Criminal Law: Department of Criminal Law Faculty of Law, University of Indonesia

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

3/23/2015

Criminal Law
• SESSION 9
Department of Criminal Law

Faculty of Law, University of Indonesia • JUSTIFICATION AND EXCUSE

January 2011

To be used exclusively at the Faculty of Law,


University of Indonesia
HPI 10102
3 SKS

Justification and Excuse


The statutory grounds for The statutory grounds for
• The criminal Code contains a number of provisions establishing defenses. justification are: excuse are:
• The Criminal Code does not distinguish between justification and excuse. In both No Grounds Article No Grounds Article
cases, according to the Criminal Code, the offender is not criminally liable. in the in the
• The distinction between justification and excuse is however made in criminal law Penal Penal
doctrine. Code Code
• At present, the prevailing view is that justifications concern the lawfulness of the 1 Necessity 48 1 Insanity 44
act whereas excuses concern the blameworthiness. (noodtoestand) (ontoerekenbaarheid)
• If grounds for justification are present, the violation of the law does not constitute
2 Self-defense 49 (1) 2 Duress (overmach) 48
a criminal offence.
(noodweer)
• If grounds for excuse are present, the violation of the law constitute a criminal
offence, but the offender cannot be blamed for having committed the offence. 3 Legal order (wettelijk 50 3 Excessive self-defense 49 (2)
voorschrift) (noodweerexcess)

4 Obeying the official 51 (1) 4 Obeying an order issued 51 (2)


order of a competent without authority
authority (ambtelijk (onbevoegd gegeven
bevel) ambtelijk bevel)

1
3/23/2015

Dasar Penghapus Pidana Pembagian Dasar Penghapus Pidana


Menurut KUHP
didalam KUHP dapat diklasifikasi:
Dasar Penghapus Dasar Penghapus
A. Dasar Penghapus Umum Umum Khusus
Dasar2 penghapus pidana yang berlaku
terhadap tiap-tiap delik  Pasal 44 KUHP 1. Beberapa contoh:
 Pasal 48 KUHP
 Pasal 49 KUHP 2. Pasal 166 (2) KUHP
B. Dasar Penghapus Khusus
 Pasal 50 KUHP 3. Pasal 221 (2) KUHP
Dasar2 penghapus pidana yang hanya berlaku  Pasal 51 KUHP 4. Pasal 310 (2) KUHP
pada delik2 tertentu.

Pembagian Dasar Penghapus Pidana Pembagian Dasar Penghapus


Menurut Doktrin yang Diatur Di Luar KUHP
Pidana Menurut Doktrin
Berlaku khusus:
1. Hak mengawas dan mendidik anak dan anak didikl
2. Hak jabatan: dokter yang melakukan terapi 1. Dasar Pembenar:
3. Ijin korban: olah raga bela diri  Melawan hukum  dihapuskan
(tinju, karate, taekwondo, wushu dll).
Berlaku Umum:
• Tiada sifat melawan hukum dalam arti materiil 2. Dasar Pemaaf:
• Tiada kesalahan dalam arti materiil Melawan hukum  tetap ada
(mis: AVAS= Afwezigheid van alle Schuld/tidak ada
kesalahan sama sekali) Kesalahan  dihapuskan

2
3/23/2015

Pembagian Dasar Penghapus Pidana Pembagian Dasar Penghapus Pidana


Menurut Doktrin Menurut Doktrin
1. Dasar Pembenar: 2. Dasar Pemaaf:
Melawan hukum  dihapuskan Melawan hukum  tetap ada
Dalam hal ini perbuatannya dianggap tidak melawan Kesalahan  dihapuskan
hukum, walaupun perbuatannya itu dilarang dan Dalam hal ini perbuatan pelaku tetap dianggap
melawan hukum, namun unsur kesalahannya
diancam hukuman oleh UU/KUHP. Jadi dlm hal ini dimaafkan:
perbuatan pelaku dibenarkan/dibolehkan: a. Pasal 44 KUHP: ketidakmampuan utk
a. Pasal 48 KUHP (perluasan): Noodtoestand/Keadaan bertanggung jawab krn sakit jiwa/idiot/imbisil.
Darurat b. Pasal 48 KUHP: Overmacht/Daya Paksa dalam
arti sempit-relatif
b. Pasal 49 ayat (1): Noodweer/Bela Paksa
c. Pasal 51 ayat (2): Melakukan perintah jabatan yg
c. Pasal 50: Melaksanakan perintah UU tidak sah, namun yg diperintah dgn itikad baik
d. Pasal 51 ayat (1): Perintah jabatan yang sah, yang menganggap bahwa perintah tersebut sah.
dikeluarkan oleh pejabat berwenang.

Dasar Penghapus Pidana

Dasar Pembenar Dasar Pemaaf Pasal 48 KUHP


Melawan hukum  dihapuskan Melawan hukum  tetap ada
Dalam hal ini perbuatannya
tidak dianggap melawan
Kesalahan  dihapuskan
Dalam hal ini perbuatan pelaku
• Overmacht
hukum, walaupun perbuatannya
itu dilarang dan diancam
tetap dianggap melawan
hukum, namun unsur
(daya paksa dalam arti
hukuman oleh UU/KUHP.
Jadi dlm hal ini perbuatan
kesalahannya dimaafkan: relatif/sempit)
pelaku dibenarkan/dibolehkan:
a. Pasal 48 KUHP
b. Pasal 49 ayat (1) a. Pasal 44 KUHP • Noodtoestand (keadaan
c. Pasal 50
d. Pasal 51 ayat (1)
b. Pasal 4b KUHP darurat)
c. Pasal 51 ayat (2
(perluasan overmacht)

3
3/23/2015

Overmacht
Paksaan (Dwang)
(Pasal 48 KUHP)
• Dorongan/kekuatan/paksaan baik psikis maupun • Dorongan/kekuatan/paksaan baik psikis maupun
fisik yg tidak bisa dilawan fisik dr manusia yg tidak bisa dilawan (secara
• Paksaan: relatif)
• Secara relatif dalam arti paksaan itu masih mungkin
a. Vis Absoluta (paksaan absolut): paksaan yang tidak
untuk dilawan, tetapi orang pada umumnya tidak dapat
mungkin untuk dilawan (pelaku hanya sebagai alat belaka)
menghindari paksaan tersebut tanpa membahayakan
b. Vis Compulsiva (paksaan relatif): paksaan yang masih dirinya
mungkin untuk dilawan, tetapi orang pada umumnya
tidak dapat menghindari paksaan itu tanpa • Harus memenuhi asas:
membahayakan dirinya Subsidaritas & Proporsionalitas

Dua Asas Penting Noodtoestand (Keadaan Darurat)


(Pasal 48 KUHP)
• Subsidiaritas Pembuat melakukan suatu delik, terdorong oleh
Tiada jalan lain, tindakan tsb adalah satu- suatu paksaan dari luar, pembuat dipaksa untuk
satunya jalan memilih, tapi pilihannya seringkali ditentukan
oleh situasi/keadaan dan terkadang alam.
Terjadi :
• Proporsionalitas
1. Pertentangan antara kepentingan hukum
Keseimbangan antara paksaan dengan
tindakan yang dilakukan. 2. Pertentangan antara kewajiban hukum
3. Pertentangan antara kepentingan hukum
dengan kewajiban hukum

4
3/23/2015

Pasal 49 KUHP Noodweer - Bela Paksa


Pasal 49 ayat (1) KUHP

• Pasal 49 ayat (1) • Syarat serangan:


1. Melawan hukum
Noodweer – Bela Paksa 2. Seketika/langsung atau dikhawatirkan segera
akan terjadi
3. Terhadap: badan/tubuh, nyawa, kehormatan
• Pasal 49 ayat (2) seksual, dan harta bendadiri sendiri/orang lain

Noodweer Excess – • Syarat pembelaan:


1. Seketika/langsung
Bela Paksa Lampau Batas 2. Memenuhi asas subsidiaritas & proporsionalitas

Dua Asas Penting Noodweer Excess - Bela Paksa Lampau Batas


Pasal 49 ayat (2) KUHP
• Pembelaan tidak memenuhi asas subsidaritas dan
• Subsidiaritas proporsionalitas:
Tiada jalan lain, tindakan tsb adalah satu- asas subsidaritas & proporsionalitas dilampaui
satunya jalan • Yang harus dibuktikan:
1. Pelampauan batas pembelaan diri itu terjadi karena
goncangan jiwa
• Proporsionalitas 2. Goncangan itu terjadi krn adanya serangan yang melawan
Keseimbangan antara ancaman hukum (Adanya hubungan kausal antara keguncangan jiwa
serangan/serangan dengan pembelaan yang tsb dgn serangan yg dilakukan).
dilakukan.

5
3/23/2015

Pasal 50 KUHP Pasal 51


• Barang siapa melakukan perbuatan untuk (1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan undang-undang, melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh
tidak dipidana penguasa yang berwenang, tidak dipidana.
• Melaksanakan perintah UU (2) Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak
menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika yang
contoh: diperintah, dengan itikad baik mengira bahwa
- polisi yang berpatroli menangkap seseorang perintah diberikan dengan wewenang dan
yang tertangkap tangan melakukan pencurian. pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan
pekerjaannya.
- Polisi yang menembak seorang perampok
bersenjata disebuah bank yang tengah beraksi

Syarat-syarat Perintah Pejabat


• Pasal 51 ayat (2) KUHP:
• Menjalankan perintah pejabat yang Perintah yg dikeluarkan oleh pejabat/atasan yg
berwenang tidak berwenang, jadi perintahnya tidak sah:
• Perintah yang diberikan oleh pejabat tersebut 1. Yang diperintah sama sekali tidak tahu
dalam lingkup hukum publik bahwa perintah yang dikeluarkan adalah
perintah yang tidak sah
Contoh:
2. Dalam batas-batas lingkungan yg diperintah
 juru sita pengadilan, 3. Ada hubungan antara atasan dan bawahan
 penangkapan/penyitaan/penahanan yg sah yg
dilakukan oleh polisi

6
3/23/2015

Pembedaan Dasar Pembenar & Dasar


Pemaaf terkait dgn masalah :

• Penyertaan: salah satu peserta memiliki


dasar pembenar maka peserta lain jg
dibenarkan (kolektif), namun dasar pemaaf
hanya dimiliki peserta yg punya dasar
pemaaf (individual)
• Bunyi putusan hakim: lihat catatan

You might also like