Tuhan, Kita Begitu Dekat The Work of Abdul Hadi: Imagery in Poertry Collection W.M

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

1

IMAGERY IN POERTRY COLLECTION


TUHAN, KITA BEGITU DEKAT THE WORK OF ABDUL HADI
W.M.

Destiara Khoridah¹, Syafrial², Hadi Rumadi³


Email: [email protected],
[email protected] , [email protected]
No. Hp 085363834914
Faculty of Teachers’ Training and Education
Indonesian Language and Literature Study Program
Univercity of Riau

ABSTRACT: This study is titled imagery in poetry collection Tuhan Kita Begitu
Dekat the work of Abdul Hadi W.M. This study aimed to describe the visual imagery, to
describe auditory imagery, to describe olfactory imagery, to describe tactile imagery,
to describe subjective imagery, to describe gustatory imagery, and to describe
kinesthetic imagery, the method with qualitative approach. The research data are from
lines in poems that contained visual, auditory, olfactory, tactile, subjective, gustatory
and kinesthetic imagery. The result of the study is that there are 82 data found from 77
poems with the total number of data are 103 poems. From those data, there are visual
imagery as many as 22 of 19 poems. 36 auditorory imagery data from 35 poems, 4
olfactory imagery data from 4 foems, 3 tactile imagery data from 3 poems, 4 subjective
imagery data from 4 poems, 2 gustatory imagery data from 2 poems, and 11 kinesthetic
imagery data from 10 poems. The dominant imagery is the visual and auditory imagery.
Those imagery are capable of moving the reader’s imagination into unconsciousness
area that transcends the ordinary consciousness. The feelings that are suggested in the
poems are happiness, sadness and even heartache.
Keywords : Imagery in poerty
2

CITRAAN DALAM KUMPULAN SAJAK


TUHAN, KITA BEGITU DEKAT KARYA ABDUL HADI W.M.

Destiara Khoridah¹, Syafrial², Hadi Rumadi³


Email: [email protected],
[email protected] , [email protected]
No. Hp 085363834914
Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau

ABSTRAK: Penelitian ini berjudul Citraan dalam Kumpulan Sajak Tuhan, Kita
Begitu Dekat karya Abdul Hadi W.M.. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
citraan penglihatan, mendeskripsikan citraan pendengaran, mendeskripsikan citraan
penciuman, mendeskripsikan citraan rabaan, mendeskripsikan citraan perasaan,
mendeskripsikan citraan pencecapan dan mendeskripsikan citraan gerak. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian ini
adalah larik-larik dalam sajak yang terdapat citraan penglihatan, pendengaran,
penciuman, rabaan, perasaan, pencecapan, dan gerak. Hasil penelitian didapati 82 data
dari 77 sajak dengan jumlah keseluruhan data 103 sajak. Adapun data tersebut meliputi,
citraan penglihatan sebanyak 22 data dari 19 sajak, citraan pendengaran 36 data dari 35
sajak, citraan penciuman 4 data dari 4 sajak, citraan rabaan 3 data dari 3 sajak, citraan
perasaan 4 dari 4 sajak, citraan pencecapan 2 data dari 2 sajak, dan citraan gerak 11 data
dari 10 sajak.
Kata Kunci: Citraan dalam kumpulan sajak
3

PENDAHULUAN
Sastra sebagai suatu yang dapat dipelajari dari pengalaman manusia, yaitu
berupa renungan dan penilaian terhadap kehidupan yang berada di lngkungan sekitar.
Sastra dapat dijadikan suatu pengajaran, pengajaran yang berguna dan menyenangkan.
Contohnya di bidang pendidikan, kemampuan merangsang seseorang untuk berpikir
kritis dan mampu memilih alasan yang tepat dalam setiap aktivitasnya. Kegiatan yang
berkaitan dengan karya sastra yaitu apresiasi satra. Kegiatan mengapresiasi sebuah
sastra diantaranya bisa berupa menggemari, menikamati, mereaksi dan meproduksi
karya sastra. Kegiatan apresiasi yang berupa mereaksi karya sastra bisa dilakukan dalam
bentuk penelitian terhadap karya sastra. Banyak karya sastra yang dapat diteliti seperti
cerpen, pantun, syair atau sajak. Hal yang bisa diteliti dari karya satra bisa berupa unsur
batin dan unsur fisik. Unsur unsur batin dari suatu karya sastra meliputi makna, rasa,
nada dan amanat. Sedangkan unsur fisik dari suatu karya sastra meliputi tipografi, diksi,
imaji atau citraan, gaya bahasa, kata konkret, rima atau irama.
Citraan menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah karya sastra.
Karena citraan merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan sarana kebahasaan di
dalam sajak, dengan pemanfaatan ini dapat menciptakan suasana kepuitisan. Seperti hal
nya Citraan dalam sajak. Sajak merupakan karya sastra yang berupa sebuah tulisan-
tulisan indah dan mengandung makna. Sajak dapat dijadikan sebagai bahan refleksi
kehidupan, diantaranya sebagai bahan perenungan, cerminan batin, dan pengalaman
hidup manusia. Aspek yang terlihat jelas adalah penggambaran sebuah sajak yang
dikemas dalam kata-kata indah melalui imaji seorang penyair.
Ketika kita membaca sajak kita diajak untuk berpikir dan mencoba untuk
mengikuti alur cerita yang disampaikan melalui hati dan pikiran penyair. Citraan juga
dapat menggerakkan emosi pembaca karena sehingga pembaca seolah-olah benar
merasakan dan melihat keadaan yang digambarkan oleh penyair. Citraan banyak
terdapat dalam Sajak Tuhan, Kita Semakin Dekat. Contohya citraan dalam salah satu
sajak karya Abdul Hadi W. M. yaitu berjudul Tergantung pada Angin, bagian larik puisi
tersebut memiliki citraan penglihatan seperti berikut ini:
Pada awan kita bertahan, dari bumi yang mau menarik
Kita kembali dan matahari yang ingin mematahkan
Ketenangan uap mengepul dan bermimpi, seperti terang
Pada lampu buat bayang-bayang yang mudah hilang
Kemana lagi kita akan menghindar dan mengambang?
Tergantung pada angin yang bertiup kencang atau perlahan
Larik Sajak yang digaris bawahi tersebut merupakan citraan penglihatan, penyair
seolah-olah melihat objek secara langsung, terang lampu yang membuat bayang-
bayang hilang. Suasana yang khusus tergambar pada bait sajak, rangsangan lebih
terlihat pada indera penglihatan. Jelas tergambar bahwasannya citraan melibatkan
segala aspek yang ada untuk memahami dan memaknai sajak. Abdul Hadi W. M.
menggambarkan adaya citraan penglihatan dengan cara mengamati secara langsung
pada sebuah objek. Tanpa disadaripun Citraan membantu hidupnya suasana dalam
puisi atau sajak.
Sajak Tuhan, Kita Semakin Dekat merupakan kumpulan sajak yang diterbitkan
pertama kali dalam edisi bahasa Indonesia oleh Penerbit PT Komodo Books pada tahun
4

2012 di Depok. Jumlah halaman keseluruhan yaitu 172 yang memuat 103 sajak. Sampul
buku bewarna nila, bagian belakang buku hijau. Judul tulisan buku bewarna putih.
Sosok gambar seorang laki-laki terdapat pada bagian depan buku. Buku sajak ini adalah
karya Abdul Hadi W.M..
Abdul Hadi W.M. sebagai penyair periode angkatan 1960-1980. Puisi-puisi
tahun 1960-an. Abdul Hadi W. M. adalah sosok gabungan antara penyair dan sarjana.
Gabungan antara disiplin dan ketertiban dengan gairah dan kegilaan. Ia peminat dan
penikmat Timur maupun Barat, jiwa Islam dan sikap keterbukaan. Esai-esai dan
penlitiannya yang mendalam tentang klasik Nusantara serta renungan-renungannya
mengenai estetika dan filsafat Timur menempatkan dirinya sebagai ilmuan yang
terkemuka di bidangnya. Disisi lain, gerakan puisi sufi yang dicetuskannya 30 tahun
lalu masih kuat membekas pada generasi para penyair Indonesia hingga hari ini.
Penelitian terhadap karya Abdul Hadi W. M. telah banyak dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Namun, penelitian mengenai citraan dalam kumpulan sajak
Tuhan, Kita Semakin Dekat sepengetahuan penulis belum ada. Hal inilah yang
melatarbelakangi penelitian penulis selain kemenarikan yang telah penulis paparkan
sebelumnya.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis dan memaparkan secara deskriptif hasil
penelitian yang didapat dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mendeskripsikan atau menjelaskan larik-larik sajak yang terdapat citraan. Citraan
tersebut meliputi citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, citraan
rabaan, citraan perasaan, citraan pencecapan dan citraan gerak.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa antalogi atau kumpulan sajak
Tuhan Kita Begitu Dekat karya Abdul Hadi W.M..Kumpulan sajak tersebut diterbitkan
pertama kali dalam edisi bahasa Indonesia oleh Penerbit PT Komodo Books pada tahun
2012 di Depok. Jumlah halaman keseluruhan yaitu 172 yang memuat 103 sajak. Ukuran
buku kumpulan sajak Tuhan, Kita Begitu Dekat; panjang 20cm, lebar 14cm, dan tebal
1cm. Data penelitian berupa larik-larik sajak yang mengandung citraan dalam kumpulan
Sajak Tuhan Kita Begitu Dekat karya Abdul Hadi W. M.. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini berupa teknik dokumentasi yaitu berupa pengumpulan data puisi
yang terdapat dalam kumpulan sajak Tuhan, Kita Begitu Dekat karya Abdul Hadi W.
M.. Adapun teknik analisis data yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi dilakukan untuk menyederhanakan data. Mereduksi data, yaitu:
mengidentifikasi data, membuang data yang tidak diperlukan, dan
mengklasifikasikan data penting dalam penelitian ini.
b. Penyajian data
Setelah tahap reduksi citraan dalam kumpulan Sajak dilakukan, langkah
berikutnya adalah menyajikan citraan yang sudah direduksi, lalu dilakukan
penganalisisan. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Pengkodean, yaitu dilakukan agar memudahkan penulis dalam
pemeriksaan dan menarik kesimpulan tentang citraan dalam kumpulan
Sajak Tuhan, Kita Begitu Dekat karya Abdul Hadi W. M..
5

2. Pembuatan tabel data, tabel dibuat berdasarkan butir-butir masalah yang


dikaji tentang citraan dalam kumpulan Sajak pada penelitian ini, dan
3. Memasukkan data citraan yang sudah dikodekan kedalam tabel yang
tersedia.
c. Penarikan Simpulan Akhir
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam tahap penarikan
kesimpulan sementara yaitu sebagi berikut.
1. Mengecek dan mengulang kembali langkah-langkah analisis data
2. Memeriksa kembali seluruh data penelitian.
Data yang telah dikumpulkan selama penelitian diambil sesuai dengan teknik
pengumpulan data yang dipaparkan selama peneitian diambil sesuai dengan teknik
pemgumpulan data yang dipaparkan sebelumnya. Data penelitian ini adalah kumpulan
sajak Tuhan, Kita Semakin Dekat karya Abdul Hadi W. M..
Berdasarkan hasil pengumpulan data, dari keseluruhan 103 sajak diperoleh 82
data dari 77 sajak yang mengandung citraan. Adapun data tersebut meliputi, citraan
penglihatan sebanyak 22 data dari 19 sajak, citraan pendengaran 36 data dari 35 sajak,
citraan penciuman 4 data dari 4 sajak, citraan rabaan 3 data dari 3 sajak, citraan
perasaan 4 data dari 4 sajak, citraan pencecapan 2 data dari 2 sajak dan citraan gerak
11 data dari 10 sajak. Selanjutnya data tersebut dianalisis berdasarkan teknik analisis
data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Adapun salah satu pembahasan
mengenai analisis citraan yaitu:
a) Citraan Penglihatan
Di atas laut. Bulan perak bergetar
Suhu pun melompat
Di Bandar kecil itu. Aku pun dapat
menerka. Seorang pelaut mengurusi jangkar
Lewat pernyataan-pernyataan yang memancing gambaran bayangan, Abdul Hadi
W. M. mencoba mengkomunikasikan intuisinya sebagai penyair dengan imajinasi
pembacanya. Larik 3 dan 4 dalam sajak Prelude didapati adanya citraan. Jika diartikan
secara makna leksikal, yang menjadi kata kunci bahwa larik tersebut didapati adanya
citraan adalah kata di Bandar keci itu. Kata tersebut menujuk pada suatu tempat
kemudian dilanjutkan dengan kata aku pun dapat menerka, ketika pembaca membaca
kata menerka hal yang terbayang adalah menebak sesuatu. Hal ini dapat pembaca
rasakan ketika seolah-olah melihat apa yang telah digambarkan oleh penyair pada larik-
larik sajak tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan kata seorang pelaut mengurusi
jangkar, kata tersebut juga menunjukkan sesuatu yang tidak terlihat seolah-olah
menjadi terlihat. Sehingga didapatilah citraan penglihatan tersebut sebagai citraan yang
tersurat, terlihat bahwa penyair menggunakan kata-kata sebagai media untuk
mengungkapkan apa yang dirasakan sehingga gambaran-gambaran dari sajak tersebut
pembaca juga dapat merasakan apa yang dirasakan penyair.
b) Citraan Pendengaran
Di celah-celah sayap cengkrik
Rumput-rumput membuat suara
Angin yang mendengarkan
Mendengarakan kesunyian malam
6

Penggalan sajak tersebut terdapat kata dalam larik yag digaris bawahi tersebut
seolah-olah pembaca dapat mendengar rumput-rumput yang sedang bersuara dan angin
yang mendengarkannya. Abdul Hadi menggunakan kata-kata yang mamancing
imajinasi pembaca untuk membayangkan kejadian yang ada dalam sajak tersebut. Daya
khayal yang dihasilkan melalui kata-kata tersebut dapat menggambarkan suasana yang
digambarkan oleh penyair.

c) Citraa Penciuman
Tapi tak ada kucium wangi kainmu sebelum pergi
taka da.
Tapi langkah gerimis bukan sendiri.

Penggalan Sajak Samar, larik 2 bait ke 1 tersebut terdapat citraan penciuman,


penyair menggabungkan semua idenya melalui sesuatu rangsangan lewat indera
penciuman. Penyair memancing pembaca ketika membaca sajak tersebut seolah-olah
dapat ditangkap oleh indera penciuman. Larik Tapi tak ada kucium wangi kainmu jelas
tergambar penyair menggunakan unsur citraan penciuman. Hal tersebut terletak pada
kata kucium wangi kainmu, kata tersebut seoalah-olah wangi kain dapat tercium secara
langsung. Kata tersebut juga untuk melengkapi gambaran pembaca tentang waktu.
Waktu yang mengisahkan kehidupan. sebuah kehidupan yang harus dijalani. Untuk
melengkapi gambaran saak tersebut, penyair menggunaka diksi dan unsur citraan
penciuman sebab, citraan penciuman dapat membangun suasana tertentu guna
menciptakan kepuitisan.

d) Citraan Pencecapan
Tapi kau cawan anggur yang penuh
kau minum dari gelasmu sendiri
Kau kelopak kembang
Yang senantiasa mekar
Kutersenyum riang
Dihadapan pedang dan kilatan kematian

Unsur Citraan rasaan digunakan penyair pada sajaknya larik 17 bait ke 6.


Penyair menggunakan kata-kata yang imajis guna memancing pembaca untuk
berimjinasi terhadap sajaknya lewat indera pencecapan. Pembaca seolah-olah dapat
memahami dan merasakan hal yang sudah dimaksudkan penyair terhadap sajaknya. Hal
yang dialami dan dirasakan tergamabar pada sajak tersebut, dengan menggunakan kata-
kata yang indah dan puitis. Kata pada larik sajak kau minum, kata tersebut seolah-olah
indera pencecepan kita dapat merasakan air minum dari gelas. Penyair menggunakan
perpaduan diksi dengan unsur pncitraan tersebut dengan kata-kata yang memancing
imajinasi pembacanya. Sajak tersebut menceritakan keagungan yang ada pada pencipta
alam semesta. Keraguan yang dialami setiap manusia membuat hati gusar, sehingga rasa
untuk tetap mengingat sang pencipta telah luput.
e) Citraan Rabaan
Tuhan kita begitu dekat
sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
7

Berdasarkan penggalan sajak larik 4 bait ke 1 tersebut, dapat diketahui


terdapat citraan rabaan. Penyair menggunakan kata-kata yang memancing imajinasi
pembaca untuk membayangkan Sesutu dan benar-benar merasakan apa yang dirasakan
oleh penyair pada sajaknya. Sehingga gambaran sajak tergambar secara jelas. kata pada
larik sajak tuhan kita begitu dekatsebagai api dengan panas aku panas dalam apimu.
Jika dideskripsikan secara jelas penyair memberikan gamabaran keadaan kita dengan
tuhan atau sang pencipta itu sangatlah dekat bagaimana sring berhubungan erat satu
sama lainnya. Citraan rabaan terdapat pada kata aku panas dalam apimu, ketika kita
membaca atau mendengar kata-kata tersebut dapat memunculkan bayangan bayangan
betapa dekatnya hubungan itu ibarat api yang panas. Hubungan itu seakan bernyawa,
ketika makhluk dan penciptanya. Pada penggalan sajak tersebut kata aku panas dalam
apimu, seolah-olah kita merasakan betapa panasnya api. Sepeti itulah penyair
menggunakan kata-katanya sehingga daya imajinasi pembaca terhadap sajaknya
sangatlah jelas tergamabar. Suasana sendu, perih, meskipun terkadang di dalamnya
dapat dijumpai sentuhan erotis.
f) Citraan Perasaan
Sebab aku tahu yang paling berat adalah rindu
Sangsi selalu melagukan hasrat dan impian-impian

Pada penggalan sajak tersebut, penyair menggunakan kata-kata yang dapat


memancing imajinasi pembaca dan seolah-olah merasakan hal yang dirasakan penyair.
Larik sebab aku tahu yang paling berat adalah rindu. Jika diartikan secara makna
leksikalnya, perasaan seseorang saat rindu. Sehingga didapati citraan perasaan tersebut
merupakan citraan yang tersirat. Ungkapan yang digamabrkan penyair tidak secara
langsung. Hal ini terlihat jelas pada penggunaan kata-katanya. Penyair menggunakan
kata-kata kiasan untuk membuat pembaca berpikir dan berimajinasi agar penyampaian
pesan dan perasaan yang tergambar dapat sampai dirasaakan juga oleh pembaca. Sangsi
selalu melagukan hasrat dan impian-impian. Sama halnya dengan larik yang
sebelumnya juga, jika diartikan secara makna leksikal kata-kata tersebut berarti sebagai
suatu hukuman yang harus diterima dari pelanggaran yang telah diperbuat.

g) Citraan Gerak
dua nelayan Madura terjun ke sampannya
angin tak menyuruh mereka, dingin yang baja
seperti kata nenek moyangnya, mereka lepaskan mantera
seperti kata nenek moyangnya, kau hanya tawarkan angin utara
Berdasarkan penggalan sajak tersebut, diketahui terdapat Citraan gerak. Penyair
mengunakan kata-kata yang imajis sehingga memancing pembaca untuk berimajinasi.
Bait ke 3 sajak tersebut terdapat kata dua nelayan Madura terjun kesampannya. Penyair
menggunakan kata terjun dan ke sampannya, kata terjun memiliki arti melaukan
sesuatu sampai terjatuh dan dilengkapi dengan kata keterangan ke sampannya. Kedua
kata terssebut memancing pembaca seolah-olah sesuatu yang diam bergerak. Jika
dideskripsikan dua orang nelayan yang diam terjun ke sampannya. Kata terjun ke
sampannya tersebut hal yang membuat seolah-olah kedua nelayan tersebut bergerak
dan berpindah tempat. Seolah-olah pembaca mendeskripskan sesuatu yang diam
menjadi bergerak.
8

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa citraan


penglihatan, pendengaran, pencecapan, rabaan, perasaan dan gerak dalam kumpulan
Sajak Tuhan, Kita Semakin Dekat karya Abdul Hadi W. M. adalah sebagai berikut:
1. Citraan penglihatan merupakan ungkapan penyair melalui kata-kata yang dapat
mempengaruhi pembaca didapati dalam kumpulan sajaknya Tuhan, Kita Begitu
Dekat. Citraan penglihatan terdapat dalam sajak tersebut, penyair menggunakan
kata-kata yang mengundang imajinasi pembaca lewat indera penglihatan sesuai
dengan pemahan penyair itu sendiri terhadap suatu kejadian yang telah dialami.
Berdasarkan hasil temuan peneliti, diperoleh 22 data dari 19 sajak yang
mengandung citraan penglihatan dari 103 sajak. Penyair mencoba
mengkomunikasikan intuisinya dengan imajinasi pembaca. Setelah segala hal
yang ada dalam pikiran penyair dituang melalaui sebuah kata puitis dan
disajikan oleh pembaca untuk mengimajinasikan hal yang telah digambarkan
penyair tersebut.
2. Selanjutnya citraan pendengaran juga sering digunakan penyair dalam
mengekpresikan puisinya. Hal ini terlihat pada hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti, didapati 36 data yang megandung citraan pendengaran
dari 35 sajak. Banyak ditemukan oleh peneliti kata-kata yang mengundang
imajinasi pembaca lewat indera pendengaran. lewat citraan pendengaran, sesuatu
yang abstrak digambarkan sebagai sesuatu yang terdengar dan merangsang
indera pendengaran. seolah-olah ide tersebut terasa dan hadir dalam diri
pembaca. Hal ini terlihat jelas pada kata-kata yang digunakan oleh penyair.
3. Citraan penciuman juga didapati dalam kumpulan sajak Tuhan, Kita Semakin
Dekat. Pada citran penciuman, ungkapan penyair disalurkan melalui kata-kata
yang berhubungan dengan penciuman. Hal yang tidak tercium oleh indera
penciuman pemaca seolah-olah tercium sehingga menimbulkan imajinasi yang
tampak nyata ketika pembaca membaca sajak tersebut. Berdasarkan temuan
peneliti, didapati 4 data yang mengandung citraan dari 4 sajak dengan jumlah
keseluruhan kumpulan sajak 103 sajak. Berbeda dengan jumlah-jumlah data
yang diperoleh pada citraan-citraan sebelumnya. Hal ini juga membuktikan
bahwa penyair sedikit menggunakan citraan penciuman untuk memperindah
bahasa sajakya.
4. Citraan pencecapan, tidak hanya melalui citraan penglihatan, pendengaran dan
penciuman Abdul Hadi W. M mengungkapkan perasaannya lewat kata-kata
indah. Citraan rasaan didapati peneliti dalam kumpulan sajaknya Tuhan, Kita
Begitu Dekat. Berdasarkan temuan peneliti didapati 2 data dari 2 sajak dengan
jumlah keseluruhan sajak 103. Penyair memilih kata-kata yang dapat
membangkitkan emosi dan menggiring pemabaca lewat sesuatu yang seolah-
olah dapat dirasakan oleh indera pencecapan pembaca. Sama halnya dengan
citraan penciuman. Penyair jarang menggunakan citraan rasaan dalam kumpulan
sajaknya tersebut.
5. Citraan rabaan, penyair memanfaatkan citraan tersebut agar lebih menciptakan
sesuatu hal yang seolah-olah dapat tersentuh, bersentuhan ataupun yang
melibatkan efektivitas indera kulit. Dalam kumpulan sajak Tuhan, Kita Begitu
Dekat, citraan rabaan hanya didapati sebanyak 3 data dari 2 sajak dengan jumlah
keseluruhan sajak 103. Hal ini juga terlihat dari kecendrungan penyair
9

memancing imajinasi pembacanya lewat sesuatu yang dapat dilihat


dibandingkan dengan yang dirasakan oleh kulit.
6. Citraan perasaan didapati 4 data dari 4 sajak. Ungkapan perasaan penyair
didskripsikan pada sajaknya sehingga pembaca seoalh-olah merasakan apa yang
dirasakan penyair.
7. Citraan selanjutmya yaitu citraan gerak. Citraan tersebut dimanfaatkan dengan
tujuan lebih menghidupkan gambaran dengan melukiskan sesuatu yang diam
seolah-olah bergerak. Abdul Hadi W. M. menggambarkan suasana peristiwa
yang dilukiskan melalui bahasa puisi dengan menggunakan kata-kata yang
imajis serta menggunakan daya khayal pembaca melalaui indera gerak.
Berdasarkan hasil penelitian didapati 11 data yang mengandung citraan dari 10
sajak dengan jumlah keseluruhan data 103 sajak.
8. Berdasarkan temuan peneliti, dari semua citraan yang telah ditemukan. Citraan
penglihatan dan pendengaran sering dijumpai. Dua citraan ini adalah citraan
yang dominan digunakan penyair dalam kumpulan sajak Tuhan, Kita Begitu
Dekat. Berdasarkan pada interpretasi tersebut, Abdul Hadi W. M. menjadikan
pengalaman sebagai dasar pencitptaan sajak-sajaknya. Berdasarkan pengalaman-
penglamannya, sesuatu yang penyair lihat dan dengar merupakan dua aspek
yang dominan dijadikan inspirasi dalam penciptaan karya sajaknya. Hal ini
terlihat dari jumlah citraan dan pendengaran yang lebih dominan dari 5 citraan
lainnya (rabaan, rasaan, penciuman, perasaan dan gerak). Berdasarkan analisis
yang dilakukan terhadap suatu karya sastra berupa kumpulan sajak Tuhan, Kita
begitu Dekat kary Abdul Hadi W. M., maka penulis merekomendasikan kepada
penikmat sajak sehingga dapat mengapresiasikan sebuah karya sastra serta
bahan pengajaran sastra dan memahami unsur citraan sebagai pengantar ketika
memahami pesan dan gambaran peristiwa secara jelas yang dituangkan dalam
bentuk tulisan melalaui bahasa yang puitis oleh penyairnya.

DAFTAR PUSTAKA

Citra Puspita. 2008 Citra tokoh perempuan dalam novel Ketika Cinta Bertasbih karya
Habiburahman El- Shirazy. Skripsi tidak dipublikasikan. FKIP Universitas Riau.
Pekanbaru.
D.Damayanti. 2013. Sastra Indonesia. Araska.Yogyakarta.

Esti Ismawati. 2013. Pengajaran Sastra. Ombak.Yogyakarta.

Elmustian Rahman, 2004. Teori Sastra. Unri Press. Pekanbaru.

. 2004. Sejarah Sastra. Unri Press. Pekanbaru.

Fermita Meryanti. 2008. Pencitraan dalam kumpulan sajak Asmaradana karya


Goenawan Muhammad. Skripsi tidak dipublikasikan. FKIP Universitas Riau.
Pekanbaru.
10

Gorys Keraf. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. PT. Ikrar Mandiri. Jakarta.

Hasanuddin W. S. 2002. Membaca dan Menilai Sajak. Angkasa. Bandung.

Hasnah Faizah. 2011. Menulis Karangan Ilmiah. Cendikia Insani. Pekanbaru.


Herman J. Waluyo. 2002. Apresiasi Puisi.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hendri Guntur Tarigan. 1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Angkasa. Bandung

Kosasih, 2008. Apresiasi Indonesia. Nobel Edumedia.Jakarta.

Melani Budianta, dkk. 2003. Membaca Sastra. Indonesia Tera. Magelang.

Miles, M.B and Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terj.Tjetjep Rohendi
Rohidi. University Indonesia Press.

Nuraini Asnila. 2008. Pencitraan setting cerita Merbau bersama darah karya Hang
Kafrawi. Skripsi tidak dipublikasikan. FKIP Universitas Riau. Pekanbaru.
Rachmat Djoko Pradopo. 2009. Pengkajian Puisi. Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sugiono. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV. Alfabeta.
Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Usul Wiyanto. 2002. Terampil Bermain Drama. PT Gramedia. Jakarta.

You might also like