Correspondence: Yustisia Kristiana, Universitas Pelita Harapan Email: Yustisia - Kristiana@uph - Edu

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Jurnal Akademi Pariwisata Medan

ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

INFLUENCE OF SOCIAL DEMOGRAPHY, CULTURE AND MOTIVATION OF


ARCHIPELAGO TOURISTS ON LOCAL FOOD IN SEMARANG CITY

Yustisia Kristiana1, Jessia Joy Megan2, Nidya Gracia Purnama3, Rionaldy Wijaya4
1,2,3,4
Universitas Pelita Harapan
Correspondence : Yustisia Kristiana, Universitas Pelita Harapan
Email : [email protected]
DOI: https://doi.org/10.36983/japm.v8i1.61

Abstract
Domestic tourists visiting Semarang generally choose the cultural tourist attraction namely
Lawang Sewu to visit. Even though Semarang has other tourism potentials, for example
culinary tourism. The culinary potential in Semarang can be developed into a tourist
attraction, but it has not been managed optimally. The purpose of this study was to determine
(1) the effect of the social demographic, (2) culture, and (3) the motivation of domestic
tourists on local food in Semarang. The sampling technique in this study was convenience
sampling. The respondents of this study were domestic tourists visiting Semarang. The
number of respondents was 197 people. The data analysis method used is linear regression.
Based on the results showed that the social demographics, culture, and motivation of
domestic tourists proved to have a positive effect on local food in Semarang. Managerial
implications of this research for the Semarang City Government are developing interesting
informative texts about the culinary of Semarang by utilizing the latest technologies,
promoting the local food of Semarang by conducting culinary festivals on a regular basis and
works closely with the travel agencies to create tour packages about culinary, especially the
local food of the Semarang.

Keywords: social demographic, culture, motivation, local food

PENGARUH SOSIAL DEMOGRAFI, BUDAYA DAN MOTIVASI WISATAWAN


NUSANTARA TERHADAP MAKANAN LOKAL DI KOTA SEMARANG

Abstrak
Pilihan wisata dari wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kota Semarang adalah daya tarik
wisata budaya yaitu Lawang Sewu. Padahal Kota Semarang memiliki potensi wisata lain
contohnya adalah wisata kuliner. Potensi kuliner di Kota Semarang dapat dikembangkan
menjadi daya tarik wisata, namun belum dikelola secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui (1) pengaruh sosial demografi, (2) budaya, dan (3) motivasi wisatawan
nusantara terhadap makanan lokal di Kota Semarang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah convenience sampling. Responden dari penelitian ini adalah wisatawan
nusantara yang berkunjung ke Kota Semarang. Jumlah responden adalah sebanyak 197 orang.
Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa sosial demografi, budaya, dan motivasi wisatawan nusantara terbukti
berpengaruh positif terhadap makanan lokal di Kota Semarang. Implikasi manajerial dari
penelitian ini bagi Pemerintah Kota Semarang adalah untuk dapat lebih mengembangkan
informasi secara menarik dan lengkap mengenai kuliner Kota Semarang dengan
memanfaatkan teknologi terkini, mempromosikan makanan lokal Kota Semarang melalui

Jurnal Akademi Pariwisata Medan 91


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

penyelenggaraan festival kuliner secara berkala dan bekerja sama dengan biro perjalanan
wisata untuk membuat paket wisata tentang kuliner, khususnya makanan lokal Kota
Semarang.

Kata kunci: sosial demografi, budaya, motivasi, makanan lokal

PENDAHULUAN Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan


Indonesia merupakan negara Nusantara ke Kota Semarang Tahun
dengan kepulauan dan perairan yang 2014-2018
membentang luas, hal tersebut membuat Tahun Jumlah
Indonesia memiliki sumber daya alam dan 2014 2.692.104
budaya yang kaya dan beraneka ragam. 2015 2.853.564
Keberagaman, keunikan, serta keindahan 2016 3.023.441
Indonesia menghasilkan citra pariwisata 2017 4.198.584
yang baik di mata wisatawan sehingga 2018 5.703.282
banyak wisatawan nusantara maupun Sumber: Disporapar Provinsi Jawa
mancanegara yang menjadikan Indonesia Tengah (2018)
sebagai destinasi wisata. Salah satu daerah Pilihan wisata dari wisatawan
yang memiliki nilai budaya dan keunikan nusantara yang berkunjung adalah daya
tersendiri adalah Kota Semarang. Nilai tarik wisata budaya seperti Lawang Sewu.
sejarah yang dimiliki, keragaman budaya, Padahal Kota Semarang memiliki potensi
dan keragaman kuliner membuat Kota wisata lain contohnya adalah wisata
Semarang memiliki potensi yang besar kuliner, seperti bandeng presto, lumpia,
sebagai destinasi wisata. Kota Semarang garang asem, tahu gimbal, soto bangkong,
juga memiliki berbagai akses transportasi mie kopyok, babat gongso, tahu petis,
yang mudah dijangkau yaitu melalui darat gandos, spekoek, kue moaci, gudangan,
(Tol Trans-Jawa dan Kereta Api Stasiun roti ganjel rel, dan wingko babat.
Tawang dan Poncol), laut (Pelabuhan Kepala Seksi Destinasi Wisata
Tanjung Mas), dan udara (Bandara Disbudpar Kota Semarang (2019)
Ahmad Yani). mengatakan bahwa setiap daerah di Kota
Kota Semarang pada tahun 2018 Semarang sebenarnya memiliki kuliner
masuk ke dalam daftar 10 besar destinasi khas masing-masing. Namun, selama ini
wisata domestik yang paling sering pengelolaan masih belum sepenuhnya
ditelusuri melalui Google. Kota optimal. Dengan pengembangan wisata
Semarang berada pada peringkat ke-7 kuliner maka nantinya dapat menjadi
sebagai daerah yang paling sering dicari alternatif pilihan berwisata sehingga
oleh wisatawan nusantara, di bawah mampu menjadi daya tarik wisata
Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan unggulan. Wisata kuliner berhubungan
Surabaya yang sudah lebih dulu dikenal dengan makanan lokal dari sebuah
sebagai destinasi wisata. Tingginya destinasi wisata.
pencarian terhadap destinasi tersebut Makanan tradisional atau makanan
merupakan cerminan tingginya minat lokal merupakan salah satu identitas suatu
wisatawan untuk datang berkunjung kelompok masyarakat yang sangat mudah
(Pemerintah Kota Semarang, 2018). untuk ditemukan dan mudah untuk
Jumlah kunjungan wisawatan dikenali (Tyas, 2017). Makanan lokal
nusantara ke Kota Semarang juga merupakan salah satu aset budaya yang
menunjukkan peningkatan, hal ini dapat diciptakan oleh masyarakat di suatu
dilihat pada tabel berikut ini: daerah, dengan mengembangkan makanan

92 Jurnal Akademi Pariwisata Medan


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

lokal, maka akan menciptakan peluang TINJAUAN PUSTAKA


wisata bagi makanan lokal. Dalam Sosial Demografi
pemilihan makanan, terdapat faktor-faktor Yasin dan Adioetomo (2010)
penentu yang membuat seseorang menyatakan bahwa secara menyeluruh
menentukan apakah makanan tersebut demografi memberikan gambaran
layak untuk dikonsumsi atau tidak. Karena mengenai perilaku penduduk, baik secara
masing-masing pribadi memiliki latar agregat maupun kelompok. Menurut
belakang yang berbeda-beda sehingga, Zahra (2014), sosial demografi merupakan
menghasilkan faktor-faktor lain yang sebuah ilmu yang mempelajari penduduk
beragam. (suatu wilayah) terutama mengenai
Menurut Mak et al. (2012) faktor jumlah, struktur (komposisi penduduk),
yang memengaruhi konsumsi makanan serta perubahan atau perkembangannya
wisatawan, antara lain budaya dari waktu ke waktu. Aspek demografi,
(cultural/religious), sosial demografi juga mencakup empat hal yaitu usia, jenis
(socio-demographic), food-related kelamin, status keluarga, dan jumlah anak.
personality traits, pengalaman Variabel-variabel sosial demografi, yaitu
sebelumnya (exposure effect/past konsumen yang mencangkup; pendidikan
experience), dan motivasi (motivational terakhir, pekerjaan, usia, tempat kerja,
factors). Dalam penelitian ini, faktor yang status keluarga, jumlah anak, serta total
akan dipakai adalah sosial demografi, pengeluaran keluarga per bulan,
budaya, dan motivasi. berhubungan signifikan dengan tingkat
Kim, Eves, dan Scarles (2009) kesadaran (attention), tingkat ketertarikan
menyatakan bahwa faktor-faktor yang (interest), tingkat keinginan (desire), serta
memengaruhi permintaan makanan lokal tingkat pembelian (action) konsumen
wisatawan antara lain faktor demografi, (Santi dan Suprapti, 2012).
motivasi, dan psikologi. Selain itu Budaya
menurut Kotler dan Keller (2011), ada Schiffman dan Kanuk (2010)
empat faktor yang memengaruhi mengemukakan bahwa budaya adalah
keputusan pembelian konsumen, yaitu kumpulan tentang keyakinan, nilai, adat
faktor budaya, faktor sosial, faktor yang berfungsi untuk mengarahkan
pribadi, dan psikologi. perilaku konsumen di anggota masyarakat
Berdasarkan penjelasan tersebut, tertentu. Selain itu Kotler dan Keller
maka tujuan penelitian ini adalah untuk (2011), merumuskan bahwa budaya
mengetahui (1) pengaruh sosial demografi adalah penentu keinginan dan perilaku
wisatawan terhadap makanan lokal, (2) referensi, dan perilaku manusia ditentukan
pengaruh budaya wisatawan terhadap yang paling mendasar. Senada dengan
makanan lokal, dan (3) pengaruh pengertian tersebut, menurut Giantara dan
motivasi wisatawan terhadap makanan Santoso (2014), sub budaya dapat didasari
lokal. Dari penelitian ini, diharapkan oleh kesamaan ras, umur, latar belakang
dapat memberikan informasi mengenai suku, dan tempat tinggal. Masing-masing
pengaruh sosial demografi, budaya, dan suku mempunyai keinginan dan
motivasi wisatawan nusantara terhadap kebutuhan yang tidak sama, seperti dalam
makanan lokal sehingga dapat membantu penentuan sebuah produk, memilih tempat
pemerintah dalam mengembangkan wisata wisata, perilaku, dan pandangan politik,
di bidang kuliner. serta keinginan untuk mencoba suatu
produk yang belum pernah dicoba. Dari
penelitian tersebut menyatakan bahwa

Jurnal Akademi Pariwisata Medan 93


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

faktor budaya, yaitu tradisi mengonsumsi dengan sedikit rekayasa, dan memiliki
dalam masyarakat pada acara tertentu. karakteristik tertentu yang
Motivasi membedakannya dengan kuliner daerah
Menurut Winardi (2008) motivasi lain. Berg dan Sevón (2014) menyebutkan
berasal dari kata motivation yang berarti bahwa banyak teks menampilkan kuliner
menggerakkan, motivasi merupakan hasil dalam berbagai bentuk untuk menarik
sejumlah proses yang bersifat internal atau minat terhadap suatu daerah.
eksternal bagi seorang individu, yang Hasil Penelitian Terdahulu
menyebabkan timbulnya sikap entusiasme Hasil penelitian terdahulu yang
dan persistensi dalam hal melaksanakan dilakukan oleh Rahma, Susilowati, &
kegiatan-kegiatan tertentu. Selain itu, Purwanti, (2017) menggambarkan bahwa
Uno (2011) menyatakan bahwa motivasi masing-masing responden berdasarkan
merupakan kekuatan yang mendorong kelompok usia, jenis kelamin, dan status
seseorang melakukan sesuatu untuk marital memiliki tingkat motivasi dan
mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini faktor psikologi yang berbeda-beda dalam
pada dasarnya dirangsang oleh adanya berwisata kuliner. Faktor demografi
berbagai macam kebutuhan, seperti merupakan faktor penting yang
keinginan yang hendak dipenuhinya, memengaruhi konsumsi makanan
tingkah laku, tujuan, dan umpan balik. wisatawan dan umumnya termasuk
Makanan Lokal indikator seperti usia, jenis kelamin,
Berdasarkan pernyataan Tyas tingkat pendidikan, status perkawinan,
(2017), makanan merupakan keyakinan agama, dan sebagainya (S. S.
sebuah tradisi, karena pada awalnya Kim, Lee, & Klenosky, 2003). Penelitian
makanan memiliki peran pada berbagai oleh Mak et al., (2012) mengidentifikasi
ritual maupun upacara adat dan secara bahwa terdapat lima faktor yang
turun temurun yang dalam mengolah memengaruhi konsumsi makanan
makanan diturunkan dari generasi ke wisatawan, antara lain budaya
generasi secara terus menerus. Makanan (cultural/religious), sosial demografi
tradisional atau makanan lokal merupakan (socio-demographic), food-related
salah satu identitas suatu kelompok personality traits, pengalaman
masyarakat yang sangat mudah untuk sebelumnya (exposure effect/past expe-
ditemukan dan mudah untuk dikenali. rience), dan motivasi (motivational
Makanan tradisional artinya dapat factors). Model penelitian adalah sebagai
dikatakan sebagai identitas lokal karena berikut:
keberadaannya yang menjadi bagian dari Budaya
H1
H1
budaya masyarakat, seperti tata cara Demografi
tertentu dalam mengolah bahan
makanannya, perannya dalam budaya H2
Makanan
masyarakat dan tata perayaan, serta resep Budaya Lokal
yang terjaga secara turun-temurun. Selain
itu, menurut Guerrero et al. (2009) H3
makanan tradisional adalah produk
Motivasi
makanan yang sering dikonsumsi oleh
suatu kelompok masyarakat atau
dihidangkan dalam perayaan dan waktu
tertentu, diwariskan dari generasi ke Gambar 1. Model Penelitian
generasi, dibuat sesuai dengan resep
secara turun-temurun, dibuat tanpa atau

94 Jurnal Akademi Pariwisata Medan


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

Data yang telah dikumpulkan


METODOLOGI dianalisis oleh penulis. Data yang
dianalisis adalah data ordinal 6 poin skala
Teknik pengambilan sampel dalam Likert (1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak
penelitian ini menggunakan teori Sekaran setuju; 3 = agak tidak setuju; 4 = agak
dan Bougie (2016), yaitu nonprobability setuju; 5 = setuju; 6 = sangat setuju).
sampling dengan metode convenience Analisis kuantitatif dilakukan dengan
sampling. Convenience sampling bantuan perangkat lunak SPSS. Analisis
digunakan karena pengambilan sampel ini dilakukan untuk mengetahui gambaran
dilakukan berdasarkan ketersediaan dan umum tanggapan responden tentang
kemudahan untuk mendapatkannya. Jenis variabel sosial demografi, budaya, dan
data yang digunakan dalam penelitian ini motivasi terhadap makanan lokal.
adalah data primer dan data sekunder. Tabel 2. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, data primer Variabel
merupakan survei, observasi, dan Variabel Definisi Indikator Sum
wawancara. Data primer dalam penelitian ber
Sosial Sosial Pertimbanga Santi
ini dikumpulkan dari penyebaran
Demografi demografi n kesehatan dan
kuesioner secara langsung kepada konsumen dalam Supr
wisatawan nusantara yang berada di Kota (usia, memilih apti
Semarang, yaitu tempat oleh-oleh, Kota pendidika makanan (201
Lama, dan tempat lainnya yang menjadi n terakhir, (usia) 2)
pekerjaan, Kemudahan
daya tarik wisata, di mana hasil data
tempat mengambil
tersebut lalu dikumpulkan dan diolah. kerja, keputusan
Sedangkan data sekunder dalam penelitian status dalam
ini adalah data berdasarkan studi pustaka, keluarga, memilih
referensi, jurnal, ataupun artikel untuk jumlah makanan
anak, dan (jenis
mendapatkan tambahan data yang
total kelamin)
dibutuhkan. pengeluara Pengetahuan
Dalam melakukan pengambilan n keluarga tentang
sampel, jumlah yang disarankan adalah per bulan) makanan
lebih dari 30 dan kurang dari 500. Jumlah berhubung (tingkat
an pendidikan)
sampel yang terlalu sedikit tidak bisa
signifikan Nilai
menjelaskan keseluruhan populasi dan dengan prestise
jumlah yang terlalu banyak akan tingkat dalam
menghasilkan pembengkakan biaya. kesadaran memilih
SekaranG dan Bougie, 2016). (attention) makanan
, tingkat (pekerjaan)
Menurut Hair et al., (2010), untuk
ketertarika Pertimbanga
menentukan jumlah sampel yang n n value for
dibutuhkan dapat dilakukan dengan (interest), money
mengalikan jumlah pertanyaan kuesioner tingkat dalam
dengan lima sampai sepuluh. Dari keinginan memilih
(desire), makanan
pernyataan di atas, dihasilkan jumlah dan (pendapatan
variabel yang diteliti sebanyak 20 tingkat )
pertanyaan dengan jumlah sampel menjadi pembelian
20 x 5 = 100. Sehingga penelitian kali ini (action)
membutuhkan minimal sebanyak 100 konsumen.
responden. Budaya Budaya Pertimbanga Schif
adalah n porsi fman

Jurnal Akademi Pariwisata Medan 95


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

Variabel Definisi Indikator Sum Variabel Definisi Indikator Sum


ber ber
kumpulan makanan dan atau makanan Keunikan
tentang dalam Kanu lokal penyajian
keyakinan, mencoba k merupakan makanan lokal
nilai, adat makanan (201 salah satu Keautentik
yang Keunikan 0) identitas suatuan makanan
berfungsi cita rasa kelompok lokal
untuk makanan masyarakat Makanan
mengarah Cerita yang sangat lokal sebagai
kan menarik mudah untuk identitas daerah
perilaku tentang ditemukan dan Penggunaa
konsumen makanan mudah untuk n bahan-bahan
di anggota Kekhasan dikenali suatu lokal dalam
masyaraka cara identitas lokalpembuatan
t tertentu. pembuatan karena makanan lokal
makanan keberadaannya
Makanan yang menjadi
sebagai bagian dari
bagian dari budaya
tradisi masyarakat.
Motivasi Motivasi Ketertarikan Uno
merupaka untuk (201 Uji validitas instrumen yang
n kekuatan mencoba 1) dilakukan dalam penelitian ini dengan
yang makanan
mendoron karena rasa menggunakan uji validitas konstrak dari
g ingin tahu sebuah instrumen yang ditentukan dengan
seseorang Keaslian jalan mengkorelasikan antara skor masing-
melakukan tempat masing item dengan total skor masing-
sesuatu menjadi masing item. Jika r-hitung lebih besar dari
untuk pertimbanga
mencapai n dalam
r-tabel pada taraf kepercayaan tertentu,
tujuan. mengonsum berarti instrumen tersebut memenuhi
Kekuatan- si makanan kriteria validitas. Taraf kepercayaan yang
kekuatan Rekomenda digunakan dalam uji validitas item pada
ini pada si menjadi penelitian ini adalah 95% dengan jumlah
dasarnya pertimbanga
dirangsang n untuk
responden (N). Item yang memiliki nilai r-
oleh mencoba hitung > r-tabel dinyatakan valid.
adanya makanan Uji reliabilitas dilakukan
berbagai Keinginan menggunakan Cronbach alpha. Bila hasil
macam mengonsum Cronbach alpha kurang dari 0,60, maka
kebutuhan, si makanan
seperti dapat disimpulkan bahwa hasil kuesioner
karena
keinginan kebutuhan lemah atau tidak baik. Bila berada di angka
yang fisiologis 0,70, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
hendak (memenuhi kuesioner dapat diterima dan bila hasil
dipenuhin rasa lapar) lebih besar sama dengan 0,80, maka dapat
ya, Peningkatan
tingkah disimpulkan bahwa hasil kuesioner baik
pengalaman saat
laku, mengonsumsi (Sekaran dan Bougie, 2016).
tujuan dan makanan Sekaran dan Bougie (2016)
umpan merumuskan bahwa analisis regresi
balik. bertujuan untuk digunakan dalam situasi
Makanan Makanan Keberagaman Tyas
Lokal tradisional makanan lokal (2017)
di mana hipotesis dari satu independen
variabel memengaruhi satu dependen

96 Jurnal Akademi Pariwisata Medan


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

variabel. Rumus analisis regresi adalah Pearson Correlation di mana simpulan


sebagai berikut: dari nilainya secara umum dibagi menjadi:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β2 X3 + ε
0,00 - 0,25 korelasi sangat lemah
Keterangan: > 0,25 - 0,50 korelasi moderat
> 0,50 - 0,75 korelasi kuat
Y = Makanan Lokal > 0,75 – 1,00 korelasi sangat kuat
Α = Konstanta
Β = Koefisien regresi yang HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan angka
Analisis Deskriptif
peningkatan atau penurunan
variabel variable dependen yang
didasarkan pada variabel Total responden adalah sebanyak
independen 197 wisatawan nusantara. Mayoritas
X = Sosial Demografi responden dengan jumlah 106 responden
1 (53,8%) berjenis kelamin wanita,
X = Budaya sedangkan 91 (46,2%) responden berjenis
2 kelamin pria. Jumlah responden yang
X = Motivasi berusia di atas 42 tahun yaitu sebanyak 66
3 responden (33,5%); usia 17-21 tahun
Ε = Kesalahan pengganggu sebanyak 49 responden (24,9%); 43
(error)
responden (21,8%) berusia 22-27 tahun;
17 responden (8,6%) berusia 28-32 tahun;
Uji koefisien determinasi (R²) 14 responden (7,1%) yang berusia 38-42
digunakan untuk menjelaskan pengaruh tahun; dan 8 responden (4,1%) berusia 33-
sosial demografi, budaya, motivasi, dan 37 tahun. Jumlah responden yang
makanan lokal. Koefisien determinasi berdomisili di tempat lainnya seperti
terletak antara 0 dan 1. Jika R²= 1 atau Bangka Belitung, Banten, Bekasi, Bali,
R²= 100% artinya pendekatan benar-benar Kalimantan, Papua, Sumatera, dan lain-
tepat, yakni memberikan kontribusi lain sebanyak 121 responden (61,4%); 37
sebesar 100%. responden (18,8%) berdomisili di DKI
Uji F digunakan untuk mengetahui Jakarta; Jawa Barat sebanyak 18
apakah varibel-variabel independen secara responden (9,1%); Jawa Timur sebanyak
simultan berpengaruh signifikan terhadap 12 responden (6,1%); dan sebanyak 9
variabel dependen. Derajat kepercayaan responden (4,6%) berdomisili di Daerah
yang digunakan ialah 0,05. Uji t Istimewa Yogyakarta. Status pendidikan
digunakan untuk mengetahui apakah responden yaitu Diploma 4/S1 sebanyak
variabel-variabel independen secara 82 responden (41,6%); SMA sebanyak 78
parsial berpengaruh nyata atau tidak responden (39,6%); Diploma 1-3
terhadap variabel dependen. Derajat sebanyak 18 responden (9,1%); S2
signifikansi yang digunakan adalah 0,05. sebanyak 12 responden (6,1%); SMP
Untuk mengetahui hubungan dimensi dari sebanyak 4 responden (2%); dan S3
variabel independen dengan variabel sebanyak 3 responden (1,5%). Responden
dependen diperlukan matrik korelasi yang berstatus pelajar adalah sebanyak 61
antara variabel. Uji korelasi antar variabel responden (31%); karyawan sebanyak 61
adalah uji yang dilakukan untuk melihat responden (31%); wiraswasta sebanyak 38
tingkat kuat lemahnya hubungan dua responden (19,3%); ibu rumah tangga
variabel yang ditunjukkan oleh nilai sebanyak 24 responden (12,2%); dan

Jurnal Akademi Pariwisata Medan 97


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

responden berstatus lainnya sebanyak 13 responden (11,7%); melakukan perjalanan


responden (6,6%). sendiri 21 responden (10,7%); dan lainnya
Mayoritas responden memiliki sebanyak 4 responden (2%). Jumlah
pendapatan sebesar <Rp 4.000.000, yaitu wisatawan mendapatkan sumber informasi
sebanyak 89 responden (45,2%); 49 mengenai Kota Semarang melalui
responden (24,9%) dengan pendapatan teman/keluarga sebanyak 107 responden
>Rp 10.000.000; 22 responden (11,2%) (54,3%); melalui internet/sosial media
memiliki pendapatan sebesar >Rp sebanyak 63 responden (32%);
6.000.000–Rp 8.000.000; 21 responden mengetahui melalui sumber lainnya
(10,7%) dengan pendapatan sebesar >Rp adalah sebanyak 18 responden (9,1%);
4.000.000–Rp 6.000.000; dan 16 melalui TV sebanyak 7 responden (3,6%);
responden (8,1%) dengan pendapatan dan melalui majalah/koran adalah
sebesar >Rp 8.000.000–Rp 10.000.000. sebanyak 2 responden (1%).
Mayoritas responden dengan frekuensi Berdasarkan hasil penelitian,
kunjungan ke Kota Semarang satu kali ditunjukkan bahwa pada variabel sosial
pertahun berjumlah 85 responden demografi, indikator pengetahuan tentang
(43,1%); lebih dari lima kali pertahun makanan membantu dalam memilih
berjumlah 52 responden (26,4%); dua kali makanan lokal di Kota Semarang adalah
pertahun berjumlah 23 responden sebesar 4,7 yang menunjukan bahwa
(11,7%); tiga kali pertahun berjumlah 21 pengetahuan mengenai makanan
responden (10,7%); empat kali pertahun membantu wisatawan dalam menentukan
berjumlah 8 responden (4,1%); dan lima dan memilih pembelian makanan lokal.
kali pertahun yaitu berjumlah 8 responden Indikator yang menyatakan bahwa
(4,1%). Jumlah responden melakukan value for money suatu menu menjadi
kunjungan ke Kota Semarang dengan pertimbangan dalam memilih makanan
alasan berlibur/rekreasi sebanyak 85 lokal di Kota Semarang adalah sebesar
responden (43,1%); alasan lainnya 4,65 yang artinya dalam memilih makanan
sebanyak 60 responden (30,5%); lokal di Kota Semarang, value for money
melakukan kunjungan bisnis sebanyak 28 menjadi pertimbangan bagi wisatawan
responden (14,2%); mengunjungi teman nusantara. Indikator yang menyatakan
sebanyak 19 responden (9,6%); dan ziarah mudah dalam mengambil keputusan
sebanyak 5 responden (2,5%). Jumlah memilih makanan lokal di Kota Semarang
wisatawan yang menghabiskan biaya adalah sebesar 4,6 artinya wisatawan
sebesar <Rp.1.000.000 saat di Kota nusantara tidak merasa kesulitan saat
Semarang adalah sebanyak 66 responden mengambil keputusan dalam menentukan
(33,5%); menghabiskan >Rp.1.000.000- makanan di Kota Semarang. Variabel
Rp.3.000.000 sebanyak 62 responden sosial demografi dengan indikator yang
(31,5%); menghabiskan >Rp.3.000.000- menyatakan bahwa kesehatan menjadi
Rp.5.000.000 sebanyak 47 responden pertimbangan dalam memilih makanan
(23,9%); menghabiskan >Rp.7.000.000 lokal di Kota Semarang adalah sebesar
sebanyak 13 responden; dan 4,52 artinya dalam memilih makanan
menghabiskan >Rp.5.000.000- lokal di Kota Semarang, kesehatan
Rp.7.000.000 sebanyak 9 responden menjadi pertimbangan bagi wisatawan
(4,6%). Jumlah responden yang nusantara. Indikator yang menyatakan
melakukan perjalanan wisata bersama nilai prestise menjadi pertimbangan dalam
keluarga sebanyak 81 responden (41,1%); mengambil keputusan dalam memilih
bersama teman sebanyak 68 responden makanan adalah sebesar 3,82 yang artinya
(34,5%); bersama rekan kerja sebanyak 23 mayoritas wisatawan merasa nilai prestise

98 Jurnal Akademi Pariwisata Medan


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

agak membantu wisatawan dalam artinya rasa ingin tahu memengaruhi


mengambil keputusan dalam memilih wisatawan dalam memilih makanan lokal.
makanan. Indikator yang menyatakan adanya
Variabel budaya dengan indikator rekomendasi dari orang lain menjadi
yang menyatakan bahwa keunikan cita pertimbangan wisatawan nusantara untuk
rasa makanan memengaruhi dalam mencoba makanan lokal di Kota
pemilihan makanan lokal di Kota Semarang adalah sebesar 4,89 yang
Semarang adalah sebesar 5,5 yang artinya rekomendasi dari orang lain
merupakan rerata paling tinggi artinya menjadi pertimbangan wisatawan
makanan lokal yang memiliki cita rasa nusantara dalam memilih makan lokal di
yang unik memengaruhi wisatawan dalam Kota Semarang. Indikator yang
menentukan pilihannya. Indikator yang menyatakan kebutuhan fisiologis
menyatakan makanan yang menjadi membuat wisatawan ingin mengonsumsi
bagian tradisi Kota Semarang makanan lokal di Kota Semarang adalah
memengaruhi wisatawan nusantara dalam sebesar 4,89 yang artinya kebutuhan
memilih makanan adalah sebesar 4,86 fisiologis dari wisatawan nusantara
yang artinya makanan yang merupakan memengaruhi wisatawan dalam
bagian dari tradisi Kota Semarang mengonsumsi makanan lokal di Kota
memengaruhi wisatawan nusantara dalam Semarang. Indikator yang menyatakan
memilih makanan. Indikator yang keaslian tempat menjadi pertimbangan
menyatakan cerita yang menarik tentang dalam mengonsumsi makanan lokal di
makanan lokal memengaruhi dalam Kota Semarang adalah sebesar 4,61 yang
memilih makanan lokal di Kota Semarang artinya keaslian tempat dari suatu
adalah sebesar 4,7 yang artinya makanan makanan lokal menjadi pertimbangan
lokal yang memiliki cerita yang menarik wisatawan nusantara dalam memilih
dibaliknya memengaruhi wisatawan makanan lokal. Indikator yang
nusantara dalam memilih makanan. menyatakan memilih makanan lokal di
Indikator yang menyatakan kekhasan cara Kota Semarang untuk meningkatan
pembuatan makanan menjadi pengaruh pengalaman saat mengonsumsi makanan
dalam pemilihan makanan lokal di Kota adalah sebesar 4,27 yang artinya
Semarang adalah sebesar 4,44 yang wisatawan nusantara memilih makanan
artinya kekhasan cara pembuatan lokal untuk meningkatkan pengalaman.
makanan lokal memengaruhi wisatawan Variabel makanan lokal dengan
nusantara dalam memilih makanan lokal. indikator yang menyatakan makanan lokal
Indikator yang menyatakan porsi makanan yang dimiliki oleh Kota Semarang sangat
menjadi pertimbangan wisatawan beragam adalah 5,04 yang artinya
nusantara dalam memilih makanan lokal wisatawan nusantara setuju bahwa
di Kota Semarang adalah sebesar 3,99 makanan lokal yang dimiliki Kota
yang artinya porsi dari suatu makanan Semarang sangat beragam. Indikator yang
agak menjadi pertimbangan wisatawan menyatakan bahwa makanan lokal yang
nusantara dalam memilih makanan lokal disajikan dapat mencerminkan identitas
di Kota Semarang. Kota Semarang adalah sebesar 4,81 yang
Variabel motivasi dengan artinya wisatawan nusantara menyadari
indikator yang menyatakan rasa ingin tahu bahwa makanan lokal di sajikan di Kota
membuat wisatawan nusantara merasa Semarang mencerminkan Kota Semarang.
tertarik untuk mencoba makanan lokal di Indikator yang menyatakan makanan lokal
Kota Semarang adalah sebesar 5,07 yang yang disajikan dapat mencerminkan
merupakan rerata yang paling tinggi identitas Kota Semarang adalah sebesar

Jurnal Akademi Pariwisata Medan 99


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

4,67 yang artinya wisatawan nusantara artinya positif, hal ini menunjukkan
menilai bahwa bahan-bahan yang bahwa variabel sosial demografi (X1),
digunakan dalam makanan lokal di Kota budaya (X2), dan motivasi (X3) memiliki
Semarang adalah bahan-bahan lokal. pengaruh terhadap makanan lokal (Y).
Indikator yang menyatakan makanan lokal Koefisien (X1) adalah sebesar 0,157
di Kota Semarang memiliki keautentikan menunjukkan bahwa adanya hubungan
adalah sebesar 4,51 yang artinya yang positif antara sosial demografi (X1)
wisatawan nusantara menilai bahwa dan makanan lokal (Y). Ini berarti apabila
makanan lokal di Kota Semarang semakin baik profil sosial demografi yang
memiliki keautentikan. Indikator yang dimiliki oleh wisatawan nusantara, maka
menyatakan makanan lokal di Kota akan semakin berpengaruh terhadap
Semarang memiliki keunikan penyajian pemilihan makanan lokal (Y), sehingga
adalah sebesar 4,46 yang artinya dapat dikatakan bahwa variabel sosial
wisatawan nusantara menilai bahwa demografi berpengaruh terhadap makanan
makanan lokal di Kota Semarang lokal. Koefisien (X2) adalah sebesar 0,343
memiliki keunikan dalam penyajian. menunjukkan bahwa adanya hubungan
Analisis Hipotesis yang positif antara budaya (X2) dan
Hasil pengujian validitas makanan lokal (Y). Hal ini berarti apabila
dinyatakan validitas dari hubungan tiga semakin kuat latar belakang budaya yang
variabel independen dan satu variabel dipegang oleh wisatawan nusantara, maka
dependen. Hasil Cronbach alpha sosial akan semakin memengaruhi wisatawan
demografi adalah 0,714, budaya adalah dalam memilih makanan lokal (Y),
0,760, motivasi adalah 0,728 dan makanan sehingga dapat dikatakan bahwa variabel
lokal adalah 0,780 yang berarti lebih besar budaya berpengaruh terhadap makanan
dari 0,60. Sehingga dapat disimpulkan lokal. Koefisien (X3) adalah sebesar 0,194
bahwa hasil uji reliabilitas baik. menunjukkan bahwa adanya hubungan
Hasil analisis regresi linier yang positif antara motivasi (X3) dan
berganda dapat dilihat pada tabel berikut makanan lokal (Y). Ini berarti semakin
ini: tinggi nilai motivasi yang dimiliki
wisatawan nusantara, maka akan semakin
Tabel 3. Hasil Pengujian Sosial
memengaruhi wisatawan nusantara dalam
Demografi, Budaya, dan Motivasi
memilih makanan lokal (Y), sehingga
Variable Coefficien T F Sig
t dapat dikatakan bahwa variabel motivasi
(Consta 7,488 4,169 berpengaruh terhadap makanan lokal.
nt)
Sosial 0,157 2,524
Koefisien determinasi (R²) dapat
Demogr melihat seberapa besar persentase
afi
Budaya 0,343 5,728
pengaruh terhadap variabel-variabel
Motivasi 0,194 2,686
independen yang dapat menjelaskan
F 32,2086
variabel dependen. (R²) digunakan untuk
R 0,334 menjelaskan pengaruh sosial demografi,
Square budaya, dan motivasi.
Sumber: Hasil Olahan Data (2019)
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan Tabel 4. Analisis Koefisien Determinasi
persamaan regresinya adalah: Mo R R Adj Std. Change Statistics
Y = 7,488+ 0,157 X1 + 0,343 X2 + del Squa uste Error R F Df Df Sig.
0,194 X3 re d of the Squar Chan 1 2 F
Squ Estim e ge Chan
Penjelasan dari persamaan regresi are ate Chang ge
tersebut adalah konstanta (a) = 7,488 yang e

100 Jurnal Akademi Pariwisata Medan


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

1 , 0 0 2 0 3 3 1 0 1 (Co 7 1,79 4 0
5 , , , , 2 9 , nst , 6 , ,
7 3 3 8 3 , 3 0 ant 4 1 0
8 3 2 0 3 2 0 ) 8 6 0
8 9 0
4 3 5 4 0 0
a Sos 0 0,06 0,1 2 0
6 ial , 2 58 , ,
Sumber: Hasil Olahan Data (2019) De 1 5 0
mo 5 2 1
gra 7 4 2
Hasil pengujian koefisien fi
determinasi (R²) adalah 0,334, hal ini Bu 0 0,06 0,3 5 0
berarti 33,4% variabel makanan lokal day , 0 92 , ,
a 3 7 0
dapat dijelaskan oleh variabel independen 4 2 0
yaitu sosial demografi, budaya, dan 3 8 0
motivasi. Sedangkan sisanya yaitu 66,6% Mo 0 0,07 0,1 2 0
tiva , 2 82 , ,
dijelaskan oleh variabel lain di luar model. si 1 6 0
Untuk mengetahui variabel- 9 8 0
variabel bebas (sosial demografi, budaya, 4 6 8
dan motivasi) mempunyai pengaruh Sumber: Hasil Olahan Data (2019)
secara bersama-sama terhadap variabel Nilai koefisien regresi variabel
dependen (makanan lokal), maka dapat sosial demografi adalah sebesar 0,157
dilakukan uji F. bernilai positif sehingga dapat dikatakan
Tabel 5. Hasil Uji F bahwa sosial demografi berpengaruh
positif terhadap makanan lokal. Nilai
No Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square koefisien regresi variabel budaya adalah
1 Regres 760,301 3 253,434 32,20 ,000 b sebesar 0,343 bernilai positif sehingga
sion 6 dapat dikatakan bahwa budaya
Residu 1518,735 193 7,869 berpengaruh positif terhadap makanan
al
Total 2279,036 196
lokal. Nilai koefisien regresi variabel
motivasi adalah sebesar 0,194 bernilai
a. Predictors: (Constant), Sosial positif sehingga dapat dikatakan bahwa
Demografi, Budaya, Motivasi motivasi berpengaruh positif terhadap
b. Dependent Variable: Makanan Lokal makanan lokal. Nilai |t| dengan level of
Sumber: Hasil Olahan Data (2019) significant, α = 0,05 dan df = df = n-k-l =
Berdasarkan hasil di atas, F- 193 adalah sebesar 1,652. Nilai t-hitung
hitung menunjukkan hasil 32,206 sosial demografi adalah 2,524 atau >
dengan probabilitas 0,000b atau < 0,05 1,652 dengan nilai signifikan dari variabel
maka model regresi dapat dinyatakan sosial demografi 0,012 atau < 0,05, maka
bahwa secara simultan sosial demografi, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya
budaya, dan motivasi berpengaruh sosial demografi secara parsial
terhadap makanan lokal. berpengaruh terhadap makanan lokal.
Hasil uji t pada penelitian ini Nilai t-hitung budaya adalah 5,728 atau >
dapat dilihat pada tabel berikut ini: 1,652 dengan nilai signifikan dari variabel
Tabel 6. Hasil Uji t budaya 0,000 atau < 0,05, maka maka H0
Model Unstandardized Standar t Sig. ditolak dan H2 diterima, artinya budaya
Coefficients dized secara parsial berpengaruh terhadap
Coeffici
ents
makanan lokal. Nilai t-hitung motivasi
adalah 2,686 atau > 1,652 dengan nilai
B Std. Be
Erro ta signifikan dari variabel motivasi 0,008
r atau < 0,05, maka maka H0 ditolak dan

Jurnal Akademi Pariwisata Medan 101


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

H3 diterima, artinya motivasi secara keputusan dalam memilih makanan lokal


parsial berpengaruh terhadap makanan di Kota Semarang. Berdasarkan
lokal. pernyataan di atas, dapat disimpulkan
Uji korelasi antar variabel adalah bahwa sosial demografi merupakan salah
uji yang dilakukan untuk melihat tingkat satu faktor yang memengaruhi wisatawan
kuat lemahnya hubungan dua variabel dalam memilih makanan lokal. Hasil
yang ditunjukkan oleh nilai Pearson mendukung penelitian yang dilakukan
Correlation. Hasil korelasi antar variabel Mak et al. (2012), bahwa terdapat lima
dalam penelitian adalah sebagai berikut: faktor yang memengaruhi konsumsi
Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Antar makanan wisatawan, antara lain budaya
Variabel (cultural/religious), sosial demografi
Variabel Independen Variabel Dependen (socio-demographic), food-related
(X) (Y) personality traits, pengalaman
Makanan Lokal
sebelumnya (exposure effect/past
Sosial Demografi 0,330
(X1) experience), dan motivasi (motivational
Budaya (X2) 0,527 factors).
Motivasi (X3) 0,413 Berdasarkan hasil penelitian
Sumber: Hasil Olahan Data (2019) menunjukkan bahwa faktor budaya
berpengaruh terhadap makanan lokal.
Hasil di atas menunjukkan bahwa: Seperti porsi makanan, keunikan cita rasa,
(1) sosial demografi memiliki korelasi cerita yang menarik mengenai makanan
moderat terhadap makanan lokal, yaitu lokal, kekhasan cara pembuatan dari
sebesar 0,330; (2) budaya memiliki makanan lokal, dan tradisi dari makanan
korelasi yang kuat terhadap makanan lokal yang dimiliki oleh Kota Semarang
lokal, yaitu sebesar 0,527, (3) motivasi memengaruhi wisatawan nusantara dalam
memiliki korelasi yang moderat terhadap memilih makanan lokal. Hal ini dapat
makanan lokal, yaitu sebesar 0,413. Dari dilihat nilai t-hitung 5,728 dan nilai
ketiga variabel yang mempunyai nilai reliabel sebesar 0,760 dengan sig. lebih
tertinggi adalah variabel budaya sehingga kecil dari 0,05. Sehingga variabel budaya
dapat disimpulkan bahwa budaya memiliki pengaruh terhadap makanan
memiliki korelasi yang lebih kuat lokal. Hasil ini mendukung oleh
terhadap variabel makanan lokal. pernyataan dari menurut Jundi (2015) pola
Pembahasan konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh
Berdasarkan hasil penelitian, adat istiadat setempat, termasuk di
faktor sosial demografi berpengaruh dalamnya pengetahuan mengenai pangan,
terhadap pemilihan makanan lokal di Kota sikap terhadap pangan dan kebiasaan
Semarang. Hal ini dapat dilihat bahwa t- makan. Faktor budaya merupakan
hitung sebesar 2,524 dan nilai reliabel penentu keinginan, persepsi, dan perilaku
sebesar 0,714 dengan nilai sig. lebih kecil paling dasar. Faktor budaya memberikan
dari 0,05 sehingga variabel sosial pengaruh paling luas dan dalam pada
demografi memberikan pengaruh terhadap persepsi konsumen.
pemilihan makanan lokal di Kota Berdasarkan hasil penelitian,
Semarang. Mayoritas wisatawan nusantara motivasi wisatawan berpengaruh terhadap
menyatakan bahwa pengetahuan tentang pemilihan makanan lokal di Kota
makanan membantu dalam memilih Semarang dilihat dari ketertarikan
makanan lokal di Kota Semarang. Selain wisatawan dalam mencoba makanan
itu, sebagian besar wisatawan nusantara lokal, keinginan untuk mendapatkan
menyatakan mudah dalam mengambil pengalaman mencicipi makanan lokal

102 Jurnal Akademi Pariwisata Medan


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

Kota Semarang, kebutuhan fisiologis, mengenai Kota Semarang diperoleh dari


serta rekomendasi dari orang lain keluarga/teman.
mengenai makanan lokal Kota Semarang. Berdasarkan variabel yang diteliti
Referensi sangat dibutuhkan untuk untuk faktor sosial demografi, nilai
membantu wisatawan dalam melakukan indikator yang paling berpengaruh adalah
kegiatan wisatanya dan juga untuk pengetahuan tentang makanan,
mempromosikan wisata kuliner (Kristiana, selanjutnya untuk variabel budaya,
Suryadi, & Sunarya, 2018). indikator yang paling memengaruhi
Keingintahuan wisatawan nusantara wisatawan adalah keunikan cita rasa
terhadap makanan lokal menumbuhkan makanan yang dimiliki makanan lokal di
minat dalam mencicipi makanan lokal Kota Semarang, kemudian untuk variabel
Kota Semarang seperti lumpia, soto, dan motivasi, indikator yang paling
bandeng presto. Hal ini dapat dilihat nilai memengaruhi wisatawan adalah rasa ingin
t-hitung 2,686 dan nilai reliabel sebesar tahu membuat wisatawan merasa tertarik
0,728 dengan sig. lebih kecil dari 0,05 untuk mencoba makanan lokal di Kota
sehingga variabel motivasi memiliki Semarang, dan yang terakhir adalah
pengaruh terhadap pemilihan makanan variabel makanan lokal, dimana indikator
lokal di Kota Semarang. Hasil ini yang paling memengaruhi adalah
mendukung penelitian Mak et al. (2012) makanan lokal yang dimiliki oleh Kota
bahwa terdapat lima faktor yang Semarang sangat beragam.
memengaruhi konsumsi makanan Hasil analisis hipotesis
wisatawan, antara lain budaya menunjukkan bahwa dari sosial
(cultural/religious), sosial demografi demografi, budaya, dan motivasi
(socio-demographic), food-related wisatawan nusantara terbukti berpengaruh
personality traits, pengalaman positif terhadap makanan lokal di Kota
sebelumnya (exposure effect/past Semarang.
experience), dan motivasi (motivational
factors). Saran
Implikasi manajerial dari
SIMPULAN DAN SARAN penelitian ini bagi Pemerintah Kota
Simpulan Semarang adalah lebih mengembangkan
Berdasarkan hasil analisis informasi secara menarik dan lengkap
deskriptif untuk profil responden, mengenai kuliner Kota Semarang melalui
mayoritas adalah berjenis kelamin wanita situs pariwisata maupun media sosial.
dengan umur lebih dari 42 tahun dan Informasi yang dilengkapi dapat berupa
berdomisili di DKI Jakarta, dengan ciri khas ataupun cerita tentang restoran
pendidikan terakhir adalah Diploma 4/S1, atau makanan lokal Kota Semarang.
pekerjaan sebagai karyawan, dengan total Pemerintah Kota Semarang dapat
pendapatan di bawah Rp.4.000.000, memanfaatkan teknologi terkini seperti,
kemudian frekuensi jumlah kunjungan ke penggunaan barcode dalam
Kota Semarang adalah 1 kali dalam satu mendistribusikan informasi tersebut.
tahun dengan alasan berlibur/berekreasi. Selain itu, Pemerintah Kota Semarang
Rerata jumlah uang yang dikeluarkan saat dapat mempromosikan makanan lokal
berkunjung ke Kota Semarang adalah di Kota Semarang melalui penyelenggaraan
bawah Rp.1.000.000, dan pada saat festival kuliner secara berkala dan bekerja
melakukan perjalanan wisata ditemani sama dengan biro perjalanan wisata untuk
oleh keluarga. Sumber informasi membuat paket wisata yang menyertakan

Jurnal Akademi Pariwisata Medan 103


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

kuliner, khususnya makanan lokal Kota didalamnya Pengetahuan


Semarang. Mengenai Pangan, Sikap
Saran untuk penelitian selanjutnya Terhadap Pangan dan Kebiasaan
adalah menambah variabel lain seperti Makan. Islam Negeri.
pengalaman pribadi terhadap makanan Kim, S. S., Lee, C. K., & Klenosky, D.
lokal serta memperluas cakupan sampel B. (2003). The influence of push
untuk meningkatkan generalisasi hasil and pull factors at Korean national
penelitian. parks. Tourism Management.
https://doi.org/10.1016/S0261-
UCAPAN TERIMA KASIH 5177(02)00059-6
Terimakasih diberikan kepada Kim, Y. G., Eves, A., & Scarles, C.
Dekan Fakultas Pariwisata Universitas (2009). Building a model of local
Pelita Harapan yang telah berkenan food consumption on trips and
memberikan kesempatan untuk holidays: A grounded theory
melaksanakan penelitian ini. Ucapan approach. International Journal of
terima kasih diberikan juga untuk Dinas Hospitality Management.
Kebudayaan dan Pariwisata Kota https://doi.org/10.1016/j.ijhm.200
Semarang, dan kepada para responden 8.11.005
yang telah bersedia mendukung penelitian Kotler, P., & Keller, K. L. (2011).
ini. Marketing Management (14th
ed.). Prentice Hall.
DAFTAR PUSTAKA Kristiana, Y., Suryadi, M. T., &
Berg, P. O., & Sevón, G. (2014). Food- Sunarya, S. R. (2018). Eksplorasi
branding places – A sensory Potensi Wisata Kuliner Untuk
perspective. Place Branding and Pengembangan Pariwisata Di Kota
Public Diplomacy. Tangerang. Khasanah Ilmu -
https://doi.org/10.1057/pb.2014.29 Jurnal Pariwisata Dan Budaya,
Giantara, M. S., & Santoso, J. (2014). 9(1), 18–23.
Pengaruh Budaya, Sub Budaya, https://doi.org/10.31294/khi.v9i1.
Kelas Sosial, dan Persepsi 3604
Kualitas Terhadap Perilaku Mak, A. H. N., Lumbers, M., Eves, A.,
Keputusan Pembelian Kue & Chang, R. C. Y. (2012). Factors
Tradisional Oleh Mahasiswa di influencing tourist food
Surabaya. Hospitality Dan consumption. International
Manajemen Jasa, 2(1). Journal of Hospitality
Guerrero, L., Guàrdia, M. D., Xicola, J., Management.
Verbeke, W., Vanhonacker, F., https://doi.org/10.1016/j.ijhm.201
Zakowska-Biemans, S., … 1.10.012
Hersleth, M. (2009). Consumer- Pemerintah Kota Semarang. (2018).
driven definition of traditional Kota Semarang Jadi Destinasi
food products and innovation in Wisata Paling Dicari di Google.
traditional foods. A qualitative Retrieved from
cross-cultural study. Appetite. http://semarangkota.go.id/p/400/k
https://doi.org/10.1016/j.appet.200 ota_semarang_jadi_destinasi_wisa
8.11.008 ta_paling_dicari_di_google
Jundi, A. M. (2015). Pola Konsumsi Rahma, N., Susilowati, I., & Purwanti,
Pangan Sangat dipengaruhi Oleh E. Y. (2017). Minat Wisatawan
Adat Istiadat Setempat, Termasuk terhadap Makanan Lokal Kota

104 Jurnal Akademi Pariwisata Medan


Jurnal Akademi Pariwisata Medan
ISSN 2656-0992 (Online), ISSN 1858 – 2842 (Print), Januari – Juni 2020, Vol. 8 No.1

Semarang. Ekonomi Dan Jessia Joy Megan adalah lulusan dari


Pembangunan Indonesia, 18(1). Program Studi Pengelolaan Perhotelan,
Santi, I. A. P. N. P., & Suprapti, N. W. Fakultas Pariwisata Universitas Pelita
S. (2012). Hubungan Karakteristik Harapan.
Sosial Demografi Konsumen
Dengan Respon Terhadap Stimuli Nidya Gracia Purnama adalah lulusan
Komunikasi Pemasaran (Produk dari Program Studi Pengelolaan
Bancassurance AIA-BCA). Perhotelan, Fakultas Pariwisata
Ekonomi Dan Bisnis, 1(2), 131. Universitas Pelita Harapan.
Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L.
(2010). Consumer Behavior 10th Rionaldy Wijaya adalah lulusan dari
Edition. Pearson Education. Program Studi Pengelolaan Perhotelan,
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Fakultas Pariwisata Universitas Pelita
Research methods for business : a Harapan.
skill-building approach / Uma
Sekaran and Roger Bougie.
Nucleic Acids Research.
Tyas, A. S. P. (2017). Identifikasi
Kuliner Lokal Indonesia dalam
Pembelajaran Bahasa Inggris.
Jurnal Pariwisata Terapan, 1(1).
https://doi.org/10.22146/jpt.24970
Uno, B. H. (2011). Teori Motivasi &
Pengukurannya. Personnel
Review.
Winardi. (2008). Entrepreneur dan
Entrepreneurship. Jakarta:
Kencana.
Yasin, M., & Adioetomo, S. M. (2010).
Demografi: Arti dan Tujuan.
Dalam Dasar- Dasar Demografi.
(Adioetomo). Jakarta: Salemba
Empat.
Zahra, A. (2014). Persepsi Pengaruh
Pengetahuan Keuangan, Sikap
Keuangan, Sosial Demografi
Terhadap Perilaku Keuangan
Dalam Pengambilan Keputusan
Investasi Individu. Bisnis Strategi,
23(2), 70–96.

Biodata
Yustisia Kristiana adalah Ketua
Program Studi Usaha Perjalanan Wisata
di Fakultas Pariwisata Universitas Pelita
Harapan.

Jurnal Akademi Pariwisata Medan 105

You might also like