Penggunaan D-Optimal Mixture Design Untuk Optimasi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Sains Farmasi & Klinis

p-ISSN: 2407-7062 | e-ISSN: 2442-5435


homepage: http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id
DOI : 10.25077/jsfk.7.3.180-187.2020

ORIGINAL ARTICLE J Sains Farm Klin 7(3):180–187 (Desember 2020) | DOI: 10.25077/jsfk.7.2.180-187.2020

Penggunaan D-Optimal Mixture Design untuk


Optimasi dan Formulasi Self-Nano Emulsifying
Drug Delivery System (SNEDDS) Asam
Mefenamat
(Application of D-optimal mixture design to optimization and formulation of mefenemic acid in
self-nano emulsifying drug delivery system (SNEDDS))

Yandi Syukri*, Bambang Hernawan Nugroho & Istanti


Nanopharmacy Research Centre, Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia. Jl. Kaliurang Km. 14,5, Krawitan, Um-
bulmartani, Kec. Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

ABSTRACT: This study aimed to optimize and formulate the poorly water-soluble mefenamic acid in the self-nano emulsifying
drug delivery system (SNEDDS) using D-optimal mixture design. The initial screening was carried out to determine phases of the
oil, surfactants, and co-surfactants used to prepare the ternary phase diagram. D-optimal mixture design was used to optimize
SNEDDS loading mefenamic acid by selecting SNEDDS composition as an independent factor and SNEDDS characterization as a
response. SNEDDS in the optimal formula were characterized, including transmittance, particle size, polydispersity index (PDI), and
zeta potential. Oleic acid, Tween 80, and polyethylene glycol (PEG) 400 were the selected oil, surfactant, and co-surfactant phases
for their greatest ability to dissolve mefenamic acid. The optimization results showed that the optimal formula was that using
10% oleic acid, 80% of Tween 80, and 10% of PEG 400. SNEDDS loading mefenamic acid produced nanoemulsion with 88.5% of
transmittance, 190.03 ± 1.18 nm of particle size, 0.469 ± 0.03 of PDI, and -44.1 ± 1.69 mV of zeta potential. This study concludes
that the D-optimal mixture design can be used to optimize and prepare the SNEDDS loading poorly-water soluble mefenamic acid.
Keywords: mefenamic acid; SNEDDS; D-optimal mixture design; oleic acid.
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi formulasi asam mefenamat yang sukar larut dalam air dalam
bentuk sediaan Self-Nano Emulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) menggunakan D-optimal mixture design. Skrining awal
dilakukan untuk menentukan fase minyak, surfaktan dan ko-surfaktan yang akan digunakan untuk pembuatan diagram fase terner.
D-optimal mixture design digunakan untuk mengoptimasi SNEDDS asam mefenamat dengan memilih komposisi SNEDDS sebagai
faktor independen dan karakterisasi SNEDDS sebagai respons. Karakterisasi SNEDDS pada formula optimal meliputi transmitan,
ukuran partikel, polidispersity index (PDI) dan zeta potensial. Asam oleat, Tween 80, dan polietilenglikol (PEG) 400 merupakan fase
minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan yang terpilih karena memiliki kemampuan paling tinggi dalam melarutkan asam mefenamat.
Hasil optimasi menunjukkan bahwa formula optimal diperoleh pada komposisi 10% asam oleat, 80% Tween 80 dan 10% PEG 400.
SNEDDS asam mefenamat tersebut menghasilkan nanoemulsi dengan transmitan 88,5%, ukuran partikel 190,03 ± 1,18 nm, PDI
0,469 ± 0,03, dan zeta potensial -44,1 ± 1,69 mV. Studi ini menyimpulkan bahwa D-optimal mixture design dapat digunakan untuk
mengoptimasi dan formulasi SNEDDS asam mefenamat yang sukar larut dalam air.
Kata kunci: asam mefenamat; asam oleat: SNEDDS; D-optimal mixture design.

Pendahuluan Classification System (BCS), asam mefenamat digolongkan


ke dalam kelas II yaitu obat-obat yang memiliki kelarutan
Asam mefenamat atau 2-[(2,3-Dimethylphenyl)amino] rendah di dalam air namun absorpsinya tinggi di dalam
benzoic acid merupakan obat antiinflamasi non steroid yang saluran pencernaan [3,4].
digunakan untuk pengobatan nyeri dengan mencegah Untuk mengatasi keterbatasan kelarutan asam
mefenamat, modifikasi perlu Article history
terjadinya inflamasi dengan menstimulasi sistem kekebalan
pada pasien dengan artritis dan artrosis [1]. Obat ini dilakukan, salah satunya dengan Received: 13 Agust2020
Accepted: 05 Okt 2020
digunakan untuk mengobati berbagai keluhan seperti nyeri, memformulasikannya dalam Published: 30 Des 2020

nyeri haid, sakit kepala, sakit gigi, dan rematik [2]. Asam bentuk sediaan Self-Nano Emulsifying Access this article

mefenamat merupakan obat hidrofobik dengan kelarutan Drug Delivery Syatem (SNEDDS).
yang rendah di dalam air. Dalam sistem Biopharmaceutical SNEDDS merupakan campuran

*Corresponding Author: Yandi Syukri


Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia. Jl. Kaliurang Km. 14,5, Krawitan, Umbulmartani,
Kec. Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55584 | Email: [email protected]

180
Peng g unaan D - Opti m al M i x ture D e si gn untuk O pti m as i . . . Syukr i et . al.

isotropik dari minyak, surfaktan, ko-surfaktan, dan obat permukaan respons. Metode ini efektif apabila hanya
yang akan secara spontan membentuk nanoemulsi tipe ada beberapa faktor signifikan yang terlibat dalam
O/W yang memiliki ukuran droplet kurang dari 200 nm pengoptimalan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
ketika dilarutkan ke dalam air dengan pengadukan ringan optimasi pengembangan formula SNEDDS asam
[5]. Droplet yang berukuran nano ini dapat meningkatkan mefenamat menggunakan D-optimal mixture design.
absorpsi dari tetesan minyak ini karena disolusi dan
pelepasan obat yang cepat [6]. Metode Penelitian
SNEDDS telah terbukti mampu meningkatkan
disolusi, difusi dan ketersediaan hayati andrografolida Bahan
[7,8], disolusi griseofulvin [9], dan ketersediaan hayati Asam mefenamat, minyak zaitun, asam oleat,
flutamida [10]. Dalam beberapa tahun terakhir, penerapan isopropil miristat, minyak wijen, PEG 400, propilenglikol,
desain eksperimental statistik telah berubah menjadi Span 80, Tween 60, Tween 20, dan Tween 80 dibeli dari
alat yang berguna dalam merancang dan mengoptimasi PT. Brataco Indonesia. Labrasol diperoleh dari Gattefose
formulasi dan proses farmasi karena memiliki kemampuan (France), dan akuabidestilata.
untuk menyelidiki pengaruh variabel formulasi dan efek
interaksinya pada karakteristik yang diinginkan [11]. Uji Kelarutan Asam Mefenamat dalam Fase Minyak,
Pendekatan desain eksperimental telah dilaporkan dan Surfaktan dan Ko-Surfaktan
efektif untuk optimasi pemilihan formula SNEDDS Uji kelarutan asam mefenamat dalam fase minyak,
andrografolida dengan simplex lattice design [12], fisetin dan surfaktan dan ko-surfaktan dilakukan dengan melarutkan
gemfibrozil dengan Box-Behnken design [13,14]. sejumlah asam mefenamat ke dalam masing-masing 1
Asam mefenamat dalam formulasi self-emulsifying ml minyak (asam oleat, isopropil miristat, minyak zaitun
formulation (SEF) telah dilaporkan meningkatkan dan minyak wijen), surfaktan (Tween 20, Tween 60, Span
disolusi dan ketersediaan hayati yang menggunakan fase 80, Tween 80, labrasol) dan ko-surfaktan (PEG 400,
minyak imwitor [2]. Meskipun demikian, pendekatan propilenglikol). Campuran di-vortex hingga homogen dan
menggunakan desain eksperimental untuk pengembangan disimpan dalam isothermal shaker selama 72 jam dengan
formulanya belum pernah dilaporkan. Penerapan suhu 30o C. Sampel kemudian disentrifugasi selama 20
desain eksperimental menjadi alat yang berguna dalam menit dengan kecepatan 12.000 rpm dan supernatan
perencanaan, pengembangan, dan pengoptimalan yang jernih diambil untuk dibaca serapannya dengan
formulasi. Desain eksperimen adalah teknik yang berguna spektrofotometer UV (Shimadzu UV 1800, Japan).
untuk mengoptimalkan variabel proses dan metodologi
Kelarutan dalam mg/mL

Tw 20
at

Tw 60

ol
La en

PE 0

en 0
ya PM

ol
itu

0
le

ik
as

op G 4
ij

n
O

gl
Za

ee
I

ee

ee
br
am

Tw
k
k

ya

yl
As

in
in

Pr
M

Gambar 1. Kelarutan asam mefenamat dalam beberapa jenis minyak, surfaktan dan ko-surfaktan (n=3)

Jurnal S ains Farma si & Kl i n i s | Vol . 07 No. 03 | D es e m be r 2 0 2 0 181


Peng g unaan D - Opti m al M i x ture D e si gn untuk O pti m as i . . . Syukr i et . al.

Asam Oleat

Tween 80 PEG 400

Gambar 2. Diagram fase terner asam oleat, Tween 80 dan PEG-400

Pembuatan Diagram Fase Terner Karakterisasi Sediaan SNEDDS Asam Mefenamat


Minyak, surfaktan dan ko-surfaktan yang terpilih Karakterisasi yang dilakukan mencakup ukuran
dari uji kelarutan diplotkan ke dalam diagram fase terner. transmitan, ukuran partikel, polidispersity index (PDI), dan
Campuran minyak, surfaktan dan ko-surfaktan dengan zeta potensial. Untuk mengukur transmitan, prekonsentrat
rasio 1:9, 2:8, 3:7, 4:6 dan 5:5 dicampur, kemudian SNEDDS asam mefenamat diencerkan 1:100 dengan
didiamkan selama 24 jam untuk mengetahui adanya akuabidestilata untuk dilakukan pengukuran nilai transmitan
pemisahan. Sediaan kemudian didispersikan ke dalam menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV
akuabidestilata untuk mengetahui tingkat kejernihan secara 1800, Japan) pada panjang gelombang 650 nm dengan
visual. Daerah nanoemulsi diilustrasikan dengan membuat akuabidestilata sebagai blanko. Penentuan ukuran partikel
diagram fase terner. dilakukan dengan menggunakan alat particle size analyzer
(Horiba SZ-100, Japan). Prekonsentrat diencerkan dengan
Optimasi dan Formulasi SNEDDS akuabidestilata 1: 100, selanjutnya nanoemulsi dimasukkan
Optimasi formula dilakukan dengan menggunakan ke dalam kuvet dan dibaca oleh alat particle size analyzer.
perangkat lunak Design-Expert dengan memilih D-optimal Penentuan zeta potensial dilakukan dengan menggunakan
mixture design. Variabel independen dimasukkan beserta alat particle size analyzer (Horiba SZ-100). Prekonsentrat
batas atas dan bawah dari masing-masing variabel, yaitu diencerkan dengan akuabidestilata 1: 100, selanjutnya
minyak (10-30%), surfaktan (50-80%), dan ko-surfaktan nanoemulsi dimasukkan ke dalam kuvet khusus zeta.
(10-30%) dengan konsentrasi asam mefenamat 10 mg/mL. Larutan sampel diletakkan dan dibaca oleh alat particle size
Selain itu juga dimasukkan respons yang diinginkan, yaitu analyzer [15].
transmitan, ukuran partikel, zeta potensial dan polydispersity
index (PDI). SNEDDS dibuat dengan menambahkan 50 Hasil dan Diskusi
mg asam mefenamat ke dalam fase minyak, surfaktan dan
surfaktan dan dihomogenkan menggunakan ultrasonic probe Pemilihan komponen yang tepat merupakan syarat
selama 2 menit. Sediaan yang diperoleh selanjutnya disebut penting untuk memformulasikan sediaan SNEDDS yang
dengan prekonsentrat. stabil. Untuk memilih minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan

182 Jur na l Sai ns Fa r m a s i & K l i ni s | Vo l . 0 7 N o . 0 3 | D e s e m be r 2020


Peng g unaan D - Opti m al M i x ture D e si gn untuk O pti m as i . . . Syukr i et . al.

Tabel 1. Perbandingan asam oleat, Tween 80 dan PEG-400 dalam formulasi SNEEDS asam mefenamat

Minyak : Smix Asam Oleat (%) Tween 80 (%) PEG-400 (%) Keterangan

1:9 10 80 10 Tidak memisah

10 70 20 Tidak memisah

10 60 30 Tidak memisah

2:8 20 70 10 Tidak memisah

20 60 20 Tidak memisah

20 50 30 Tidak memisah

3:7 30 60 10 Tidak memisah

30 50 20 Tidak memisah

30 40 30 Memisah

4:6 40 50 10 Memisah

40 40 20 Memisah

5:5 40 30 30 Memisah

50 40 10 Memisah

50 30 20 Memisah

50 20 30 Memisah

yang sesuai yang memiliki kemampuan melarutkan obat labrasol (38,82 ± 0,04 mg/mL) dan Tween 80 (36,77 ±
secara maksimum, maka dilakukan studi kelarutan. Selain 0,04 mg/mL) memiliki kelarutan tertinggi. Penelitian
itu, pemilihan konstituen yang sesuai juga memastikan ini menggunakan Tween 80 sebagai fase surfaktan
efisiensi emulsifikasi yang lebih baik [16]. Kelarutan Asam karena memiliki toksisitas yang rendah dan tidak mudah
mefenamat dalam berbagai fase minyak, surfaktan, dan ko- terpengaruh oleh perubahan pH serta muatan. Selain itu
surfaktan ditunjukkan dalam Gambar 1. Tween 80 memiliki nilai hydrophilic-lipophilic balance (HLB)
Gambar 1 menunjukkan bahwa asam mefenamat yang lebih tinggi dibandingkan labrasol (15 berbanding
memiliki kelarutan tertinggi pada asam oleat (8,15 ± 0,04 12). Nilai HLB surfaktan yang tinggi akan menghasilkan
mg/mL), sedangkan kelarutan terendah ditunjukkan oleh larutan yang jernih dibandingkan dengan surfaktan
minyak zaitun (1,95 ± 0,007 mg/mL). Berdasarkan hasil bernilai HLB rendah. Surfaktan dengan nilai HLB yang
tersebut, asam oleat dipilih sebagai fase minyak karena tinggi juga memudahkan pembentukan nanoemulsi tipe
memiliki kemampuan yang tinggi dalam melarutkan asam o/w. Kelarutan obat yang tinggi di dalam surfaktan akan
mefenamat dibandingkan dengan minyak yang lain. Asam menurunkan konsentrasi surfaktan yang harus digunakan.
oleat juga memiliki kemampuan yang tinggi dalam self Hal ini akan meminimalkan terjadinya efek yang tidak
emulsifikasi dan memiliki kapasitas drug loading yang besar diinginkan pada saluran pencernaan.
[17]. Semakin tinggi kelarutan obat di dalam fase minyak PEG-400 digunakan sebagai ko-surfaktan karena
maka semakin banyak kadar obat yang terlarut di dalamnya. memiliki kelarutan tertinggi, yaitu 27 ± 0,09 mg/mL.
Dari beberapa surfaktan yang telah melalui screening, PEG-400 merupakan polimer dari dietilen oksida dan air

Tabel 2. Batas atas dan bawah konsentrasi asam oleat, Tween 80 dan PEG-400

Komponen Batasan Bawah Batasan Atas

Asam Oleat (%) 10 30

Tween 80 (%) 50 80

PEG 400 (%) 10 30

Jurnal S ains Farma si & Kl i n i s | Vol . 07 No. 03 | D es e m be r 2 0 2 0 183


Peng g unaan D - Opti m al M i x ture D e si gn untuk O pti m as i . . . Syukr i et . al.

Tabel 3. Pengaruh variasi konsentrasi senyawa α-mangostin dan persen inhibisi radikal bebas DPPH
Komponen 1 Komponen 2 Komponen 3 Respon 1 Respon 2 Respon 3
Run Respon 4 PDI
A: Asam Oleat (%) B: Tween 80 (%) C: PEG 400 (%) Transmitan (%) Ukuran partikel (nm) Zeta potensial (mV)
1 20 60 20 47,98 240,9 -51 0,696

2 16,667 66,667 16,667 67,95 274,2 -47,1 0,548

3 20 50 30 34,81 224,8 -43,4 0,476

4 30 50 20 36,76 376,6 -39,7 0,669

5 30 50 20 20,12 348,8 -49,9 0,576

6 10 80 10 93,03 189,3 -40,3 0,463

7 10 80 10 79,56 190,4 -44,2 0,412

8 30 60 10 45,64 333,6 -42,2 0,59

9 10 70 20 80,33 229,6 -40,7 0,454

10 20 60 20 44,81 242,5 -46,2 0,385

11 10 60 30 87,45 191,3 -40,4 0,449

12 23,333 63,333 13,333 62,24 192,6 -55,7 0,537

sehingga lebih mudah melarut ke dalam fase air. keruh.


Diagram fase terner dibuat dengan tanpa adanya Tabel 1 menyajikan bahwa semakin tinggi konsentrasi
penambahan asam mefenamat untuk mengidentifikasi asam oleat maka nanoemulsi yang terbentuk semakin tidak
daerah self-emulsification dan untuk menentukan batas stabil atau memisah. Nanoemulsi menjadi tidak stabil ketika
atas dan bawah dari fase minyak, surfaktan dan ko- konsentrasi minyak yang digunakan lebih dari 30%. Hal
surfaktan. Diagram fase dibuat dengan perbandingan ini terjadi karena surfaktan dan ko-surfaktan tidak mampu
1: 9; 2: 8; 3: 7; 4: 6 dan 5: 5 dari campuran minyak: Smix. untuk menurunkan tegangan antarmuka dari asam oleat
Dari kelima perbandingan tersebut tiga diantaranya dengan jumlah yang banyak. Peningkatan jumlah Tween
menghasilkan larutan yang jernih dan stabil (1: 9; 2: 8; 3: 80 yang digunakan juga dapat meningkatkan stabilitas dari
7) ketika didispersikan ke dalam akuabidestilata. Berikut nanoemulsi yang terbentuk karena dapat menurunkan
gambar diagram fase dan penjabaran dari masing-masing tegangan antarmuka dua cairan dengan bantuan dari PEG-
perbandingan (gambar 2 dan tabel 1). 400.
Daerah yang diarsir merupakan daerah yang dapat Optimasi dilakukan dengan memasukkan nilai batas
membentuk nanoemulsi jernih dan stabil tanpa adanya atas dan bawah konsentrasi minyak, surfaktan dan ko-
pemisahan. Sedangkan untuk bagian gambar dengan tanda surfaktan (Tabel 1) menggunakan software Design Expert
silang merupakan daerah yang menghasilkan nanoemulsi untuk pembuatan sediaan SNEDDS. Batas atas dan bawah
yang tidak stabil ditandai dengan memisahnya 2 fase dan konsentrasi asam oleat, Tween 80 dan PEG-400 dapat

Tabel 4. Kriteria formula optimal

Parameter Kriteria Batas Bawah Batas Atas

Asam Oleat Minimize 10 30

Tween 80 Minimize 50 80

PEG 400 Maximize 10 30

Transmitan Maximize 90 100

Ukuran Partikel Minimize 10 200

PDI Minimize 0,1 0,7

Zeta Potensial Minimize -55,7 -30

184 Jur na l Sai ns Fa r m a s i & K l i ni s | Vo l . 0 7 N o . 0 3 | D e s e m be r 2020


Peng g unaan D - Opti m al M i x ture D e si gn untuk O pti m as i . . . Syukr i et . al.

Tabel 5. Hasil formula optimal dan nilai prediksi

Asam oleat (%) Tween 80 (%) PEG 400 (%) Transmitan Ukuran partikel PDI Zeta potensial Desirability

10 80 10 90,02 190,3 0,4 -42,1 0,039

dilihat pada Tabel 2. Analisis dilakukan berdasarkan kriteria di atas dengan


Diagram fase terner menghasilkan data batas atas menggunakan Design Expert sehingga didapat 1 formula
dan bawah untuk konsentrasi minyak, surfaktan dan ko- optimal dengan prediksi respons yang telah disiapkan.
surfaktan. Data ini selanjutnya dimasukkan ke dalam Hasil formula optimal dan prediksi dapat dilihat pada
perangkat lunak Design Expert dengan model D-optimal Tabel 5. Formula optimal memiliki komposisi 10% asam
mixture design. Setelah dianalisis didapatkan 12 percobaan oleat, 80% Tween 80 dan PEG 400 10%, sediaan dibuat
seperti pada Tabel 3 beserta hasil respons dari masing- dalam volume 5 mL dengan kandungan asam mefenamat
masing percobaan. sebanyak 50 mg.
Optimasi D-optimal mixture design menghasilkan Tujuan dari optimalisasi formula untuk sediaan
SNEDDS dengan respons ukuran partikel antara 189,1– farmasi termasuk SNEDDS umumnya adalah untuk
384,8 nm, PDI antara 0,385–0,696, zeta potensial antara menentukan tingkat variabel produk yang kuat dengan
-55,7 sampai -30 mV. Respons yang optimal ini didapatkan karakteristik kualitas tinggi dapat diproduksi. Hasil
dari komposisi asam oleat 10-30%, Tween 80 50-80% dan formula optimal kemudian dikarakterisasi yang mencakup
PEG 400 10-30% dengan penambahan asam mefenamat transmitan, ukuran partikel, PDI, dan zeta potensial.
50 mg pada masing-masing formula. Dari hasil optimasi Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian dibandingkan
D-optimal mixture design kemudian ditentukan formula dengan nilai prediksi yang didapatkan dari software Design-
optimal dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya Expert dan dihitung nilai simpangan yang didapat. Nilai
seperti pada tabel 4. Formula optimal yang diperoleh simpangan dikatakan baik jika nilainya kurang dari 10%.
selanjutnya dibuat kembali dengan tiga kali replikasi dan Perbandingan nilai prediksi dengan nilai percobaan (Tabel
karakterisasi. 6) menunjukkan bahwa nilai simpangan (% bias) yang
Kriteria asam oleat dipilih minimize karena semakin diperoleh kurang dari 10% yang artinya hasil percobaan
rendah konsentrasi minyak yang digunakan maka tersebut mendekati hasil prediksi.
penampakan yang dihasilkan secara visual akan lebih Tinggi rendahnya nilai transmitan yang diperoleh
bagus. Konsentrasi minyak yang tinggi akan menyebabkan akan berpengaruh terhadap tingkat kejernihan dari sediaan
penurunan nanoemulsifikasi dan peningkatan ukuran yang dihasilkan. SNEDDS dengan nilai transmitan di atas
partikel. Oleh karena itu dipilih kriteria minimize supaya 80% akan menghasilkan larutan yang jernih dan transparan.
dihasilkan ukuran partikel yang kecil dan memaksimalkan Nilai transmitan yang diperoleh pada penelitian ini yaitu
nanoemulsififkasi. Tween 80 juga dipilih kriteria minimize 88,55 % dengan larutan yang jernih. Hasil ini memberikan
untuk menurunkan tingkat toksisitas dari surfaktan dan indikasi awal tidak adanya agregasi atau pertumbuhan
meminimalisir adanya iritasi saluran pencernaan. PEG 400 partikel bahkan setelah dilakukan pengenceran selama 24
dipilih kriteria maximize karena ko-surfaktan digunakan jam. Persentase transmitan mendekati 100% merupakan
untuk membantu kinerja dari surfaktan dalam menurunkan indikasi ukuran tetesan dalam kisaran nanometer [18].
tegangan antarmuka cairan, untuk itu butuh konsentrasi Kondisi ini terkait dengan ukuran tetesan SNEDDS yang
yang tinggi agar memaksimalkan kinerja dari ko-surfaktan. terdispersi ke dalam air dengan nilai transmitan yang tinggi

Tabel 6. Perbandingan nilai prediksi dengan nilai percobaan

Parameter Nilai Prediksi Nilai Percobaan Residual % Bias

Transmitan (%) 90,02 88,55 ± 0,01 1,45 1,67

Ukuran partikel (nm) 190,3 190,0 ± 1,2 0,25 0,13

PDI 0,45 0,469 ± 0,03 0,02 4,05

Zeta Potensial -42,1 -44,1 ± 1,7 2,03 4,60

Jurnal S ains Farma si & Kl i n i s | Vol . 07 No. 03 | D es e m be r 2 0 2 0 185


Peng g unaan D - Opti m al M i x ture D e si gn untuk O pti m as i . . . Syukr i et . al.

Undersize (%)
Frequency (%)

Diameter (nm)
Gambar 3. Kurva distribusi ukuran partikel formula optimal

secara optik jernih [19]. yang lebih besar untuk penyerapan obat [20,21].
Hasil ukuran partikel yang didapat yaitu sebesar Pengukuran nilai PDI penting karena berhubungan
190,03 ± 1,18 nm. Hasil tersebut masih dalam rentang dengan keseragaman ukuran dari nanoemulsi. Nilai indeks
persyaratan untuk sediaan nanoemulsi, yaitu berada dalam polidispersitas yang kecil menunjukkan keseragaman
rentang 20–200 nm. Ukuran partikel yang dihasilkan akan ukuran yang semakin baik. Nilai indeks polidispersitas
berpengaruh terhadap ketersediaan hayati obat dalam kurang dari 0,3 bersifat monodispersi, yaitu menunjukkan
tubuh. Ukuran partikel yang kecil akan memiliki luas bahwa ukuran partikel mempunyai satu bentuk yang
permukaan yang lebih besar yang mana akan mempercepat seragam dan distribusi partikel yang sempit. Nilai indeks
pencernaan oleh enzim sehingga obat dapat terlepas lebih polidispersitas dari 0,3–0,7 bersifat polidispersi yaitu,
mudah untuk diabsorpsi. Peningkatan jumlah minyak menunjukkan bahwa ukuran partikel seragam tetapi
yang digunakan dalam formulasi akan meningkatkan memiliki bentuk yang berbeda dan distribusi partikel
ukuran partikel karena penurunan jumlah surfaktan dan yang lebar, sedangkan nilai indeks polidispersitas lebih
ko-surfaktan yang digunakan. Sebaliknya, peningkatan dari 0,7 bersifat superdispersi, yaitu menunjukkan bahwa
jumlah surfaktan dan ko-surfaktan yang digunakan akan ukuran partikel tidak seragam dan bentuk yang berbeda
menurunkan ukuran partikel karena terjadi peningkatan serta distribusi partikel yang menyebar [22]. Nilai indeks
adsorpsi emulsifier di sekitar antarmuka tetesan dan polidispersitas yang diperoleh adalah 0,469 ± 0,03. Nilai
terjadinya penurunan tegangan antarmuka dalam sistem tersebut masuk ke dalam kategori nilai PDI yang bersifat
tersebut [9]. Distribusi ukuran partikel formula optimal polidispersi. Hasil tersebut baik karena ukuran partikel
menghasilkan satu puncak seperti yang terlihat pada yang dihasilkan seragam walaupun memiliki bentuk yang
Gambar 3. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran partikel beragam.
sediaan SNEDDS asam mefenamat memiliki keseragaman Tingginya nilai zeta potensial (negatif atau positif)
yang baik. Puncak kurva tersebut menggambarkan area dapat menjaga dari agregasi partikel dengan gaya
distribusi dari ukuran partikel. Adanya dua puncak pada tolak menolak dari partikel terdispersi sehingga dapat
sediaan yang diukur menandakan distribusi partikel yang menstabilkan diri, pada kasus yang lain rendahnya nilai
tersebar pada dua area sehingga akan menghasilkan nilai zeta potensial menyebabkan semakin mudah terjadinya
polidispersitas yang besar. flokulasi (agregasi atau sedimentasi) antar partikel [22].
Asam mefenamat yang lipofilik berada dalam bentuk Rentang nilai zeta potensial yang dapat memprediksi
prekonsentrat yang terdiri dari campuran obat, minyak, stabilitas penyimpanan sediaan yaitu, nilai potensial zeta
surfaktan, dan ko-surfaktan. Prekonsentrat ini setelah kurang dari -30 atau lebih dari +30 mV menunjukkan
diencerkan dengan air akan membentuk emulsi homogen bahwa sediaan memiliki stabilitas elektrostatika yang baik.
dalam kisaran nanometer. Obat tetap terlarut dalam Dalam sistem tersebut gaya tolak-menolak antar partikel
tetesan emulsi ukuran nano dan diserap ke dalam sirkulasi tinggi sehingga mencegah terjadinya agregasi antar
sistemik baik melalui mekanisme limfatik. Ukuran tetesan partikel. Zeta potensial juga dipengaruhi oleh komponen
yang lebih kecil menyebabkan luas permukaan antarmuka dalam nanoemulsi khususnya surfaktan yang berlokasi

186 Jur na l Sai ns Fa r m a s i & K l i ni s | Vo l . 0 7 N o . 0 3 | D e s e m be r 2020


Peng g unaan D - Opti m al M i x ture D e si gn untuk O pti m as i . . . Syukr i et . al.

pada antarmuka dua cairan yang saling tidak bercampur. [9]. Wang L, Dong J, Chen J, Eastoe J, Li X. Design and optimization of
a new self-nanoemulsifying drug delivery system. J Colloid Interface
Sci 2009;330:443–8. https://doi.org/10.1016/j.jcis.2008.10.077.
Kesimpulan [10]. Jeevana Jyothi B, Sreelakshmi K. Design and Evaluation of Self-
Nanoemulsifying Drug Delivery System of Flutamide. J Young Pharm
2011;3:4–8. https://doi.org/10.4103/0975-1483.76413.
Formula optimal SNEDDS asam mefenamat [11]. Islambulchilar Z, Valizadeh H, Zakeri-Milani P. Systematic
menggunakan D-optimal mixture design menghasilkan development of DoE optimized SNEDDS of sirolimus with enhanced
intestinal absorption. J Drug Deliv Sci Technol 2014;24:620–7.
komposisi asam oleat 10%, Tween 80 80% dan PEG 400
https://doi.org/10.1016/S1773-2247(14)50128-1.
10%. Komposisi ini menghasilkan nanoemulsi yang jernih [12]. Indrati O, Martien R, Rohman A, Nugroho AK. Application of
dengan transmitan 88,5%, ukuran partikel 190,0 ± 1,2 nm, Simplex Lattice Design on the Optimization of Andrographolide Self
Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) 2020;31:7. http://
PDI 0,469 ± 0,03, dan zeta potensial -44,1 ± 1,7 mV. doi.org/10.14499/indonesianjpharm31iss2pp124
[13]. Kumar R, Khursheed R, Kumar R, Awasthi A, Sharma N, Khurana S, et
Ucapan Terima Kasih al. Self-nanoemulsifying drug delivery system of fisetin: Formulation,
optimization, characterization and cytotoxicity assessment. J Drug
Deliv Sci Technol 2019;54:101252. https://doi.org/10.1016/j.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada jddst.2019.101252.
[14]. Villar AMS, Naveros BC, Campmany ACC, Trenchs MA, Rocabert CB,
Nanopharmacy Research Centre Jurusan Farmasi Universitas Bellowa LH. Design and optimization of self-nanoemulsifying drug
Islam Indonesia yang telah memfasilitasi penelitian ini. delivery systems (SNEDDS) for enhanced dissolution of gemfibrozil.
Int J Pharm 2012;431:161–75. https://doi.org/10.1016/j.
ijpharm.2012.04.001.
Referensi [15]. Syukri Y, Kholidah Z, Chabib L. Formulasi dan Studi Stabilitas Self-Nano
Emulsifying Propolis menggunakan Minyak Kesturi, Cremophor RH
[1]. Tarlekar P, Chatterjee S. Enhancement in sensitivity of non-steroidal 40 dan PEG 400 sebagai Pembawa. J Sains Farm Klin 2019;06:9: 266-
anti-inflammatory drug mefenamic acid at carbon nanostructured 274. https://doi.org/10.25077/jsfk.6.3.265-273.2019
sensor. J Electroanal Chem 2017;803:51–7. https://doi. [16]. Kanwal T, Kawish M, Maharjan R, Ghaffar I, Ali HS, Imran M, et al.
org/10.1016/j.jelechem.2017.09.005. Design and development of permeation enhancer containing self-
[2]. Sriamornsak P, Limmatvapirat S, Piriyaprasarth S, Mansukmanee nanoemulsifying drug delivery system (SNEDDS) for ceftriaxone
P, Huang Z. A new self-emulsifying formulation of mefenamic acid sodium improved oral pharmacokinetics. J Mol Liq 2019;289:111098.
with enhanced drug dissolution. Asian J Pharm Sci 2015;10:121–7. https://doi.org/10.1016/j.molliq.2019.111098.
https://doi.org/10.1016/j.ajps.2014.10.003. [17]. Kassem AA, Mohsen AM, Ahmed RS, Essam TM. Self-nanoemulsifying
[3]. Kawabata Y, Wada K, Nakatani M, Yamada S, Onoue S. Formulation drug delivery system (SNEDDS) with enhanced solubilization of
design for poorly water-soluble drugs based on biopharmaceutics nystatin for treatment of oral candidiasis: Design, optimization, in
classification system: Basic approaches and practical applications. vitro and in vivo evaluation. J Mol Liq 2016;218:219–32. https://doi.
Int J Pharm 2011;420:1–10. https://doi.org/10.1016/j. org/10.1016/j.molliq.2016.02.081.
ijpharm.2011.08.032. [18]. Senapati PC, Sahoo SK, Sahu AN. Mixed surfactant based (SNEDDS)
[4]. Charalabidis A, Sfouni M, Bergström C, Macheras Panos. self-nanoemulsifying drug delivery system presenting efavirenz
The Biopharmaceutics Classification System (BCS) and the for enhancement of oral bioavailability. Biomed Pharmacother
Biopharmaceutics Drug Disposition Classification System (BDDCS): 2016;80:42–51. https://doi.org/10.1016/j.biopha.2016.02.039.
Beyond guidelines. Int J Pharm 2019;566:264–81. https://doi. [19]. Ameeduzzafar, El-Bagory I, Alruwaili NK, Elkomy MH, Ahmad
org/10.1016/j.ijpharm.2019.05.041. J, Afzal M, et al. Development of novel dapagliflozin loaded
[5]. Bannow J, Yorulmaz Y, Löbmann K, Müllertz A, Rades T. Improving solid self-nanoemulsifying oral delivery system: Physiochemical
the drug load and in vitro performance of supersaturated self- characterization and in vivo antidiabetic activity. J Drug Deliv
nanoemulsifying drug delivery systems (super-SNEDDS) using Sci Technol 2019;54:101279. https://doi.org/10.1016/j.
polymeric precipitation inhibitors. Int J Pharm 2020;575:118960. jddst.2019.101279.
https://doi.org/10.1016/j.ijpharm.2019.118960. [20]. Kumar R, Kumar R, Khurana N, Singh SK, Khurana S, Verma S, et al.
[6]. Basalious EB, Shawky N, Badr-Eldin SM. SNEDDS containing Enhanced oral bioavailability and neuroprotective effect of fisetin
bioenhancers for improvement of dissolution and oral through its SNEDDS against rotenone-induced Parkinson’s disease
absorption of lacidipine. I: Development and optimization. rat model. Food Chem Toxicol 2020;144:111590. https://doi.
Int J Pharm 2010;391:203–11. https://doi.org/10.1016/j. org/10.1016/j.fct.2020.111590.
ijpharm.2010.03.008. [21]. Balakumar K, Raghavan CV, selvan NT, prasad RH, Abdu S. Self
[7]. Syukri Y, Martien R, Lukitaningsih E, Nugroho AE. Novel Self-Nano nanoemulsifying drug delivery system (SNEDDS) of Rosuvastatin
Emulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) of andrographolide calcium: Design, formulation, bioavailability and pharmacokinetic
isolated from Andrographis paniculata Nees: Characterization, in- evaluation. Colloids Surf B Biointerfaces 2013;112:337–43. https://
vitro and in-vivo assessment. J Drug Deliv Sci Technol 2018;47:514– doi.org/10.1016/j.colsurfb.2013.08.025.
20. https://doi.org/10.1016/j.jddst.2018.06.014. [22]. Das S CA. Recent Advances in Lipid Nanoparticle Formulations with
[8]. Syukri Y, Nugroho BH, Sirin M. Determination of andrographolide Solid Matrix for Oral Drug Delivery. AAPS PharmSciTech 2011;12:62–
content in self nano emulsifying drug delivery system (SNEDDS) 76. https://doi.org/10.1208/s12249-010-9563-0.
for in vitro diffusion study using validated HPLC, Tangerang Selatan,
Indonesia: 2020, p. 030016. https://doi.org/10.1063/5.0002446.

Copyright © 2020 The author(s). You are free to share (copy and redistribute the material in any medium or format) and adapt (remix, transform, and build upon the
material for any purpose, even commercially) under the following terms: Attribution — You must give appropriate credit, provide a link to the license, and indicate if
changes were made. You may do so in any reasonable manner, but not in any way that suggests the licensor endorses you or your use; ShareAlike — If you remix,
transform, or build upon the material, you must distribute your contributions under the same license as the original (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

Jurnal S ains Farma si & Kl i n i s | Vol . 07 No. 03 | D es e m be r 2 0 2 0 187

You might also like