Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf Dalam Film 99 Kali Rindu Karya Azhari Zain
Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf Dalam Film 99 Kali Rindu Karya Azhari Zain
Nilai-Nilai Pendidikan Tasawuf Dalam Film 99 Kali Rindu Karya Azhari Zain
Abstract
This study aims to (1) determine the meaning of Sufism education; (2) knowing
the values of Sufism education contained in the film "99 Kali Rindu"; (3) to
determine the relevance of the values of Sufism education in the film "99 Kali
Rindu" with Islamic education today. The method used in this data analysis is
descriptive analysis method, while the data collection techniques used in this data
collection are documentation techniques and library research. The collected data
were then analyzed by unit processing. In the film 99 Kali Rindu, after doing the
research it can be concluded that: (1) the definition of sufism is the teaching or
belief that knowledge of truth and Allah can be achieved by means of mental
vision of reflection, (2) the film has sufism educational values that can be applied
to students. these values are: (a) divine value (deity), (b) insaniyah (human) values,
(c) natural value (nature), (3) the relevance of sufism education in islamic
education is that it has a relevant relationship, which is applied to schools and
educational institutions. The dialogue excerpt made by Azhari Zain in his film 99
Kali Rindu, contains the values of Sufism education which are in accordance with
the material taught at schools and educational institutions such as Akidah Akhlak,
Al-Quran Hadith, and other Islamic education. The values in it are very
important to be instilled in students, so that they can become a generation that
fights for and advances this nation with knowledge and morals..
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
1. Konsep Nilai
Nilai adalah suatu yang bersifat abstrak, ideal. Nilai bukan benda
kongkrit, bukan fakta, dan bukan hanya persoalan benar, melainkan soal
penghayatan yang dikehendaki, disenangi, maupun tidak disenangi. Jadi,
nilai adalah esensi yang melekat pada sesuatu yang membutuhkan
penghayatan, yang menyebabkan hal itu pantas dikerjakan oleh manusia.
Nilai adalah pandangan tertentu, yang berkaitan dengan apa yang penting
dan yang tidak penting suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai
atau melakukan penilaian (Kaelan, 2014: 80).
Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan
bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok, (The believed capacity ofany object
tostatisfy a human desire). Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau
kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu
itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada
sesuatu itu Misalnya, bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah, susila
adalah sifat ataukualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Dengan
demikian maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang
"tersembunyi" di balik kenyataan-kenyataan lainnya, Ada nilai itu karena
adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai (wartrager)
(Kaelan, 2014: 80).
2 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
2. Konsep Pendidikan
Pendidikan dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata “didik”
dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran kan mengandung arti
“perbuatan”. Istilah pendidikan semula berasal dari kata Yunani yaitu
“paedogogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah
ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan. (Al-Hamdani, 2018: 45).
Dalam pendidikan Islam, ada beberapa pakar pendidikan Islam
yang memberikan termonologi yang beragam tentang pendidikan Islam
(Al-Hamdani, 2018: 51) yaitu:
Menurut Abdul Rachman Shaleh, pengertian pendidikan Islam
adalah usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan segala potensi yang dianugrahkan Allah swt, kepadanya agar
mampu mengemban amanah. Karena Tanggung jawab sebagai Khalifah
Allah swt, di bumi dalam pengabdiannya kepada Allah SWT. Pendidikan
Islam ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk individu
menjadi makhluk yang bercorak dan berderajat tinggi menurut ukuran
Allah
Menurut Syah Muhammad An-Nuquib Al-Atas, dalam bukunya
Konsep Pendidikan Dalam Islam menyebutkan bahwa pendidkan Islam
adalah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk
pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dan segala sesuatu
didalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan
pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat didalam tatanan wujud dan
kepribadian.
Seperti dalam firmannya, dalam (Q.S. Al-Nahl, 16:78)
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur. (Al-Quran Terjemah, Al- Kamil, 2015).
3. Konsep Tasawuf
Secara etimologis, kata ini berasal dari bahasa Arab, Tashawwafa,
yatashawwafu tashawwufan. Ulama berbeda pendapat dari mana asal
usulnya. Ada yang mengatakan dari kata “Shuf” (bulu domba), “Shaf”
(barisan), “Shafa” (Jernih) dan dari kata “Shuffah” (emper Mesjid Nabawi
yang ditempati oleh sebagian sahabat Nabi saw). Pemikiran itu dilatar
belakangi obsesinya dengan fenomena yang ada pada diri para sufi
4 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
Tasawuf amali lebih menekankan terhadap cara-cara mendekatkan diri
kepada Allah SWT, baik melalui amalan lahirian maupun batiniah
(Asmaran, 1996: 93).
3. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan
antara visi mistis dengan visi rasional. Berbeda dengan tasawuf akhlaki dan
tasawuf amali, yang masih berada dalam lingkungan tasawuf suni seperti
tasawufnya al-Gazali, tasawuf falsafi mengunakan terminologi falsafi
dalam pengungkapan ajarannya. Terminologi falsafi tersebut berasal dari
bermacam-macam ajaran falsafi, yang telah mempengaruhi para tokoh-
tokohnya (Asmaran, 1996: 149 ).
4. Konsep Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990, film dapat diartikan
dalam dua pengertian pertama, film merupakan selaput tipis yang dibuat
dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau
untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dibioskop). Yang
kedua, film diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup.
Menurut Edison Nainggolan (mantan Ketua Gabungan
Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia, Cabang Jawa Barat), film sebagai
komoditi merupakan karya kolektif karna begitu banyak pihak yang
terlibat didalam perbuatannya, mulai produser, karyawan film hingga artis
film. Film sering disebut sebagai sarana hiburan dan rekreasi masyarakat
yang relatif murah karena ditayangkan di bioskop dengan tahap-tahap.
Yang memilki harga tanda masuk variatif, yang memungkinkan seluruh
lapisan masyarakat dapat menikmatinya. Sampai 1990, bioskop di
Indonesia masih merupakan primadona masyarakat dalam menikmati film.
Namun, semakin berkembangnya media audio-visual lainnya sebagai
produk teknologi canggih, menyebabkan daya tarik bioslop sebagai
primadona pertunjukan film semakin pudar (Baksin, 2007: 6).
METODE
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analisis. Data yang diproleh
(berupa kata-kata, gambar, prilaku) tidak dituangkan dalam bentuk
bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif,
yang memiliki arti lebih dari sekedar angka atau frekuensi. (Margono,
2009: 39).
Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi fokus dari sebuah
penelitian, jika kita berbicara tentang objek penelitian, objek inilah yang
6 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
sintesa (kombinasi), menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting
yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami
oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiono, 2009: 334).
8 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
memperumpamakan insan yang mulia, yang cinta kepada Allah, dengan
perumpamaan benda (benang).
Attar : Sungguh bahagia Insan yang telah menemukan cinta dengan
rindu sejati, ibarat tasbih dengan benang pengikatnya, terajut
menjadi untaian yang akan selalu disentuh, satu demi satu oleh
insan yang mulia, yang bibirnya basah akan cinta kepada Allah.
(Dialog 1, menit ke 00.35-01.22).
Cinta kepada Allah adalah seorang yang benar benar mengangap
Allah adalah pujaan hatinya, seluruh jiwanya terisi oleh rasa kasih dan
cinta kepada Allah. Segala tindakan atau perbuatan yang ia lakukan, semua
bertujuan untuk mendapat perhatian dari Allah, baik lisan maupun
tindakan/perbuatan.
2. Nilai Insaniyah
Saat Qalbie di cegah oleh para preman, ketika hendak kerumah
sakit dialognya sebagai berikut:
Qalbie : Ya Allah... (dengan ekspresi teriak, kaget, dan takut)
: Kalian mau apa ?.. (dengan nada takut.)
Preman : Hey.. perempuan !.. aku pinang kau tolak ?. kau pernah kena
siram air keras? (dengan suara lantang, dan marah).
Qalbie : Tolong jangan apa-apakan saya..
Attar : Tiba tiba datang Attar sekaligus mengibaskan sorbannya
kepada salah satu preman “kalian menyakiti wanita sama
seperti menyakiti Rasulullah”
: Zalim namanya yang berkemampuan membiarkan.
Preman : Kau banyak bicara ya. Aku sudah lama tidak mukul ustad tau
? dengan nada marah Terjadilah perkelahian antara
Attar dengan para Perman.
(Dialog 2, menit ke 38:35).
Dari dialog tersebut tokoh Qalbie sedang dicegah oleh para preman
yang hendak pergi ke rumah sakit untuk membeli obat temannya, dan tiba-
tiba datanglah Attar melihat Qalbie sedang digangu, kemudian ia langsung
bergegas dan membantunya. Terlihat bahwa Attar sedang menasihati para
preman dan nasihat itu ditolak dengan perkelahian.
Adegan tersebut menyadarkan kepada kita bahwa kita harus
mempunyai rasa kemanusia dengan memiliki sikap tolong menolog. Ketika
orang lain sedang mendapat musibah dan lain-lain. Karena tolong-
10 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
Attar : Alhamdulillah, kau pinjamkan lagi nafasmu ini kepada ku ya Allah,
hidup, rezeki, jodoh, dan maut bener-benar rahasiamu. (ungkapan dalam hati)
(Dialog ke 4, menit ke 09:44).
Dalam dialog tersebut terlihat ketawakalan Attar, ketika mendapat
musibah ia tetap tawakal kepada Allah, ia bersyukur karna masih diberikan
lagi nafas / kehidupan lagi, ini yang membuktikan bahwa seorang manusia
tidak pernah putus asa untuk beribadah kepada Allah walau dalam keadaan
apqapun ia tetap bersama Allah SWT.
Tawakal adalah keteguhan hati manusia dalam mengantungkan
diri hanya kepada Allah SWT, tawakal bisa kita artikan sebagai prinsip,
yang melekat pada diri seseorang yang tidak bisa digoyahkan. Maka dari
itu Allah adalah tameng (pelindung), dikala manusia itu mengalami
kegoyahan hati, dia akan langsung kembali kepada Allah.
b. Zuhd
Dalam adegan ini Attar, memutuskan untuk meningalkan
Madrasyah Qolbun Sadid dengan hijrah ke kampug Mahbubat berikut
dialognya :
Attar : Pantasnya masa berlalu, suka dan sukan silih berganti. Kata Abi Hijrah
itu penawar, tidaklah Allah, menghilangkan sesutu dari pada dirimu, kecuali dia
hendak mengantikannya dengan yang lebih baik untukmu. Karena itulah aku
meningalkan Madrasah Qolbun Salim menuju kampung mahbubat (Suara
hati).(Dialog ke 5, menit ke 02:46).
Dialog tersebut mengambarkan bahwa Attar, meningalkan
Madrasah Qolbun Salim menuju kampung mahbubat untuk
menghilangkan rasa rindunya kepada Almarhumah Istrinya yang 3 bulan
yang lalu meningal. Ia tidak ingin terpikirkan terus menerus karena hal itu
akan menjauhkan dirinya kepada Allah. Maka dari itu ia hijrah ke kampung
mahbubat untuk menjalani hidup yang baru.
Dialog selanjutnya terlihat bahwa Attar, bersyukur mendapat
tempat tingal dari salah satu warga disana berikut dialognya :
Attar : Alhamdulillah,.. kau tidak pernah tau sahabat,! ya Allah, tolong
hilangkanlah rindu yang satu ini (Suara Hati) (Dialog ke 6, menit ke 05:18).
Dalam dialog ini Attar bersyukur mendapat tempat tinggal yang
layak, dari salah seorang yang baik hati. Ia tingal sekamar dengan salah
satu anaknya (Jambi) anak dari orang baik tersebut, ia memohon kepada
Allah, agar menghilangkan rasa rindunya terhadap Almarhumah istrinya.
Zuhd adalah meningalkan sesuatu yang membuat kita jauh dari
Allah, meningalkan sesuatu yang tidak bermanfaat seperti salahnya
manusia mengunakan harta, tahta yang kebanyakan manusia pada zaman
12 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
sanggup ya Allah, atas namamu aku hidup, atas namamu aku juga aku bermohon.
Sembuhkanlah dia, bantu orang yang pernah aku dzalimi dulu tolonglah hamba
mu ini ya Allah. Jangan kau biarkan dia bersendirian, jangan kau tinggalkan
aku ya Allah. (Dialog ke, 8 menit ke 1:04:17 ).
Dalam adegan tersebut terlihat Attar sedang berdoa kepada Allah
untuk keselamatan zazlena, ia ridha mempertaruhkan nyawanya untuk
Zazlena. Karena ia merasa bersalah atas kejadian masalalunya.
Attar : Ya Muhaiminnu, pinjamkan aku sepuluh menit, sepuluh menit, ya Allah.
Agar aku bisa bersamanya, aku mohon ya tuhanku. Aku mencintainya karnamu
ya Allah. Tolonglah aku ya Allah, tolonglah aku,
Saidatunn: Istri Attar berkata “Abi...” (dengan suara pelan)
Attar : Umi...umi...umi....!
Saidatunn : Abi dah tengok anak kita..? sambil menangis
Attar : Sudah.. rupanya bagus, matanya cantik. Cantik serupa umi..
Saidatunn : Penyakit bicara itu bohong Abi...Ridhakan Saida, dunia dan
akhirat. Abi..... ? (dibarengi dengan tarikan nafas terakhir) (Dialog ke 9,
menit ke 1:10:57).
Ridha adalah menerima dengan hati yang lapang apa yang sudah
dan akan terjadi selanjutnya, tingkatan ini jarang sekali terlihat dari
kehidupan manusia yang kebanyakan menyelesaikan masalahnya dengan
menyimpan dendam.dan kebanyakan orang tidak ridha dengan apa yang
sudah terjadi hal ini akan menambah seseorang jauh dengan Allah, karna
kesannya adalah menyalahkan takdir, atau menyalahkan dunia dengan
berkata “dunia tidak adil”.
e. Sabar
Dalam dialog ini terlihat dari percakapan antara Attar dan Miqdad
berikut dialognya:
Miqdad : “Ini barang-barang awak,.. dokter kata ketahanan tubuh kau sangat
tinggi. Sebab itu kau masih mampu bertahan”(Attar melirik ke pingirkolam
terlihat seorang perempuan sedang duduk termenung): kata miqdad
“Zazlena adik aku dia yang menabrak engkau” (disitu Attar mengingat
peristiwa yang menimpa dirinya sehingga dia tertabrak.
Miqdad pun melanjutkan): "Tapi.. kau jangan marah pada dia sebab dokter
cakap...Dia Cuma akan hidup dalam masa sebulan saja lagi”.
Attar : “Massya Allah”....
14 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
maka berbahagialah kalian yang beragama Islam sebagaimana firmannya
dalam surah, Ali-Imran ayat 85,
“Barang siapa yang mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-
kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan di akhirat ia
termasuk orang-orang yang rugi” (Al-Quran Terjemah, Al- Kamil, 2015).
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada ku.” (Al-Quran Terjemah, Al-Kamil, 2015).
Kemudian bagaimana aplikasi pembelajaran tasawuf dalam
pendidikan, tentunya kita tahu bahwa kemajuan teknologi di bidang
komunikasi dan informasi dalam segala bentuk media sudah tersebar
dimana-mana dan membuat anak- anak khususnya kaum remaja lebih
fokus kepada alat-alat cangih contohnya Hand pone, TV, radio dan alat-
alat cangih lainnya. Maka dari itu peluang modernisasi bagi pengajaran
adalah: 1). Siaran TV, radio yang bermutu dapat menunjang aplikasi ajaran
tasawuf, 2). Hand pone dapat digunakan untuk media berdakwah, misalnya
melalui ring tone suara azan, ayat-ayat alquran dan sebagainya yang
memungkinkan pengunanya bersikap Islami dan dekat dengan tuhan, 3).
Majalah-majalah kegamaan dapat dijadikan sebagai sarana berdakwah
seperti Assunah, mimbar dan sebagainya.
KESIMPULAN
Dalam Film 99 Kali Rindu, setelah dilakukannya penelitian dan
dapat disimpulkan bahwa: (1) Tasawuf adalah ajaran atau kepercayaan
bahwa pengetahuan kepada kebenaran dan Allah dapat dicapai dengan
jalan penglihatan batin, renungan, dan lain sebagainya. (2) Film tersebut
memilki nilai-nilai pendidikan tasawuf yang dapat diterapkan kepada
peserta didik. Nilai-nilai tersebut adalah: (a). Nilai Ilahiyah (keTuhanan,
(b). Nilai Insaniyah (kemanusiaan), (c). Nilai Alamiyah (Alam), dan (d).
DAFTAR PUSTAKA
Anees, Bambang & Hambali, Adang. (2009). Pendidian Karakter Berbaris
Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekataman Media.
Achlami, HS. (2016). Tasawuf dan Etika Sosial. Bandar Lampung.
Harakindo.
Amiruddin. (2016). Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Pratama Ilmu.
Alhamdani, Djaswidi. (2018). Pendidikan bernuansa Islam. Bandung. Media
Cendekia.
Arikunto, S (1998). Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta.
PT. Rineka Cipta.
_, 2006. Metode Peneltian Kualitatif. Jakarta. Bumi Aksara
Asmaran. (1996). Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta. PT. Raja Grafindo.
Badutraman, Basya, Al-Misriy. (2009). Tasawuf Anak Muda. Pustaka
Group.
Baksin, Askurifai. (2003). Membuat Film Hindi Itu Gampang. Bandung. Jasa
Grafika Indonesia.
Daud Ali, Mohammad. (2006). Pendidikan Agama Islam. Jakarta PT. Raja
Grafindo
Gulen, Fathullah. (2001). Kunci Rahasia Sufi. Jakarta PT. Raja Grafindo
Persada.
Kaelan, H. (2014). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. PARADIGMA.
Kusnawan, Aep. (2004). Komunikasi Penyiaran Islam. Bandung. Benang
Merah Press.
16 http://riset-iaid.net/index.php/bestari
Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka
Cipta
Moleong, J.L, (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung
PT. Remaja Rosdakarya.
Poerwadanninta. W.J.S. (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi ke 3.
Cet ke 4. Jakarta. Balai Pustaka.
Rosyadi, Khoiron. (2004). Pendidikan Profetik. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta
PRENADA MEDIA.
Saleh.(2001). Pendidikan Agama dan Keagamaan. Jakarta. PT. Gemawindu
Pancaperkasa.
Saebani, Beni Ahmad. (2009). Filsafat Ilmu (Konteplasi Filosofis Tentang
Seluk Beluk Sumber, dan Tujuan Ilmu Pengetahuan). Bandung.
Cetakan Pertama. CV. Pustaka Setia.
Sadiman, Arief S. (2012). Media Pendidikan, Pengertian Pengembanngan dan
Pemanfaatannya. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Setiawani, Mary Go. (2000). Menerobos Dunia Anak. Bandung. Yayasan
Kalam Hidup.
Sholihin, M. (2003). Tasawuf Tematik. Bandung. Pustaka Setia
Sitepu, B.P. (2014). Perkembangan Sumber Belajar. Jakarta PT. Raja
Grafindo Persada.
Sumarno, Marseli. (1996). Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta PT.
Grasindo
Sugiono, (2009). Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantiotatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung. Penerbit Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Tindakan. Bandung. Refika Aditama.
Thoha. Chabib. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar
Yuniartin, Titin. (2014). Bahan Media Ajar Pembelajaran. Ciamis USUD
Yunus, Firdaus M. (2007). Pendidikan Berbasis Realita Sosial. Paulo Freire
& YB Yogyakarta. Logung Pustaka.