Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
This is an open access article under the Lisensi Creative Commons Atribusi-
BerbagiSerupa 4.0 Internasional
Corresponding Author:
Manda Kumoro Saraswati
Kepala Subbidang Perhubungan Udara Sekretariat Kabinet RI,
[email protected]
4042 | Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
(Manda Kumoro Saraswati)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
1. PENDAHULUAN
Jakarta ditetapkan sebagai ibukota berdasarkan UU Nomor 29 tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Rencana pemindahan ibu kota Jakarta semakin mendapat sorotan setelah
era reformasi. Jakarta semakin berat memikul beban karena berfungis sebagai pusat
pemerintahan dan juga ekonomi. Jutaan orang datang dari berbagai daerah untuk mengadu nasib
di ibu kota sehingga Jakarta yang pada era kolonial dirancang hanya untuk 600 ribu jiwa, hari
ini dipadati oleh 10 juta penduduk. Tidak heran jika berbagai masalah sosial semakin lekat
dengan Jakarta seperti polusi, kemacetan, banjir hingga kemiskinan. Permasalahan sosial ini
tidak hanya mengancam kesejahteraan penduduknya namun juga memberikan dampak kerugian
yang tidak sedikit bagi pemerintah. Pada tahun 2017, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional (PPN)/Kepala Bappenas menyebutkan bahwa kemacetan di Jakarta mengakibatkan
kerugian sebanyak Rp67,5 triliun. Berbagai macam hal dan pertimbangan menimbulkan wacana
pemindahan ibukota dari Jakarta ke lokasi baru. Wacana pemindahan ibukota Indonesia telah
bergulir sejak tahun 1957 ketika Presiden Soekarno menggagas pemindahan IKN ke Palangka
Raya, saat meresmikan kota tersebut sebagai ibu kota Kalimantan Tengah. Selanjutnya tahun
1997 Presiden Soeharto mengeluarkan Keppres Nomor 1 Tahun 1997 tentang koordinasi
pengembangan kawasan Jonggol sebagai kota mandiri yang ditujukan untuk pusat
pemerintahan. Pada tahun 2003 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menawarkan
skenario untuk mempertahankan Jakarta sebagai Ibu Kota namun direncanakan dan dibangun
benar-benar atau memindahkan Pusat Pemerintahan keluar dari Jakarta. Hingga pada akhirnya
26 agustus 2019 tepat rapat paripurna DPR dimana Presiden mengucapkan kalimat “Pada
kesempatan yang bersejarah ini, dengan memohon ridho Allah SWT, dengan meminta izin dan
dukungan dari Bapak Ibu Anggota Dewan yang terhormat, para sesepuh dan tokoh Bangsa
terutama pada seluruh rakyat Indonesia, dengan ini saya mohon izin untuk memindahkan IKN
kita ke pulau Kalimantan” .
Pemindahan ibu kota Indonesia IKN akan dipindahkan ke Kabupaten Penajam Paser
Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Kriteria Pemilihan dan
Terpilihnya Kalimantan Timur untuk IKN baru yaitu diantaranya aksesibilitas lokasi tinggi,
dekat dengan dua kota besar: Balikpapan dan Samarinda, Struktur kependudukan heterogen dan
terbuka, potensi konflik rendah, Pertahanan dapat didukung oleh Tri Matra Darat, Laut, Udara,
Infrastruktur utama yang lengkap karena didukung bandar udara dan pelabuhan, Air baku dari 3
waduk eksisting, 2 waduk yang direncanakan, 4 sungai, dan 4 Daerah Aliran Sungai. Periode
pengembangan IKN dimulai pada tahun 2022 dan dalam periode perencanaan IKN jangka
panjang, diproyeksikan sampai dengan tahun 2045. Secara garis besar pembangunan dibagi
menjadi lima tahap, yaitu Tahap I (2022-2024), Tahap 2 (2025-2029), Tahap 3 (2030-2034),
Tahap 4 (2035-2039), dan Tahap 5 (2040-2045). Pelaksana realisasi proyek IKN terdiri atas
Bappenas, Kementerian ATR/BPN, Kementerian PUPR, Setneg, Kemenkeu, Kemhan, TNI,
POLRI, BIG, Kementerian ESDM, KLHK, Kementerian PANRB, BKN, Kemendikbud,
Kemenkes, Kementerian Kominfo, Kemenhub, Kemendagri, Badan Otorita IKN, BUMN,
Swasta.
Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2022 tentang IKN (IKN) disahkan DPR pada 18
Januari 2022 dan kemudian Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi telah menandatangan UU
IKN pada 15 Februari 2022. Penetapan Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi IKN baru
menjadi modalitas penting untuk mendorong pemerataan pertumbuhan khususnya di kawasan
timur Hal didukung dengan tingkat realisasi investasi domestik dan asing yang paling tinggi se-
Kalimantan maupun dengan wilayah Timur Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2020). Data
menunjukkan bahwa Pulau Kalimantan menyumbang 13,64% (Rp52.704.9 miliar) realisasi
PMDN dan 7,56% (US$2.131,4 juta) realisasi PMA nasional pada tahun 2019. Salah satu latar
belakang pemindahan IKN adalah untuk mengurangi kesenjangan dan meningkatkan
pertumbuhan perekonomian daerah di luar Jawa terutama Kawasan Timur Indonesia sehingga
aktivitas-aktivitas ekonomi yang tadinya berpusat di Pulau Jawa dapat berpindah ke Pulau di
4043 | Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
(Manda Kumoro Saraswati)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
luar Jawa. Berikut merupakan tabel Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2021-2045 yang
menunjukkan kesenjangan ekonomi yang tidak merata.
Wilayah Presentase persebaran jumlah Kontribusi Ekonomi untuk
penduduk secara nasional (%) nasional (%)
Pulau Jawa 57% 59,0%
Pulau sumatera 22 % 21,31%
Pulau Kalimantan 6% 8,05%
Pulau Sulawesi 7,4 % 6,33%
Bali & Nusa 5,6% 3,06%
Tenggara
Maluku & Papua 2,8% 2,24%
Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 Hasil Supas 2015 (angka tahun 2019) & BPS
(Feb 2020)
Jika pertumbuhan ekonomi dibiarkan tumbuh lebih dominan di Pulau Jawa, maka akan
menimbulkan disparitas pertumbuhan ekonomi regional. Konsekuensi dari adanya gap
pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan kesenjangan antar daerah yang semakin meningkat.
Apabila melihat pembelajaran negara-negara yang telah melakukan Pemindahan Ibu Kota telah
memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian negara, seperti Negara Brazil dari Rio
De Jainero ke Brasilia pada tahun 1957 sampai 1960 menunjukan peningkatan Jumlah
Penduduk sebanyak 4.5 Juta jiwa (2019) dibandingkan pada saat pertama pemindahan sekitar
136 ribu jiwa (1960) kemudian peningkatan GDP $ 51.715.862 (2015). Contoh lain adalah
pemindahan IKN Australia dari Melbourne ke Canberra, sejak 1920 – 1989 menunjukkan
perkembangan yaitu peningkatan jumlah Penduduk 426.700 jiwa (2019) dibandingkan saat awal
pemindahan sekitar 5.915 jiwa (1927) dengan peningkatan GDP $ 39.440.000 (2018).
Kewajiban negara atau pemerintah untuk mewujudkan dan menjamin kesejahteraan umum
dalam suasana sebesar-besarnya kemakmuran menurut asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Menurut J. Barents ada tigas tujuan negara yaitu: (i) untuk memelihara ketertiban dan
ketentraman (ii) mempertahankan kekuasaan dan (iii) mengurus hal-hal yang berkenaan dengan
kepentingan-kepentingan umum campur tangan pemerintah yaitu menjamin agar kegiatan
ekonomi yang dilakukan tidak menimbulkan dan ketidaksetaraan didalam masyarakat dan
memastikan agar pertumbuhan ekonomi dapat diwujudkan dengan efisien
Kebijakan untuk memindahkan IKN dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk
pengembangan wilayah ekonomi baru, menurunkan ketimpangan antar-wilayah, dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan proyek pemindahan IKN juga sekaligus
merespons potensi konflik sosial dan merosotnya daya dukung ekologis. Melihat itu maka
penulis tertarik membahas lebih lanjut dinamika yang terjadi maupun akan terjadi dalam proyek
pemindahan IKN dari Provinsi DKI Jakarta ke Provinsi Kalimantan dan mengkaji kekuatan,
kekurangan, peluang dan ancaman pemindahan IKN dengan penjabaran lebih lanjut dalam
tulisan ini.
2. METODE
Kajian ini menggunakan studi literatur dari Jurnal, buku, media massa, dan internet yang
mendukung penelitian penulis. Penulis juga mendapatkan data sekunder yang diperoleh dari
berbagasi sumber antara lain Badan Pusat Statistik, Bappenas, dan World Bank. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif berupa analisis SWOT (Strengths,
Weaknesse, Opportunities, Threats) dengan melakukan pengamatan terhadap progress rencana
pemindahan IKN di Provinsi Kalimantan Timur. Analisis SWOT adalah analisis kondisi
internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar
untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Sementara, analisis eksternal mencakup
faktor peluang (Opportunities) dan tantangan (Threaths).Tulisan ini menggunakan pendekatan
4044 | Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
(Manda Kumoro Saraswati)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
normatif yang tidak hanya mengkaji hukum dalam arti peraturan perundang-undangan tetapi
mencakup aspek yang lebih luas serta dapat dianalisis dari segi ekonomi.
4046 | Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
(Manda Kumoro Saraswati)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
- Pembangunan prasarana pendidikan tinggi di Institut Teknologi Kalimantan dengan alokasi
sebesar Rp86,6 miliar pada tahun 2019 untuk gedung pembelajaran dan senilai Rp99,9 miliar
pada tahun 2020 untuk laboratorium terpadu.
- Pembangunan prasarana bandara APT Pranoto di Samarinda untuk dukungan konektivitas
IKN. Pengembangan APT Pranoto melalui SBSN ini dilaksanakan mulai tahun 2020 – 2023
dengan alokasi total Rp326,37 miliar.
- Pembangunan prasarana dan sarana di Politeknik Negeri Balikpapan dengan nilai alokasi
Rp65 miliar pada tahun 2021.
- Pembangunan Rumah Negara Prajurit TNI AD di Kodam VI Mulawarman dengan nilai
alokasi sebesar Rp13,43 miliar pada tahun 2021.
- Pembangunan MAN Insan Cendekia Paser dengan alokasi SBSN yang telah dilakukan sejak
tahun 2018 s.d. 2021 mencapai total Rp53,9 miliar.
- Sampai dengan tahun 2021, total proyek yang dibiayai dari SBSN sudah mencapai 3.447
proyek yang tersebar di berbagai wilayah tanah air Indonesia
Adapun proyek-proyek infrastruktur utama dan pendukung IKN yang akan dibangun
adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan Istana Negara dan bangunan strategis TNI/POLRI (pangkalan militer),
Pengadaan lahan dan infrastruktur dasar (jalan akses), Diplomatic Compound (lahan), Ruang
terbuka hijau (termasuk taman budaya), Rumah Dinas ASN/TNI/POLRI dengan Skema
APBN (Langsung)
2. Infrastruktur dasar dan utilitas (selain yang telah tercakup dalam APBN), Rumah Dinas
ASN/TNI/POLRI (selain yang telah tercakup dalam APBN), Gedung Eksekutif, Legislatif
dan Yudikatif, Peningkatan konektivitas (bandara, pelabuhan, dan jalan tol/non-tol), Sarana
pendidikan, museum, dan sarana kesehatan dengan Skema Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha (KPBU)
3. Perumahan umum, Pembangunan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan swasta,
Science-technopark, Sarana kesehatan swasta ,Pusat perbelanjaan/shopping mall , Meetings,
Incentives, Conventions, and Exhibitions (MICE) dengan Skema Swasta & BUMN/D
Disamping itu, dalam rangka memaksimalkan sumber pendanaan yang diperlukan untuk
pembangunan dan penyelenggaraan IKN, sumber pendanaan dapat berasal dari pemanfaatan
Barang Milik Negara (BMN) antara lain melalui skema sewa, kerja sama pemanfaatan, dan
bangun guna serah/bangun serah guna.
Prinsip Pembangunan Dasar Ekonomi IKN
Dalam mewujudkan konsep Tiga Kota yang kokoh yaitu IKN, Balikpapan, dan
Samarinda akan membentuk segitiga pembangunan ekonomi yang saling melengkapi yang di
desain sebagai berikut :
1. IKN akan menjadi 'saraf dalam strategi Tiga Kota sebagai pusat pemerintahan baru dan
pusat inovasi hijau yang berperan sebagai basis untuk sektor-sektor baru yang didorong oleh
inovasi, seperti biosimilar dan vaksin, protein nabati, nutraceutical, dan energi baru
terbarukan (EBT). IKN juga akan menjadi basis untuk Smart City dan layanan digital,
pendidikan abad ke-21, serta pariwisata kota, bisnis, dan kesehatan.
2. Samarinda akan menjadi 'jantung' dari struktur Tiga Kota yang mentransformasi sektor
pertambangan, minyak, dan gas menjadi sektor energi yang baru, rendah karbon, dan
berkelanjutan. Samarinda juga diharapkan dapat memperoleh manfaat dari peningkatan
aktivitas pariwisata di wilayah Kalimantan Timur.
3. Balikpapan akan menjadi 'otot' pembangunan ekonomi Tiga Kota dengan memanfaatkan
pusat logistik dan layanan pengirimannya yang telah mapan untuk sektor-sektor berorientasi
impor dan ekspor serta memperkuat peran superhub ekonomi dalam arus perdagangan antar
dan intra-regional. Balikpapan juga akan menampung klaster petrokimia dan membantu
mendorong diversifikasi produk dari minyak dan gas hulu menjadi berbagai turunan
petrokimia hilir.
4047 | Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
(Manda Kumoro Saraswati)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
Memperhatikan besarnya cadangan berbagai macam sumber energi di Kalimantan,
baik yang tak terbarukan (fosil) maupun terbarukan, segi “energy availability” tidaklah akan
menjadi persoalan besar bagi ibukota baru di Kalimantan tersebut. Namun demikian
penyediaan energi di Kalimantan nantinya (yang permintaannya banyak dibangkitkan
karena keberadaan IKN) perlu mempertimbangkan banyak hal lainnya. Mutu (keandalan) dari
sistem penyediaan energi di Kalimantan juga dituntut untuk semakin baik (untuk
memenuhi standar sebuah IKN), yang berarti pula peningkatan kebutuhan energi.
Konektivitas energi antarpropinsi, bahkan intrapropinsi di Kalimantan juga dituntut untuk
semakin diperluas/diperbaiki, bahkan mungkin akan dikembangkan setara atau lebih baik
daripada yang telah dibangun selama ini untuk melayani pasar di luar Kalimantan.
Sesuai dengan visi Superhub Ekonomi IKN akan diwujudkan melalui pengembangan 6
klaster ekonomi. Pengembangan keenam klaster tersebut didasarkan pada peningkatan daya
saing sektor-sektor yang sudah berkembang di Kalimantan Timur serta introduksi sektor-sektor
maju yang berorientasi teknologi tinggi dan berkelanjutan yang akan berfungsi sebagai
penggerak utama perekonomian. Adapun berdasarkan rencana induk IKN terdapat 6 klaster
berupa :
1. Klaster Industri Teknologi Bersih dengan misi menyediakan produk yang mendukung
mobilitas dan utilitas yang ramah lingkungan. Pengembangan sektor ini difokuskan pada
industri teknologi bersih untuk mobilitas dan utilitas yang lebih ramah lingkungan, yaitu
perakitan panel surya dan kendaraan listrik roda dua.
2. Klaster Farmasl Terlntegrasi dengan misi mengembangkan pusat manufaktur farmasi
dengan biaya efisien dan terbaik di kelasnya untuk ketahanan dan keamanan kesehatan yang
lebih baik. Pengembangannya difokuskan pada produksi bahan aktif obat-obatan (API)
generik, biosimilar, dan biologics guna memenuhi peningkatan kebutuhan domestik dan
memperkuat ketahanan nasional terhadap krisis kesehatan.
3. Klaster Industri Pertanian Berkelanjutan dengan misi mengembangkan pusat produksi dan
inovasi pangan berbasis nabati yang berkelanjutan dan tanggap menghadapi tren
kesehatan/kebugaran masa depan. Pengembangannya berfokus pada protein nabati, herbal
dan nutrisi, serta produk ekstrak tumbuhan.
4. Klaster Ekowisata inklusif dengan misi mengembangkan destinasi ekowisata kelas dunia
berbasis aset ekowisata dan pariwisata kebugaran dengan identitas global khas Kalimantan
Timur. Pengembangan ekowisata juga akan ditunjang oleh pariwisata kota, meetings,
incentiues, conferencing, exhibitions (MICE), serta wisata kesehatan dan kebugaran.
5. Klaster Kimia dan Produk Turunan Kimia dengan misi membangun pusat pengembangan
bahan kimia dan produk turunan kimia bagi sektor yang berpotensi memiliki permintaan
tinggi serta membuka lapangan kerja dengan memanfaatkan sumber daya alam di
Kalimantan Timur. Pengembangannya berfokus oleokimia yang didukung menengah hingga
tinggi. pada pengembangan industri petrokimia dan penyediaan tenaga kerja
berketerampilan
6. Klaster Energi Rendah Karbon dengan misi mentransformasi industri energi yang sudah ada
di Kalimantan Timur dengan mengembangkan produksi energi rendah karbon sebagai
sumber energi pada masa depan, seperti biofuel, bahan bakar sintetis, dan gasifikasi batu
bara.
Analisis SWOT terhadap Pemindahan IKN ke Provinsi Kalimantan Timur
A. Strengths (Kekuatan)
1. Krisis Ketersedian Air di Pulau Jawa
Berdasarkan penelitian LIPI tahun 2019, Pulau Jawa diprediksi akan mengalami
peningkatan defisit air hingga tahun 2070. Faktor terbesar penyebab krisis air di Jawa
adalah perubahan iklim. Hal ini akan memengaruhi neraca air yang akan berpengaruh
signifikan terhadap ketersediaan air yang kebutuhannya semakin meningkat karena
pertumbuhan penduduk dan perubahan tata guna lahan. Menurut Chairunnisa et al
(2021) Rata-rata jumlah penduduk di Pulau Jawa pada tahun 1991 sampai dengan 2020
4048 | Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
(Manda Kumoro Saraswati)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
yaitu sebanyak 132.12 juta jiwa, dengan kebutuhan air domestik sebesar 9.64 miliar m 3.
Seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk dan kebutuhan air domestik pada setiap
wilayah mengalami peningkatan. Tahun 2021 sampai dengan 2050 Pulau Jawa memiliki
rata-rata jumlah penduduk sebanyak 193.82 juta jiwa, dengan kebutuhan air domestik
sebesar 14.15 miliar m3. Perubahan terbesar indeks kekritisan air terjadi di Provinsi DKI
Jakarta, yang mengalami kenaikan sebesar 52.03% yang menyebabkan status daerah
tersebut berada pada kondisi sangat kritis pada tahun 2021-2050.
2. Pertumbuhan Urbanisasi dan Jumlah Penduduk yang berdampak pada tingkat kemacetan
dan kualitas udara tidak sehat.
Tingginya jumlah penduduk yang menempati Pulau Jawa memberikan beban yang
sangat berat yang akan berimplikasi terhadap berbagai permasalahan, diantaranya
kemacetan lalu lintas dan buruknya kualitas udara. Berdasarkan kajian World Bank
kemacetan di Jakarta telah menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 65 triliun/tahun.
Jakarta juga sebagai salah satu kota yang memiliki tingkat kemacetan tinggi dengan
peringkat 17 dari 24 kota di Asia (ADB, 2019). Konsekuensi dari kemacetan tinggi salah
satunya menyebabkan polusi udara, Jakarta pernah tercatat memiliki Air Quality Index
(AQI) sebesar 123 yang membawa Jakarta pada peringkat 9 untuk kota dengan kualitas
udara terburuk di dunia.
3. Penurunan Daya Dukung Lingkungan Jakarta, Ancaman bahaya Tanah Turun dan Banjir
di Jakarta.
Secara umum, pemanfaatan dan penggunaan lahan di perkotaan seringkali mengabaikan
perencanaan ruang dan tata bangunan yang telah disiapkan. Akibatnya terjadi
ketidakteraturan fungsi, estetika, sirkulasi dan pergerakan transportasi yang tidak lancar,
juga intensitas ruang yang tidak seimbang yang berimplikasi terhadap penurunan
kualitas lingkungan. Sekitar 50% wilayah Jakarta memiliki tingkat keamanan banjir di
bawah 10 tahunan (ideal kota besar minimum 50 tahunan). Dalam interval waktu dari
2016-2017 penurunan muka tanah di DKI Jakarta rata-rata sebesar -7,2 cm/tahun
(Wilayah Jakarta Barat -5,7 cm/tahun, Jakarta Pusat -6,9 cm/tahun, Jakarta Utara -8,2
cm/tahun, Jakarta Timur -7,4 cm/tahun, dan Jakarta Selatan -7,3 cm/tahun. Berdasarkan
penelitian Nurul dan Heri (2017) yang melakukan perhitungan estimasi kerugian
ekonomi dengan menggabungkan peta banjir dengan peta tata guna lahn diperoleh hasil
pada rentang waktu 10 tahun yaitu antara tahun 2007 hingga 2027 diprediksi terjadi
pertambahan kerugian ekonomi sebesar 15 T, dari nilai kerugian yang semula adalah
sekitar 21 Triliun hingga menjadi 36 Triliun pada tahun 2027.
4. Ketersediaan Infrastruktur eksisting dan akses IKN yang dekat dengan kota-kota yang
sudah berkembang.
Infrastruktur yang cukup lengkap dan Aksesibilitas lokasi dekat dengan dua kota besar:
Balikpapan dan Samarinda serta telah dilengkapi dengan Infrastruktur utama seperti
jalan tol Balikpapan-Samarinda dan trans Kalimantan, Bandara SAMS Sepinggan di
Balikpapan dan Bandara APT Pranoto di Samarinda, Pelabuhan Terminal Peti Kemas
Kariangau, Balikpapan dan Pelabuhan Semayang, Samarinda.
5. Kepadatan Penduduk di Pulau Jawa
Sekitar 57% penduduk Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa, yaitu sebanyak 150,18
juta jiwa.
6. Dominasi Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa
Kontribusi ekonomi Pulau Jawa sebanyak 59% terhadap Perumbuhan Domestik Bruto
(PDB) Nasional.
B. Weaknesses (Kelemahan)
1. Alokasi anggaran yang sangat besar untuk pembangunan IKN
Pendanaan untuk pembangunan IKN di Kab. Penajam Paser Utara dan Kab. Kutai
Kartanegara yang diperkirakan sebanyak 466, 98 Triliun dengan komposisi APBN :
91,29 T, KPBU : 252,46 T, dan Badan Usaha : 123,23 T. Dari aspek pembiayaan,
4049 | Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
(Manda Kumoro Saraswati)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
walaupun pemerintah sudah menyatakan hanya 19,2% dari total kebutuhan anggaran
Rp.446 triliun ditanggung oleh APBN, namun terdapat risiko penambahan beban
anggaran negara apabila terjadi kegagalan pembangunan yang dilakukan oleh pihak
swasta (Silalahi, 2019).
2. Menurunnya belanja dan konsumsi rumah tangga di DKI Jakarta
Dengan adanya pemindahan IKN ke Provinsi Kalimantan Timur diperkirakan ikut
memindahkan sebanyak 1,5 juta orang yang terdiri dari ASN, TNI, POLRI, Eksekutif,
Legislatif, dan Yudikatif, dan pelaku ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya
tingkat konsumsi rumah tangga yang akan berpengaruh terhadap turunnya permintaan
barang dan jasa di Jakarta dan akhirnya dapat berdampak terhadap PDRB DKI Jakarta.
C. Opportunities (Peluang)
1. Memberikan peluang investasi baru di Kaltim
Bappenas dalam kajiannya tahun 2019 menyatakan bahwa pemindahan IKN akan
mendorong investasi sektor riil di Kaltim sebesar 47,7% yang akan berdampak positif
terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Kaltim. Perumbuhan investasi riil di Indonesia
juga diperkirakan tumbuh sebesar 4,7% yang akan memberikan kontribusi pertumbuhan
ekonomi di Indonesia sebesar 0,6%. Dengan tumbuhnya investasi di Provinsi Kaltim
juga akan memberikan spillover effect yang positif kepada provinsi-provinsi lain selain
Provinsi Kaltim (peningkatan investasi di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
dan Kalimantan Tengah).
2. Potensi peningkatan kesempatan kerja
Dengan adanya pertumbuhan aktivitas ekonomi di IKN maka terdapat potensi kenaikan
kesempatan kerja sebesar 10,5% di Pulau Kalimantan dan peningkatan kesempatan kerja
sebanyak 1% secara nasional (Bappenas, 2019). Pemindahan IKN menyebabkan
perekonomian terdiversifikasi ke arah sektor investasi padat karya sehingga dapat lebih
menyerap jumlah tenaga kerja.
3. Diversifikasi dan penciptaan sektor ekonomi baru
Dengan adanya 2 (dua) kota pendukung IKN dan terdapatnya sumber daya alam
potensial yang terkandung di dalamnya akan menciptakan diversifikasi ekonomi di
masing-masing wilayah sesuai komoditas unggulan / industri andalannya. Seperti halnya
Samarinda akan menjadi mercusuar untuk penambagan batubara berkelanjutan dan basis
manufaktur baru untuk energi terbarukan sementara Balikpapan akan dipusatkan
menjadi hilirisasi industri pengolahan minyak dan gas menjadi petrokimia. Dengan
adanya pusat-pusat ekonomi baru berpotensi untuk kenaikan pendapatan negara.
4. Potensi perdagangan antar wilayah
Pemindahan ibu kota juga akan mendorong perdagangan antar wilayah di Indonesia,
lebih dari 50% wilayah Indonesia akan merasakan peningkatan arus perdagangan jika
IKN dipindah ke Provinsi yang memiliki konektivitas dengan provinsi lain yang lebih
baik.
5. IKN dirancang dengan sistem smart transportation
IKN Nusantara akan didukung dengan smart transportation yakni sistem transportasi
kota yang dirancang berbasis integrasi pengembangan transportasi publik, sepeda, dan
pedestrian dengan menerapkan Integrated Information System, Intelligent Transport
System, dan Innovative Public Transportation Network serta mempromosikan kendaraan
hemat bahan bakar dan ramah lingkungan (electric car).
6. Pemanfaatan energi baru terbarukan
IKN Nusantara akan menggunakan Smart Grid Technology memanfaatkan matahari
sebagai sumber listrik, menggantikan listrik yang bersumber dari batu bara sehingga
mengurangi jumlah karbondioksida serta mampu mengontrol distribusi energi listrik
ketika sedang jam puncak dengan distribusi listrik menggunakan jaringan kabel bawah
tanah.
4050 | Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
(Manda Kumoro Saraswati)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
D. Threats (Ancaman)
1. Ancaman geostrategis dari sisi darat, laut dan udara
Dari sisi darat, lokasi IKN berdekatan dengan perbatasan darat ke Malaysia sepanjang
2.062 km sehingga dapat menjadi ancaman pertahanan dan gangguan keamanan. Dari sisi
udara, lokasi IKN juga berhimpitan dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II
dan choke point atau titik sempit dunia. Dari sisi udara, lokasi IKN mendekati Flight
Information Region (FIR) milik Negara Singapura, Malaysia dan Filipina.
2. Potensi penambahan utang luar negeri dan defisit anggaran
Pendanaan IKN yang menggunakan skema APBN perlu perencanaan anggaran yang
matang mengingat posisi utang luar negeri Indonesia pada triwulan IV tahun 2021
sebesar 415,1 miliar (Bank Indonesia, 2022). Disamping itu, Pemerintah juga memiliki
rencana penambahan utang sebesar Rp. 973,6 triliun untuk menutupi kekurangan APBN
Tahun 2022 sehingga mengakibatkan kenaikan debt to gdp ratio yang akan
mempengaruhi besaran defisit anggaran mengingat Pemerintah menargetkan defisit
APBN dibawah 3% pada tahun 2023.
3. KESIMPULAN
Setelah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara
dan masuk dalam RPJMN Tahun 2020 sd 2024, proyek pemindahan IKN memiliki pro dan
kontra dari masyaratkat merupakan hal normal dalam suatu negara demokrasi. Kebijakan
pemindahan IKN dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk pengembangan wilayah ekonomi baru,
menurunkan ketimpangan antarwilayah, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan
proyek pemindahan ini juga sekaligus untuk merespons potensi konflik sosial dan merosotnya
daya dukung ekologis. Berdasarkan hasil analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats), diperoleh bahwa pemindahan IKN memiliki Kekuatan dan Peluang
yang lebih banyak dibandingkan dengan kelemahan dan ancamannya. Dari sisi kekuatan
(strengths) terdapat beberapa faktor seperti prediksi krisis ketersediaan air di Pulau Jawa,
pertumbuhan urbanisasi dan jumlah penduduk yang berdampak pada tingkat kemacetan dan
kualitas udara tidak sehat, penurunan daya dukung lingkungan jakarta, ancaman bahaya tanah
turun dan banjir di jakarta, ketersediaan infrastruktur eksisting dan akses IKN yang dekat
dengan kota-kota yang sudah berkembang, kepadatan penduduk di Pulau Jawa, dan dominasi
pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa. Disamping itu, dari segi peluang (opportunities)
pemindahan IKN didukung oleh sejumlah faktor seperti memberikan peluang investasi baru di
Provinsi Kalimantan Timur, potensi peningkatan kesempatan kerja, diversifikasi dan penciptaan
sektor ekonomi baru, Potensi perdagangan antar wilayah, IKN dirancang dengan sistem smart
transportation, dan pemanfaatan energi baru terbarukan. Dari segi pembiayaan, mengingat
besarnya anggaran pemindahan IKN, terdapat saran rekomendasi yaitu Pemerintah perlu
memperhatikan kepastian hukum atas hubungan kewenangan Pusat dan Daerah, hubungan
keuangan antara pemerintah Pusat dan Daerah nantinya, insentif fiskal dan non-fiskal yang
bertujuan untuk menarik investor dan badan usaha untuk ikut berpartisipasi dalam
pembangunan IKN, konsistensi pengawasan untuk realisasi proyek-proyek KPBU supaya dapat
selesai sesuai dengan timeline pembangunan IKN, serta perlunya peningkatan creative financing
seperti Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk pembiayaan proyek infrastruktur utama
dan pendukung IKN. Besar harapan masyarakat Indonesia bahwa pemindahan IKN akan
berdampak positif bagi masyarakat.
4051 | Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
(Manda Kumoro Saraswati)
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944
4. DAFTAR PUSTAKA
Buku Saku Pemindahan Ibu Kota Negara Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Juli 2021.
Chairunnisa Nurul, Chusnul A, Perdinan, Arif W. Analisis Neraca Air di Pulau Jawa-Bali
sebagai Upaya Antisipasi Krisis Air. Jurnal teknik Sipil dan Lingkungan. Vol 06. 2021.
Cyntia, I Putu Pudja . Analisis Penurunan Muka Tanah DKI Jakarta dengan Metode Differential
Interferometry Synthetic Aperture Radar (DINSAR). Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika
Vol.02 No. 02 (2018).
H. M Yahya, Pemindahan Ibu Kota Negara Maju dan Sejahtera, Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat, Vol. 14, No 01, Juni 2018.
Hanan Nugroho, Pemindahan Ibu Kota Baru Negara Kesatuan Republik Indonesia ke
Kalimantan Timur: Strategi Pemenuhan Kebutuhan dan Konsumsi Energi, Bappenas
Working PapersVolume III No. 1 – Maret 2020
Hariyadi, Kendala dan Tantangan Implementasi Kebijakan Pemindahan IKN pada Masa
Pandemi Covid-19, Jurnal Parliamentary Review vol. II No. 2 (Juni 2020).
http://lipi.go.id
https://daps.bps.go.id
https://ekonomi.bisnis.com
https://ekonomi.kompas.com
https://megapolitan.kompas.com
https://money.kompas.com
https://www.adb.org/sites
https://www.bbc.com/indonesia
https://www.cnbcindonesia.com
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220217205227-32-760709/jokowi-resmi-tanda-
tangani-uu-ikn
https://www.djppr.kemenkeu.go.id
Jimly Ashiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta : Rajawali Pers, 2014.
Nyimas Latifah Letty Aziz, Relokasi Ibu Kota Negara : Lesson Learned Dari Negara Lain,
Jurnal Kajian Wilayah (2019).
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta Rajawali Pers 2014.
Rohani Budi Prihatin, Alih Fungsi Lahan Di Perkotaan (Studi Kasus Di Kota Bandung Dan
Yogyakarta), Jurnal Aspirasi Vol 6, No 2 (2015).
Sadono sukirno, teori pengantar mikroekonomi, jakarta rajawali pers 2016.
Silalahi, Sahat Aditua Fandithya. Dampak Ekonomi dan Risiko Pemindahan Ibu Kota Negara.
Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis vol.XI No.16 (Agustus 2019) .
Undang-Undang No 29 tahun 2007 Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Undang-Undang No. 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.
Yuhanafia Nurul, Heri Andreas. Pertambahan Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Banjir
Dengan Pengaruh Penurunan Tanah di Jakarta. Jurnal Pendidikan Geografi, Vol. 17
No.2, Oktober 2017.
4052 | Pemindahan Ibu Kota Negara Ke Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan Analisis Swot
(Manda Kumoro Saraswati)