Filsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat Pendidikan Progresivisme
1
Program Studi Tadris IPS FTIK UIN KHAS Jember, E-mail: [email protected]
2
UIN KHAS Jember, Jl. No. 1 Mangli Jember, Jawa Timur Indonesia, E-mail: [email protected]
ABSTACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
1
Muhmidayeli, Teori-Teori Pengembangan, Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan, (Bandung: Refika
Aditama, 2014), 42.
Bentuk-bentuk pendidikan tradisional sangat berfokus pada metode
pengajaran formal. Progressivisme merupakan pendorong perubahan didalam
dunia pendidikan. Kecenderungan ini tidak hanya mempengaruhi pandangan
intelektual tokoh-tokoh dunia, tetapi juga dapat memicu perubahan teori
pendidikan, yakni perkembangan dunia pendidikan, istimewanya pendidikan di
Indonesia, yang membutuhkan modernitas. Dunia pendidikan mampu menjawab
tantangan, perkembangan dan teknologi zaman modern saat ini yang berkembang
sangat pesat. Pendidikan merupakan jalan yang dapat ditempuh yang bisa menjadi
jawaban untuk banyak hal yang menghambat perputaran kehidupan.
METODE
PEMBAHASAN
A. Pengertian Progresivisme
2
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proporsal, Jakarta: Bumi Aksara,1999
3
Sarwono Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006
4
Ramayulis & Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran
Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 40
empiris dan informasi teoretis, menganalisis dan mempertimbangkannya, serta
menarik kesimpulan terhadap pilihan opsi yang paling mungkin untuk
memecahkan berbagai kondisi, sehingga siswa dapat berpikir sistematis dengan
cara ilmiah itu harus berkemampuan berpikir dengan baik membuat orang lebih
mampu membuat keputusan yang terbaik bagi diri mereka sendiri dan komunitas
mereka, dan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan mereka. Hal ini juga
membuatnya lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan.5
B. Sejarah Progresivisme
Secara historis, progresivisme lahir pada abad ke-19, tetapi perubahan yang
pesat terlihat awal abad ke-20, khususnya di AS. Progressivisme, sebagai
kelompok filsafat pendidikan, muncul sebagai protes terhadap kebijakan
pendidikan tradisional, formalis, dan tradisionalis yang diwarisi dari filsafat abad
ke-19, yang diklaim tidak mengarah pada penciptaan manusia sejati.
5
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2013), 151.
6
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), 78.
7
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 21.
yang diklaim tidak mengarah pada penciptaan manusia sejati. Kelompok ini
berpandangan bahwa metode pendidikan melalui disiplin mental dan pembelajaran
pasif yang menjadi ciri khas pendidikan yang saat tidak sesuai dengan sifat alami
manusia.8
C. Tokoh-tokoh progresivisme
8
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2013), 152
9
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), 142
Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia sebagai kemampuan yang
menggerakkannya untuk memilih dan menilai sendiri tindakan mana yang baik dan
dan mana yang buruk.
Prinsip utama kelompok ini yaitu bahwa setiap individu selalu praktis
selalu maju karena mereka bertahan dari semua tantangan hidup mereka. Oleh
sebab itu, sekolah ini selalu percaya bahwa pendidikan tidak lain adalah progres
perubahan, dan pendidik harus selalu siap untuk maju. Oleh karena itu, sekolah
selalu percaya bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan dan bahwa
pendidik selalu siap untuk mengejar tren ilmiah dan sosial terbaru dari berbagai
perubahan dan terus-menerus memodifikasi berbagai metode dan strategi.
10
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2013), 152.
11
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), 80
12
Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 159.
13
Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan, Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2013), 152.
Kualitas pendidikan bukan hanya ditentukan oleh standarisasi nilai abadi seperti
yang baik dan yang indah tetapi sejauh mana pendidikan mampu merekonstruksi
macam-macam pengalaman secara berlanjut.
14
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2013), 154-155.
15
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009),
14415 Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009),
144
Dalam buku Abd. Rachman Assegaf beberapa prinsip dasar
progresivisme dinytakan sebagai berikut:
a. Pendidikan harusnya tentang 'kehidupan' itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.
b. Pembelajaran harus secara langsung dikaitkan dengan minat anak.
c. Belajar melalui pemecahan masalah harus didahulukan daripada pengulangan
mata pelajaran yang ketat.
d. Peran guru adalah untuk memimpin, bukan untuk menunjukkan.
e. Sekolah harus mengedepankan upaya kolaboratif daripada kompetitif.
f. Hanya pengakuan demokratis yang benar-benar dapat meningkatkan peran
kebebasan anak dalam menggunakan ide dan kepribadiannya, yang diperlukan
untuk perkembangannya yang benar.
15
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), 144.
Dari penjelasan di atas, gagasan pendidikan Dewey tentang progresivisme
menghendaki penyelenggaraan pendidikan secara terpadu, melibatkan semua
komponen pendidikan, termasuk siswa, dalam rangka merespon perubahan dan
pekembangan zaman. Akan tetapi, apa yang dilakukan dalam progresivisme masih
dianggap belum cukup untuk mengubah masyarakat. Progressivisme mengakui
bahwa pendidikan harus mengikuti tren dan berkembangnya era dan masyarakat
baru yang dibentuk oleh pendidikan.16 Progressivisme menganggap pendidikan
bukan hanya sebagai transmisi pengetahuan, tetapi juga sebagai proses pembaruan
potensi pelajar. Dengan demikian, progresivisme dapat dipahami telah memberikan
kontribusi yang signifikan bagi komunitas pendidikan Indonesia. Hal ini
membebaskan setiap pelajar yang beragam dan mengembangkan semua potensi
mereka.
KESIMPULAN
16
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, Hadharah Keilmuan Tokoh Klasik
Sampai Modern, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 47
Progressivisme adalah pandangan bahwa pendidikan bukan semata-mata
upaya menanamkan seperangkat pengetahuan, melainkan memberikan berbagai
data empiris dan informasi teoritis untuk memecahkan masalah yang dihadapi,
sehingga dapat berpikir secara sistematis dengan cara ilmiah, seperti menganalisis,
mempertimbangkan dan menarik kesimpulan terhadap pilihan yang mungkin,
secara keseluruhan. Konsep ini menekankan pentingnya memasukkan berbagai
aktivitas yang mengarah pada pelatihan keterampilan berpikir.
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis & Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009)