubis yang cenderung
serai wangi (C. nardus) (Arbaningrum, 1998).
menggunakan insektisida kimiawi dalam
Berdasarkan hasil penelitian ini maka
mengendalikan organisme penganggu tanaman,
dapat dilihat bahwa pengendalian dengan
karena insektisida nabati yakni ektrak serai wangi
menggunakan ektrak serai wangi (C. nardus)
(C. nardus) mudah dibuat dan diaplikasikan.
7
Kotambunan, dkk: Efektivitas Ekstrak Serai Wangi …

KESIMPULAN DAN SARAN C A B International. 1999. International


Compedium of Entomology. CD CAB Key
Kesimpulan of Entomology.
Pengendalian dengan menggunakan
Lubis, A.H. 1982. Biologi Crocidolomia binotalis
ekstrak daun serai wangi (C. nardus) Zeller (Lepidoptera : Pyralidae) pada
menunjukan perubahan morfologi serangga. Tanaman Kubis dan Lobak. Departemen
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Rata-rata mortalitas larva tertinggi pada Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 51 hal.
perlakuan ekstrak daun serai wangi (C. nardus)
Manikome, N, 2016. Efektivitas Cendawan
terdapat pada pengamatan hari ketiga dengan Metarhizium sp. Isolat Lokal dalam
konsentrasi 40 % yakni 93.3 %, Mengendalikan Hama Plutella xylostella
serta Pengaruh terhadap Populasi
Saran Parasitoid Diadegma semiclausum Hellen.
Ekstrak daun serai wangi (C. nardus) Di Kota Tomohon. Tesis Program
Pascasarjana. Universitas Sam Ratulangi
memiliki potensi yang bisa dikembangkan Manado.
sebagai pestisida botani terhadap larva hama C.
Nelly N, Trizelia, dan Q. Syuhadah. 2012.
pavonana pada tanaman Kubis. Perlu dilakukan Tanggap Fungsional Menochilus
penelitian lebih lanjut tentang ekstrak daun serai sexmaculatus Fabricius (Coleoptera:
Coccinellidae) terhadap Aphis gossypii
wangi (C. nardus) yang dikombinasikan dengan (Glover) (Homoptera: Aphididae) pada
ekstrak- ekstrak dari tanaman lainnya dalam Umur Tanaman Cabai Berbeda. J.
Entomol. Indones. 9(1): 23–31.
mengendalikan larva hama C. Pavonana.
Prabaningrum L, Uhan TS, Nurwahidah U,
Karmin, Hendra A. 2013. Resistensi
UCAPAN TERIMA KASIH Plutella xylostella terhadap Insektisida
Terima kasih kepada dosen pembimbing yang Umum Digunakan oleh Petani Kubis
di Sulawesi Selatan (Resistance of Plutella
Prof. Dr. Ir. Christina L. Salaki, MS. sebagai xylostella to insecticides used by farmers
ketua komisi dan Dr. Ir. Dantje Tarore, MS on cabbage in South Sulawesi). J Hort.
23(2):164- 173.
sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan Roger, R.C. and Hamraqui. 2014. Efficiency of
Plant From The South of France use as
penelitian hingga penulisan tesis dan jurnal. Traditional Protectants of Phaseolus
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada vulgaris L. Agains its Bruchid
Acanthoscelides obtectus (say). J. Stored
isteri, anak-anak dan cucu tercinta yang Prod. Res. 29(3):259-264.
senantiasa mendoakan dan memberi motivasi
Sastrosiswojo, S dan W. Setiawati. 1993. Hama-
demi meraih keberhasilan dan kesuksesan. hama Kubis dan Pengendaliannya. Dalam
: Permadi, A.H. dan S. Sastrosiswojo
(eds). Kubis. Balai Penelitian Hortikultura.
DAFTAR PUSTAKA (Arial 10) Lembang.
Anonim. 2013a. Produktivitas Kubis.
http://ayobertani.wordpress.com / (10 Mei Setiawan S., 2011. Nilai Ekonomi Penggunaan
2018). Trichoderma harzianum dalam
Pengelolaan Penyakit Akar Gada
_______. 2014. Laporan Tahunan 2011-2013. (Plasmodiophora brassicae Wor) pada
Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Tanaman Sayuran Kubis-kubisan Di
Holtikultura Sulawesi Utara. Manado. Daerah Puncak, Cianjur. Laporan
Penelitian. Fakultas Pertanian Unand.
Arbaningrum. 1998. Suatu Upaya Pengendalian
Penggunaan Pestisida melalui Pendekatan Umboh A. G, 2016. Populasi dan Persentase
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. FK Serangan Larva Spodoptera spp. pada
Unair. Surabaya. Tanaman Bawang Daun di Kecamatan

8
Jurnal ENFiT, Desember 2019, Vol.1 No.1: 1-9

Modoinding. Skripsi Fakultas Pertanian


Universitas Sam Ratulangi.

Warlinson G, 2012. Dampak Negatif Penggunaan


Pestisida. Fakultas Pertanian. Universitas
Simalungun. Pematang Siantar. Dikutip
dari: http://usitani. wordpress.com.

You might also like