Sintesis Serbuk Tembaga Dengan Metode Elektrolisis: Studi Perilaku Elektrokimia Dan Karakaterisasi Serbuk
Sintesis Serbuk Tembaga Dengan Metode Elektrolisis: Studi Perilaku Elektrokimia Dan Karakaterisasi Serbuk
Sintesis Serbuk Tembaga Dengan Metode Elektrolisis: Studi Perilaku Elektrokimia Dan Karakaterisasi Serbuk
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017
Abstract.
In the present paper, electrochemical behavior of copper electrodeposition under variations of
copper and sulfuric acid concentration followed by synthesis of copper powder by electrolysis
method is discussed. Electrochemical behaviour of copper electrodeposition was studied by
measuring cathodic polarization using a potensiostat. Series of electrolysis experiments were
conducted to synthesize copper powder under variations of current density, concentrations of
copper and sulfuric acid in CuSO4-H2SO4 electrolyte. Copper powder was characterized by
using AAS, XRD, SEM and PSA. Results of cathodic polarization measurements
demonstrated a significant increase of limiting current density of copper deposition from ±60
mA/cm2 to 900 mA/cm2 by increasing Cu concentration from 0.075M to 0.6M. Results of
copper powder synthesis revealed that the size of copper powder tends to be finer at lower
current efficiency of electrolysis which is associated with the enhancement of hydrogen
evolution rate from the cathode surface at a current density regime of above limiting current
density. Average particle size of copper powder from the electrolysis experiment with Cu2+
concentration of 0.15M, H2SO4 0.5M and current density of 150 mA/cm2 was 759.9 ± 99 nm
and can be categorized as sub-micron powder. The powder has average copper content of
94% with oxygen as a main impurity which combined with copper as copper (I) oxide
(Cu2O).
Kata kunci: tembaga, serbuk, polarisasi, sintesis, elektrolisis
623
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017
1. PENDAHULUAN
Serbuk tembaga merupakan salahsatu produk hilir dari logam tembaga yang dibutuhkan
pada berbagai aplikasi. Serbuk tembaga digunakan sebagai bahan utama maupun paduan untuk
pembuatan komponen elektronik dan listrik karena memiliki sifat konduktivitas listrik yang
sangat baik. Selain itu, serbuk tembaga juga digunakan untuk bahan antiseptik & anti fouling
karena sifat anti bakteri dan anti mikrobial yang dimilikinya [1]. Tembaga memiliki sifat biocides
sehingga serbuk tembaga dapat dijadikan sebagai bahan cat anti-fouling yang banyak digunakan
untuk pelapisan permukaan luar lambung kapal laut[2]. Serbuk tembaga dan tembaga oksida juga
digunakan sebagai bahan campuran pupuk, industri kimia dan aplikasi spesifik lainnya.
Berdasarkan informasi dari The World Copper Factbook 2016 yang dikeluarkan oleh
International Copper Study Group, terjadi peningkatan kebutuhan dan produksi serbuk tembaga
dalam 20 tahun terakhir (1995-2015)[3]. Indonesia sebagai salahsatu negara dengan tambang
tembaga terbesar di dunia dan juga memproduksi tembaga katoda (copper cathode) hingga saat
ini masih mengimpor serbuk tembaga untuk berbagai keperluan industri di dalam negeri. Selain
itu juga industri hilir tembaga dalam negeri juga belum dapat menyerap semua katoda tembaga
yang diproduksi oleh pabrik peleburan tembaga (copper smelter) dimana sebagian besar
penyerapannya adalah untuk industri kabel[4].
Secara umum serbuk tembaga dapat disintesis dengan metode elektrokimia dan metode
atomisasi. Kelebihan yang dimiliki dari metode elektrokimia dibandingkan metode atomisasi,
selain mampu menghasilkan serbuk tembaga dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi, juga
memiliki kandungan oksigen yang lebih rendah, lebih mudah dilakukan proses pressing dan
sintering[5].
Menurut Popov (2016)[5], Gokhan dan Gezgin (2012)[6] dan Djokic (2012)[7],
elektrodeposit tembaga dalam bentuk serbuk (powder) dapat terbentuk melalui proses elektrolisis
dalam larutan H2SO4-CuSO4 yang dilakukan dengan kondisi dimana proses deposisi tembaga
terkendali oleh perpindahan massa (difusi) ion tembaga dari ruah larutan menuju permukaan
katoda dan terjadi evolusi gas hidrogen pada permukaan katoda. Kondisi tersebut terjadi pada
rapat arus yang lebih tinggi dari rapat arus limit untuk deposisi ion tembaga menjadi logamnya.
624
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017
Sementara itu, elektrodeposit tembaga dengan bentuk pelat dapat dihasilkan pada rapat arus yang
lebih rendah dari rapat arus limit yaitu pada zona dimana deposisi tembaga terkendali oleh laju
perpindahan muatan pada antarmuka elektroda-elektrolit.
Mekanisme terbentuknya elektrodeposit logam terjadi melalui proses pengintian
(nucleation) dan pertumbuhan inti (growth). Mekanisme tersebut membutuhkan gaya pendorong
(driving force) yaitu overpotensial (η) pada elektroda. Overpotensial katodik(ηc) atau polarisasi
katodik merupakan selisih antara potensial katoda(Ec) dengan potensial katoda dalam keadaaan
kesetimbangan (Eeq). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 (dua) nilai overpotensial
kritis yaitu overpotensial kritis saat serbuk terbentuk (ηc) dan overpotensial kritis saat dendrit
mulai tumbuh (ηi). Pada proses pembentukan serbuk tembaga dengan elektrolisis, overpotensial
deposisi Cu harus berada zona overpotensial evolusi gas hidrogen yang kuat karena dalam rezim
ini, dendrit akan muncul pada berbagai rentang rapat arus limit difusi saat tidak adanya evolusi
gas hidrogen yang kuat (Djokic dkk., 2012). Berlangsungnya evolusi gas hidrogen yang kuat
pada permukaan katoda melalui reaksi 2H+ + 2e H2 secara simultan dengan deposisi ion Cu
(Cu2+ + 2e Cu) memberikan efek pengadukan setempat pada permukaan katoda yang
mengakibatkan meningkatnya rapat arus limit difusi dan meningkatnya overpotensial awal
pertumbuhan dendrit dan mendorong terbentuknya serbuk tembaga (Nikolic dkk., 2010)[8].
Pada paper ini dibahas hasil-hasil percobaan polarisasi katodik dengan potensiodynamic scan
dan galvanostatic scan proses elektrodeposisi Cu dari larutan H2SO4-CuSO4 untuk mempelajari
perilaku elektrokimia pembentukan serbuk tembaga. Pengujian potensiodinamik dilakukan untuk
mendapatkan kurva polarisasi katodik pengendapan tembaga, yang menunjukkan daerah rapat
arus terhadap potensial dimana terjadi evolusi gas hidrogen. Pengujian galvanostatik pada rapat
arus tertentu dilakukan untuk mengetahui perubahan potensial katoda selama proses elektrolisis
dan menentukan menentukan lama waktu elektrolisis untuk menghasilkan serbuk dengan ukuran
yang lebih homogen.Setelah diperoleh data-data rapat arus dimana terjadi evolusi gas hidrogen
dari percobaan polarisasi, dilakukan percobaan elektrolisis untuk mensintesis serbuk tembaga
dengan elektrolit H2SO4-CuSO4 dengan variasi rapat arus, konsentrasi Cu2+ dan konsentrasi
H2SO4.
625
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017
Metode
Pengukuran kurva polarisasi katodik dilakukan dengan scan rate 0,5 mV/s dari potensial
open circuit katoda hingga -1,2 V dibawah potensial open circuit tersebut. Pengukuran polarisasi
katodik dilakukan dengan variasi konsentrasi Cu2+ dan konsentrasi H2SO4 seperti ditunjukkan
pada Tabel 1. Percobaan elektrolisis dilakukan selama 30 menit dengan variasi percobaan seperti
ditunjukkan pada Tabel 1. Setelah elektrolisis selesai dilakukan, endapan serbuk tembaga pada
permukaan katoda dicuci dengan air untuk menghilangkan sisa elektrolit yang menempel.
Selanjutnya serbuk tembaga dilepaskan dari permukaan katoda dengan disemprot larutan asam
borat yang dilarutkan dalam aseton untuk mencegah proses oksidasi serbuk tembaga oleh udara
pada saat serbuk dikeringkan dengan oven dan disimpan sebelum dilakukan analisis.
626
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017
Pengeringan serbuk tembaga dilakukan dengan memasukkan serbuk ke dalam sebuah bejana
yang selanjutnya dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan selama 4 jam pada suhu 90 °C.
Setelah serbuk kering, selanjutnya dilakukan penimbangan serbuk untuk menentukan berat aktual
serbuk yang dihasilkan pada berbagai kondisi percobaan. Data berat aktual serbuk ini dipakai
untuk menentukan efisiensi arus proses elektrolisis dari perbandingan berat aktual dengan berat
teoritik serbuk yang dihitung dengan Persamaan Faraday. Pengukuran tegangan sel dengan
voltmeter dilakukan setiap 3 menit selama 30 menit elektrolisis. Serbuk tembaga yang dihasilkan
dilakukan analisis kadar tembaganya dengan AAS, dikarakterisasi dengan XRD dan dilakukan
pengukuran distribusi ukuran butirannya menggunakan PSA. Morfologi butiran serbuk dianalisis
dengan menggunakan SEM.
Tabel 1. Variasi percobaan sintesis serbuk Cu dengan elektrolisis
Variabel [Cu2+] [H2SO4] Rapat Arus
Percobaan (M) (M) (mA/cm2)
0,075 0,500 150
0,150 0,500 150
Konsentrasi Cu2+
0,300 0,500 150
0,600 0,500 150
0,150 0,125 150
0,150 0,250 150
Konsentrasi
0,150 1,000 150
H2SO4
0,075 0,250 150
0,225 0,750 150
0,150 0,500 37,5
0,150 0,500 75
Rapat arus
0,150 0,500 225
0,150 0,500 300
Terlihat jelas bahwa rapat arus limit untuk pengendapan Cu meningkat seiring dengan
peningkatan konsentrasi Cu2+ dalam larutan elektrolit. Kecenderungan ini sesuai dengan korelasi
antara rapat arus limit untuk deposisi logam
iL = nFDC∞/ (1)
dengan n adalah jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi di katoda, C∞ adalah konsentrasi ion
logam dalam ruah larutan,F adalah konstanta Faraday, dan D koefisien difusi dari ion yang
mengendap di katoda. Hasil pengukuran kurva polarisasi katodik menunjukkan terjadinya
peningkatan rapat arus limit deposisi tembaga yang signifikan dari ±60 mA/cm2 ke 900 mA/cm2
pada peningkatan konsentrasi Cu dari 0,075M ke 0,6M. Konsentrasi asam sulfat tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rapat arus limit deposisi Cu dimana peningkatan
konsentrasi H2SO4 sedikit menurunkan harga rapat arus limit. Nilai rapat arus dimana terjadi
evolusi gas hidrogen digunakan sebagai acuan pemilihan rapat arus dalam percobaan elektrolisis
untuk mensintesis serbuk tembaga pada berbagai konsentrasi Cu2+ dan H2SO4.
0
polarisasi katodik (Volt)(V)
-0,2
-0,4 2+
Konsentrasi Ion Cu :
0,075 M
-0,6
0,150 M
-0,8 0,300 M
0,600 M
-1
0,0001 0,001 0,01 0,1
Rapat arus, i (A/cm2)
GAMBAR 1. Kurva polarisasi katodik dengan varisi konsentrasi ion Cu2+
-0,1
Polarisasi katodik (Volt)
-0,3
Konsentrasi H2SO4:
-0,5
0,125 M
-0,7 0,250 M
0,500 M
-0,9
1,000 M
-1,1
0,0001 0,001 0,01 0,1
Rapat arus, i (A/cm2)
628
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017
5,46
98%
Efisiensi Arus
85% 3,0
0,05 0,25 0,45 0,65
Konsentrasi Ion Cu2+ (M)
GAMBAR 3. Profil efisiensi arus dan konsumsi energi elektrolisis seruk Cu sebagai fungsi
konsentrasi Cu2+
629
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017
85% 6
4,25
79% 86%
80% 3,25 4
75% 2
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Konsentrasi H2SO4 (M)
GAMBAR 4. Profil efisiensi arus dan konsumsi energi elektrolisis serbuk Cu sebagai fungsi
konsentrasi H2SO4
Hasil analisis komposisi kimia serbuk dengan AAS menunjukkan rata-rata serbuk yang
dihasilkan memiliki kandungan tembaga 94%. Berdasarkan data komposisi ini, serbuk yang
dihasilkan dapat digunakan salahsatunya sebagai bahan campuran cat anti-fouling. Sementara
itu, hasil analisis XRD mengindikasikan bahwa sebagian serbuk teroksidasi menjadi CuO. Hasil
analisis dengan SEM menunjukkan morfologi dominan yang terbentuk adalah kubik seperti
ditunjukkan pada Gambar 5. Dari hasil pengukuran distribusi ukuran serbuk dengan
menggunakan PSA, dapat diketahui bahwa rata rata ukuran serbuk yang dihasilkan dari
percobaan dengan konsentrasi Cu2+ 0,15 M; H2SO4 ,5 M; dan rapat arus 150 mA/cm2 adalah
759,9 ± 99 nm. Ukuran ini termasuk dalam kategori sub-micron powder.
(a) (b)
GAMBAR 5. Foto SEM pada sampel serbuk yang dihasilkan dari elektrolisis dengan (a)
konsentrasi Cu2+0,15 M; H2SO4 0,5 M dan dan rapat arus 150 mA/cm2 (b) konsentrasi Cu2+0,15
M; H2SO40 ,5 M dan dan rapat arus 300 mA/cm2
630
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017
Peningkatan rapat arus memiliki kecenderungan menghasilkan butiran dengan ukuran yang
lebih kecil. Sementara, variasi konsentrasi H2SO4 relatif lebih tidak berpengaruh signifikan
terhadap ukuran serbuk yang dihasilkan. Hal ini karena variasi konsentrasi H2SO4 relatif tidak
terlalu berpengaruh terhadap nilai iL jika dibandingkan dengan variasi konsentrasi Cu2+ meskipun
terdapat sedikit penurunan nilai efisiensi arus seiring dengan penurunan konsentrasi H2SO4.
4. KESIMPULAN
Konsentrasi Cu2+ dalam larutan elektrolit dan rapat arus merupakan parameter kunci dalam
menghasilkan deposit tembaga dalam bentuk serbuk. Secara elektrokimia, pembentukan serbuk
tembaga terjadi bila proses deposisi tembaga dilakuan pada rezim rapat arus dan overpotensial
yang menghasilkan evolusi gas hidrogen. Hasil pengukuran kurva polarisasi katodik
menunjukkan terjadinya peningkatan rapat arus limit deposisi tembaga yang signifikan dari ±60
mA/cm2 ke 900 mA/cm2 pada peningkatan konsentrasi Cu dari 0,075M ke 0,6M. Hasil percobaan
sintesis serbuk tembaga menunjukkan bahwa ukuran serbuk tembaga semakin halus seiring
dengan penurunan efisiensi arus yang disebabkan oleh peningkatan laju evolusi gas hidrogen dari
permukaan katoda di atas rezim arus limit deposisi tembaga. Hasil analisis menunjukkan bahwa
rata rata ukuran serbuk tembaga yang dihasilkan dari percobaan elektrolisis dengan konsentrasi
Cu2+ 0,15 M, H2SO4 0,5 M dan rapat arus operasi 150 mA/cm2 adalah 759,9 ± 99 nm dan
termasuk dalam kategori sub-micron powder.
ACKNOWLEDGMENTS
Penulis mengucapkan terimakasih kepada PT. Smelting Gresik yang telah memberikan
sampel tembaga anoda untuk keperluan penelitian ini dan penelitian studi pengaruh additives
terhadap morfologi deposit pada electrorefining tembaga.
631
ISBN : 978-602-51621-0-7
e-ISBN : 978-602-51621-1-4
Seminar Nasional Metalurgi dan Material (SENAMM) X 2017
8 November 2017
REFERENSI
[1] Chang I and Zhao Y. (2013), Advances in Powder Metallurgy, Properties, Processing and
Applications, Woodhead Publishing, 1st Edition.
[2] Yebra, Meseguer D., Kiil S, and Johansen, K.D. Antifouling technology—past, present
and future steps towards efficient and environmentally friendly antifouling coatings." Progress in
organic coatings 50.2 (2004): 75-104
[3] Informasi dari https://www.icsg.org, diakses 17 Oktober 2017
[4] Informasi dari https://www.bps.go.id/website/ pdf_publikasi/Buletin-Statistik-
Perdagangan-Luar-Negeri-Ekspor-Menurut-Kelompok-Komoditi-dan-Negara-Juni-2016-.pdf,
Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri - Ekspor periode Juni 2016, Diakses 4 September
2016
[5] Popov, KI., Djokic SS., Nikolic ND. and Jovic, VD. (2016), Morphology of
Electrochemically and Chemically Deposited Metals, Springer International Publishing,
Switzerland.
[6] Gökhan O and Gezgin GG, (2012). Effect of electrolysis parameters on the morphologies
of copper powders obtained at high current densities." Serbian Chemical Society. Journal 77, 5,
pp. 651-665.
[7] Djokic, S.S. (2012), Electrochemical Production of Metal Powders, Springer, New York.
[8] Nikolic, ND. (2010), Fundamental Aspects of Copper Electrodeposition in the Hydrogen
Co-deposition Range, Zastita Materijala, 51, 197-203.
632