Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi Di Poli Klinik Pentakit Dalam RSD - Balung Jember

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

1

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT


PADA PASIEN HIPERTENSI DI POLI KLINIK PENTAKIT DALAM RSD.BALUNG
JEMBER

Dewi krisdianawati¹, Awatiful Azza², Zuhrotul Eka Yulis³.


¹Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Jember,
[email protected]
²Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Jember, [email protected]
³Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Jember, [email protected]

ABSTRACT

Introduce: Compliance is the number where the behavior of patients in accordance with the
provisions given by health professionals. Adherence means taking medication exactly in
accordance with the rules, that is the correct medication, at the right time, the right way. One
way to improve compliance is the provision of education.
Method: This study uses a pre-experimental research design with pre post desaign approach
aims to determine the effect of education with medication adherence in hypertensive patients
dipoliklinik disease in RSD Balung Jember. The population in this study were patients with
hypertension who came to the clinic Balung RSD disease in Jember. Total sample of 30
respondents. Sampling techniques in this study is quota sampling. This research used
Wilcoxon test.
Result: The results showed that after a given educational respondents said there Effect of
Education with medication adherence in hypertensive patients using (α = 0.05) obtained ρ
value of 0.000. The conclusion of this research shows that there is the effect of education with
medication adherence.

Discuss: Discussion of this study are expected in future studies may examine the provision of
education on medication adherence in hypertensive patients at another clinic involving
family members who live at home.

Keywords: Education; Medication adherence; hypertension

PENDAHULUAN terkena hipertensi. Persentasi penderita


Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi saat ini paling banyak di negara
hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga berkembang. Sedang di negara maju
dunia setiap tahunnya. Badan kesehatan hanya 35%. Dikawasan asia tenggara 36%
dunia (WHO) memperkirakan jumlah persen orang dewasa menderita hipertensi.
penderita hipertensi akan terus meningkat Hipertensi merupakan penyakit
seiring dengan jumlah penduduk yang yang sangat berbahaya, karena tidak ada
membesar. Pada 2025 mendatang, gejala atau tanda khas sebagai peringatan
diproyeksikan sekitar 29% warga dunia dini. Kebanyakan orang merasa sehat dan
2

energik walaupun hipertensi. Keadaan ini Penelitian bertempat di poliklinik


sangat berbahaya, yang dapat penyakit dalam RSD Balung Jaember
menyebabkan kematian mendadak pada pada bulan september-desember 2014.
masyarakat (Balitbangkes, 2007). Populasi penelitian ini adalah semua
Seseorang dikatakan Hipertensi Ringan pasien yang kontrol di poliklinik penyakit
jika sistolik 140-159mmHg dan tekanan dalam RSD Balung Jember. Sampel
diastoliknya 90-99mmHg. Hipertensi diambil dengan tehnik quota sampling,
Sedang jika sistolik 160-179mmHg dan kriteria inklusinya Pasien yang menjalani
diastoliknya 100-109mmHg. Hipertensi terapi hipertensi minimal dua kali
Berat jika sistolik 180-209 mmHg dan sebelum dilakukan penelitian, Bersedia
diastoliknya 110-119 mmHg. Apabila sebagai respoden, Berusia 30-70 tahun.
sistoliknya <210 mmHg dan diastolik
HASIL PENELITIAN
>120 mmHg dinamakan Hipertensi
Maligna. Berikut akan disajikan hasil
Masalah terbesar dalam penelitian pengaruh pemberian edukasi
menghadapi penderita hipertensi adalah terhadap kepatuhan minum obat pada
kepatuhan. Kepatuhan pasien mengikuti pasien hipertensi di poliklinik penyakit
nasihat yang diberikan oleh dokter dan dalam RSD Balung Jember.
tidak melupakan minum obat sesuai
A. Data Umum
dengan instruksi dokter.
a. Distribusis Responden Berdasarkan
Edukasi tentang bahaya penyakit
Jenis Kelamin
hipertensi dan deteksi dini sangat
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi
diperlukan guna meminimalisir tingkat Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
kematian dan kerusakan organ serta cacat
No Jenis Kelamin Jumlah %
total penderita hipertensi. mengetahui dan
1 Laki-laki 18 60%
mengenal lebih jauh akan penyakit
2 Wanita 12 40%
hipertensi (Arieska, 2014).
Total 30 100%
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
Berdasarkan tabel 5.1 hasil distribusi
penelitian Pra Experimental. Desain yang
frekuensi jenis kelamin didapatkan
digunakan adalah one group pre test post
sebagian besar responden berjenis kelamn
test design yaitu dengan menggunakan
laki-laki yaitu sebanyak 18 responden
satu kelompok saja tanpa kelompok
(60%).
kontrol.
3

b. Distribusi Responden Berdasarkan Pada tabel 5.4 Jumlah terbanyak


Usia berpendidikan SMA yaitu 36,7%.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi e. Distribusi Responden Berdasarkan
Responden Berdasarkan Usia
Pekerjaan
No Usia Jumlah %
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi
1 30-40 2 6,7%
2 41-50 7 23,3% Responden Berdasarkan Pekerjaan
3 51-60 10 33,3%
No Pekerjaan Jumlah %
4 61-70 11 36,7%
1 PNS 7 23,4%
Total 30 100%
2 Petani 8 26,7%
Sumber: Data primer yang telah diolah
3 Pedagang 4 13,3%
4 IRT 4 13,3%
Dari tabel 5.2 Jumlah tertinggi usia 61- 5 Swasta 2 6,7%
6 Pensiunan 5 16,7%
70 tahun sebanyak 36,7%. Total 30 100%
Sumber: Data primer yang telah diolah
c. Distribusi Responden Berdasarkan
Berdasarkan tabel 5.5 Menunjukkan
Suku Bangsa
bahwa jumlah terbanyak responden
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Suku Bangsa bekerja sebagai petani yaitu 26,7%.
No Suku Bangsa Jumlah % f. Distribusi Responden Berdasarkan
1 Jawa 23 76,7%
2 Madura 7 23,3%
Pendapatan
Total 30 100% Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi
Sumber: Data primer yang telah diolah
Responden Berdasarkan Pendapatan
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan No Pendapatan Jumlah %
1 <UMR 6 20%
sebagian besar responden bersuku (<1.271.000)
2 =UMR 4 13,3%
bangsa jawa, yaitu 76,7%. (1.271.000)
3 >UMR 20 66,7%
d. Distribusi Responden Berdasarkan (>1.271.000)
Pendidikan Terakhir Total 30 100%
Sumber: Data primer yang telah diolah
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan tabel 5.6 sebagian besar
Terakhir
responden berpendapatan > UMR yaitu
No Pendidikan Jumlah %
Terakhir 66,7%
1 SD 6 20%

2 SMP 7 23,3%
g. Distribusi Responden Berdasarkan
Tinggal Serumah Dengan
3 SMA 11 36,7%
Tabel 5.7 Distribusi Responden
4 PT 6 20% Frekuensi Berdasarkan Tinggal
Total 30 100% No Tinggal serumah Jumlah %
dengan
Sumber: Data primer yang telah diolah
1 Suami/Istri 24 80%
4

2 Anak 6 20% berobat ke petugas kesehatan sebanyak


Total 30 100% 30%.
Sumber: data primer yang telah diolah
j. Distribusi Responden Berdasarkan
Berdasarkan tabel 5.7 mayoritas Penyuluhan yg Pernah Diikuti
responden tinggal serumah dengan Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Penyuluhan
suami/istri 80%. yang Pernah Diikuti
h. Distribusi Responden Berdasarkan
No Penyuluhan Jumlah %
Status Pernikahan yg diikuti
1 Pernah 21 70%
Tabel 5.8 Distribusi Responden 2 Tidak Pernah 9 30%
Frekuensi Berdasarkan Status Total 30 100%
Pernikahan Sumber: Data primer yang telah diolah

No Status Jumlah % Berdasarkan tabel 5.10 didapatkan


Pernikahan
1 Menikah 24 80% sebagian besar responden pernah
2 Tidak 0 0%
menikah mengikuti penyuluhan yaitu 70%.
3 Janda 4 13,3%
4 Duda 2 6,7% B. Data Khusus
Total 30 100%
a. Identifikasi Kepatuhan Minum Obat
Sumber: Data primer yang telah diolah
sebelum dilakukan edukasi pada
Menurut tabel 5.8 didapatkan hasil Pasien Hipertensi dipoliklinik
mayoritas responden berstatus menikah penyakit dalam RSD Balung Jember
yaitu 80%. Tabel 5.11 Identifikasi Kepatuhan
i. Distribusi Responden Berdasarkan Minum Obat pada Pasien
Hipertensi sebelum diberikan
Pengobatan Pernah Dilakukan edukasi
Tabel 5.9 Distribusi Responden
Kepatuhan SebelumEdukasi
Frekuensi Berdasarkan Pengobatan Minum
yang Pernah Dilakukan Jumlah %
Obat
No Pengobatan yang Jumlah % Patuh 12 40%
pernah dijalani kurang 7 23,3%
1 Pengobatan sendiri 4 13,3% patuh
2 Alternatif 4 13,3% tidak 11 36,7%
3 Petugas Kesehatan 9 30,0% patuh
4 Puskesmas 5 16,7% Total 30 100%
5 RS 8 26,7%
Total 30 100% Sumber: Data primer yang telah diolah
Sumber: Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel 5.11 Didapatkan


Menurut tabel 5.9 Jumlah tertinggi
hasil kepatuhan dan ketidak patuhan
pengobatan yang pernal dijalani yaitu
responden hampir sama yaitu patuh
40% dan tidak patuh 36,7%.
5

b. Identifikasi Kepatuhan pada Pasien responden tidak patuh sebelum edukasi


Hipertensi Setelah diberikan Edukasi 36,7% setelah edukasi 6,7%.
Tabel 5.12 Identifikasi Kepatuhan
pada Pasien Hipertensi Setelah d. Analisa Hasil
diberikan Edukasi Hasil analisa kepatuhan responden
Kepatuhan Setelah Edukasi terhadap kepatuhan minum obat pada
Minum Obat
Jumlah %
pasien hipertensi dipoliklinik RSD
Patuh 20 66,7%
Balung sebagai berikut:
kurang patuh 8 26,7%

tidak patuh 2 6,7% Tabel 5.13 Pengaruh Pemberian


Edukasi terhadap Kepatuhan
Total 30 100%
Minum Obat pada Pasien
Sumber: Data primer yang telah diolah Hipertensi
Berdasarkan Tabel 5.12 Mengalami variabel Z P
Mean Hitung value
peningkatan kepatuhan yaitu sebesar
Kepatuhan Negativ 8,00
66,7%. seteleh e ranks
Edukasi
c. Analisis terhadap pengaruh edukasi
dan Kepatuhan Minum Obat pada Kepatuhan Positif 0,00 -3,690 0,000
sebelum ranks
Pasien Hipertensi Edukasi
Tabel 5.13 Analisis terhadap Ties 0
pengaruh edukasi dan Kepatuhan
Total 30
Minum Obat pada Pasien
hipertensi Sumber: Data primer yang telah diolah

Kepatuhan Sebelum Setelah


Edukasi Edukasi Hasil uji analisis statistik
Jmlh % Jmlh % nonparametrik dengan menggunakan
Patuh 12 40% 20 66,7% uji wilcoxon menunjukkan bahwa nilai
Kurang- 7 23,3% 8 26,7%
patuh p = 0,00 dengan taraf signifikan 0,05.
tidak patuh 11 36,7% 2 6,7%
Total 30 100% 30 100% Sehingga dapat ditarik kesimpulan
Sumber: Data primer yang telah diolah bahwa Ha diterima. P = 0,00 < 0,05

Berdasarkan tabel 5.13 Menunjukkan menunjukkan bahwa pemberian

bahwa ada pengaruh pemberian edukasi memiliki pengaruh terhadap

edukasi terhadap kepatuhan minum kepatuhan minum obat pada pasien

obat pada pasien hipertensi sebagian hipertensi di poliklinik penyakit dalam

besar mengalami peningkatan, yaitu RSD Balung Jember.

sebelum edukasi patuh 40% setelah


edukasi menjadi 66,7%, sedangkan
6

PEMBAHASAN hidup, sikap dan emosi yang


disebabkan oleh lama penyakit
1. Identifikasi Kepatuhan pasien
yang diderita, dan kepribadian
hipertensi sebelum diberikan
pasien. Faktor eksternal dari
edukasi
kepatuhan yaitu dampak
Berdasarkan hasil penelitian
pendidikan. yang mana pendidikan
didapatkan bahwa sebagian besar
yang dimaksud disini yaitu
tingkat kepatuhan responden
pendidikan kesehatan atau edukasi
sebelum diberikan edukasi adalah
yang diberikan pada pasien sesuai
kurang patuh. Hal ini dapat dilihat
dengan penyakitnya.
pada tabel 5.11 bahwa pada
Faktor yang tidak dapat
responden patuh dan tidak patuh
dikontrol terdiri dari jenis kelamin,
hampir sama yaitu patuh 40%, dan
dimana menurut pendapat Jaya
tidak patuh sebanyak 36,7%.
(2009), laki-laki dianggap lebih
Menurut Niven (2002),
rentan mengalami hipertensi
Kepatuhan adalah sejumlah mana
dibandingkan perempuan. Hal ini
perilaku pasien sesuai dengan
dikarenakan gaya hidup yang lebih
ketentuan yang diberikan oleh
buruk dan tingkat stres yang lebih
profesional kesehatan. Kepatuhan
besar pada laki-laki dibanding
berarti memakai obat persis sesuai
perempuan. Faktor selanjutnya
dengan aturan, yaitu obat yang
adalah usia pasien, dimana usia 45
benar, pada waktu yang benar,
tahun hingga 59 tahun dianggap
dengan cara yang benar.
mengalami kecenderungan
Faktor - faktor yang
hipertensi karena pada usia middle
mempengaruhi kepatuhan pasien
age merupakan usia dimana
hipertensi dalam mengonsumsi
kondisi tubuh mulai menurun dan
obat adalah: Faktor eksternal dan
rentang mengalami penyakit kronis
faktor internal. Faktor eksternal
(Santrock, 2002).
meliputi dampak pendidikan dan
Hal ini sesuai dengan hasil
kesehatan, hubungan antara pasien
penelitian pada tabel 5.1 distribusi
dengan petugas kesehatan serta
responden berdasarkan jenis
dukungan dari lingkungan sosial
kelamin didapatkan sebagian besar
dan keluarga. Faktor internal:
responden berjenis kelamin laki-
Faktor internal meliputi usia, gaya
laki sebanyak 60% dan wanita
7

40%. Serta pada tabel 5.2 distribusi dikatakan umur dapat


responden berdasarkan usia mempengaruhi pengetahuan dan
didapatkan responden terbanyak perilaku seseorang. Induvidu lanjut
berusia diatas 50 tahun yaitu 70%. usia mangalami kemunduran fungsi
Keberhasilan pengobatan pada kognitif akibat proses menua yang
pasien hipertensi dipengaruhi oleh diperkirakan mulai diatas usia 60
beberapa faktor, salah satu di tahun. Selain itu kemampuan
antaranya adalah kepatuhan dalam menerima suara menurun. Pada
mengonsumsi obat, sehingga usia 40 tahun titik dekat
pasien hipertensi dapat penglihatan dapat terlihat dengan
mengendalikan tekanan darah jelas sudah hampir sampai 23 cm.
dalam batas normal. Tetapi 50% Hal tersebut diatas akan
dari pasien hipertensi tidak mempengaruhi proses belajar pada
mematuhi anjuran petugas individu lansia (Robbins, 2001)
kesehatan untuk mengonsumsi 2. Identifikasi Kepatuhan minum
obat, yang menyebabkan banyak obat pada pasien hipertensi
pasien hipertensi yang tidak dapat setelah diberikan edukasi
mengendalikan tekanan darah dan Berdasarkan hasil penelitian
berujung pada kematian pasien, didapatkan bahwa kepatuhan
meskipun para pasien telah pernah sebagian besar responden setelah
mengikuti penyuluhan kesehatan diberikan edukasi mengalami
sebelumnya. Hal ini ditunjukkan peningkatan yaitu patuh
tabel 5.10 distribusi frekuensi sebanyak 66,7%, kurang patuh
responden berdasarkan penyuluhan sebayak 26,7% dan responden yang
yang pernah diikuti sebelumnya tidak patuh mengalami penurunan
sebagian besar pernah yaitu sebanyak 6,7%. Pernyataan ini
mendapatkan penyuluhan dapat dilihat pada tabel 5.12
sebelumnya yaitu 70%. Meskipun Distribusi Frekuensi Responden
sudah pernah mendapatkan edukasi Setelah diberikan Edukasi pada
atau penyuluhan pasien masih Pasien Hipertensi dipoliklinik
sering tidak patuh dalam meminum Penyakit Dalam RSD Balung
obat hal ini berkaitan dengan usia. Jember Desember 2014.
Semakin bertambah umur, semakin Menurut Notoatmodjo (2003)
matang seseorang. Sehingga dapat tujuan edukasi adalah menjadikan
8

kesehatan sebagai sesuatu yang 3. Analisa pengaruh pemberian


bernilai di masyarakat, menolong edukasi terhadap kepatuhan
individu agar mampu secara mandiri minum obat pada pasien
atau berkelompok mengadakan hipertensi sebelum dan setelah
kegiatan untuk mencapai tujuan diberikan edukasi
hidup sehat, mendorong Hasil uji analisis wilcoxon
pengembangan dan penggunaan menunjukkan bahwa nilai p = 0,00
secara tepat sarana pelayanan dengan taraf signifikan 0,05.
kesehatan yang ada. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
Untuk memperoleh hasil yang bahwa Ha diterima. P = 0,00 < 0,05
efektif dalam penelitian ini peneliti menunjukkan bahwa pemberian
memberikian edukasi pada individu edukasi memiliki pengaruh terhadap
lanjut usia dengan menggunakan kepatuhan minum obat pada pasien
alat bantu edukasi yang menarik. hipertensi di poliklinik penyakit
Faktor alat bantu dirancang dalam RSD Balung Jember.
sedemikian rupa sehingga sesuai Tujuan dari pendidikan adalah
dengan materi edukasi. Didalam membentuk dan meningkatkan cipta
menerima sesuatu yang baru, atau pengetahuan, rasa atau emosi,
manusia mempunyai kecenderungan dan karsa atau perilaku. Hasil
untuk lupa terhadap pengertian yang pendidikan kesehatan juga dapat
diterima (Notoadmodjo, 2005). dilihat dari 3 domain yang meliputi
Salah satu media yang sering perubahan pengetahuan dan
digunakan dalam eduksi adalah perilaku.
penggunaan bukku panduan/ Pengetahuan adalah hasil tahu
booklet. Media booklet biasanya dan ini terjadi setelah orang
dikombinasi dengan metode melakukan pengindraan terhadap
ceramah, karena media ini dapat objek tertentu (Notoadmodjo,
dibaca dan dipelajari oleh peserta 2005). Panca indra yang
didik setelah pulang kerumah. mempunyai peran besar dalam
Sejauh yang peneliti ketahui masih memperoleh pengetahuan adalah
belum ada metode yang efektif mata dan telinga, terutama dalam
digunakan untuk pemberian edukasi proses pendidikan, pengalaman diri
terhadap usia lanjut atau lansia. sendiri, maupun pengalaman orang
9

lain, media masa bahkan sama agar pasien hipertensi patuh


lingkungan. minum obat agar tekanan darah
Sikap merupakan suatu pasien hipertensi terkontrol
pernyataan evaluatif yang dibuat
KESIMPULAN
manusia terhadap diri sendiri., orang
lain, objek atau isu-isu. Berdasarkan hasil penelitian dapat
(Notoadmodjo, 2005). diambil kesimpulan yaitu:
Sedangkan tindakan adalah 1. Tingkat kepatuhan sebelum
sesuatu yang belum otomatis diberikan edukasi dikatakan kurang
terwujud dalam suatu tindakan. patuh. Dapat diketahui perbedaan
Untuk mewujudkan untuk menjadi responden yang patuh dan tidak
perbuatan nyata diperlukan faktor patuh berimbang, yaitu patuh
pendukung. Terbentuknya perilaku sebesar 40%, kurang patuh 23,3%,
baru (terutama pada orang dewasa) dan tidak patuh sebesar 36,7%.
dimulai dari perubahan pengetahuan 2. Tingkat kepatuhan setelah diberikan
yang berlanjut terjadinya perubahan edukasi kepatuhan responden
dan akhirnya terbentuk perilaku meningkat, yaitu responden patuh
baru. ( Notoadmodjo, 2003). dari 40% menjadi 66,7% dan tidak
Hal itulah yang membuat Ha patuh dari 36,7% menjadi 6,7%
diterima yang artinya menujukkan 3. Ada pengaruh pemberian edukasi
bahwa pemberian edukasi memiliki terhadap kepatuhan minum obat
pengaruh terhadap kepatuhan pada pasien hipertensi di poliklinik
minum obat pada pasien hipertensi. RSD Balung Jember.
Hal tersebut sesuai dengan
SARAN
penelitian sebelumnya. Dalam
penelitian Alfrina Hany (2012) yang Saran penelitian ini ditujukan bagi:
berjudul hubungan dukungan 1. Tenaga Kesehatan
keluarga dengan kepatuhan minum Mengoptimalkan peran sebagai
obat pada pasien hipertensi di poli pendidik dalam memberikan
jantung RSSA Malang didapatkan pemahaman tentang pentingnya
hasil sebanyak 60,2% termasuk edukasi bagi kepatuhan minum obat
kepatuhan menengah dan 33,7% pada pasien hipertensi.
kepatuhan rendah. Keluarga dan
tenaga kesehatan harus bekerja
10

2. Masyarakat for hypertension control. J Clin


Hypertens.
Mengikuti penyuluhan kesehatan
tentang penyakit hipertensi, cara Niven, N. (2008). Psikologi kesehatan:
pengantar untuk perawat dan
penanganan, pengobatan, dampak
professional kesehatan lain. Jakarta:
yang dapat ditimbulkan EGC
3. Institusi Pelayanan Kesehatan
Notoatmojo, Soekidjo. (2010).
Menyelenggarakan program Metodologi Penelitian Kesehatan, ,
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
pemberian edukasi tentang
perawatan hipertensi dan konseling Notoadmodjo, Soekidjo. (2003).
Pendidikan dan Perilaku Kesehatn.
ini dapat dilakukan ninimal 1 bulan
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
sekali pada saat pasien kontrol.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
4. Penelitian selanjutnya
metodelogi Penelitian Ilmu
Dapat dilakukan penelitian lebih Keperwatan : Pedoman skripsi,
Tesis dan Intrumen Keperawatan.
lanjut, dengan instrumen yang telah
(Edisi 2). Jakarta : Salemba Medika.
dimodifikasi.
Purwanto, M.N. (2000). Ilmu Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Teoritis dan Praktis edisi Kedua.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
Riskesdas. (2007). Hindari
Cipta.
Hipertensi,http://hipertensi/index.ph
p.htm, diakses tanggal 6 juli 2014
Bruner, Sudrath. (2002). Keperawatan
Medikal Bedah, Jakrta Edisi 8,vol 3 EGC Suliha, U. (2002). Pendidikan Kesehatan
Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Balitbangkes Depkes RI. (2007). Laporan
Hasil Kesehatan Dasar (Riskesdas) WHO. (2010). Global Status Report on
, Jakarta: Indonesia Tahun 2007 Noncommunicable Dieses 2010.
http://www.who.int/nmh/publication
Depkes RI. (2007). Riset Kesehatan s/net_report_chapter1.pdf
Dasar. Jakarta: EGC.
Yogantoro, Mohammad. (2006).
Depkes RI. (2010). Hasil Riskerdas RI Hipertensi Esensial. Dalam Sudoyo,
Tahun 2010, Jakarta Aru W, Setitohadi, Bambang, Alwi,
Idrus, Simadibrata K., Marcellus,
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.
Setiati, Siti (Ed 1). (2006). Buku
(2010). Profil Kesehatan Propinsi
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Ed. Ke-
Jawa
4). Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Timur.(online).http://dinkes.jatimpr
Penyakit Dalam Fakultas
ov.gp.id.diakses tanggal 16 juli
Kedokteran Universitas Indonesia.
2014

Morisky DE, Ang A, Krousel-Wood M,


Ward H. (2008). Predictive validity
of a medication adherence measure

You might also like