(JURNAL) Fanny Richa Noviyanti Akuntansi Perpajakan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR),


STRUKTUR KEPEMILIKAN, MANAJEMEN LABA, DAN LEVERAGE TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK
Perpajakan

Fanny Richa Noviyanti


4314500209/Akuntansi
Budi Susetyo, S.E, M.Si
Yanti Puji Astutie, S.E, M.Si
[email protected]

Abstract: The purpose of this research is to analyze the effect of corporate social responsibility
disclosure, ownership structure, earnings management, and leverage toward tax
agressiveness. The population in this research are all companies listed on BEI with coal
minning company as a sampel. Using purposive sampling as the sampling technique, 6
companies are selected as samples. The reasearch period used is 5 years period. Data analysis
technique used in this research is multiple linear regression, which previously performed the
descriptive statistics, the classic assumption test, and hypothesis testing. The results of this
research in the first hypothesis shows that corporate social responsibility disclosure,
ownership structure, earnings management, and leverage have no effect simultaneously toward
tax agressiveness with significance level of 0,482. The second hypothesis showed the corporate
social responsibility disclosure has no significant effect toward tax agressiveness on the level
of 0,453. The third showed the ownership structure has no significant effect toward tax
agressiveness on the level of 0.182. The fourth hypothesis showed that earnings management
has no significant effect toward tax agressiveness on the level of 0.946, and the fifth hypothesis
show leverage has no significant effect toward tax agressiveness on the level of 0,295.

Keywords: corporate social responsibility (CSR), ownership structure, earnings management,


leverage, tax aggressiveness

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh antara pengungkapan corporate
social responsibility (CSR), struktur kepemilikan, manajemen laba, dan leverage terhadap
agresivitas pajak. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan perusahaan pertambangan sektor batubara sebagai
sampelnya. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling sehingga
didapatkan sampel sebanyak 6 perusahaan. Periode penelitian yang digunakan yaitu lima
tahun periode. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi
linier berganda, yang sebelumnya dilakukan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji
hipotesis. Hasil penelitian ini pada hipotesis pertama pengungkapan corporate social
responsibility (CSR), struktur kepemilikan, manajemen laba, dan leverage tidak berpengaruh
secara simultan terhadap agresivitas pajak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,482.
Hipotesis kedua pengungkapan corporate social responsibility (CSR) tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,453. Hipotesis ketiga struktur
kepemilikan tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak dengan tingkat signifikansi sebesar
0,182. Hipotesis keempat manajemen laba tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak

1
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,946. Dan hipotesis kelima leverage tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak dengan tingkat signifikansi sebesar 0,295.

Kata Kunci: corporate social responsibility (CSR), struktur kepemilikan, manajemen laba,
leverage, agresivitas pajak

1. Pendahuluan

Suatu negara dapat dikatakan berkembang atau tidak dapat dilihat dari perkembangan

ekonomi negara itu sendiri. Pendapatan negara di Indonesia sendiri terus mengalami kenaikan dari

tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Kementrian Keuangan, dari total pendapatan negara pada

tahun 2017 sebesar Rp. 1.750,3 Triliun salah satu penyumbang terbesar dalam pendapatan negara

itu sendiri yakni dari sektor pajak. Penerimaan pajak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) 2017 mencapai 85,6% dari total pendapatan negara. Angka ini baru 89,7% atau

setara dengan Rp. 1.151 Triliun dari target tahun 2017 sebesar Rp. 1.283,6 T. Bahkan Kementrian

Keuangan menargetkan penerimaan pajak tahun 2018 sebesar Rp. 1.424 Triliun. Hal ini

menunjukkan bahwa pajak masih menjadi pemasukan utama APBN di Indonesia.

Sebagaimana yang kita ketahui, pajak merupakan iuran kepada negara yang bersifat

memaksa tanpa kita mendapatkan secara langsung manfaatnya. Pajak sendiri merupakan unsur

penting dalam pembangunan sebuah negara. Dengan pajak diharapkan akan meningkatkan

perekonomian negara serta dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun dibalik keuntungan

yang didapat dari pajak, pajak sendiri masih dianggap sebagai beban bagi wajib pajak pribadi

maupun badan. Bagi perusahaan sebagai wajib pajak, pajak merupakan beban yang dapat

mengurangi keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu tidak menutup

kemungkinan perusahaan akan terdorong untuk mencari cara untuk mengurangi beban pajak

tersebut atau apabila memungkinkan bahkan untuk menghilangkan beban pajak tersebut (Hadi dan

Mangoting, 2014).

Frank dalam Monika dan Ratmono (2015), menjelaskan agresivitas pajak perusahaan

sebagai suatu tindakan dalam merekayasa pendapatan kena pajak melalui cara-cara dalam

perencanaan pajak baik yang tergolong legal (tax avoidance) maupun ilegal (tax evasion). Semakin

2
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

banyak celah yang digunakan oleh perusahaan maka perusahaan tersebut dianggap semakin agresif

terhadap pajak meskipun tidak semua tindakan yang dilakukan perusahaan tersebut melanggar

aturan yang ada.

Corporate social responsibility (CSR) biasanya dikaitkan dengan strategi perusahaan

untuk memperoleh kepercayaan atau image baik di mata masyarakat. Lanis (2012) dalam Monika

dan Ratmono (2015) menganggap CSR sebagai salah satu faktor untuk menuju keberhasilan serta

kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini dikarenakan seluruh kegiatan perusahaan tidak terlepas

dari interaksi dengan masyarakat sekitar. Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2017)

menemukan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap tingkat agresivitas pajak. Perusahaan

akan cenderung semakin agresif sejalan dengan semakin luasnya pengungkapan CSR oleh

perusahaan.

Pada dasarnya struktur kepemilikan dalam perusahaan terbagi menjadi dua yakni

kepemilikan keluargaan dan kepemilikan non-keluarga. Dalam struktur kepemilikan non-keluarga

menunjukkan perbandingan yang seimbang antara pemilik perusahaan dan manajerial. Chen et al

(2010) mengemukakan bahwa perusahaan non-keluarga memiliki tingkat agresivitas pajak yang

lebih tinggi dibanding perusahaan keluarga. Dengan adanya pemisahan yang jelas antara pemilik

perusahaan dan manajerial maka hal tersebut memungkinkan untuk terjadinya konflik keagenan

(Hadi, 2014). Hal ini dikarenakan manajemen perusahaan memiliki keleluasaan dalam

memaksimalkan laba sehingga dapat menimbulkan agresivitas pajak. Sementara pada perusahaan

keluarga, pemilik lebih memilih untuk membayar pajak yang tinggi daripada rusaknya reputasi

mereka karena hasil audit dari fiskus pajak.

Menurut Scott (2000) dalam Tiaras dan Wijaya (2015) menyatakan bahwa perpajakanlah

salah satu motivasi manajemen dalam melakukan manajemen laba. Semakin besar laba perusahaan

maka akan semakin besar pula beban pajak yang harus dibayarkan. Oleh karena itu perusahaan akan

cenderung untuk tetap menjaga labanya pada tingkatan tertentu untuk menghindari beban pajak

yang meningkat. Selain faktor-faktor diatas peningkatan leverage juga turut mempengaruhi tingkat

agresivitas pajak pada perusahaan ( Setiawan, 2006 dalam Tiaras dan Wijaya, 2015). Namun

3
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

penelitian yang dilakukan Lanis dan Richardson (2007) menunjukkan bahwa leverage tidak

mempengaruhi tingkat agresivitas pajak pada perusahaan.

Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah banyaknya kasus penggelapan maupun

penghindaran pajak yang dilakukan wajib pajak. Dalam catatannya, pada tahun 2017 dari total 16,6

juta wajib pajak yang harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), baru sebanyak

12,05 juta wajib pajak yang menyampaikan SPT. Menurut Sekjen Forum Indonesia Untuk

Transparansi Anggaran (FITRA), diduga setiap tahun terdapat angka penghindaran pajak sebesar

Rp110 triliun. Penghindaran pajak ini sebagian besar berasal dari wajib pajak badan sekitar 80

persen dan sisanya adalah wajib pajak perorangan. Dimana sebagian besar ini merupakan badan

usaha yang bergerak di sektor minerba (mineral dan batubara). Namun selain itu juga banyak dari

perusahaan asing. Selanjutnya terdapat pula perusahaan yang berbadan hukum Indonesia, tetapi

kepemilikannya sebetulnya oleh asing.

Nama Gayus Tambunan pasti sudah tidak asing bagi kita. Gayus Tambunan terjerat kasus

penerimaan suap terkait dengan pengurusan permohonan keberatan pajak. Hal ini merupakan salah

satu cara perusahaan menghindar dari membayar pajak yaitu dengan menyuap pegawai pajaknya.

Gayus Tambunan terbukti menerima suap sebesar Rp 925 juta rupiah dari Roberto Santonius terkait

kepengurusan gugatan keberatan pajak PT Metropolitan Retailmart. Selain itu ia juga menerima 3,5

juta dollar Amerika dari Alif Kuncoro terkait kepengurusan pajak tiga perusahaan Grup Bakrie,

yakni PT Arutmin, PT Kaltim Prima Coal, dan PT Bumi Resource.

Kemenkeu menjelaskan bahwa potensi PPh pada sektor pertambangan sebesar 140,96

triliun tetapi yang dapat direalisasikan hanya sebesar 43,48 triliun. Hal ini berarti hanya sebesar

30,8% saja yang diterima negara sedangkan 70,2% hilang karena banyaknya perusahaan yang

belum membayar pajak. Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak mengungkapkan bahwa selama ini

perusahaan-perusahaan pertambangan di sektor mineral batubara (Minerba) tidak patuh melaporkan

Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajaknya. Berdasarkan data dari 2011 lalu, dari 3.037 wajib

pajak sektor pertambangan mineral batubara dan migas, ada 2.900 wajib pajak yang tidak lapor

SPT. Sementara pada 2015, wajib pajak sektor pertambangan mineral batubara dan migas yang

melapor SPT hanya 2.500. Sedangkan 3.600 wajib pajak lainnya tidak lapor SPT. Dampak dari

4
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

pelemahan ekonomi global yang ada dijadikan alasan oleh para pengusaha tambang mineral dan

batubara terkait rendahnya pembayaran pajak dari sektor pertambangan selama ini.

Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat agresivitas pajak perusahaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Penelitian ini

bermaksud untuk mengintegrasikan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya serta untuk

menganalisis kembali pengaruh yang ditimbulkan oleh pengungkapan corporate social

responsibility (CSR), struktur kepemilikan, manajemen laba, dan leverage terhadap agresivitas

pajak perusahaan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena sampel yang

digunakan adalah perusahaan pertambangan sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama periode 2013 hingga 2017.

2. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Kerangka pemikiran merupakan suatu argumentasi dalam merumuskan hipotesis yang

merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan. Kerangka

pemikiran dibutuhkan guna untuk meyakinkan sesama peneliti dengan alur pikir yang logis

agar membuahkan kesimpulan berupa hipotesis.

2.1. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), Struktur Kepemilikan,

Manajemen Laba, dan Leverage Secara Simultan Terhadap Agresivitas Pajak

Terdapat beberapa faktor-faktor yang turut mempengaruhi tingkat agresivitas pajak

dalam perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat agresivitas pajak dalam

perusahaan yakni Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan CSR yang dilakukan

perusahaan dapat mendongkrak image atau reputasi perusahaan di mata perusahaan

sehingga perusahaan dapat melebarkan bisnisnya lebih jauh lagi. Selain itu dengan

kegiatan CSR juga dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

Faktor yang mempengaruhi tingkat agresivitas pajak perusahaan lainnya antara lain

adalah struktur kepemilikan perusahaan. Hampir sebagian besar perusahaan di Indonesia

untuk kepemilikan sahamnya sebagian besar masih dimiliki oleh anggota keluarga.

5
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Anggota keluarga yang mana merupakan pemegang saham mayoritas mempunyai suara

maupun pengaruh yang besar dalam perusahaan. Setiap perusahaan pasti menginginkan

keuntungan atau laba yang besar. Semakin besar keuntungan atau laba yang didapat maka

akan semakin besar beban pajak yang harus dibayarkan. Hal ini tidak menutup

kemungkinan untuk perusahaan kepemilikan keluarga dimana anggota keluarga sebagai

pemegang saham mayoritas untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang untuk

mengurangi beban pajak yang seharusnya dibayar perusahaan.

Selain itu agresivitas pajak juga dapat disebabkan oleh manajemen laba. Salah satu

motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba yaitu motivasi perpajakan. Dalam

praktiknya manajer melaporkan posisi keuangan perusahaan yang tidak sebenarnya.

Manajer juga dapat mengubah atau bahkan menghilangkan beberapa informasi mengenai

transaksi-transaksi yang ada di perusahaan sebelum melaporkannya kepada pihak

diatasnya (pemegang saham, dll). Motivasi serta peluang yang ada dapat mendorong

manajer untuk melakukan agresivitas pajak.

Kemudian selain tiga faktor diatas, leverage juga dapat menyebabkan terjadinya

agresivitas pajak dalam perusahaan. Penambahan leverage atau rasio utang dalam

perusahaan dapat mengurangi beban pajak. Hal ini dikarenakan penambahan jumlah utang

ini akan memunculkan beban bunga yang harus dibayar. Komponen beban bunga ini yang

kemudian dapat mengurangi laba sebelum kena pajak sehingga beban pajak yang harus

dibayarkan oleh perusahaan akan berkurang.

H1 : Diduga pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), Struktur

Kepemilikan, Manajemen Laba, dan Leverage berpengaruh secara simultan

terhadap agresivitas pajak

2.2 Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Agresivitas

Pajak

6
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Corporate Social Responsibility atau CSR merupakan bentuk etika dan tanggung

jawab perusahaan atas segala aktivitas perusahaan dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya. Kegiatan CSR dapat dilakukan di berbagai bidang baik di bidang ekonomi,

sosial dan lingkungan, maupun di bidang pendidikan. Pelaksanaan CSR merupakan wujud

dari bentuk perhatian dan partisipasi perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat secara luas (Gunawan, 2017). Pengungkapan CSR dapat berdampak positif

bagi keberlangsungan hidup perusahaan. Selain itu pengungkapan CSR juga bermanfaat

dalam meningkatkan keuntungan di masa depan (Gunawan, 2017).

Pada penelitian milik Damayanti (2017) menyatakan bahwa CSR berpengaruh

positif terhadap agresivitas pajak. Dengan adanya PMK No.76 tahun 2011 bahwa batasan

biaya CSR yang dapat dikurangkan penghasilan bruto sebesar 5% dari penghasilan neto

fiskal tahun sebelumnya. Hal ini dapat memotivasi perusahaan untuk melakukan kegiatan

CSR-nya untuk menghindari pembayaran pajak yang tinggi sekaligus menjadi alat bagi

perusahaan dalam memasarkan mereknya.

H2 : Diduga pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh

terhadap agresivitas pajak

2.3 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Agresivitas Pajak

Aryani (2011) dalam Hadi dan Mangoting (2014) membagi konsentrasi kepemilikan

dalam perusahaan menjadi dua yaitu kepemilikan menyebar atau kepemilikan non-

keluarga dan kepemilikan terkonsentasi atau kepemilikan keluarga. Di Indonesia sendiri

kepemilikan saham perusahaan masih didominasi oleh pihak keluarga. Struktur

kepemilikan keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu perusahaan yang mana sebagian

besar sahamnya dimiliki oleh pihak tertentu (pendiri perusahaan dan atau anggota

keluarganya). Dalam struktur kepemilikan keluarga, bagian manajemen perusahaan juga

dikelola dan dikontrol oleh pihak keluarga karena anggota keluarga menempati posisi-

posisi penting di perusahaan. Karena merupakan pemegang saham mayoritas di

7
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

perusahaan, kepemilikan keluarga mempunyai pengaruh serta hak suara yang besar dalam

perusahaan.

Hasil penelitian milik Endrianto, dkk (2017) menunjukan bahwa kepemilikan

keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan pajak agresif perusahaan. Hal ini

sejalan dengan penelitian Chen et al (2010) dalam Hadi dan Mangoting (2014) dimana

perusahaan dengan struktur kepemilikan terkonsentrasi memiliki tingkat kecenderungan

untuk melakukan agresivitas pajak yang lebih rendah daripada perusahaan dengan struktur

kepemilikan tersebar. Pada perusahaan kepemilikan keluarga cenderung lebih peduli untuk

bertahan hidup dalam jangka waktu yang panjang sehingga dapat memaksimalkan

keuntungan yang akan diperoleh. Selain itu, perusahaan keluarga juga memilih

menghindari resiko untuk membayar denda atau sanksi akibat melakukan agresivitas pajak,

serta rusaknya reputasi perusahaan akibat adanya temuan dari pemeriksaan pajak oleh

fiskus.

H3 : Diduga struktur kepemilikan berpengaruh terhadap agresivitas pajak

2.3. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak

Scott, 2015 (dalam Firmansyah dan Surahman, 2017) menjelaskan manajemen laba

sebagai sebuah adalah tindakan yang digunakan manajer dalam melaporkan keuntungan

atau laba yang dapat memaksimalkan kepentingan pribadi maupun perusahaan dengan

menggunakan kebijakan-kebijakan akuntansi. Salah satu dari tujuh motivasi yang

mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba merupakan motivasi pajak (taxation

motivation). Motivasi dan peluang yang ada memungkinkan manajer untuk melakukan

praktik manajemen laba pada laporan keuangan perusahaannya. Manajemen laba terjadi

ketika dalam melaporkan keuangan dan transaksi yang ada di perusahaan manajer

menggunakan judgement-nya sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat

menimbulkan misleading bagi pihak investor maupun pemangku kepentingan yang lain

(misal otoritas pajak) mengenai tentang performa perusahaan yang sebenarnya (Healy dan

Wahlen, 1999 dalam Firmansyah dan Surahman, 2017).

8
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Praktik manajemen laba terbagi menjadi dua jenis, yaitu manajemen laba riil dan

manajemen laba akrual. Manajemen laba riil didefinisikan sebagai sebuah tindakan

manajemen yang menyimpang dari praktek bisnis yang seharusnya dengan tujuan utama

untuk mencapai target laba. Adapun tindakan-tindakan yang termasuk kedalam manajemen

riil meliputi manipulasi penjualan, penurunan beban diskresioner dan produksi yang

berlebihan.

Firmansyah dan Surahman (2017) menjelaskan bahwa dalam unsur manajemen laba

yang agresif terkandung unsur akrual diskresioner yang sarat dengan ketidakpastian yang

akan berdampak pada semakin besarnya perbedaan antara laba akuntansi dengan laba kena

pajak. Hal ini disebabkan perusahaan dapat memilih metode dan estimasi akuntansi yang

menyebabkan perbedaan atau melakukan transaksi yang bukan pengurang atau subyek

pajak penghasilan (perbedaan permanen) secara agresif sehingga perusahaan dapat

melaporkan laba yang tinggi dan pajak minimum secara bersamaan pada periode berjalan.

Hasil penelitian milik Tiaras dan Wijaya (2015) menunjukan bahwa manjamen laba

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan. Hal ini

dapat dijelaskan bahwa perusahaan melakukan income increasing untuk menjaga indikator

kinerja perusahaan tetap dan menekan tarif pajak efektif perusahaan sesuai dengan

ketentuan perundangan perpajakan yang berlaku yaitu sebesar 25% dari laba bersih

sebelum beban pajak penghasilan.

H4 : Diduga manajemen laba berpengaruh terhadap agresivitas pajak

2.4. Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak

Leverage (struktur utang) didefinisikan sebagai sebuah rasio yang menunjukkan

besarnya utang perusahaan dalam membiayai aktivitas operasionalnya (Darmawan dan

Sukartha, 2014). Penambahan jumlah utang ini akan memunculkan beban bunga yang

harus dibayar, komponen beban bunga ini dapat mengurangi laba sebelum kena pajak

sehingga beban pajak yang harus dibayar akan berkurang. Hal ini membuat perusahaan

sengaja berutang tinggi untuk mengurangi beban pajak perusahaan.

9
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Semakin besar perusahaan maka akan lebih mempertimbangkan lagi risiko dalam

hal pengelolaan beban pajaknya. Perusahaan besar cenderung lebih memilih untuk

menggunakan sumber daya yang dimilikinya daripada pembiayaan yang berasal dari

utang. Sumber daya manusia yang ahli dalam perpajakan diperlukan agar dalam

pengelolaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dapat maksimal untuk menekan beban

pajak perusahaan. Semakin banyak sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan berskala

besar maka akan semakin besar pula biaya pajak yang dapat dikelola oleh perusahaan.

Pada penelitian milik Tiaras dan Wijaya (2015) menunjukkan bahwa leverage tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan. Hasil

tersebut diketahui bahwa perusahaan sampel tidak memanfaatkan hutang untuk melakukan

penghindaran pajak meskipun perusahaan akan memperolah insentif pajak atas bunga

pinjaman. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Nomor 36 tahun

2008 dimana perusahaan yang memiliki utang yang tinggi akan memperolah insentif pajak

berupa potongan atas bunga pinjaman.

H5 : Diduga leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive

sampling. Kriteria seleksi sampel yang digunakan pada penelitian ini antara lain : (1)

Merupakan perusahaan pertambangan pada sektor batubara yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2013-2017; (2) Bukan merupakan perusahaan pertambangan batubara

yang delisting selama periode penelitian tahun 2013-2017; (3) Perusahaan pertambangan

batubara yang menyajikan Annual Report selama periode penelitian tahun 2013-2017; (4)

Perusahaan pertambangan batubara yang tidak mengalami kerugian selama periode penelitian

tahun 2013-2017; (5) Perusahaan yang memiliki nilai CETR antara 0 sampai 1 untuk

memudahkan perhitungan.

10
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Setelah dilakukan seleksi dengan lima pertimbangan diatas, maka didapat sampel

penelitian sebanyak 6 perusahaan. Dengan jangka waktu penelitian selama lima tahun maka

diperoleh total jumlah observasi penelitian yang akan dilakukan yaitu sebanyak 30 data.

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

a. Agresivitas Pajak

Frank dalam Monika dan Ratmono (2015), menjelaskan agresivitas pajak

perusahaan sebagai suatu tindakan dalam merekayasa pendapatan kena pajak melalui cara-

cara dalam perencanaan pajak baik yang tergolong legal (tax avoidance) maupun cara yang

tergolong ilegal (tax evasion). Tindakan agresivitas pajak merupakan tindakan yang

dilakukan dengan cara meminimalisasi jumlah kena pajak yang seharusnya dibayar oleh

perusahaan. Cara mengukur agresivitas pajak dalam penelitian ini menggunakan Cash

Effective Tax Rate (CETR). CETR menggambarkan persentase total pajak penghasilan

yang sesungguhnya dibayarkan perusahaan dari total pendapatan perusahaan sebelum

pajak. Proksi CETR dinilai menjadi indikator tingkat agresivitas pajak apabila nilainya

semakin mendekati nol. Semakin rendah CETR yang dimiliki perusahaan, maka akan

semakin tinggi pula tingkat agresivitas pajak perusahaan tersebut. CETR yang rendah juga

dapat menunjukan bahwa beban pajak penghasilan lebih kecil nominalnya dibandingkan

penghasilan sebelum pajak.

b. Corporate Social Responsibility

CSR merupakan wujud dari bentuk perhatian dan partisipasi perusahaan dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas. Pengukuran pada penelitian ini

dilakukan dengan melihat nilai proper pada tiap perusahaan. Proper (Program Penilaian

Peringkat Kinerja Perusahaan) dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH)

sejak tahun 1995 untuk mendorong perusahaan dalam meningkatkan pengelolaan

lingkungannya.

11
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Peringkat Warna Keterangan Nominal


Proper Emas Sangat Sangat Baik 5
Proper Hijau Sangat Baik 4
Proper Biru Baik 3
Proper Merah Buruk 2
Proper Hitam Sangat Buruk 1

c. Struktur Kepemilikan Perusahaan

Struktur kepemilikan keluarga didefinisikan sebagai suatu perusahaan yang mana

sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pihak keluarga, baik berhubungan darah atau

karena pernikahan yang kepemilikan > 5% wajib dicatat (kepemilikannya tercatat).

Kepemilikan keluarga terdapat dalam dimensi laporan tahunan perusahaan (annual

report). Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Jumlah saham pihak keluarga


Kepemilikan Perusahaan= x 100%
Total saham beredar

d. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan sebuah tindakan yang digunakan manajer dalam

melaporkan keuntungan atau laba yang dapat memaksimalkan kepentingan pribadi

maupun perusahaan dengan menggunakan kebijakan-kebijakan akuntansi. Manajemen

laba pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Discretionary Accruals (DA). Dalam

menghitung discretionary accruals digunakan Modified Jones Model dimana membagi

total akrual menjadi dua, yaitu komponen non-discretionary accruals dan komponen

discretionary accruals. Model perhitungannya antara lain sebagai berikut:

1) Mengukur total accruals yang dihitung dengan rumus:

TAit = Nit - CFOit

2) Nilai accruals diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square)

12
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

3) Menghitung non-discretionary accruals dengan rumus sebagai berikut:

1
NDAit = α1 ( ) + α2 (([REVit -REVit-1 ] -[RECit -RECit-1 ])/Ait-1 ) + α3 (PPEit /Ait-1 )
Ait-1

4) Menghitung nilai discretionary accruals dengan rumus:

Keterangan : REVit : pendapatan perusahaan i tahun t


TAit : total accruals perusahaan i pada REVit-1 : pendapatan perusahaan i
periode ke t tahun t-1
Nit : laba bersih perusahaan i pada keriode PPEit : jumlah aktiva tetap (property, plant
ke t and equipment) perusahaan i pada akhir tahun t
CFOit : aliran kas dari aktivitas operasi NDAit : non-discretionary accrual perusahaan
perusahaan i pada periode ke t i pada tahun t
Ait-1 : total aset perusahaan i pada akhir RECit : piutang perusahaan i pada tahun t
tahun t-1 RECit-1 : piutang perusahaan i pada tahun t-1

Semakin kecil kemungkinan suatu perusahaan dalam melakukan manajemen laba

maka nilai discretionary accruals akan semakin mendekati nol. Apabila manajemen laba

dilakukan dengan meningkatkan laba perusahaan hal tersebut berarti bahwa discretionary

accruals menunjukan nilai yang positif. Dan apabila discretionary accruals menunjukan

nilai negatif berarti manajemen laba dilakukan dengan menurunkan laba perusahaan.

e. Leverage

Leverage (struktur utang) merupakan sebuah rasio yang menunjukkan besarnya

utang perusahaan dalam membiayai aktivitas operasionalnya. Penambahan jumlah utang

ini akan memunculkan beban bunga yang harus dibayar, komponen beban bunga ini dapat

mengurangi laba sebelum kena pajak sehingga beban pajak yang harus dibayar akan

berkurang. Rasio leverage pada penelitian ini diukur dengan :

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑡
𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

13
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Analisis Data Dan Uji Hipotesis. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda

yang sebelumnya perlu dilakukan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, serta uji hipotesis

menggunakan SPSS versi 23.0.

4. Hasil

4.1. Statistik Deskriptif

Tabel 1. Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


CSR X1 30 3,00 5,00 4,0000 ,74278
Kepemilikan Keluarga X2 30 ,50 ,93 ,7051 ,13254
Manajemen Laba X3 30 -,08 ,16 ,0015 ,04377
Leverage X4 30 ,14 ,58 ,3788 ,11806
Tingkat Agresivitas Pajak Y 30 ,24 ,55 ,3301 ,07942
Valid N (listwise) 30

a. CSR menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 4,000. Hal ini menunjukkan

bahwa perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017

telah memperoleh peringkat PROPER rata-rata yang baik yaitu peringkat Hijau. Hal

ini berarti bentuk pertanggung jawaban perusahaan sudah baik terhadap lingkungan

dan masyarakat. Sedangkan untuk nilai minimum adalah 3,000 yakni peringkat Biru

dan nilai maksimum yaitu 5,000 dimana merupakan peringkat tertinggi yakni

peringkat Emas. Kemudian untuk standar deviasinya yakni sebesar 0,74278.

b. Kepemilikan Keluarga menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebanyak 0,7051. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI tahun

2013-2017 dengan jumlah saham pihak keluarga dari jumlah saham beredar dengan

hasil lebih dari 50% memiliki kecenderungan akan melakukan tindakan pajak agresif.

Sedangkan untuk nilai minimum sebesar 0,50, nilai maksimum sebesar 0,93, dan

standar deviasi sebesar 0,13254.

14
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

c. Manajemen laba menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,0015. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI tahun

2013-2017 semakin kecil kemungkinannya dalam melakukan manajemen laba.

Sedangkan untuk nilai minimum sebesar -0,08, nilai maksimum sebesar 0,16, dan

standar deviasi sebesar 0,04377.

d. Leverage menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3788. Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI tahun 2013-

2017 memiliki utang sebesar 0,39 USD untuk setiap 1 USD aset yang dimiliki

perusahaan. Sedangkan untuk nilai minimum sebesar 0,14, nilai maksimum sebesar

0,58, dan standar deviasi sebesar 0,11806.

e. Tingkat agresivitas pajak menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3301 atau

33,01% dari total 30 observasi. Hal ini menunjukkan bahwa beban rata-rata pajak

perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017 adalah

sebanyak 33,01% dari laba sebelum pajak.

4.2. Uji Asumsi Klasik

Asumsi klasik yang yang perlu diuji pada penelitian ini meliputi uji normalitas,

heterokedasrisitas, autokorelasi, dan multikolonieritas.

Uji Normalitas. Uji normalitas merupakan salah satu uji asumsi klasik yang memiliki

tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal (Ghozali, 2016).

Tabel 2. Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 29
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,20625497
Most Extreme Absolute ,096
Differences Positive ,096
Negative -,084

15
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Test Statistic ,096


Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

Berdasarkan output diatas diketahui bahwa nilai kolmogorov-smirnov yaitu

0,096 dan signifikansinya yaitu 0,200. Hal ini menunjukkkan bahwa data residual

terdistribusi normal, karena memiliki tingkat signifikansinya diatas 0,05 (0,200 > 0,05)

yang berarti model regresi tidak memiliki masalah normalitas dan atau data yang

digunakan terdistribusi secara normal. Hasil yang sama juga ditunjukkan melalui grafik

normal p-plot.

Gambar 1. Grafik Normal P-Plot

Berdasarkan gambar diatas, diketahui titik-titik menyebar berhimpit di sekitar

diagonal. Hal ini menunjukan bahwa berdasarkan gambar diatas diketahui residual

telah terdistribusi secara normal.

Uji Multikolonieritas. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji

multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance

16
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Inflation Factor (VIF) (Ghozali,2016). Hasil dari uji multikolonieritas adalah sebagai

berikut :

Tabel 3. Uji Multikolonieritas


Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
LagCSR ,846 1,181
LagKep ,928 1,078
LagML ,900 1,111
LagLev ,945 1,059
Berdasarkan output spss diatas, menunjukkan variabel Corporate Social

Responsibility memiliki nilai tolerance sebesar 0,846 nilai Variance Inflation Factor

(VIF) sebesar 1,181. Kepemilikan keluarga memiliki nilai tolerance sebesar 0,928 dan

nilai VIF sebesar 1,078. Manajemen laba memiliki nilai tolerance sebesar 0,900 dan

nilai VIF sebesar 1,111. Dan leverage memiliki nilai tolerance sebesar 0,945 dan nilai

VIF sebesar 1,059. Karena seluruh variabel menunjukkan nilai VIF kurang dari 10 dan

nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolonieritas antar variabel independen dalam model penelitian ini.

Uji Heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya. Metode yang digunakan yaitu dengan melihat Grafik ScatterPlot antara

SPRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah y yang telah diprediksi, dan sumbu X

adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized

(Ghozali,2016). Hasil dari uji heterokedastisitas antara lain sebagai berikut :

17
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Gambar 2. Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan output spss diatas, menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara

acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga

model regresi layak dipakai untuk memprediksi Agresivitas Pajak berdasarkan

masukan variabel independen Corporate Social Responsibility, Stuktur Kepemilikan,

Manajemen Laba, dan Leverage.

Uji Autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (DW)

(Ghozali,2016). Adapun hasil dari uji autokorelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Uji Autokorelasi


Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1,338a
Berdasarkan output spss diatas, hasil nilai DW pada hasil uji autokorelasi

tersebut adalah 1,338. Suatu model regresi dapat dikatakan tidak ada autokorelasi

18
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

apabila mempunyai kriteria dimana dU < d < 4-dU. Untuk alpha sebesar 5%, variabel

independen sebanyak 4 (k=4), dan sampel sebanyak 30 (n = 30), maka diperoleh batas

atas (dU) sebesar 1,7386 dan batas bawah (dL) sebesar 1,1426. Dengan demikian

diperoleh Durbin-Watson hitung berada diantara dL dan dU sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat adanya autokorelasi positif dalam penelitian ini.

Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil uji autokorelasi yang diinginkan

maka dilakukan transform pada variabel-variabel tersebut. Variabel Y (Agresivitas

Pajak) diubah kedalam bentuk logaritma natural dan variabel X diubah kedalam bentuk

Lag. Setelah dilakukan analisis regresi kembali hasil yang didapat masih jauh dari yang

diharapkan atau masih terdapat autokorelasi. Oleh karena itu dilakukan Lag pada

variabel unstandardized residuals. Berikut hasil uji autokorelasi setelah dilakukan

transform pada variabel-variabelnya :

Tabel 5. Uji Autokorelasi Setelah Transform Data

Model Durbin-Watson

1 1,778

Berdasarkan hasil uji autokorelasi setelah dilakukannya transform data didapat

nilai DW sebesar 1,778. Sehingga nilai ini lebih besar dari batas atas (dU) namun tidak

lebih besar dari 4-dU (dU < d < 4-dU). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

penelitian ini bebas dari autokorelasi.

Analisis Regresi Linier Berganda. Pada penelitian ini, pengolahan data yang

digunakan yaitu analisis linier berganda versi 23.0 dengan variabel dependen

Agresivitas Pajak dan variabel independen meliputi corporate social responsibility,

struktur kepemilikan, manajemen laba, dan leverage.

Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.

19
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

B Std. Error Beta


1 (Constant) -,775 ,313 -2,474 ,021
LagCSR -,048 ,063 -,158 -,763 ,453
LagKep -,471 ,343 -,272 -1,375 ,182
LagML -,071 1,037 -,014 -,068 ,946
LagLev ,393 ,367 ,210 1,071 ,295

Berdasarkan output spss diatas, diperoleh koefisien untuk Corporate Social

Responsibility (X1), Struktur Kepemilikan (X2), Manajemen Laba (X3), dan Leverage (X4),

didapat hasil persamaan analisis regresi linier berganda sebagai berikut :

AGPit = -0,775 - 0,048X1 – 0,471X2 – 0,071X3 + 0,393X4 + e

a. Variabel Corporate Social Responsibility menunjukkan nilai koefisien regresi

sebesar -0,048 dengan tanda negatif, yang mana menyatakan setiap peningkatan

peringkat proper yang diperoleh perusahaan, maka kemungkinan perusahaan untuk

melakukan agresivitas pajak akan menurun sebesar 0,048 dengan asumsi Struktur

Kepemilikan, Manajemen Laba, dan Leverage tetap atau konstan, sehingga

Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

b. Variabel Struktur Kepemilikan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,471

dengan tanda negatif, yang mana menyatakan setiap peningkatan 1 lembar saham

perusahaan keluarga, maka kemungkinan perusahaan untuk melakukan agresivitas

pajak akan menurun sebesar 0,471 dengan asumsi Corporate Social Responsibility,

Manajemen Laba, dan Leverage tetap atau konstan, sehingga Struktur Kepemilikan

berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

c. Variabel Manajemen Laba menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,071

dengan tanda negatif, yang mana menyatakan setiap perubahan 1 satuan dalam

manajemen laba, maka kemungkinan perusahaan untuk melakukan agresivitas pajak

akan menurun sebesar 0,071 dengan asumsi Corporate Social Responsibility,

Struktur Kepemilikan, dan Leverage tetap atau konstan, sehingga Manajemen Laba

berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

20
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

d. Variabel Leverage menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0,393 dengan tanda

positif, yang mana menyatakan setiap kenaikan leverage 1 satuan, maka

kemungkinan perusahaan untuk melakukan agresivitas pajak akan meningkat

sebesar 0,393 dengan asumsi Corporate Social Responsibility, Struktur

Kepemilikan, dan Manajemen Laba tetap atau konstan, sehingga Leverage

berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

1. Uji Hipotesis

a. Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model berpengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen/terikat (Ghozali,2016). Hasil dari uji statistik F antara lain sebagai

berikut :

Tabel 4.8
Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,178 4 ,044 ,896 ,482b
Residual 1,191 24 ,050
Total 1,369 28
a. Dependent Variable: LnAGP
b. Predictors: (Constant), LagLev, LagML, LagKep, LagCSR
Sumber : Data diolah dengan SPSS versi 23.0 (2018)

Berdasarkan output spss versi 23.0 pada Tabel 4.8 diatas, dari hasil uji ANOVA

atau F Test didapat nilai F hitung sebesar 0,896 dengan probabilitas 0,482. Karena

probabilitas jauh lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan hipotesis ditolak atau

Corporate Social Responsibility, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba, dan

Leverage tidak berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap agresivitas

pajak.

21
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

b. Uji Statistik T

Uji statistik T merupakan uji yang bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan

variabel dependen (Ghozali,2016). Perhitungan pada uji ini dilakukan dengan

membandingkan nilai signifikan dengan taraf signifikan α (0,05). Hasil uji parsial

tersebut juga dapat dilihat pada Tabel 4.5 :

1) H2 : Diduga pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh

terhadap agresivitas pajak.

Variabel Corporate Social Responsibility menunjukkan nilai t hitung

sebesar -0,763. Sedangkan tingkat signifikansinya sebesar 0,453 yakni lebih besar

dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini H2 ditolak.

2) H3 : Diduga Struktur Kepemilikan berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Variabel Struktur Kepemilikan menunjukkan nilai t hitung sebesar -1,375.

Sedangkan tingkat signifikansinya sebesar 0,182 yakni lebih besar dari 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini H 3 ditolak.

3) H4 : Diduga Manajemen Laba berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Variabel Manajemen Laba menunjukkan nilai t hitung sebesar -0,068.

Sedangkan tingkat signifikansinya sebesar 0,946 yakni lebih besar dari 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini H 4 ditolak.

4) H5 : Diduga Leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Variabel Leverage menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,071. Sedangkan

tingkat signifikansinya sebesar 0,295 yakni lebih besar dari 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa dalam penelitian ini H5 ditolak.

22
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

c. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.

Hasil uji koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 ,360a ,130 -,015 ,22278
a. Predictors: (Constant), LagLev, LagML, LagKep, LagCSR
b. Dependent Variable: LnAGP

Sumber : Data diolah dengan SPSS versi 23.0 (2018)

Berdasarkan output spss versi 23.0 pada Tabel 4.9 diatas, dari hasil uji koefisien

determinasi yang telah diolah, didapat nilai R Square dan Adjusted R2 masing-masing

sebesar 0,130 dan -0,015. Hal ini berarti variabel-variabel dependen (agresivitas pajak)

yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (Corporate Social

Responsibility, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba, dan Leverage) sebesar 13%

saja dan sisanya sebesar 87% dijelaskan oleh variabel-variabel independen yang lain

diluar model penelitian ini.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan

Pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Secara simultan Corporate Social Responsibility, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba,

dan Leverage tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini dapat terjadi karena

berdasarkan uji yang dilakukan didapat tingkat signifikan yang lebih besar dari standar

yang telah ditetapkan (0,05), maka dari itu dapat dikatakan hipotesis ditolak atau tidak

berpengaruh secara bersama-sama (simultan).

23
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

b. Secara parsial setelah dilakukannya uji didapat variabel Corporate Social Responsibility

tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

c. Secara parsial setelah dilakukannya uji didapat variabel Struktur Kepemilikan tidak

berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

d. Secara parsial setelah dilakukannya uji didapat variabel Manajemen Laba tidak

berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

e. Secara parsial setelah dilakukannya uji didapat variabel Leverage tidak berpengaruh

terhadap agresivitas pajak.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang mampu diberikan oleh peneliti antara lain sebagai berikut :

a. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mencoba pada perusahaan yang bergerak di sektor

selain sektor pertambangan batubara sebagai objek penelitian.

b. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel lain sebagai vaiabel

independen seperti likuiditas, profitabilitas, ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris,

komisaris independen dan jumlah auditor internal dan lain sebagainya.

c. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi selain Cash Effective Tax

Rate (CETR) untuk mengukur agresivitas pajak perusahaan seperti Effective Tax Rate

(CETR) atau Book Tax Difference (BTD). Dapat pula dilakukan perbandingan hasil antara

dua proksi pengukuran agresivitas pajak yang berbeda untuk melihat proksi mana yang

lebih baik untuk menggambarkan hasil penelitian.

Daftar Pustaka

Aditama, F., dan Purwaningsih, A. 2014. Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Nonmanufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. MODUS Vol.26 (1): 33-50.
Cahyani, Risma. 2016. Pengaruh Manajemen Laba Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas
Pajak. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shevlin, T. 2010. Are Family Firms More Tax Aggressive Than Non-Family
Firms?. Journal of Financial Economics, 95(1), 41-61.
Damayanti, Della. 2017. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015). Cendekia
Akuntansi Volume 5 No. 2.

24
Pengaruh Pengungkapan CSR, Struktur Kepemilikan, Manajemen Laba...

Darmawan, I.G.H. dan Sukartha, I.M., 2014. Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Leverage, ROA, dan
Ukuran Perusahaan Pada Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi, pp.143-161.
Endrianto, S. A., Puji, A. T., Rahmawati, & Rika, S. S. 2017. Kepemilikan Keluarga Dan Tindakan Pajak Agresif.
Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember.
Firmansyah, A., dan Surahman, A. 2017. Pengaruh Manajemen Laba Melalui Kecurangan Akuntansi, Aktivitas
Laba Riil Dan Akrual Terhadap Agresivitas Pajak. Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Jakarta : Salemba Empat.
Gunawan, J., 2017. Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Corporate Governance Terhadap Agresivitas
Pajak. Jurnal Akuntansi, 21(3), pp.425-436
Hadi, J. dan Mangoting, Y., 2015. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Karakteristik Dewan terhadap Agresivitas
Pajak. Tax & Accounting Review, 4(2).
Hadi, Nor. 2010. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta : Andi Publisher.
Narsa, N. P. D. R. H., & Isnalita, I. 2014. Keterterapan SAK ETAP Pada Koperasi Serta Persepsi Pelaku Koperasi
Dan Akuntan Pendidik. Simposium Nasional Akuntansi XVII, Mataram.
Nurul Faizah, Ika. 2016. Pengaruh Kepemilikan Perusahaan, Corporate Social Responsibility (CSR), dan Good
Corporate Governance Terhadap Tingkat Pajak Agresif. Tegal : Universitas Pancasakti.
Ratmono, D. dan Sagala, W.M., 2015. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Sarana
Legitimasi: Dampaknya Terhadap Tingkat Agresivitas Pajak. Nominal, Barometer Riset Akuntansi dan
Manajemen, 4(2).
Sutedi, Adrian. 2013. Hukum Pajak. Jakarta : Sinar Grafika.
Suyanto, K.D. dan Supramono, S., 2012. Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen, Dan Manajemen Laba
Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 16(2).
Tiaras, I. dan Wijaya, H., 2015. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba, Komisaris Independen Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Akuntansi, 19(3), pp.380-397.
Turner, Lynn. 2007. Corporate Governance Post-Sarbanes-Oxley : Regulations, Requirements, and Integrated
Processes. John Willey & Sons, Inc.

25

You might also like