Ilovepdf Merged

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 67

JURNAL HUTAN LESTARI (2015)

Vol. 3 (2) : 234 – 246

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT OLEH ETNIS SUKU DAYAK


DI DESA KAYU TANAM KECAMATAN MANDOR KABUPATEN LANDAK

Study On Medicinal Plants By Ethnic Dayak Tribe In The Kayu Tanam Village
Mandor Sub Regency Landak Foreman

Efremila, Evy Wardenaar, Lolyta Sisillia


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Imam Bonjol, Pontianak 78124
E-mail: efremila_adung@yahoo. com

ABSTRACT
West Borneo is very famous for the tropical rain forest that many various types of plant species.
Plant species used by very diverse societies, such as the plant underground layers, liana, terna,
shrubs, and the other tree species variety. In line with the level of public awareness will be
health care, use of medications derived from plants or treatment in the traditional way more
popular. Remember which can cure diseases and to work with more secure and economical, then
constantly socialized to the community so that embedded a culture of using medicinal plants as
options that align with medical treatment. The purpose of this research is to know the types of
medicinal plants and its utilization by the villagers of timber cropping, knowing the benefits of
medicinal plants and parts used and how to make it. This research uses the technique of deskriftip
with interviews and identification in the field, which is a descriptive addressed to people who
know and recognize the utilization of medicinal plants, namely the respondent elected, among
others, the village shaman/bahtra. Based on the results of research on medicinal plants and its
utilization around the village of timber Cropping sub Regency Landak, Foreman found 50 plant
species grouped in 32 drug family. Based on habitusnya, level a lot more herbs used as medicinal
plants that is as much as 21 species (42%), based on the used section leaves a lot be utilized that
is as much as 15 species (30%), based on how to use, how to drink a lot more use IE as much as
31 species (62%) based on the way of processing, boiling is used which is as much as 21 species
(42%) and the form of the herb which is the most widely used is a form of single herb 49 species
(98 percent). In an effort to maintain and preserve knowledge society, need to be encouraged the
cultivation of different kinds of plants that are utilized by the community and the need to do more
research about the research contents of chemical types were found.
Keyword : Dayak tribe, Kayu Tanam Village, medical plant.

PENDAHULUAN tersebar dari Sabang sampai Merauke


Indonesia diperkirakan memiliki 100 (Fakhrozi,2009).
sampai 150 famili tumbuh-tumbuhan dan Seiring dengan tingkat kesadaran
dari jumlah tersebut sebagian besar masyarakat akan kesehatan, penggunaan
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan obat yang berasal dari tumbuhan atau
sebagai tanaman industri, tanaman buah- pengobatan dengan cara tradisional atau
buahan, tanaman rempah-rempah, dan alami lebih digemari, karena relatif lebih
tanaman obat-obatan (Nasution,1992). murah dan minim efek samping dibanding
Indonesia tidak hanya kaya akan dengan menggunakan obat-obat modern
keanekaragaman hayati dan ekosistem, atau obat-obatan dari bahan kimia.
tetapi juga memiliki keanekaragaman Pemanfaatan obat tradisional untuk
suku/etnis dengan pengetahuan tradisional pemeliharaan kesehatan dan gangguan
dan budaya yang berbeda dan unik penyakit hingga saat ini masih sangat

234
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

dibutuhkan dan dikembangkan, terutama Landak dengan waktu penelitian kurang


dengan mahalnya biaya pengobatan dan lebih 4 minggu. Alat dan bahan yang
harga obat-obatan. digunakan : daftar pertanyaan atau
Salah satu masyarakat yang masih kuisioner untuk responden terpilih, buku
mempertahankan adat dan tradisi dalam daftar tumbuhan obat Indonesia untuk
penggunaan sumber daya alam khususnya identifikasi jenis tumbuhan obat, alat tulis
tumbuhan sebagai obat adalah penduduk untuk mencatat data yang diperoleh di
Desa Kayu Tanam Kecamatan Mandor lapangan, kamera untuk dokumentasi, dan
Kabupaten Landak. Namun pemanfaatan GPS (Global Positioning System) untuk
tumbuhan obat tersebut dilakukan hanya merekam posisi titik tumbuhan obat yang
terbatas penyampaian dari orang tua di ambil/di identifikasi. Adapun objek
kepada anak dan atau cucu secara turun dalam penelitian ini yaitu Masyarakat
temurun dalam keluarga, sehingga Dayak Desa Kayu Tanam Kecamatan
dikhawatirkan di tengah perkembangan Mandor Kabupaten Landak.
arus modernisasi budaya saat ini, kearifan Penelitian menggunakan metode
lokal tersebut dapat secara perlahan deskriptif dengan wawancara dan
tergerus oleh kebiasaan yang dapat identifikasi di lapangan. Pengumpulan
menyebabkan punahnya pengetahuan data dilakukan dengan teknik komunikasi
tradisional yang dimiliki masyarakat. langsung dengan responden terpilih.
Pengetahuan yang diwariskan secara
turun-temurun juga menyebabkan ada HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagian tumbuhan obat yang hanya 1. Tumbuhan Obat yang
diketahui dan dimanfaatkan oleh Dimanfaatkan Masyarakat
sebahagian penduduk saja. Untuk itu, Berdasarkan hasil wawancara dan
perlu dilakukan kajian etnobotani pengamatan di lapangan, tumbuhan obat
tumbuhan obat sehingga dapat yang ditemukan atau dimanfaatkan oleh
dimanfaatkan untuk kepentingan lebih masyarakat desa Kayu Tanam sebanyak
lanjut. 50 spesies dari 32 famili. Tumbuhan obat
yang paling banyak digunakan oleh
METODOLOGI PENELITIAN masyarakat di Desa Kayu Tanam tersebut
Penelitian dilaksanakan di Desa Kayu dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Tanam, Kecamatan Mandor, Kabupaten

235
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

Tabel 1. Tumbuhan Obat Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Desa Kayu Tanam
(Medicinal Plants That Are Used By The Villagers Of Kayu Tanam)
No Nama Tumbuhan Manfaat
1 Alang-alang Panas dalam
2 Antidur Obat hepatitis
3 Bawang lama Kanker payudara
4 Belimbing Mengobati malaria, maag
5 Berinang Obat ginjal, obat panas, dan hipertensi
6 Cengkodok Diare
7 Daun Juang Obat luka
8 Daun kupu-kupu Sariawan
9 Daun pandan Menghilangkan ketombe
10 Daun sanah Sebagai obat tumor dan kanker
11 Daun ubi Obat Luka
12 Durian Obat bisul
13 Jahe Sebagai obat masuk angina
14 Jambu batu Diare, demam berdarah
15 Jambu monyet Mengobati sakit maag
16 Jariango Mengobati penyakit liver, penawar racun
17 Jengkol Mencegah diabetes
18 Jeruk sambal Sebagai obat batuk
19 Kacangma Mencegah keguguran
20 Kedondong Obat sakit pinggang
21 Keladi Sebagai obat luka
22 Kelapa Untuk kerumut
23 Kembang Sepatu Batuk lendir dan darah
24 Kencur Untuk wanita selesai melahirkan
25 Kopi Menurunkan resiko kanker
26 Korongan Patah tulang, ramuan selesai melahirkan.
27 Pugaga Sebagai obat tekanan darah tinggi
28 Kunyit Untuk mengobati tifus, diabetes
29 Langsat Demam
30 Lengkuas Sebagai obat rematik
31 Lidah buaya Luka
32 Lidah mertua Mengobati patah tulang, penyubur rambut
33 Mahkota Dewa Hipertensi dan kanker
34 Mengkudu Obat tekanan darah tinggi, keputihan.
35 Nanas Cacingan, luka, melancarkan pencernaan
36 Nangka Hipertensi
37 Pepaya Mengobati Sakit Malaria dan cacingan
38 Pinang Sakit maag
39 Pisang Melancarkan asi
40 Putri malu Batuk berdahak
41 Resam Luka lecet
42 Ribu ribu Sebagai obat luka
43 Sangki Kambing Obat sakit perut
44 Seledri Hipertensi
45 Sare Sakit gigi
46 Sirih Obat sakit mata
47 Sirih hutan Mengobati gatal-gatal
48 Nagka belanda Ambeyen, bisul
49 Terong pipit Batuk kronis, jantung berdebar
50 Tikala Papuk Memulihkan stamina, thypus, melancarkan kencing

236
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

Tumbuhan obat tradisional tersebut alternatif dan langkah awal untuk


mempunyai peranan penting terutama pengobatan penyakit yang diambil
bagi masyarakat. Penduduk Desa Kayu langsung dari hutan, pekarangan rumah
Tanam memanfaatkan tumbuhan obat dan ada yang dibudidayakan masyarakat.
berdasarkan pengetahuan tentang Spesies tumbuhan obat yang digunakan di
pemanfaatan tumbuhan obat yang desa Kayu Tanam di dominasi oleh famili
diwariskan secara turun temurun. Zingiberaceae. Persentase famili
Tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan tumbuhan obat di desa Kayu Tanam dapat
sebagai obat tradisional yang merupakan dilihat pada Gambar 1.

Acoraceae 1
1
Solanaceae 1
1
Polypodiaceae 1
1
Pandanaceae 1
1
Moraceae 1
1
Melastomataceae 1
1
Glichemiaceae 1
1
Caricaceae 1
1
Asparagaceae 1
1
Anacordiaceae 1
1
Rubiaceae 2
2
Piperaceae 2
2
Myrtaceae 2
2
Fabaceae 2
2
Arecaceae 2
2
Liliaceae 3
3
Zingiberaceae 4
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Gambar 1. Diagram Jumlah Spesies Tumbuhan Obat Berdasarkan Famili


( Diagram Based Medicinal Plant Species Number Family )

2. Pemanfaatan Tumbuhan Obat liana 3 spesies (6%), perdu 10 spesies


Menurut Habitus, Bagian Yang (20%), pohon 15 spesies (30%), dan
Digunakan, Cara Pengolahan, semak 1 spesies (2%) dapat dilihat pada
Cara Penggunaan Dan Kegunaan
Gambar 2. Ternyata tumbuhan herba
Untuk Mengobati Penyakit.
yang lebih dominan atau yang lebih
Habitus Tumbuhan Obat banyak ditemukan dengan jumlah 22
Spesies tumbuhan obat di desa Kayu spesies.
Tanam berdasarkan habitusnya terdiri
dari tumbuhan herba 21 spesies (42%),

237
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

25

20

15

10 21
15
5 10
3 1
0
Herba Pohon Habitus
Perdu Liana Semak

Gambar 2. Diagram Pemanfaatan Tumbuhan Berdasarkan Habitus dan Persentasenya


( Utilization diagram based habitus and the percentage of plants )

Cara Penggunaan Cara penggunaan yang banyak dengan


Cara masyarakat dalam cara diminum (31 spesies) dan cara
menggunakan tumbuhan obat sangat penggunaan yang sedikit dengan cara
beragam diantaranya dengan cara dimakan, dioles, ditabur, ditempel dan
digosok, dimakan, diminum, dioles, diminum, ditetes (1 spesies), dapat
ditaburkan, ditempel dan diteteskan. dilihat pada Gambar 3.

Diteteskan 1
Ditempel,diminum 1
Ditaburkan 1
Dioles 1
Dimakan 1
Ditempelkan,dioleskan 2
Digosok 2
Diminum,ditempel 3
Ditempel 7
Diminum 31

0 5 10 15 20 25 30 35

Gambar 3. Diagram Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Cara Penggunaa


( Based Medicinal Plant Utilization Diagram for Use )

Bagian tanaman yang digunakan Kayu Tanam Kecamatan Mandor


Bagian–bagian tumbuhan yang Kabupaten Landak sebagai obat adalah
dipergunakan oleh masyarakat Dayak air, batang, daun, akar, getah, buah, bunga,

238
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

biji, kulit batang, rimpang,tunas,umbi, %). Adapun persentase bagian tumbuhan


kuntum hingga seluruh bagian tumbuhan. yang digunakan sebagai bahan obat secara
Bagian yang paling banyak digunakan jelas tertera pada Gambar 4.
adalah daun yaitu sebanyak 15 spesies (30

Umbi 1
1
kuntum 1
1
Getah,buah,daun 1
1
Daun,buah 1
1
Buah 1
1
Akar,daun 1
1
Batang 2
3
Akar 3
5
Kulit 5
5
Daun 15
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 4. Diagram Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Bagian yang Digunakan


(Diagram Based Drug Utilization Plant Part Used )

Cara Pengolahan dilakukan dengan 9 cara, yaitu dibakar,


Berdasarkan hasil penelitian dari 50 dimasak, diparut, ditumbuk, direbus,
jenis tumbuhan obat yang ditemukan diseduh, diremas, direndam dan
masyarakat di Desa Kayu Tanam bahwa langsung digunakan 9 cara tersebut
pengolahan tanaman obat tersebut dapat diuraikan pada Gambar 5.

Ditumbuk,diseduh 1
1
Diremas 1
1
Direbus,Diseduh 1
1
Diparut 1
1
Dibakar 1
2
Direndam 2
2
Diseduh 4
10
Direbus 21
0 5 10 15 20 25

Persentase spesies

Gambar 5. Diagram Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Cara Pengolahan (Based


Medicinal Plant Utilization Diagram Processing Method )

239
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

Berdasarkan hasil dilapangan dari 50 spesies (72% ) dan penyakit luar sebanyak
spesies tumbuhan yang ditemukan, di 14 spesies ( 28% ). Lebih jelasnya dapat
Desa Kayu Tanam dalam kegunaan untuk dilihat pada Gambar 6 dibawah ini dengan
mengobati penyakit dalam sebanyak 36 jumlah persentase.

Penyakit dalam
Penyakit luar

Gambar 6. Kegunaan untuk mengobati penyakit (Usefulness for treating


diseases)
Bentuk Ramuan jenis. Untuk jenis ramuan yang paling
Berdasarkan hasil dilapangan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
pemanfaatan tumbuhan obat yang Desa Kayu Tanam yaitu ramuan tunggal.
ditemukan sebanyak 50 jenis, dalam Untuk persentase ramuan dapat dapat
bentuk ramuan berupa ramuan tunggal dilihat pada Gambar 7.
sebanyak 49 jenis dan ramuan campuran 1

tunggal
campuran

Gambar 7. Bentuk ramuan jenis tumbuhan obat dan persentasenya (Shape herb
medicinal plant species and the percentage )
3. Pandangan Etnis Dayak Kanayant ini selain digunakan untuk pertolongan
di Desa Kayu Tanam Kecamatan pertama dan pengggunaanobat tradisional
Mandor Kabupaten Landak mudah didapat dan tidak memerlukan
Terhadap Tumbuhan Obat.
biaya yang tidak begitu besar dibanding
Keterbatasan ekonomi menyebabkan
dengan obat-obatan modern. Cara
pengobatan tradisional menjadi pilihan
pengolahan masih sangat sederhana hanya
utama masyarakat untuk mengobati
berdasarkan kebiasaan dan pengalaman
penyakit. Biasanya pengobatan tradisional

240
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

sehari-hari yang diwariskan secara turun Kecamtan Balai Kabupaten Sanggau dan
temurun dari nenek moyang mereka. Leonardo (2012) dengan bagian yang
Dalam kehidupan masyarakat paling banyak digunakan adalah daun.
tradisional, apabila seseorang memiliki selain memiliki banyak fungsi/khasiat
pengetahuan, dalam hal ini khususnya daun merupakan bagian yang paling
pengetahuan tradisional, maka dengan mudah diambil dan ditemukan kapan saja
sendirinya yang bersangkutan akan diperlukan, berbeda pada bagian
mendapatkan pengakuan sosial yang lebih tumbuhan obat yang lain yang biasanya
tinggi, faktor ini juga yang menjadi salah tergantung musim misalnya pada bagian
satu penyebab pengetahuan akan obat- bunga maupun buah.
obatan tradisional dijaga kerahasiaannya Famili yang paling banyak
dan hanya disampaikan secara turun dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak di
temurun, serta sulit disampaikan secara Desa Kayu Tanam adalah famili
bebas (Lantik, 1998 sebagaimana dikutip Zingiberaceae sebanyak 4 jenis yaitu
Sabri, 2011). tanaman jahe (Zingiber officenale), kencur
Dari berbagai jenis tumbuhan obat (Kaemferia galanga), kunyit (Curcuma
yang dimanfaatkan oleh masyarakat sp), dan lengkuas (Alpinia galanga L).
tersebut, bagian yang paling banyak Dari keempat spesies famili yang sama ini
digunakan sebagai bahan baku obat adalah semuanya mempunyai kegunaan masing-
daun. Penelitian terdahulu oleh Asteria masing untuk mengobati suatu penyakit.
(2013) di daerah dusun Semuncol

Gambar 8. Kunyit dan Jahe Jenis Famili yang Paling Banyak Dimanfaatkan (
Turmeric and Ginger Type Family is the Most Used )
Pengobatan dengan menggunakan sangki kambing (Paraxelis clematidea)
tumbuhan oleh masyarakat setempat dapat untuk mengobati sakit perut. Sedangkan
diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pada pengobatan penyakit luar seperti
penyakit dalam dan penyakit luar. Untuk mengobati luka dan patah tulang yaitu
mengobati penyakit dalam seperti terdapat pada tanaman lidah buaya (Aloe
tanaman mahkota dewa (Phalaria sp) dan lidah mertua (Sanseviera
macrocarpada) digunakan untuk trifasciata prai). Sedangkan cara
mengobati hipertensi, pinang (Areca pengobatan untuk penyakit dalam
cathecu L) untuk mengobati sakit maag, umumnya bagian dari tumbuhan tersebut

241
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

direbus, sedangkan pada penyakit luar sangat mudah dan hemat karena bisa
bagian tumbuhan tersebut di tempel, direbus hingga berulang kali. Menurut
digosok. Ternyata kegunaan untuk Hardadi (2005), perebusan berulang-ulang
mengobati penyakit dalam lebih banyak. dari bahan ramuan tidak berpengaruh
Berbeda hasilnya dengan penelitian walaupun khasiatnya akan sedikit
Handayani (2007) dan Maryadi (2012), berkurang.
kedua hasil penelitian terdahulu ini sama- Pengolahan dan penggunaan
sama lebih banyak mengetahui penyakit tumbuhan obat yang sangat sederhana ini
luar yang dapat disembuhkan. berkaitan dengan pengetahuan masyarakat
Berdasarkan cara penggunaanya, tentang tumbuhan obat yang umumnya
masyarakat lebih banyak menggunakan diperoleh secara turun temurun dan
obat dengan cara diminum, karena berdasarkan pada kebiasaan serta
sebagian besar jenis tumbuhan yang pengalaman sehari-hari mereka (Latifah,
ditemukan dan dimanfaatkan untuk 2000). Agar tanaman obat menjadi pilihan
mengobati penyakit dalam adalah dengan utama untuk menyembuhkan penyakit
cara diminum, masyarakat setempat maka harus disosialisasikan kepada
meyakini bahwa dengan cara diminum seluruh masyarakat.
penyakit yang mereka rasakan akan Bila ditinjau dari habitusnya, yang
sembuh dan mempunyai reaksi yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat
begitu cepat dibandingkan dengan cara adalah tingkat herba sebanyak 21 jenis.
dioles, ditempel maupun yang lainya. Hal ini sesuai dengan penelitian Arizona
Berbeda halnya dengan hasil penelitian (2011). Karena pada tingkat herba
terdahulu Anggraini (2004), cara merupakan tumbuhan yang mudah
penggunaan tumbuhan obat yang paling dibudidayakan dan tidak memerlukan
banyak ditemukan adalah dengan cara lahan yang luas cukup dipekarangan untuk
ditumbuk lalu dioles pada bagian yang melakukan penanaman.
sakit ini dikarenakan masih banyak Berdasarkan bentuk ramuannya, jenis
penyakit luar yang bisa diobati seperti ramuan yang paling banyak digunakan
gatal-gatal dan panau. oleh masyarakat yaitu ramuan tunggal
Berdasarkan cara pengolahannya, sebanyak 49 spesies (98%). Hal ini
sebagian besar masih menggunakan cara dikarenakan bentuk ramuan cukup mudah
tradisional seperti dibakar, dimasak, dibuat dan pengolahanya tidak terlalu
diparut, ditumbuk, diremas dan diseduh. sulit. Sedangkan penggunaan dengan jenis
Dari beberapa cara tersebut yang paling campuran kurang diketahui. Adapun
banyak digunakan yaitu dengan cara tanaman yang tergolong kedalam bentuk
direbus, karena penyakit yang dialami ramuan campuran yaitu terong pipit
sebagian besar merupakan penyakit dalam (Solanum torvum) dicampur dengan
dengan cara penggunakan diminum. rimpang jahe sebagai obat jantung
Selain itu, pengolahan dengan cara ini berderbar.

242
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

Gambar 9. Bentuk Ramuan (Herb Form )

Berdasarkan tempat tumbuhnya, sebagai tanaman hias dan ditanam didalam


tumbuhan obat yang ditemukan tempat pot dan dipekarangan rumah seperti lidah
tumbuhnya adalah ditanah kuning, tanah mertua (Sanseviera trifasciata).
basah, dalam pot, tanah rawa, pegunungan/ Sebagian besar tumbuhan obat yang
tumbuhan alam, pegunungan/budidaya. diketahui dan dimanfaatkan oleh
Dan tempat tumbuh yang paling banyak masyarakat umumnya merupakan jenis
ditemukan adalah di tanah kuning. tumbuhan pekarangan yang ada sekitar
Sedangkan penyebaranya tersendiri lokasi desa, sehingga apabila sewaktu-
ternyata lebih banyak ditemukan di waktu diperlukan dapat diambil dengan
pekarangan rumah karena banyak mudah. Jenis-jenis tumbuhan yang
dibudidayakan masyarakat di Desa Kayu termasuk dalam golongan perdu juga
Tanam supaya lebih mudah diambil dan dapat tumbuh dengan mudah dan tumbuh
digunakan. Selain dimanfaatkan sebagai tidak jauh dari lokasi pemukiman
tumbuhan obat untuk mengobati berbagai masyarakat. Pada beberapa masyarakat
macam penyakit, masyarakat desa Kayu yang menjadi responden sudah
Tanam juga memanfaatkan tumbuhan mengupayakan untuk membudidayakan
obat ini sebagai bahan pangan atau bumbu beberapa jenis tumbuhan, seperti Mahkota
dapur seperti kunyit (curcuma Sp), kencur Dewa (Phaleria macrocarpada).
(Kaemferia galaga), serai (Andropongan
nardus L). Tumbuhan obat juga digunakan

243
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

.
Gambar 10. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpada) yang Dibudidayakan
(Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpada) The Cultivated )

Tumbuhan obat biasanya dipungut/ terjangkau karena bisa didapat dari


diambil dari alam secara langsung dari lingkungan sekitar sehingga relatif
ladang atau pekarangan rumah. mudah didapat. Efek samping pada
Pemungutan dilakukan bila terdapat ramuan tradisional sangat kecil, karena
seseorang dari anggota masyarakat yang bahan bakunya sangat alami, tidak
sakit, atau terkadang pemungutan bersifat kimiawi. Selain itu keterbatasan
tanaman dilakukan untuk dikeringkan ekonomi sarana dan prasarana kesehatan
dan disimpan sebagai cadangan obat. menyebabkan pengobatan tradisional
Umumnya pemungutan tumbuhan obat menjadi pilihan pertama masyarakat
di alam tidak tergantung pada musim, untuk mengobati suatu penyakit.
karena sebagian besar bagian tumbuhan Pengobatan tradisional juga dapat
yang dipergunakan adalah akar, daun menjadi alternatif terakhir bilamana
atau kulitnya. Untuk jenis tumbuhan pengobatan dengan cara modern tidak
obat yang menggunakan buah sebagai memberikan hasil (Indriana, 1996
bahan bakunya, maka harus menunggu sebagaimana dikutip Sabri (2011).
sampai saat berbuah. Dayak Kanayant adalah salah satu
Masyarakat Desa Kayu Tanam sub suku Dayak di Kalimantan Barat
dalam memanfaatkan tumbuhan obat yang memiliki kearifan lokal. Suku
merupakan alternatif pertama sebelum Dayak Kanayant yang ada di Desa Kayu
kepolindes, karena penggunaan Tanam Kecamatan Mandor Kabupaten
tumbuhan obat ini jauh lebih baik. Landak mempunyai pengetahuan dalam
Selama ini ramuan tradisional cukup meramu obat tradisional. Data dan
manjur untuk mengobati berbagai jenis informasi tentang pengetahuan
penyakit. Pada masa sekarang dikala tradisional tersebut merupakan warisan
harga melonjak naik, begitu juga harga turun temurun yang tidak tertulis. Hal ini
obat yang ikut naik, harga ramuan diketahui dari hasil wawancara bahwa
tradisional terasa lebih murah dan terdapat 50 spesies dan 34 famili yang
terjangkau. Harga ramuan biasa berfungsi sebagai obat-obatan. Menurut

244
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

penelitian terdahulu Leonardo (2012) di jenis macam penyakit, yang sering


Desa Sekabuk Kecamatan Sadaniang dimanfaatkan oleh masyarakat
Kabupaten Pontianak diperoleh 51 sebagai obat, dimana cara
spesies tumbuhan obat dan 37 famili pengolahanya masih secara
yang dimanfaatkan oleh masyarakat. tradisional yaitu hanya berdasarkan
Pada berbagai penelitian terdahulu kebiasaan dan pengalaman saja.
tersebut diketahui ada bagian tanaman 2. Dari 50 jenis tumbuhan obat ternyata
yang sama ditemukan tetapi cara yang paling banyak digunakan/
pemanfaatanya berbeda seperti daun ubi dimanfaatkan adalah :
(Manihot utilisima), durian (Durio a. Berdasarkan habitusnya yang,
zibethinus), dan nangka (Artocarpus jenis tanaman yang paling banyak
heterophyllus). digunakan sebagai tanaman obat
Dari uraian diatas dapat diketahui adalah jenis herba yaitu 22 jenis
bahwa pemanfaatan tumbuhan obat oleh (44%).
masyarakat setempat, sedikit sekali yang b. Bagian tanaman yang paling
memberikan dampak negatif terhadap banyak digunakan sebagai obat
kelestarian hutan, justru secara langsung yaitu bagian daun dari 15 jenis
maupun tidak langsung pengobatan (30%).
tradisional berkaitan erat dengan c. Cara pengolahan tanaman yang
pelestarian pemanfaatan sumber daya paling banyak dilakukan yaitu
hayati dalam hal ini adalah tumbuhan dengan merebus ditemukan pada
obat yang sudah teruji khasiatnya untuk 21 spesies (42%).
menyembuhkan berbagai jenis penyakit d. Dalam mengkonsumsinya lebih
berdasarkan pengalaman selama hidup banyak dilakukan dengan cara
mereka merupakan perpustakaan alam diminum yaitu 31 spesies dengan
yang sangat tinggi nilainya, sehingga persentase 62%.
dengan mengetahui manfaat tumbuhan e. Dalam manfaat pengobatan
obat dari pengolahan tradisional maka penyakitnya, tanaman obat
langkah-langkah pelestarian dapat tersebut lebih dominan untuk
dilakukan secara terpadu. pengobatan penyakit dalam 36
(72%) dan sisanya untuk penyakit
PENUTUP luar.
Kesimpulan 3. Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ternyata satu jenis tumbuhan bisa
dilapangan jenis tumbuhan obat dan mengobati lebih dari satu
pemanfaatanya di sekitar Desa Kayu macam/jenis penyakit.
Tanam Kecamatan Mandor Kabupaten
Saran
Landak dapat disimpulkan sebagai 1. Mengingat Desa Kayu Tanam
berikut : Kecamatan Mandor Kabupaten
1. Ditemukan 50 spesies tanaman yang Landak terletak di sekitar hutan
dikelompokan dalam 34 famili yang maka perlu adanya perlindungan
dipergunakan untuk mengobati 37 tumbuhan obat yang sering

245
JURNAL HUTAN LESTARI (2015)
Vol. 3 (2) : 234 – 246

dimanfaatkan oleh masyarakat serta Hardadi, 2005. Musnahkan Penyakit


pembinaan secara terpadu disertai Dengan Tanaman Obat. Puspa
penyuluhan yang berkelanjutan agar Swara. Jakarat.
masyarakat dapat mengetahui dan Fakhrozi. 2009. Etnobotani Masarakat
memahami akan pentingnya Suku Melayu Tradisional Disekitar
kelestarian tumbuhan obat. Taman Nasional Bukit Tigapuluh.
2. Sebaiknya masyarakat disekitar Fakultas Kehutanan Institut
Desa Kayu Tanaman Kecamatan Pertanian Bogor.
Mandor Kabupaten Landak perlu
Latifah. 2000. Studi Etnobotani
membudidayakan tumbuhan obat
Tumbuhan Obat di Dusun Parit
terutama dipekarangan rumah agar
Timur Pada Areal PT Inhutani II
mudah diperoleh.
Kecamatan Tanjung Satai Pulau
Maya Karimata Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA Ketapang. Skripsi Mahasiswa
Anggraini, 2014. Pemanfaatan Fakultas Pertanian Jurusan
Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Kehutanan UNTAN, Pontianak
Di Sekitar Kawasan Hutan Adat (Tidak di Publikasikan).
Gunung Semaung Kecamatan Leonardo, 2013. Kajian Etnobotani
Tayan Hulu Kabupaten Sanggau. Tumbuhan Obat Di Desa Sekabuk
Skripsi Fakultas Kehutanan Kecamatan Sadaniang Kabupaten
Universitas Tanjungpura Pontianak. Pontianak. Jurnal Hutan Lestari Vol.
Asteria. 2013. Kajian Etnobotani 1 No. 1, Hal 32-36.
Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Maryadi, 2012. Studi Etnobotani
Di Dusun Semoncol Kecamatan Tumbuhan Obat Di Desa Seriang
Balai Kabupaten Sanggau. Jurnal Kecamatan Badau Kabupaten
Hutan Lestari Vol. 1 Hal 32-34. Kapuas Hulu. Skripsi Fakultas
Arizona, 2001. Etnobotani Dan Potensi Kehutanan Universitas Tanjungpura
Tumbuhan Berguna Di Taman Pontianak.
Nasional Gunung Ciremai Jawa Nasution, R. E. 1992. Prosiding
Barat. Fakultas Kehutanan. Institut Seminar dan Loka Karya Nasional
Pertanian Bogor. Etnobotani
Handayani, M. 2007. Pemanfaatan Sabri, M. 2001. Etnobotani Tumbuhan
Tumbuhan Obat Dikawasan Hutan Obat Dalam Kawasan Hutan Wisata
Lindung Belaban Tujuh Desa Baning Kabupaten Sintang. Skripsi
Sungai Melayu Kecamatan Sungai Fakultas Kehutanan Universitas
Melayu Rayak Kabupaten Tanjungpura.
Ketapang. Skripsi Fakultas
Kehutanan Universitas Tanjungpura
Pontianak.

246
Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Volume 18 No. 1, Juni 2021 DOI 10.31851/sainmatika.v18i1.5188
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/sainmatika

Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Perajen Kecamatan


Banyuasin I Kabupaten Banyuasin

Trimin Kartika1*, Syaiful Eddy2, Rezki Rina Khairani3


*e-mail: [email protected]
1,2,3
Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas PGRI Palembang, Indonesia

ABSTRACT

Research on Plant Ethnobotany Study in Perajen Village, Banyuasin 1 District,


Banyuasin Regency, was conducted from June to July 2020. The research objective
was to analyze the types of plant ethnobotany with medicinal properties and plant
parts used as medicine. The study used a descriptive survey method with direct
observation in the field. The method used was descriptive exploratory with interviews
and field identification. The results showed that the types of medicinal plants from the
spermatophyte division consisted of 2 classes, 15 orders, 17 families, 22 genera and 22
species, 49 types of diseases treated by medicinal plants, utilization of plant parts that
are often used as traditional medicines by the community. Perajen Village in
ethnobotany, namely leaves of 13 species of plants (35.1%), flowers, fruit, seeds,
rhizomes, and roots of 3 species each (8.1%), stems, bark, sap, 2 species each. (5.4%),
while the least used by the community is gel, water, tubers for each 1 species (2.7%),
processing plant parts as medicine is often done by boiling.

Keywords: Study, Plant Ethnobotany, Perajen Village

ABSTRAK

Penelitian tentang Studi Etnobotani Tumbuhan di Desa Perajen Kecamatan Banyuasin


1 Kabupaten Banyuasin, telah dilaksanakan pada Juni sampai Juli 2020. Tujuan
penelitian untuk menganalisis jenis-jenis etnobotani tumbuhan berkhasiat obat dan
bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat. Penelitian menggunakan metode
survey deskriptif dengan pengamatan langsung di lapangan. Metode yang digunakan
deskripsif eksploratif dengan wawancara dan identifikssi di lapangan. Hasil penelitian
ditemukan jenis-jenis tumbuhan obat dari division spermatophyte terdiri dari 2 class,
15 ordo, 17 familia, 22 genus dan 22 spesies, penyakit yang diobati oleh tumbuhan
obat terdapat 49 jenis penyakit, pemanfaatan bagian tumbuhan yang sering digunakan
sebagai obat tradisional oleh masyarakat Desa Perajen dalam etnobotani yaitu daun
sebanyak 13 spesies tumbuhan(35,1%), bunga, buah, biji, rimpang, dan akar masing-
masing sebanyak 3 spesies (8,1%), batang, kulit, getah masing-masing 2 spesies
(5,4%), sedangkan yang paling sedikit digunakan masyarakat yaitu gel, air, umbi
masing-masing 1 spesies (2,7%), pengolahan bagian tumbuhan sebagai obat yang
sering dilakukan dengan cara direbus.

Kata Kunci: studi, etnobotani tumbuhan, Desa Perajen

PENDAHULUAN

Budaya pengobatan tradisional moyang terdahulu secara turun temurun


yang dimiliki Indonesia sejak nenek dari generasi ke generasi tetap

p-ISSN 1829 586X 9


e-ISSN 2581-0170
Studi Etnobotani Tumbuhan,...Trimin K., Syaiful E. dan Rezki R. K,...Sainmatika,...Volume 18,...No.1,...Juni 2021,...9-18

dilestarikan. Tradisi penggunaan obat sistem fisiologi diagnosis, pencegahan,


tradisional dengan menggunakan penyembuhan, pemulihan, peningkatan
tumbuh-tumbuhan sebagai obat sudah kesehatan dan kontrasepsi tubuh
dipercaya dan diyakini oleh masyarakat. manusia. Bahan ramuan obat tradisional
Modernisasi budaya yang diciptakan dari tumbuh- tumbuhan, sering
menyebabkan hilangnya tradisi yang diterapkan oleh masyarakat secara turun-
sering dilakukan masyarakat pada temurun.’
komunitas tradisional di Indonesia Pengobatan tradisional mudah
(Islami, 2017). didapat tidak memerlukan biaya yang
Etnobotani mempunyai peran besar dibandingkan dengan obat-obatan
yang sangat penting untuk memahami modern dan sebagai pertolongan pertama
hubungan timbal balik manusia dengan dalam pengobatan. Cara pengolahan obat
tumbuh-tumbuhan, dengan lingkungan tradisional sangat sederhana berdasarkan
tempat tinggalnya. pengetahuan, pengalaman sehari- hari
Keanekaragaman hayati yang yang diwariskan nenek moyang secara
dimiliki Indonesia sangat tinggi, baik turun-temurun (Efremila et al., 2015).
flora dan fauna. Kelompok etnik yang Masyarakat Desa Perajen
dimiliki Indonesia 1.340 (BPS, 2016). Kecamatan Banyuasin 1 Kabupaten
Dari Sabang sampai Merauke Banyasin. masih mempertahankan tradisi
keanekaragaman suku/etnis yang tersebar dalam penggunaan sumber daya alam
diseluruh Indonesia memanfaatkan khususnya tumbuhan sebagai obat. Di des
tumbuh-tumbuhan berguna untuk aini diperkirakan memiliki tumbuhan
berbagai kepentingan diantaranya sebagai dengan keanekaragaman tinggi, namun
obat tradisional. (Fakhrozi, 2009). data dan informasi biologinya khususnya
Tumbuhan yang dimanfaatkan tanaman yang berpotensi obat belum
sebagai obat merupakan tradisi yaitu jenis banyak diteliti khasiatnya. Tumbuhan
tumbuhan yang ditemukan di alam yang yang dimanfaatkan sebagai obat tersebut
tumbuh di sekitar pekarangan rumah. dilakukan hanya terbatas pada
Menurut keyakinan dan dipercaya penyampaian dari orang tua kepada anak
berbagai tumbuhan tersebut dapat dan cucu secara turun temurun dalam
bermanfaat sebagai obat untuk keluarga, sehingga dikhawatirkan di
menyembuhkan penyakit yang diderita tengah perkembangan arus modernisasi
masyarakat. (Nisyapuri et al., 2018). budaya saat ini, kearifan lokal tersebut
Masyarakat dan Pemerintah dapat secara perlahan tergerus yang dapat
berupaya dalam memanfaatkan menyebabkan punahnya pengetahuan
tumbuhan sebagai obat untuk kesehatan tradisional yang dimiliki masyarakat.
(Mutaqin, et al. 2016). Kebijakan Belum pernah ada laporan
pemerintah menurut Undang-undang RI pengamatan mengenai studi etnobotani
No. 23 tahun 1992 bahwa obat tumbuhan obat di Desa Perajen
tradisional dapat menyembuhkan, Kecamatan Banyuasin 1 ini sehinggga
mengobati mudah didapat, mudah perlu dilakukan penelitian. Hasil
pengolahannya, hal ini dilakukan penelitian ini dapat memberikan
berdasarkan pengetahuan, pengalaman, informasi ilmiah kepada masyarakat
dan keterampilan yang sering dilakukan mengenai pemanfaatan jenis-jenis
oleh masyarakat dari nenek moyang tumbuhan sebagai obat oleh masyarakat
secara turun terumurn dari generasi ke Desa Perajen Kecamatan Banyuasin 1
generasi. Menurut Undang-undang RI menjadi penting sebagai bagian dari
No. 36. Tahun 2009 ‘tentang kesehatan upaya untuk mendokumentasikan
bahwa obat tradisional mempengaruhi

p-ISSN 1829 586X 11


e-ISSN 2581-0170
Studi Etnobotani Tumbuhan,...Trimin K., Syaiful E. dan Rezki R. K,...Sainmatika,...Volume 18,...No.1,...Juni 2021,...9-18

pengetahuan masyarakat dan pelestarian Jumari et al (2012) Wawancara bebas


sumberdaya alam hayati. (open ended) (Purwanto 2007) dan
Wawancara semi terstruktur untuk
BAHAN DAN METODE inventarisasi pengetahuan lokal
Tempat dan Waktu Penelitian (Grandstaff 1987) untuk mengetahui
jenis-jenis tumbuhan yang di
Penelitian ini telah dilaksanakan manfaatkan sebagai obat, bagian
di Desa Perajen Kecamatan Banyuasin I tumbuhan yang dimanfaatkan serta cara
Kabupaten Banyuasin. Penelitian pengolah tumbuhan oleh masyarakat desa
dilakukan selama 2 bulan dimulai bulan Perajen untuk kehidupan sehari-hari.
Juni sampai Juli 2020 Data hasil wawancara ditabulasikan ke
dalam tabel. Observasi partisipatif
Alat dan Bahan dengan masyarakat sebagai informan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini kunci (Martin, 2004). Sedangkan
yaitu alat tulis, gunting dan kamera pengambilan data dilakukan secara
digital, buku daftar tumbuhan Obat untuk langsung. Pengamatan dilakukan pada
identifikasi jenis tumbuhan obat Jenis- Jenis tumbuhan berkhasiat obat.
(Hariana, 2013 & Yusro et al., 2013),
angket wawancara/ kuisioner. Sedangkan HASIL DAN PEMBAHASAN
bahan yang digunakan adalah semua
spesimen tumbuhan yang terdapat di Berdasarkan hasil wawancara
dusun 1, dusun 2, dusun 3, dan dusun 4 dengan masyarakat dan pengamatan
Desa Perajen Kecamatan Banyuasin I dilapangan, tumbuhan yang dimanfaatkan
Kabupaten Banyuasin. sebagai obat ditemukan di Desa Perajen
Kecamatan Banyuasin I Kabupaten
Metode Pengumpulan Data Banyuasin dusun 1, dusun 2, dusun 3,
Metode deskriptif eksploratif teknik dan dusun 4 “dari divisio spermatophyta
pengumpulan informasi yang bersifat sebanyak 22 spesies tumbuhan obat
partisipatif atau penilaiain etnobotani (Tabel 3).
partisipasif (participatory ethnobotanical
appraisal, PEA), seperti yang digunakan

Tabel 3. Jenis-jenis Tumbuhan Bernilai Etnobotani di Desa Perajen Kecamatan


Banyuasin I Kabupaten Banyuasin.
No Kelas Ordo Familia Genus Spesies Nama Lokal
1. Monocotyledoneae Arecales Arecaceae Cocos Cocos nucifera L. Kelapa
2. Iridaceae Eleutherine Eleutherine palmifolia L. Bawang Dayak
3. Zingiberaceae Curcuma Curcuma longa L. Kunyit
4. Kaempferia Kaempferia galanga L. Kencur
5. Zingiber Zingiber officinale Roscoe Jahe
6. Dicotyledoneae Asparagales Asphodelaceae Aloe Aloe vera L. Lidah Buaya
7. Asterales Campanulaceae Isotoma Isotoma longiflora L. Bunga Katarak
8. Brassicales Caricaceae Carica Carica papaya L. Kates
9. Cactales Cactaceae Hylocereus Hylocereus undatus L. Buah Naga Putih
10. Gentianales Apocynaceae Allamanda Allamanda carthartica L. Alamanda
11. Catharanthus Catharanthus roseus L. Tapak Dara
12. Geraniales Oxalidaceae Averrhoa Averrhoa bilimbi L. Belimbing Wuluh
13. Myrtales Myrtaceae Psidium Psidium guajava L. Jambu Biji
14. Lamiales Lamiceae Ocimum Ocimum citriodorum Kemangi
15. Orthosiphon Orthosiphon aristatus Kumis Kucing
16. Magnoliales Anonnaceae Annona Annona muricata L. Nangko Belando
17. Malvales Malvaceae Ceiba Ceiba petandra L. Kapuk
18. Piperales Piperaceae Piper Piper betle L Sirih
19. Poales Poaceae Imperata Imperata cylindrical Alang-alang
20. Cymbopogan Cymbopogan citratus L. Serai
21. Rubiales Rubiaceae Morinda Morinda citrifolia L. Mengkudu
22. Sapindales Rutaceae Murraya Murraya paniculata L. Kemuning

p-ISSN 1829 586X 12


e-ISSN 2581-0170
Studi Etnobotani Tumbuhan,...Trimin K., Syaiful E. dan Rezki R. K,...Sainmatika,...Volume 18,...No.1,...Juni 2021,...9-18

Bagian tumbuhan yang digunakan mulai dari bagian yaitu akar, batang,
sebagai obat oleh masyarakat desa daun, bunga, buah, biji, kulit , rimpang,
Perajen Kecamatan Banyuasin 1 lateks, air, gel, umbidan seluruh bagian
Kabupaten Banyuasin tanaman. Persentase pemanfaatan bagian
tumbuhan yang digunakan oleh
Bagian tumbuhan digunakan masyarakat desa Perajen Kecamatan
sebagai obat tradisional“oleh masyarakat Banyuasin 1 Kabupaten Banyuasin
Desa perajen dalam pemenuhan disajikan pada Grafik berikut:
kebutuhan hidup sehari – hari
menggunakan seluruh bagian tumbuhan

Grafik 1. Persentase pemanfaatan bagian tumbuhan oleh masyarakat Desa Perajen


Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin

Masyarakat biasanya memandang bahwa


Berdasarkan grafik 1. bagian daun adalah bagian yang paling
Pemanfaatan bagian tumbuhan yang banyak mengandung kandungan obat
paling banyak dimanfaatkan oleh yang dibutuhkan oleh masyarakat dan
masyarakat Desa Perajen adalah daun bagian daun mudah diperoleh.
sebanyak 13 spesies tumbuhan(35,1%), Penyakit yang diderita masyarakat
bunga, buah, biji, rimpang, dan akar dan cara pengolahan tumbuhan obat
masing-masing sebanyak 3 spesies Berdasarkan hasil wawancara
(8,1%), batang, kulit, getah masing- dengan masyarakat Perajen dusun 1,
masing 2 spesies (5,4%), sedangkan dusun 2, dusun 3, dan dusun 4 terdapat
yang paling sedikit digunakan 49 jenis penyakit yang umumnya diderita
masyarakat yaitu gel, air, umbi masing- masyarakat desa perajen, berbagai jenis
masing 1 spesies (2,7%). penyakit tersebut dapat diobati secara
Berdasarkan hasil wawancara tradisional dengan menggunakan
dengan masyarakat didapat bahwa bagian tumbuhan obat yang ada disekitar
tumbuhan yang sering digunakan sebagai pekarangan rumah. Penyakit yang sering
obat tradisional adalah bagian daun. diderita masyarakat seperti penyakit
Menurut Mutaqin, et al. 2016. batuk-batuk, masuk angin, dan demam

p-ISSN 1829 586X 10


e-ISSN 2581-0170
Studi Etnobotani Tumbuhan,...Trimin K., Syaiful E. dan Rezki R. K,...Sainmatika,...Volume 18,...No.1,...Juni 2021,...9-18

panas. Masyarakat menderita penyakit jenis tumbuhan obat Kencur (Kaempferia


tersebut karena perubahan cuaca. galangal L.) pengolahannya dengan cara
Sebagian besar tumbuhan obat dilalap langsung, bisa juga diekstrak atau
digunakan secara langsung untuk diblender 1 buku kencur dikupas kulitnya
mengobati penyakit ringan seperti masuk lalu diblender dengan diberi air setengah
angin, demam, batuk-batuk. Sedangkan gelas setelah itu disaring dan diminum,
untuk penyakit berat menggunakan Jahe (Zingiber officinale L.)
berbagai macam jenis tumbuhan yang pengolahannya dengan cara rimpang jahe
dibuat ramuan. 1 buku dikupas direbus diberi air 2 gelas
Berdasarkan hasil wawancara dijadikan 1 gelas lalu diminum, Jambu
dengan masyarakat, pengetahuan Biji (Psidium guajava L.) cara
masyarakat dalam penggunaan dan pengolahannya daun jambu 3 lembar,
pengolah tumbuhan obat diwariskan dari buah, biji jamu biji diberi air hangat di
nenek moyang turun-temurun dari blender lalu diminum, Kumis kucing
generasi ke generasi. Pengolahan (Orthosiphon aristatus) cara
tumbuhan menjadi obat dilakukan dengan pengolahannya seluruh bagian kumis
cara direbus, diekstrak atau diblender, kucing direbus dari 5 gelas dijadikan 2
dicelupkan, dikeringkan, dioleskan, gelas, diminum pagi dan sore,
diremas-remas, dilipat, ditempel, Mengkudu(Morinda citrifolia L.)
dimakan secara langsung , dan diminum pengolahannya dengan cara buah
secara langsung. mengkudu dihancurkan diseduh dengan
Pengobatan dengan cara air hangat disaring lalu diminum.
tradisional atau alami lebih digemari
karena lebih minim efek samping 2. Penyakit Batuk-batuk
dibandingkan menggunakan obat dari Menurut masyarakat penyakit
bahan kimia dan lebih murah/ terjangkau. masuk angin dapat diobati oleh beberapa
Dari 10 cara pengolahan tumbuhan jenis tumbuhan obat seperti Kencur
sebagai obat tradisional yang sering (Kaempferia galangal L.) pengolahannya
dilakukan yaitu dengan cara direbus, dengan cara dilalap langsung, bisa juga
misalnya cara pengolahan daun diekstrak atau diblender 1 buku kencur
belimbing wuluh diambil 7 lembar dicuci dikupas kulitnya lalu diblender dengan
bersih lalu direbus sampai mendidih dari diberi air setengah gelas setelah itu
3 gelas air menjadi 1 gelas air, lalu disaring dan diminum, Jahe (Zingiber
dimunum, buah belimbing wuluh officinale L.) pengolahannya dengan cara
dipotong-potong lalu direbus dan rimpang jahe 1 buku dikupas direbus
diminum. Air rebusan daun dan buah diberi air 2 gelas dijadikan 1 gelas lalu
belimbing wuluh ini dapat meredahkan diminum, Belimbing wuluh (Averrhoa
batuk-batuk, untuk penyakit diabetes, bilimbi L.) pengolahannya dengan cara
penyakit gondongan, reumatik dan daun belimbing wuluh direbus 7 lembar
penyakit hipertensi. dari 3 gelas menjadi 1 gelas lalu
Deskripsi pengobatan beberapa diminum, 3 buah belimbing wuluh
jenis penyakit dengan memanfaat bagian dipotong dan direbus diminum airnya,
tumbuhan yang sering dilakukan oleh Sirih (Piper betle L.)pengolahannya
masyarakat Desa Perajen Kecamatan dengan cara daun sirih direbus dengan air
Banyuasin 1 Kabupaten Banyuasin. dari 3 gelas dijadikan 1 gelas lalu
diminum.
1. Penyakit masuk angin 3. Demam Panas
Menurut masyarakat penyakit Menurut masyarakat penyakit
masuk angin dapat diobati oleh beberapa demam panas dapat diobati oleh beberapa

p-ISSN 1829 586X 13


e-ISSN 2581-0170
Studi Etnobotani Tumbuhan,...Trimin K., Syaiful E. dan Rezki R. K,...Sainmatika,...Volume 18,...No.1,...Juni 2021,...9-18

jenis tumbuhan obat seperti Jahe desmetoksikurkumin, oleoresin, dan


(Zingiber officinale L.) pengolahannya bidesmetoksikurkumin, damar, gom,
dengan cara rimpang jahe 1 buku dikupas lemak, protein, kalsium,fosfor dan besi
direbus diberi air 2 gelas dijadikan 1 (Shan dan Yoppi, 2018). Kunyit dapat
gelas lalu diminum, daun dihaluskan dan meredakan rasa sakit saat menstruasi,
diberi sedikit air kemudian ditempel mengobati alzhaimer, mencegah penyakit
kebagian kepala yang sakit, Kapuk kanker, menjaga kesehatan sistem syaraf,
(Ceiba petandra L.) pengolahannya mengobati penyakit asam lambung,
dengan cara daun dimasukkan kedalam menurunkan berat badan, mengobati
air diremas-remas lalu di tempelkan di penyakit asam lambung. Daun kunyit
dahi, bawah ketiak, Alang-alang direbus kemudian airnya diminum.
(Imperata cylindrical L.) pengolahannya Rimpang kunyit di parut dan sarinya
dengan cara akar alang-alang diramu diperas dan dijadikan minuman.
dengan daun kumis kucing. Ramuan dari Rimpang kencur memiliki
ke 2 macam tersebut dapat di rebus dan kandungan antara lain saponin, flavonoid,
dapat diminum sampai 3 kali sehari, Serai fenol serta minyak atsiri Menambah
(Cymbopogan citratus L.) pengolahannya nafsu makan, mengobati batuk,
dengan cara 3 batang bersama daun serai menghilangkan stres, mengobati diare,
diberikan 3 gelas air direbus dijadikan 1 masuk angin, dan mengobati keseleo
gelas air lalu diminum airnya. (Otih, et al. 2005).
Tumbuhan mempunyai khasiat Kandungan kimia pada jahe
sebagai obat dikarenakan tumbuhan terdiri dari minyak atsiri, oleoresin, asam
memiliki kandungan senyawa. Air kelapa amino, flavoloid, polifenol, methanol,
mempunyai kandungan kimia seperti arginin, lipid, gingerdione, mineral dan
protein, hidrat arang, lemak, mineral, protein (Pairul, et al .2017). Jahe
kalsium, zat besi, vitamin B kompleks, digunakan untuk masuk angin, batuk,
vitamin C, dan asam folat yang berkaitan panas dalam, sakit kepala. Dengan cara
dengan hematologi (Amanda, 2019). rebus rimpang dengan air kemudian
Buah kelapa digunakan oleh masyarakat diminum, daun dihaluskan dan diberi
sebagai obat dengan cara diminum sedikit air kemudian ditempel kebagian
langsung air kelapanya. kepala yang sakit.
Kandungan kimia pada umbi Menurut hasil penelitian (Dewi,
bawang dayak menunjukkan adanya et al. 2016) lidah buaya memiliki
kandungan metabolit sekunder antara lain kandungan saponin, flavoloid, polifenol
: alkaloid, glikosida, flavanoid, fenolik, dan tanin yang bersifat antiseptik. Lidah
kuinon, steroid, zat tanin dan minyak buaya digunakan untuk iritasi, luka dan
atsiri. Bagian daun dan akar mengandung gatal-gatal pada kulit. Dengan cara kulit
flavonoida dan polifenol (Heyne, 1987 dari lidah buaya buang lalu diambil
dalam Puspadewi dkk, 2013). Bawang gelnya dan diletakkan pada kulit yang
dayak dapat” mengobati sembelit, kanker luka.
payudara, diabetes, meningkatkan sistem Bunga katarak sendiri
imun, mengobati penyakit jantung, mengandung beberapa senyawa biokimia
penyakit kuning, hipertensi. Umbi berupa alkaloid, saponin, flavonoid, dan
bawang dayak dipotong-potong lalu poliferol. Senyawa-senyawa tersebut
diseduh dengan air mendidih, setelah memiliki manfaat tersendiri dalam
dingin diminum.” mengobati penyakit seperti sakit mata,
Kandungan kimia yang penting mata katarak. Cara pengolahan pangkal
dari rimpang kunyit adalah kurkumin, bunga dicelupkan didalam air lalu
minyak atsiri, resin,

p-ISSN 1829 586X 14


e-ISSN 2581-0170
Studi Etnobotani Tumbuhan,...Trimin K., Syaiful E. dan Rezki R. K,...Sainmatika,...Volume 18,...No.1,...Juni 2021,...9-18

teteskan dimata, mata terasa pedih setelah “digunakan daun, buah berkhasiat
itu mata terasa terang. meredahkan batuk, diabetes, gondongan,
Daun pepaya yang sudah reumatik, dan hipertensi. Daun belimbing
diekstrak ataupun masih dalam keadaan wuluh direbus sebanyak 7 lembar dari 3
segar; mengandung polifenol, saponin, gelas menjadi 1 gelas lalu diminum, 3
dan alkaloid yang mempunyai khasiat buah belimbing wuluh dipotong dan
mengobati sakit maag, disentri, Pereda direbus diminum airnya (Kartika, 2015).
nyeri rebusan 5 lembar daun pepaya Salah satu kandungan dalam daun
sampai air mendidih lalu pisahkan air jambu biji yaitu kuersetin, flavonoid,
rebusannya untuk diminum. Supaya rasa tanin, guajaverin, asam psidiolat, asam
nyeri akibat haid terminimalisir, cukup oleanolat, hiperin, kasuarinin, asam
rebus selembar daun pepaya, sejumput guajavolat (Ariani, 2008).“Jambu biji
garam dan asam, serta air hingga bagian yang digunakan adalah daun, buah
mendidih. dan biji untuk mengobati sakit perut,
Kulit buah naga mengandung mencret, diabetes, maag, diare, masuk
senyawa alkaloid, steroid, saponin, angin, sariawan, dan demam Penggunaan
tannin, dan vitamin C. Senyawa alkaloid dauh jambu biji untuk diare dengan cara
memacu sistim saraf, menurunkan daun direbus lalu airnya diminum.
tekanan darah, melawan infeksi mikroba. (Kartika, 2015).
Saponin menstimulasi jaringan epitel Kemangi (Ocimum citriodorum)
hidung, bronchitis dan ginjal dapat menurunkan darah tinggi, untuk
(Ermadayanti, 2018). Kulit “buah naga meghilangkan bau badan yang tidak
dapat mencegah kanker karena buah naga sedap. Contoh pemakaian dimasyarakat
mengandung antioksidan dan biasanya dijadikan lalapan makan (Ibad,
betakaroten. 2004). Daun kemangi (Ocimum basilicum
Alamanda mengatasi sembelit, L.) memiliki kandungan kimia aktif di
Obat sakit gigi, Penyakit malaria, kuning, dalamnya, antara lain : minyak atsiri,
gigitan ular berbisa. (Kartika, 2017). Cara karbohidrat, fitosterol, alkaloid, senyawa
pengolahannya daun dan bunga 15 gram fenolik, tanin, lignin, pati,
direbus air sampai mendidih setelah saponin,flavonoid, terpenoid dan
dingin diminum, untuk obat sakit gigi antrakuinon.(Larasati. 2016).”
oleskan getahnya. Kumis kucing dapat digunakan
Akar tapak darah mempunyai untuk batu ginjal, prostat, encok, masuk
khasiat untuk menyembuhkan kencing angin, peluruh kencing, kencing batu.
manis. Cara pengolahnnya akar tapak Seluruh bagian dari Kumis kucing
darah direbus dan diminum airnya 3 gelas direbus dengan air lalu diminum. Kumis
dijadikan 1 gelas diminum tiga kali kucing mempunyai rasa agak pahit, agak
sehari.Menurut Mursita, 2011 Tapak asin dan sepet. Dikarenakan mengandung
Darah mengandung vindolin sejenis orthosiphon glikosida, zat samak, minyak
alkaloid yang berbentuk metir ester kari atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonim,
asam karboksilat aspidos-permidin yang garam kalium (Ekowati, et al. 2013).
dikandung oleh tanaman tapak darah Berdasarkan penelitian
berkhasiat menyembuhkan kencing (Kurniasih, et al.2015) nangko belando
manis. memiliki kandungan kimia asetogeni
Kandungan yang terdapat pada (anti kanker), antioksidan, flavonoid,
tanaman belimbing wuluh diantaranya saponin dan polifenol. Nangko belando
yaitu tanin, flavoloid, pectin, kalium mengobati kanker, tumor, membersihkan
oksalat, asam galat dan asam ferulat saluran pencernaan dan menjaga
(Saraswati, 2018). Belimbing wuluh kesehatan kulit. Daun nangko belando

p-ISSN 1829 586X 15


e-ISSN 2581-0170
Studi Etnobotani Tumbuhan,...Trimin K., Syaiful E. dan Rezki R. K,...Sainmatika,...Volume 18,...No.1,...Juni 2021,...9-18

diambil sebanyak 3-5 lembar, lalu Mengkudu mengandung senyawa


direbus dengan air sebanyak 2 gelas air flavonoid, fenolik, terpenoid dan
dijadikan 1 gelas ketika dingin langsung antibakteri (Hasri, 2018). Mengkudu
diminum. dapat mengobati batuk, disentri, radang
Senyawa kimia yang terdapat usus, pelancar kencing, masuk angin,
dalam daun kapuk yaitu alkaloid,tannin, darah tinggi, jantung. Buah mengkudu
flavoloid, saponin dan steroid (Seran, dihancurkan, diseduh dengan air panas
2019). Kapuk digunakan oleh masyarakat dan disaring sarinya.
untuk mengobati demam panas. Cara Berdasarkan penelitian Putri
pengolahannya daun dimasukkan (2015) daun kemuning mengandung
kedalam air diremas-remas lalu di metabolit sekunder yaitu alkaloid,
tempelkan di dahi, bawah ketiak sehingga saponin, tannin dan flavonoid. Kemuning
panas turun.” dapat mengobati radang saluran
Kandungan kimia dalam daun pernapasan, kencing nanah. Daun
sirih yaitu saponin, flavonoid, polifenol kemuning 4 - 5 lembar direbus lalu
dan minyak atsiri (Carolia dan Wulan, diminum.
2016). Sirih dapat menghilangkan bau
badan dan bau mulut, mengobati batuk, KESIMPULAN
keputihan, membersihkan mata,
menghentikan pendarahan, dan untuk Berdasarkan hasil penelitian yang
obat hidung berdarah (mimisan), alergi. telah dilakukan di Desa Perajen
Daun sirih direbus dengan air digunakan Kecamatan Banyuasin I Kabupaten
untuk mandi, daun sirih juga digunakan Banyuasin dapat disimpulkan bahwa
untuk menghentikan mimisan dengan jenis-jenis tumbuhan obat yang
cara daun dilipat dan dimasukkan ditemukan dari division spermatophyte
kedalam hidung. terdiri dari 2 class, 15 ordo, 17 familia,
Alang-alang adalah gulma 22 genus dan 22 spesies. Penyakit yang
pengganggu di perkebunan, alang-alang diobati oleh tumbuhan obat terdapat 49
merupakan gulma yang sangat susah jenis penyakit. Pemanfaatan bagian
untuk dibasmi. Alang alang oleh tumbuhan yang sering digunakan sebagai
masyarakat desa Perajen dimanfaatkan obat tradisional oleh masyarakat Desa
untuk mengobati kencing batu (porstat), Perajen dalam etnobotani yaitu daun
susah buang air kecil, kencing manis, dan sebanyak 13 spesies tumbuhan(35,1%),
panas dalam. Berdasarkan penelitian bunga, buah, biji, rimpang, dan akar
Kartika (2017) Akar alang-alang dapat masing-masing sebanyak 3 spesies
mengobati asma, batuk darah, diare, (8,1%), batang, kulit, getah masing-
keputihan, obat mimisan, wasir, masing 2 spesies (5,4%), sedangkan
melancarkan buang air kecil, mengobati yang paling sedikit digunakan
hipertensi akibat ginjal. Akar alang-alang masyarakat yaitu gel, air, umbi masing-
diramu dengan daun kumis kucing. masing 1 spesies (2,7%). Pengolahan
Ramuan dari ke 2 macam tersebut dapat bagian tumbuhan sebagai obat yang
di rebus dan dapat diminum sampai 3 kali sering dilakukan dengan cara direbus
sehari.
Serai mengandung senyawa DAFTAR PUSTAKA
alkaloid, tanin, terpenoid, minyak atsiri
dan saponin (Afrina , et al. 2017). Serai Afrina, A. I. Nasution dan N. Rahmania.
dapat mengobati demam, sakit kepala, 2017. Konsentrasi Hambat dan
dan juga dapat mengusir nyamuk. Batang Bunuh Minum Ekstrak Serai
serai direbus dan diminum airnya. (Cymbopogon citratus) Terhadap

p-ISSN 1829 586X 16


e-ISSN 2581-0170
Studi Etnobotani Tumbuhan,...Trimin K., Syaiful E. dan Rezki R. K,...Sainmatika,...Volume 18,...No.1,...Juni 2021,...9-18

Candida albicans. Ckradanya Dent https://www.researchgate.net/project/Seri


Journal 9(1): 55-61 hlm. bu-Manfaat-pada-Kulit-Buah-
Amanda, Ikko P., Tamrin dan Hermanto. Naga-Merah-Hylocereus-
2019. Pengaruh Suhu dan Lama polyrhizus. Diakses 2 Mei 2020
Pemanasan Terhadap Karakteristik Fakhrozi. 2009. Etnobotani Masyarakat
Fisik, Kimia, dan Penilaian Suku Melayu Tradisional Disekitar
Organleptik Air Kelapa Kemasan. Taman Nasional Bukit Tiga puluh.
Jurnal Sains dan Teknologi Fakultas Kehutanan Institut
Pangan 4 (2): 2030-2040 hlm. Pertanian Bogor.
Ariani, S. R. D., E. Susilowati, E. Susanti Grandstaff, S.W. and Grandstaff, T.B.
VH dan Setiyani. 2008. Uji 1987. Semi Structure Interviewing
Aktivitas Ekstrak Metanol Daun by Multidicipline Teams in RRA.
Jambu Biji (Psidium guajava L.) KKU Prociding.
sebagai Antifertilitas Kontrasepsi Hariana A. 2013. 262 Tumbuhan Obat
pada Tikus Putih (Rattus dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar
norvegicus). Indo Jurnal Chem Swadaya.
8(2): 264-270 hlm. Hasri, Maryono dan T. Sari. 2018. The
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Analysis Total Phenolic Extract
Indonesia 2016 Statistical Noni Fruit (Morinda citrifoliaL.) as
Yearbook of Indonesia 2016. ISSN: Inhibiting Activity of Bacteria.
0126-2912. Analit: Analytical and
Badan Pusat Statistik Kabupaten Environmental Chemistry 3(1): 22-
Banyuasin. 2017. Banyuasin Dalam 29 hlm. E-ISSN 2540-8267.
Angka. ISSN: 2356-4172. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna
Carolia, N., dan W. Noventi. 2016. Indonesia Jilid I-IV. Jakarta: Balai
Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau Penelitian dan Pengembangan
(Piper betle L.) sebagai Alternatif Kehutanan, Departemen
Terapi Acne vulgaris. Jurnal Kehutanan.
Majority 5(1): 140-145 hlm. Islami, Y., S. Munandar dan M. Suganda.
Dewi, D. W., S. Khotimah dan D. F. 2017. Studi Etnofarmasi Suku
Liana. 2016. Antiseptik Pembersih Kailimoma Di Kecamatan Kulawi
Tangan Terhadap Kumlah Koloni Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi
Kuman. Jurnal Cerebellum 2(3): Tengah. Journal of
577-589 hlm. Pharmacy.Volume 3, nomor 1.
Efremila., E. Wardenaar dan L. Sisillia. Jumari. Setiadi, D, dan Purwanto, Y.
2015. Studi Etnobotani Tumbuhan 2012. Etnobotani Masyarakat
Obat Oleh Etnis Suku Dayak Di Samin. Disertasi. Program
Desa Kayu Tanam Kecamatan Pascasarjanah Institut Pertanian
Mandor Kabupaten Landak. Jurnal Bogor. Bogor.
Hutan Lestari 3(2): 234 – 246. Kartika. T. 2015. Inventarisasi Jenis-
Ekowati R, Nuryanto, Salmah. 2013. Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat di
Pemanfaatan Tanaman Obat di Desa Tanjung Baru Petai
Sumatera Selatan. Kharisma Putra Kecamatan Tanjung Batu
Utama Offeset. Kabupaten Ogan Ilir (OI) Provinsi
Ermadayanti, A, W. 2018. Seribu Sumatra Selatan. Jurnal
Manfaat pada Kulit Naga Merah Sainmatika. Vol. 12 No. 1 Hal. 32-
(Hylocereus pholyrhizus). Article. 41. http://scholar.google.ac.id.
May 2018. Institut Teknologi Diakses 16 Juni 2019.
Sepuluh Nopember.

p-ISSN 1829 586X 17


e-ISSN 2581-0170
Studi Etnobotani Tumbuhan,...Trimin K., Syaiful E. dan Rezki R. K,...Sainmatika,...Volume 18,...No.1,...Juni 2021,...9-18

Kartika. T. 2017. Potensi Tumbuhan Liar Puspadewi, Ririn., P. Adirestuti, dan R.


Berkhasiat Obat di Sekitar Menawati. 2013. Khasiat Umbi
Pekarangan Kelurahan Silaberanti Bawang Dayak (Eleutherine
Kecamatan Silaberanti. Jurnal palmifolia (L.) Merr.) Sebagai
Sainmatika. Vol. 14 No. 2. Hal. 89- Herbal Antimikroba Kulit. Kartika
99. http://scholar.google.ac.id. Jurnal Ilmiah Farmasi 1 (1): 31-37
Diakses 16 Juni 2019. hlm.
Kurniasih, N., M. Kusmiyati, Putri, Aini. 2015. Larvicidal Activity og
Nurhasanah, R. P. Sari, dan R. Kemuning Leaf Extract (Murraya
Wafdan. 2015. Potensi Daun Sirsak paniculata(L.) Jack) Against
(Annona muricata Linn), Daun Dengue Hemorrhagic Fever Vector.
Binahong (Anredera cordifolia Journal Majority 4(3): 1-8 hlm.
(Ten) Stennis), dan Daun Benalu Saraswati, R. A., dan E. Setyaningsih.
Mangga (Dendrophthoe pentandra) 2018. Potensi Tanaman Belimbing
Sebagai Antioksidan Pencegah Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Kanker. ISSN: 1979-8911. Terhadap Beberapa Penyakit Pada
Larasati.A.D, Apriliana. E. 2016. Efek Sistem Cardiovascular. Seminar
Potensi Daun Kemangi (Ocium Nasional Pendidikan Biologi dan
basillicum L) Sebagai Pemanfaatan Saintek III 155-160 hlm. ISSN:
Hand Sanitizer. Jurnal. Majority. 2527-533X.
Vol. 5 No. 5. Seran, S. F. N., M. M. T. Rame dan Y.
Mutaqin, Z. A., N. Ela., P. Ruhyat dan I. K. A. Mbulang. 2019. Uji Aktivitas
Johan. 2016. Studi Etnobotani Ekstrak Etanol 70% Daun Kapuk
Pemanfaatan Jenis-jenis Tumbuhan (Ceiba pentandra L.) Terhadap
yang Digunakan Sebagai Obat Oleh Penurunan Kadar Kolestrol Total
Masyarakat Desa Pangandaran Tikus Hiperkolesterolemia. CGMK
Kecamatan Pangandaran PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC
Kabupaten Pangandaran. Prosiding JOURNAL 2(2): 83-89 hlm.
Seminar Nasional MIPA 2016. Shan, Chu Y., dan Y. Iskandar. 2018.
Mursito, B. dan h. Prihmantoro. 2011. Studi Kandungan Kimia Dan
Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Aktivitas Farmakologi Tanaman
Jakarta: Penebar Swadaya. Kunyit (Curcuma longa L.).
Nisyapuri, F. F., Iskandar, J., dan Farmaka Suplemen 16(2): 547-555
Partasasmita, R. 2018. Studi hlm.
Etnobotani Tumbuhan Obat di Desa
Wonoharjo, Kabupaten
Pangandaran, Jawa Barat. Jurnal
Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas
Indonesia 4 (2): 122-132 hlm.
Pairul, P. P. B., Susianti dan S. H.
Nasution. 2017. Jahe (Zingiber
officinale) Sebagai Anti
Ulserogenik. Jurnal Medula 7 (5):
42-46 hlm.
Purwanto.2007. Instrumen Penelitian
Sosial dan Pendidikan
Pengembangan dan Pemanfaatan.
Yogyakarta. Pustaka Belajar.

p-ISSN 1829 586X 18


e-ISSN 2581-0170
KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT DUSUN
SEMONCOL KECAMATAN BALAI KABUPATEN SANGGAU
Ethnobotany Study Of Medicinal Plants In The Community Village Hall Semoncol
Districts Sanggau

Astria, Setia Budhi dan Lolyta Sisillia


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jln Imam Bonjol Pontianak 78124
Email: [email protected]

ABSTRACT

The research was conducted at the District Hall Hamlet Semoncol Sanggau . The purpose of
this study to determine aspects of ethnobotany of medicinal plant use and knowledge of
medicinal plants by local people Semoncol Hamlet . While the benefits of this research can
be used as preliminary information on the community didusun Semoncol in utilizing and
conserving medicinal plants . Interviews and field research found 33 species of medicinal
plants , namely 8 species , 5 types of liana , 8 kinds of herbs , 11 shrubs , and one type of
herb . Of the 33 species of medicinal plants , there are 29 species from 21 families have been
identified and his family with the scientific name of 87.87 % and the percentage of species
that are not found and relatives scientific name is 12.12 % . For most shrubs levels used are
11 species ( 33.33 % ) . Type the ingredients of the most widely used is the sole way which is
30 species ( 90.90 % ) . The most widely used is the leaves which is 20 species ( 60.60 % ) .
The most used way of processing is boiled with 15 species ( 45.45 % ) , to how to use the
most widely used is the way to drink is 25 species ( 75.75 % ) , for the treatment turned out
the way in which treatment is the most widely used 23 species ( 69.69 % ).

Keywords : ethnobotany , medicinal plants , people , Sanggau

PENDAHULUAN hutan akibat eksploitasi dan konversi


Kalimantan merupakan pulau di lahan yang berlebihan. Kurangnya
Indonesia yang terkenal dengan minat generasi muda untuk
kekayaan keanekaragaman hayatinya. mempelajari pengetahuan pengobatan
Tak hanya itu, kekayaan pengetahuan tradisional dengan menggunakan
pengobatan tradisional dengan tumbuhan juga dapat menjadikan
menggunakan tumbuhan yang warisan tradisional ini lambat laun
diwariskan secara lisan dari generasi akan punah. Etnis di Kalimantan
ke generasi pada etnis asli di memanfaatkan berbagai jenis
Kalimantan juga sangat banyak. tumbuhan untuk pengobatan
Sayangnya, pengetahuan tersebut tidak tradisional dengan mengandalkan dari
terdokumentasi dan dikhawatirkan habitat alaminya. Sangat jarang
akan terkikis seiring dengan hilangnya tumbuhan hutan berkhasiat obat
habitat alami dan punahnya tumbuhan (THBO) ditanam secara khusus untuk
berkhasiat obat terutama tumbuhan dibudidayakan. Selain mereka belum
terbiasa dengan kegiatan budidaya nufah, jalur kawasan hijau, komoditi
THBO, terdapat kepercayaan yang ekspor nonmigas, dan sebagai
mereka yakini bahwa THBO yang pendapatan masyarakat di Dusun
dibudidayakan tidak memiliki khasiat Semoncol (Kintoko, 2006). Namun
sebaik yang diambil langsung dari kebiasaan masyarakat yang cenderung
alam (Noorcahyati, 2013). melakukan pengambilan secara
Tumbuhan obat merupakan salah langsung dari alam untuk pengobatan
satu komponen penting dalam tanpa ada minat untuk
pengobatan, yang berupa ramuan jamu membudidayakan tumbuhan obat.
tradisional dan telah digunakan sejak Selain itu kurangnya kesadaran
ratusan tahun yang lalu. Tumbuhan masyarakat untuk menurunkan ilmu
obat telah berabad-abad di- pengobatan dari yang tua ke yang
dayagunakan oleh bangsa Indonesia muda menyebabkan tidak diketahuinya
dalam bentuk jamu untuk memecahkan jenis tumbuhan yang berfungsi sebagai
berbagai masalah kesehatan yang tanaman obat – obatan dikalangan
dihadapinya dan merupakan kekayaan masyarakat. Sehingga perlu diadakan
budaya bangsa Indonesia yang perlu penelitian tentang kajian etnobotani
dipelihara, perhatian dan dilestarikan. Tanaman Obat Pada Masyarakat
Pengembangan obat alami ini memang Dusun Semoncol Kecamatan Balai
patut mendapatkan perhatian yang Kabupaten Sanggau. Tujuan dari
lebih besar bukan saja disebabkan penelitian ini adalah untuk mengetahui
potensi pengembangannya yang aspek etnobotani tumbuhan obat
terbuka, tetapi juga permintaan pasar bagaimana pemanfaatan dan
akan bahan baku obat-obat tradisional pengetahuan tentang tumbuhan obat
ini terus meningkat untuk kebutuhan oleh masyarakat etnis Dayak Dusun
domestik maupun internasional. Semoncol Kecamatan Balai Kabupaten
Penelitian etnobotani merupakan Sanggau.
kegiatan pengamatan yang dilakukan Etnobotani (dari "etnologi" -
untuk mengetahui pemanfaatan kajian mengenai budaya, dan "botani"
tumbuhan obat secara tradisional oleh - kajian mengenai tumbuhan) adalah
masyarakat sekitar kawasan hutan suatu bidang ilmu yang mempelajari
berdasarkan pengetahuan yang hubungan antara manusia dan
dimiliki. Pengembangan tanaman obat tumbuhan. Etnobotani memiliki arti
memiliki arti yang sangat luas, tidak sebagai ilmu yang mempelajari tentang
saja sebagai sumber bahan baku herbal pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang
(agromedisin), namun lebih dari itu digunakan oleh suatu etnis atau suku
tanaman-tanaman obat dapat tertentu untuk memenuhi kebutuhan
difungsikan sebagai agrowisata, sandang, pangan, maupun untuk obat-
laboratorium botani, sumber plasma obatan (Safwan, 2008). Tujuan dari

400
etnobotani tumbuhan obat adalah seperti demam, rasa haus, warna
untuk mempelajari pemanfaatan dan kencing kuning tua, lidah merah atau
pengolahan tumbuhan sebagai bahan denyut nadi cepat. Lima macam cita
obat-obatan untuk kegiatan sehari-hari rasa dari tumbuhan obat ialah pedas,
oleh masyarakat dan menurut adat manis, asam, pahit, dan asin. Cita rasa
suatu suku bangsa. Menurut ini digunakan untuk tujuan tertentu
Suhardiman (1990) yang dikutip Jaini karena selain berhubungan dengan
(1993), tumbuhan obat adalah organ tubuh, juga mempunyai khasiat
tumbuhan yang bagian tubuhnya (akar, dan kegunaan tersendiri. Misalnya rasa
batang, kulit, daun, umbi, buah, biji, pedas mempunyai sifat menyebar dan
dan getah) mempunyai kasiat obat dan merangsang. Rasa manis berkhasiat
digunakan sebagai bahan mentah tonik dan menyejukan. Rasa asam
dalam pembuatan obat modern dan berkhasiat mengawetkan dan pengelat.
tradisional. Menurut Tampubolon Rasa pahit dapat mengilangkan panas
sebagaimana dikutip oleh jaini (1993), dan lembab. Sementara rasa asin
berdasarkan cara pembuatannya, obat melunakkan dan sebagai pelancar.
dapat dibedakan menjadi dua macam, Kadang-kadang ada juga yang
yaitu obat tradisional dan obat modern. menambahkan cita rasa yang keenam,
Perbedaan pokok antara obat yaitu netral atau tawar yang berkhasiat
tradisional dan modern adalah obat sebagai peluruh kencing.
tradisional pada pembuatannya tidak
melakukan bahan kimia, hanya METODOLOGI PENELITIAN
memerlukan air dingin dan air panas Penelitian dilaksanakan di Dusun
sebagai penyeduhnya. Semoncol Kecamatan Balai
Menurut Dalimartha (2000) yang Kabupaten Sanggau selama 4 minggu.
dikutip Armiwoltywa (2011) dikenal 4 Objek penelitian ini adalah areal
macam sifat dan 5 macam cira rasa penghasil tumbuhan obat yang
tumbuhan obat, yang merupakan terdapat didalam petak pengamatan.
bagian dari cara pengobatan tradisional Sedangkan alat-alat yang digunakan
timur. Adapun keempat macam sifat adalah Buku daftar tumbuhan obat
tumbuhan obat itu ialah dingin, panas, Indonesia untuk identifikasi jenis
hangat, dan sejuk. Tumbuhan obat tumbuhan obat, GPS, tali, tally sheet,
yang sifatnya panas dan hangat dipakai kamera untuk dokumentasi objek
untuk pengobatan sindroma dingin, penelitian, alat tulis untuk mencatat
seperti pasien yang takut dingin, data yang diperoleh dilapangan, daftar
tangan dan kaki dingin, lidah pucat pertanyaan atau koesioner untuk
atau nadi lambat. Tumbuhan obat yang responden terpilih, bahan pembuatan
bersifat dingin dan sejuk digunakan herbarium seperti: alkohol 70%,
untuk pengobatan sindroma panas, isolasi, gunting, label, kertas koran.

401
Metode yang digunakan dalam Data yang dikumpulkan dalam
penelitian adalah menggunakan penelitian ini meliputi data primer
metode deskriptif melalui wawancara yaitu data hasil pengamatan secara
guna mendapatkan data atau informasi langsung yang diperoleh dilapangan
awal sebelum melaksanakan melalui wawancara langsung dengan
identifikasi pemanfaatan jenis-jenis masyarakat sebagai responden dengan
tumbuhan obat. Penelitian deskriptif bantuan kuesioner. Untuk data
merupakan penelitian yang berusaha sekunder meliputi dari berbagai
mendeskriptifkan dan menginter- sumber yang terkait baik dari instansi,
prestasikan sesuatu, misalnya kondisi badan atau lembaga, dan literatur.
atau hubungan yang ada, pendapat
yang berkembang, proses yang sedang HASIL DAN PEMBAHASAN
berlangsung. Daftar pertanyaan untuk Berdasarkan dari hasil
responden terpilih meliputi data nama, wawancara dengan masyarakat Dusun
umur, jenis kelamin, pekerjaan dan Semoncol, diperoleh 33 jenis
kuesioner. Daftar kajian keaneka- tumbuhan obat yang dimanfaatkan
ragaman jenis tumbuhan obat yang oleh masyarakat dan 21 famili. Untuk
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lebih jelasnya jenis tumbuh –
obat. tumbuhan obat yang hasil dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Dusun Semoncol


(Medicinal plant species used community village Semoncol)

No Nama Indonesia Nama Ilmiah Famili Manfaat


1 Akar kupu-kupu daun - - Obat sariawan
besar
2 Daun cabe Capsicum frutescens L. Solanaceae Habis
melahirkan
3 Sambang darah Excoecaria cochinchinensis Euphorbiaceae Muntah darah
4 Daun kupu-kupu Bauhinia tomentosa L. Fabaceae Panas dalam
5 Pepaya jantan Carica papaya Caricaceae Cacing kermi
6 Daun ubi Manihot Untilissima Euphorbiaceae Rematik
7 Pugaga Centella asiatica Apiaceae Sakit kencing
8 Jambu batu Psidium guajava L. Myrtaceae Diare
9 Jengkol Pithecolobium Lobatum B. Fabaceae Susah kencing
10 Cengkodok Melastoma malabathtricum Melastomataceae Diare
L.
11 Kantong semar Nepenthes Sp Nepenthaceae Batuk
12 Ketepeng Cassia alata Fabaceae Panu
13 Cocor bebek Kalanchoe pinnata Crassulaceae Penurun panas
14 Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Kerumut

402
15 Kembang sepatu Hibiscus rosasinensis Malvaceae Bisul
16 Kencur Kaemferia galanga L. Zingiberaceae Masuk angin
17 Kumis kucing Ortoshiphon aristatus Lamiaceae Pelancar
kencing
18 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Sakit perut
19 Temu hitam Curcuma aeruginosa Zingiberaceae Kembung
20 Temu putih Curcuma zeodoaria Zingiberaceae Kembung
21 Langsat Lansium domesticum Meliaceae Demam
22 Mahkota dewa Phaleria macrocarpa Thymelaeaceae Kanker
23 Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Kembung
24 Tapak leman Elephantopus scaber L. Asteraceae Sakit perut
25 Sugi putih - - Kanker rahim
26 Sugi merah - - Luka
27 Sirih Piper betle Piperaceae Obat mata
28 Sirih hutan Piper bratteum Piperaceae Gatal-gatal
29 Sirsak Anona muricata L. Anonaceae Darah tinggi
30 Rumput kambing Ludwigia hyssopifolia Onagraceae Tulang patah
31 Tambal patah - - Patah tulang
32 Miniran Phyllanthus niruri L. Euphorbiaceae Sakit perut
33 Laban Vitex pubescens Vahl. Verbenaceae Diare

Berdasarkan hasil dari 21 famili langsung sembuh dan ada yang sampai
tumbuhan obat yang ditemukan pada 3 (tiga) hari dan sampai sebulan baru
penelitian dapat diketahui ada sembuh. Untuk efek sampingnya
beberapa famili yang memiliki dua sendiri tumbuhan obat tidak ada
atau lebih spesies, jumlah tertinggi efeknya Tumbuhan obat juga bisa
terdapat pada famili Zingiberaceae mengatasi penyakit lebih dari 3
yang memiliki empat spesies dengan contohnya adalah sirih bisa untuk obat
persentase famili tertinggi 12.12%. sakit mata, keputihan dan gatal-gatal.
Untuk bentuk jenis tumbuhan obat, Berdasarkan hasil dilapangan
yang dipakai masyarakat Dusun ditemukan 33 jenis tumbuhan obat,
Semoncol yaitu daun, batang, akar, yang dimanfaatkan sebanyak 21
buah. Didalam penggunaannya bisa spesies (87,87%), digunakan secara
digunakan didalam dan diluar tunggal sebanyak 30 spesies (90,90%),
contohnya untuk cara penggunaan bagian yang digunakan adalah bagian
diluar bisa dioles dan ditempel daun yaitu 20 psesies (60,60%), dan
sedangkan untuk cara penggunaan cara pengolahan yang paling banyak
didalam yaitu dengan cara direbus dan digunakan adalah cara direbus yaitu 15
diminum atau dimakan langsung. spesies (45,45%), untuk cara
Sedangkan untuk waktu pemakaian penggunaan yang paling banyak
tumbuhan obat tergantung jenis digunakan cara diminum yaitu 25
penyakitnya, ada yang diminum spesies (75,75%), untuk cara

403
pengobatan ternyata pengobatan dalam putih kunyit hijau sangatlah banyak
yang paling banyak dilakukan yaitu 23 kegunaannya.
spesies (69,69%). Dari hasil wawancara dengan
Keterbatasan ekonomi dukun kampung dan dari masyarakat
menyebabkan pengobatan tradisional yang memiliki pengetahuan mengenai
menjadi pilihan pertama masyarakat pengobatan tradisional. Berdasarkan
untuk mengobati suatu penyakit. bentuk ramuannya, masyarakat Dusun
Biasanya pengobatan tradisional ini Semoncol dalam mengolah tumbuhan
selain digunakan untuk pertolongan obat tidak hanya menggunakan satu
pertama dan penggunaan obat jenis tumbuhan obat saja, tetapi
tradisional mudah didapatkan atau bisa dicampur atau diramu dengan bahan
langsung dicari di pinggir sungai, di lainnya dan bahan campuran tersebut
ladang. Tumbuhan yang dimanfaatkan juga tidak hanya sama-sama dari
masyarakat Dayak Dusun Semoncol tumbuhan melainkan campuran
sebanyak 33 jenis, jenis-jenis sebagian besar dari arak dan garam.
tumbuhan obat tersebut ada yang Pengobatan dengan menggunakan
sengaja ditanam masyarakat di tumbuhan obat oleh masyarakat
perkarangan rumah, dan masih ada setempat dapat diklasifikasikan
tumbuhan obat yang tumbuh liar dan menjadi dua (2) macam, yaitu:
mengalami kelangkaan seperti kunyit penyakit dalam dan penyakit luar
putih, kunyit hijau yang susah Sebagian besar masyarakat Dusun
dijangkau. Menurut salah satu Semoncol untuk mengobati penyakit
responden, masyarakat Dayak Tarang dalam sering memanfaatkan daun
di Dusun Semoncol mengalami umbin buah (Phyllanthus niruri L).
kesulitan untuk mengobati sakit gigi sebagai obat sakit perut sedangkan
dan kembung, karena dengan cara pengobatan untuk penyakit dalam
langkanya keberadaan tumbuhan obat umumnya bagian dari tumbuhan
seperti kunyit putih dan kunyit hijau tersebut direbus dan diminum, untuk
sehingga membuat masyarakat di penyakit luar ini misalnya penyakit
Dusun Semoncol susah untuk panu dan kurap dengan ditumbuk lalu
mendapatkannya, sehingga masyarakat dioleskan.
harus mencari di dusun lain, sewaktu Masyarakat di Dusun Semoncol
mereka membutuhkan kunyit putih dan memanfaatkan tumbuhan obat untuk
kunyit hijau biasanya juga masyarakat mengobati berbagai penyakit karena
Dusun Semoncol menyimpannya penggunaan tumbuhan obat ini jauh
dalam bentuk kering. Menurut kakek lebih baik dan tidak ada efek
jihon yang berusia 76 tahun yang sampingnya dan tumbuhan juga
merupakan salah satu responden saya berfungsi ramuan alami untuk
mengatakan bahwa tumbuhan kunyit mengobati penyakit yang seringkali

404
timbul, dan masyarakat di Dusun 2. Pemanfaatan tumbuhan obat yang
Semoncol belum memahami bahwa paling banyak dimanfaatkan dari
tumbuhan obat selain sangat berguna 33 spesies dengan persentasi
buat menyembuhkan berbagai sebagai berikut:
penyakit, tumbuhan obat juga bisa a. Berdasarkan persentasenya ada
digunakan untuk bahan pangan atau 29 spesies yang ditemukan
bumbu dapur seperti kunyit (Curcuma nama ilmiah dan familinya
domestica), daun ubi (Manihot dengan persentasi 87,87%.
esculenta), kencur (Kaemferia galang Sedangkan yang tidak ada
L), mengkudu (Morinda citrifolia L), nama ilmiah dan familinya ad 4
daun papaya jantan (Carica papaya). spesies dengan persentase
Tumbuhan obat juga digunakan untuk 12,12%
tanaman hias dan ditanam didalam pot b. Berdasarkan tingkat
dan diperkarangan rumah. Hal ini pertumbuhannya ternyata
sesuai menurut Made (2011), tanaman tingkat pohon, herba, perdu
obat sebenarnya memiliki fungsi ganda yang lebih banyak ditemukan
untuk sebagai dekorasi halaman, yaitu 11 spesies (33,33%).
tanaman berfungsi sebagai ramuan c. Berdasarkan jenis ramuan,
alami untuk mengobati berbagai ternyata bentuk ramuan secara
penyakit yang seringkali timbul. tunggal lebih banyak
dimanfaatkan yaitu 30 spesies
KESIMPULAN DAN SARAN (90.90%).
Kesimpulan d. Berdasarkan bagian yang
Berdasarkan hasil penelitian digunakan dari akar, batang,
terhadap jenis tumbuhan obat dan buah, daun, rimpang, seluruh
pemanfaatannya di sekitar Dusun bagian tumbuhan, kulit, dan
Semoncol Kecamatan Balai Kabupaten getah ternyata bagian daun
Sanggau, yang dapat disimpulkan yang lebih banyak
sebagai berikut: dimanfaatkan yaitu 20 spesies (
1. Berdasarkan hasil penelitian 60.60%).
dilapangan ditemukan 33 spesies e. Berdasarkan cara pengolahan
tumbuhan obat yang tergolong baik dengan cara direbus,
dalam 21 famili yang sering ditumbuk, diparut dan secara
dimanfaatkan oleh masyarakat langsung dimanfaatkan,
sebagai obat, dimana ternyata cara direbus lebih
pengolahannya masih secara banyak digunakan masyarakat
tradisional yaitu hanya berdasarkan yaitu 15 spesies (45.45%).
kebiasaan dan pengalaman saja. f. Berdasarkan penggunaannya
baik dengan cara diminum,

405
dioleskan, dikumur-kumur, 3. Sebaiknya masyarakat disekitar
dimakan dan ditempelkan Dusun Semoncol Kecamatan Balai
ternyata penggunaan dengan Kabupaten Sanggau perlu
cara diminum lebih banyak membudidayakan tumbuhan obat
digunakan yaitu 25spesies terutama dipekarangan rumah agar
(75.75%). mudah diperoleh.
g. Berdasarkan kegunaan obat 4. Untuk tetap terpeliharanya
untuk mengobati suatu pengetahuan tentang jenis-jenis
penyakit yaitu penyakit dalam tumbuhan obat serta
dan penyakit luar ternyata pemanfaatannya, maka perlu
pengobatan untuk penyakit adanya kajian etnobotani
dalam lebih banyak dilakukan tumbuhan obat yang
yaitu 23 spesies (69.69%). didokumentasikan.
3. Berdasarkan hasil penelitian 5. Perlunya dilakukan penelitian
ternyata satu jenis tumbuhan bisa lanjutan mengenai tumbuhan obat,
untuk mengobati lebih dari satu karena masih banyak tumbuhan
jenis penyakit. obat yang belum diketahui
4. Berdasarkan dari hasil wawancara, pemanfaatannya di Dusun
tumbuhan obat yang didapat Semoncol.
sebanyak 33 jenis yang digunakan
oleh masyarakat di Dusun DAFTAR PUSTAKA
Semoncol. Ada 28 penyakit yang Armiwoltywa, C. 2011. Pemanfaatan
dapat disembuhkan dengan Tumbuhan Obat Terhadap
tumbuhan obat. Tingkat Pengetahuan
Saran Masyarakat Dilokasi Hutan
1. Perlu adanya perlindungan Adat Bukit Padarang Dusun
terhadap tumbuhan obat serta Marinso Kabupaten Landak.
Skripsi Mahasiswa Fakultas
pembinaan secara terpadu dengan
Kehutanan Universitas
penyuluhan yang berkelanjutan Tanjungpura Pontianak.
agar masyarakat dapat mengetahui (Tidak di Publikasikan)
dan memahami akan pentingnya Jaini. 1993. Risalah Potensi Tumbuhan
kelestarian tumbuhan obat. Buah-Buahan dan Tumbuhan
2. Perlu dilakukan pendekatan kepada Sebagai Obat. Pada Kebun
masyarakat tentang cara Plasma Nutfah Di Areal HPH
PT. Sari Bumi Kusuma
pemanfaatan tumbuhan obat tanpa
Sintang Kal-bar. Skripsi
menyampingkan faktor Fakultas Pertanian Jurusan
kelestariannya, terutama cara Kehutanan UNTAN
melakukan budidaya tumbuhan Pontianak.
obat.

406
Kintoko. 2006. Pengembangan Kalimantan Barat. Balai
Tanaman Obat. Proseding Penelitian Teknologi
Persidangan Antar Bangsa Konservasi SDA Badan
Pembangunan Aceh.
Penelitian Dan Pengembangan
Jogjakarta.
Kehutanan.
Made, D, D. 2011. Peningkatan
Kesehatan Masyarakat Safwan, M. 2008. Eksplorasi
Melalui Pemberdayaan Etnobotani Terhadap
Wanita Dalam Pemanfaatan Tumbuhan Hutan yang
Perkarangan Dengan berkhasiat Sebagai Obat Di
Tanaman obat Keluarga Daerah Aliran Sungai
(TOGA). Di Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau.
Geragai. Kerjasama Untan Dengan
Pemerintah Daerah Provinsi
Noorcahyati. 2013. Tumbuhan Kalimantan Barat, pontianak.
Berkhasiat Obat Etnis Asli

407
Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608
Vol.7 No. 1 (2021) 20 - 28

Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional Oleh Masyarakat Kampung


Padang Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara

Sylvia Helmina, dan Yulianti Hidayah


Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Banjarmasin
[email protected]

ABSTRAK
Etnobotani adalah cabang ilmu yang mendalami hubungan antara manusia dengan tumbuhan
disekitarnya. Tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan yang diketahui memiliki kandungan senyawa
yang bermanfaat dan berkhasiat untuk mencegah, meringankan atau menyembuhkan suatu penyakit.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis tanaman obat, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dan
paling banyak digunakan oleh masyarakat Kampung Padang Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara.
Metode yang digunakan adalah deskriptif eksploratif dengan metode survey dan teknik wawancara semi
terstruktur. Pemilihan responden dilakukan dengan metode Purposive sampling dengan jumlah responden
sebanyak 20 orang sebagai perwakilan pada tiap masyarakat. Pengambilan data dilakukan dengan cara
wawancara semi terstruktur dengan berpedoman pada daftar pertanyaan. Analisis data secara deskriptif
yang dilakukan dalam dua bentuk pendekatan yaitu pendekatan antropologi medikal dan pendekatan
etnobotani medikal. Hasil Penelitian menunjukan bahwa di Kampung Padang Kecamatan Sukamara
Kabupaten Sukamara ditemukan 47 Jenis tumbuhan obat tradisional berdasarkan sering sekali digunakan
(40,42%), sering (31,91%), dan yang jarang (27,65%). Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dan paling
banyak digunakan oleh masyarakat diataranya yang paling banyak adalah daun (70,21%), rimpang
(12,76%), akar (10,63%), buah (10,63%) batang (8,51%), umbi (8,51%), sedangkan biji (2,12%) dan
bunga (2,12%) merupakan bagian yang paling sedikit digunakan.

Kata Kunci: Etnobotani, Tumbuhan obat, Kampung Padang

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai Negara kaya akan ragam hayati yang memiliki banyak potensi
alam dengan iklim tropisnya Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di
kawasan khatulistiwa dan dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat
keanekaragaman yang tinggi. Kekayaan alam Indonesia, menyimpan berbagai
tumbuhan yang berkhasiat obat dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu
diantaranya tumbuh di Indonesia (Arsyah, 2014). Letak geografis indonesia merupakan
wilayah yang sangat kaya akan tumbuhan (flora) dan hewan (fauna). Bahkan kekayaan
alam Indonesia menjadi salah satu yang tersebar di dunia mengalahkan negara-negara
lainnya. Terutama dalam menggunakan tumbuhan dan bahan alami sebagai obat untuk
mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu, selain itu juga
berkhasiat untuk mempercantik diri serta menjaga kondisi badan agar tetap sehan dan
bugar (Heri Permata, 2009).
Kalimantan merupakan pulau di Indonesia yang terkenal dengan kekayaan
keanekaragaman hayatinya. Tak hanya itu, kekayaan pengetahuan pengobatan

20
Helmina. S,& Hidayah.Y / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.7 No.1 (2021) : 20 - 28

tradisional dengan menggunakan tumbuhan yang diwariskan secara lisan dari generasi
ke generasi pada etnis asli di Kalimantan juga sangat banyak. Namun, pengetahuan
tersebut tidak terdokumentasi dan dikhawatirkan akan terkikis seiring dengan hilangnya
habitat alami dan punahnya tumbuhan berkhasiat obat terutama tumbuhan hutan akibat
eksploitasi dan konversi lahan yang berlebihan.
Etnobotani adalah cabang ilmu yang mendalami hubungan antara manusia
dengan tumbuhan disekitarnya (Pratiwi dan Surata, 2013). Etnobotani adalah penelitian
ilmiah murni yang mengunakan pengalaman pengetahuan tradisional dalam memajukan
kualitas hidup, tidak hanya bagi manusia tetapi juga kualitas lingkungan. Studi tersebut
bermanfaat ganda, karena selain bermanfaat bagi manusia dan lingkungan, dan
perlindungan pengetahuan tersebut, melalui perlindungan jenis-jenis tumbuhan yang
digunakan.
Tumbuhan obat adalah semua jenis tumbuhan yang diketahui memiliki
kandungan senyawa yang bermanfaat dan berkhasiat untuk mencegah, meringankan
atau menyembuhkan suatu penyakit. Pada zaman dahulu manusia sangat bergantung
pada tumbuhan yang diketahui memiliki efek sebagai obat untuk mengatasi berbagai
jenis penyakit pada manusia. Di Indonesia nenek moyang kita telah lama memanfaatkan
tumbuhan tertentu sebagai obat.
Kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari pengetahuan pengobatan
tradisional dengan menggunakan tumbuhan juga dapat menjadikan warisan tradisional
ini lambat laun akan punah. Etnis di Kalimantan memanfaatkan berbagai jenis
tumbuhan untuk pengobatan tradisional dengan mengandalkan dari habitat alaminya.
Sangat jarang tumbuhan hutan berkhasiat obat (THBO) ditanam secara khusus untuk
dibudidayakan. Selain mereka belum terbiasa dengan kegiatan budidaya THBO,
terdapat kepercayaan yang mereka yakini bahwa THBO yang dibudidayakan tidak
memiliki khasiat sebaik yang diambil langsung dari alam (Noorcahyati, 2013).
Masyarakat kampung padang merupakan salah satu daerah yang ada di Kecamatan
Sukamara yang masih menggunakan beberapa jenis tanaman obat yang ditanam
dihalaman rumah ataupun tumbuh sendiri disekitaran rumah. Karena jumlah penduduk
yang semakin banyak, masyarakat sudah tidak banyak lagi menggunakan tumbuhan
obat tradisional, Sebagian masyarakat saja yang masih memanfaatkan tumbuhan-
tumbuhan disekitar tempat tinggalnya untuk dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan obat yang
ditemukan di Kampung Padang Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara serta
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dan paling banyak digunakan sebagai obat oleh
Masyarakat Kampung Padang Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara. Hasil
penelian ini dapat memberikan informasi tentang pengetahuan etnobotani dan
menambah pengetahuan tentang pemanfaatan berbagai tanaman lokal sebagai obat-
obatan tradisional dan dapat memberikan informasi tentang berbagai tanaman lokal
yang ada di desa yang dapat dijadikan contoh untuk menanamkan sikap konservasi
terhadap tanaman lokal. Selanjutnya, juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
agar melindungi keanekaraganan hayati yang ada disekitarnya.

21
Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional Oleh Masyarakat Kampung Padang Kecamatan Sukamara
Kabupaten Sukamara

Gaya hidup yang mulai mengarah kembali ke alam menandakan bahwa sesuatu
yang alami tidak lagi terkesan kampungan atau ketinggalan jaman. Dunia kedokteran
yang mutakhir pun mulai banyak yang kembali menelaah khasiat obat-obatan
tradisional. Berbagai tanaman herbal ditelaah dan didalami secara ilmiah, dan hasilnya
memang tanaman herbal mengandung zat-zat yang terbukti berkhasiat ampuh bagi
kesehatan (Pranata, 2014). Menurut Katno (2008), Efek samping TO dan OT relatif
kecil jika digunakan secara tepat TO dan OT akan bermanfaat dan aman jika digunakan
dengan mempertimbangkan sekurang-kurangnya enam aspek ketepatan, yaitu tepat
takaran, tepat waktu dan cara penggunaan, tepat pemilihan bahan dan telaah informasi
serta sesuai dengan indikasi penyakit tertentu.
Disamping berbagai kelebihan, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tanaman obat
dan obat tradisional juga memiliki beberapa kelemahan yang merupakan kendala dalam
pengembangan obat tradisional, termasuk dalam upaya agar bisa diterima dalam
pelayanan kesehatan formal. Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain efek
farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta
volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis
mikroorganisme (Katno, 2008)

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif


dengan metode survey dan teknik wawancara semi terstruktur. Pemilihan responden
dilakukan dengan metode Purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 20
orang sebagai perwakilan pada tiap masyarakat di Kampung Padang Kecamatan
Sukamara. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara semi terstruktur dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan. Isi daftar pertanyaan pada kuisioner meliputi nama
responden, usia, pekerjaan, nama lokal tumbuhan yang digunakan, bagian yang
digunakan, manfaat, dan cara pemanfaatannya.
Penelitian ini dilaksanakan di kampung padang Kecamatan Sukamara. Penelitian
ini diperkirakan kurang lebih 5 bulan yaitu mulai bulan Februari 2018 sampai dengan
Juni 2018, mulai dari penyusunan proposal, pengambilan data, analisis data, pembuatan
laporan, dan seminar hasil. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daftar
pertanyaan, Kamera, Alat tulis, Isolasi, steples, Penggaris, Gunting, dan Pisau. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas Label, Kantong plastik bening,
Kertas koran,Tumbuhan objek untuk herbarium dan alkohol 70%.
Prosedur Penelitian Survey awal dilakukan untuk melihat lokasi penelitian dan
untuk mengetahui informasi awal masyarakat tentang pemanfaatan tanaman obat di
kampung Padang Kecamatan Sukamara. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan untuk
mengumpulan data tentang pengetahuan penduduk Kampung Padang Kecamatan
Sukamara Kabupaten Sukamara terhadap pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat adalah
sebagai berikut, Observasi dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif, yaitu

22
Helmina. S,& Hidayah.Y / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.7 No.1 (2021) : 20 - 28

terjun langsung ke lapangan. Mencari informasi melalui penelitian yang dilakukan


tentang pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat.
Wawancara dalam penelitian ini melalui wawancara semi terstruktur dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan. Isi daftar pertanyaan pada kuisioner meliputi nama
responden, usia, pekerjaan, nama lokal tumbuhan yang digunakan, bagian yang
digunakan, manfaat, dan cara pemanfaatannya. Tahap ini, digali informasi tentang
pengetahuan masyarakat terhadap tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional,
dengan melihat cara pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat. Setelah wawancara
dilakukan, maka selanjutnya data yang telah terkumpul dibuktikan dengan memotret
tumbuhan tumbuhan berkhasiat obat dan cara pengambilan tumbuhan serta pengolahan
tumbuhan sebagai obat tradisional.
Sampel yang didapat kemudian difoto perawakan tumbuhan ketika masih
tertanam, bagian tumbuhan yang digunakan sebagai tanaman obat, dan bagian utuh
tanaman dari akar sampai ujung daun jika memungkinkan. Sampel tanaman obat untuk
dijadikan koleksi tumbuhan yang belum diketahui jenisnya difoto dan diambil untuk
koleksi (herbarium). Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis secara
deskriptif yang dilakukan dalam dua bentuk pendekatan yaitu pendekatan antropologi
medikal dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau cara melihat dan
memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian terkait bentuk fisik dan
kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia dan pendekatan etnobotani
medikal adalah proses pembelajaran suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dan tumbuhan yang memfokuskan tentang persepsi ekonomi dari suatu
tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat lokal.
Data yang diperoleh dideskripsikan, teknik observasi dan wawancara disajikan
dalam bentuk tabel dan gambar. Teknik observasi dilakukan untuk mengetahui
tumbuhan apa saja yang dimanfaatkan masyarakat setempat. Teknik wawancara
digunakan untuk menggali pengetahuan umum masyarakat Kampung Padang tentang
pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian kajian etabotani tumbuhan obatan tradisional yang dilakukan di
kampung padang kecamatan sukamara kabupaten sukamara diperoleh beberapa
tumbuhan obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarat, sebagai berikut:

Tabel 1 Jenis-Jenis Tumbuhan Obat Tradisional yang terdapat di Kampung Padang Kecamatan Sukamara
Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah
No Jenis Tumbuhan (nama Daerah) Nama Indonesia Nama Ilmiah

1 Bawang Dayak Bawang Dayak Eleutherine bulbosa


2 Bawang Merah Bawang Merah Allium cepa
3 Bawang putih Bawang putih Allium sativum l.
4 Beluntas Beluntas Pluchea indica less
5 Bidara Widara Ziziphus mauritiana
6 Binahung Binahong Anredera cordifolia

23
Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional Oleh Masyarakat Kampung Padang Kecamatan Sukamara
Kabupaten Sukamara

7 Cengkodok Cengkodok Melastoma malabathricum


8 Cocor bebek Sosor bebek Kalanchoe
9 Jahe Jahe Zingeber officenales rose
10 Jambu biji Jambu biji Psidium guajava l.
11 Jengger Ayam Jewer kotok Celosia cristata l.
12 Jerangau Dlingo Acorus calamus
13 Kaca piring Kaca piring Gardenia augusta men
14 Kates Pepaya Carica papaya, linn
15 Katu Katuk Sauropus audrogynus merr
16 Kelor Kelor Moringa oleifera lamk
17 Kencur Kencur Kaempura galanga
18 Ketelah Ubi jalar Ipomoea batatas
19 Ketepeng Ketepeng cina Cassia allata l.
20 Ketumbar Ketumbar Coriandrum sativum l.
21 Kumis kucing Kumis kucing Orthosiphon aristatus
22 Kunyit Kunyit Curcuma domestica val.
23 Kunyit Putih Kunyit mangga Curcuma amanda
24 Lalang Alang – alang Imperata cylindrica l. Beauv
25 Lengkuas Laos Alpinia galanga sw
26 Lidah buaya Lidah buaya Aloe vera l.
27 Lidah mertua Lidah mertua Sansevieria
28 Mahkota dewa Mahkota dewa Phaleria macrocarpa
29 Mangkokan Mangkokan Nothopanax scutellarium merr
30 Mengkudu Mengkudu Morinda citrifolia, linn
31 Nangka belanda Sirsak Annona muricata l
32 Orang aring Orang aring Moutia diversifalia linn
33 Pacar air Pacar kuku Impatiens balasamina l.
34 Pandan Pandan harum Pandanus amarylius roxb
35 Patah kemudi Daun tapak liman Elephantopus scaber
36 Pegagan Kaki kuda/ antaman Cantella asiantica
37 Putar wali Brotowali Tinospora crispa l
38 Putri malu Putri malu Mimosa pudica linn
39 Salam Salam Eugenia polyantha weight
40 Samanerat Sambiloto Andrographis paniculata
41 Seledri Seledri Apium graveoleus l
42 Serai Sereh Andropogon citrates dc
43 Sirih Sirih Piper betle l
44 Sirih merah Sirih merah Piper ornatum
45 Tapak dara Tapak dara Catharanthus roseus l)
46 Tembora Tambora
47 Terong pipit Terong cempoka Solatium torvum swartz

Berdasarkan tabel diatas terdapat 47 jenis tumbuhan obat yang berada disekitar
Kampung Padang Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara yang diketahui dan
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tumbuhan obat tradisional. Dari hasil tabel diatas
tumbuhan obat terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan yang digunakan oleh masyarakat

24
Helmina. S,& Hidayah.Y / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.7 No.1 (2021) : 20 - 28

diantaranya, sering sekali digunakan sebanyak 40,42%, sering digunakan 31,91%, dan
jarang digunakan sebanyak 27,65%.
Berdasarkan hasil wawancara dari 20 responden bagian tumbuhan yang
digunakan sebagai obat tradisional beserta manfaatnya menunjukan daun (70,21%)
adalah bagian yang paling banyak digunakan, rimpang (12,76%), akar (10,63%), Buah
(10,63%), batang (8,51%), umbi (8,51%), sedangkan biji dan bunga (2,12%) adalah
bagian yang sedikit digunakan masyarakat kampung padang untuk pengobatan
tradisional.
Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat kampung padang Kecamatan
Sukamara Kabupaten Sukamara diantaranya:
a Tumbuhan yang sering sekali digunakan merupakan tumbuhan yang biasa
digunakan sehari-hari oleh masyarakat yang biasa dipakai untuk bumbu masak
didapur dan ditanam didepan halaman rumah karena tumbuhan itu mudah tumbuh
subur, mudah didapat dipasaran, cara penanamannya mudah dan cara perawatanya
juga tidak selalu harus disiram setiap hari maupun dipupuk. Tumbuhan sering kali
digunakan diantaranya; Bawang Dayak, Bawang Merah, Bawang putih, Jahe,
Kunyit, Kunyit Putih, Katuk, Kelor, Kencur, Ketumbar, Lengkuas, Serai, Seledri,
sirsak, Beluntas, Sirih, Sirih merah, Kumis kucing dan salam.
b Tumbuhan yang sering digunakan merupakan tumbuhan yang biasa tumbuh
disekitaran halaman rumah karena tumbuhan ini biasanya dijadikan tanaman hias di
halaman rumah yang tumbuh subur tanpa dirawat dengan teraratur dan untuk
dikonsumsi maupun digunakan untuk kebutuhan sehari-hari serta merupakan
tumbuhan liar yang tumbuh subur. Tumbuhan sering digunakan diantaranya; Jambu
biji, Pandan, pepaya, Binahung, Lidah buaya, Lidah mertua, Cocor bebek, Kaca
piring, Jengger Ayam, Bidara, Pacar air, dan Mangkokan Ketelah, Terong pipit dan
Ketepeng
c Tumbuhan yang jarang digunakan merupakan tumbuhan liar yang hidupnya tumbuh
subur ditempat terbuka namun ada tanaman yang hidup ditanam dihalaman rumah.
Tumbuhan jarang digunakan diantaranya; Jerangau, Lalang, Tapak dara, Mahkota
dewa, Mengkudu, Orang aring, Putri malu, Patah kemudi, Pegagan, brotowali,
Cengkodok, Samanerat, dan Tembora.
Bagian dan manfaat dari tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional di
Kampung Padang Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara. Bagian-bagian
tumbuhan yang digunakan sebagai obat diantaranya:
a Daun yang paling banyak digunakan dari 47 jenis tumbuhan sebanyak 33 jenis
karena daun merupakan jenis yang paling umum digunakan sebagai bahan baku
ramuan obat tradisional, memiliki banyak manfaat untuk penyembuhan dan bagian
yang paling mudah diolah oleh masyarakat.
b Rimpang yang digunakan dari 47 jenis tumbuhan sebanyak 6 jenis, rimpang
merupakan bagian tumbuhan obat berupa potongan-potongan atau irisan yang
digunakan dan diolah sebagai obat.

25
Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional Oleh Masyarakat Kampung Padang Kecamatan Sukamara
Kabupaten Sukamara

c Akar yang digunakan dari 47 jenis tumbuhan sebanyak 5 jenis yang merupakan
tumbuhan yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari jenis
tumbuhan yang umumnya berbatang lunak dan memiliki kandungan air yang tinggi.
d Buah yang digunakan dari 47 jenis tumbuhan sebanyak 5 jenis yang merupakan
tumbuhan yang sering dimanfaatkan. Buah yang digunakan adalah buah yang lunak
dan ada pula yang keras. Buah yang lunak akan menghasilkan hasil obat yang baik
dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda, khususnya bila buah masih dalam
keadaan segar.
e Batang yang digunakan dari 47 jenis tumbuhan sebanyak 4 jenis yang merupakan
tumbuhan sering dimanfaatkan untuk obat tradisional. Batang adalah salah satu
organ yang terdapat dalam tumbuhan dan merupakan sumbu bagi tumbuhan yang
bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional bagi masyarakat.
f Umbi yang digunakan dari 47 jenis tumbuhan sebanyak 4 jenis yang merupakan
tumbuhan yang sering dimanfaatkan berupa potongan rajangan umbi lapis, bentuk
ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari jenis tumbuhannya.
g Biji merupakan bagian yang sedikit digunakan dari 47 jenis sebanyak 1 jenis
tumbuhan yang merupakan tumbuhan yang jarang dimanfaatkan. Biji diambil dari
buah yang telah masak sehingga umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran biji pun
bermacam-macam tergantung dari jenis tumbuhan.
h Bunga merupakan bagian yang sedikit digunakan dari 47 jenis sebanyak 1 jenis saja
yang merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat. Bunga adalah suatu
hasil modifikasi dari daun yang sangat unik dan memiliki bentuk yang berbeda
karena itulah bunga bisa dimanfaatkan sebagai obat bahan obat maupun sebagai
parfum.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut jenis
tumbuhan yang terdapat di Kampung padang Kecamatan Sukamara Kabupaten
Sukamara, ada 47 jenis tumbuhan obat, diantaranya: Sering sekali digunakan 40,42%,
Sering 31,91%, dan jarang 27,65%. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dan paling
banyak digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Kampung padang
Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara diantaranya, yang paling banyak digunakan
daun (70,21%), rimpang (12,76%), akar (10,63%), buah (10,63%)batang (8,51%), umbi
(8,51%), sedangkan biji (2,12%), dan bunga (2,12%) merupakan bagian yang sedikit
digunakan.

DAFTAR RUJUKAN

Astria, Setia Budhi Dan Lolyta Sisillia. 2014. Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Pada
Masyarakat Dusun Semoncol Kecamatan Balai Kabupaten Sanggau. Fakultas
Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak.

26
Helmina. S,& Hidayah.Y / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.7 No.1 (2021) : 20 - 28

Dipta Haryono, Evy Wardenaar Dan Fathul Yusro. 2013. Kajian Etnobotani Tumbuhan
Obat Di Desa Mengkiang Kecamatan Sanggau Kapuas Kabupaten Sanggau.
Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Friska Rahma Syafitri, Sitawati dan Lilik Setyobudi. 2013. Kajian Etnobotani
Masyarakat Desa Berdasarkan Kebutuhan Hidup. Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Jawa Timur. Indonesia.

Iswandono, Elisa. 2015. Pengetahuan Etnobotani Suku Manggarai dan Implikasinya


Terhadap Pemanfaatan Tumbuhan Hutan di Pegunungan Ruteng. Nusa Tenggara
Timur.

Katno. 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan, dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. Diterbitkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan. Jawa
Tengah.

Leonardo, Fadillah H. Usman Dan Fathul Yusro. 2013. Kajian Etnobotani Tumbuhan
Obat Di Desa Sekabuk Kecamatan Sadaniang Kabupaten Pontianak. Fakultas
Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Masitah, Putri Dwi. Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Oleh Etnis Masyarakat Di
Dusun ArasNapal Kiri Dan Dusun Aras Napal Kanan Desa Bukit Mas
Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Proposal Penelitian. Fakultas Biologi.
Medan.

Permata, Heri. 2009. Tanaman Obat Tradisional. Penerbit Titian Ilmu. Bandung.

Rozak, Abdur. 2011. Studi Etnobotani Tumbuhan yang Berpotensi Sebagai Obat
Penyakit Dalam di Kecamatan Guluk-guluk Kabupaten Sumenep Madura.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Madura.

Suryadharma, IGP. 2008. Etnobotani. Diktat Kuliah Universitas Negeri Yogyakarta.


Yogyakarta.

Suparni, I. & Wulandari, A. (2012). Herbal Nusantara 1001 Ramuan Tradisional


Asli Indonesia. Yogyakarta.

Thoha, A. S. 2009. Kondisi Umum Aras Napaldan Pulau Sembilan. Lokasi Umum
Praktik. Diakses dari http://ptigah.wordpress.com/2009/06/02/kondisi-umum-
aras-napal-danpulau-sembilan/

Utami, P. & Puspaningtyas, D.E. 2013. The Miracle of Herbs. Agromedia Pustaka.
Jakarta.

27
Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Tradisional Oleh Masyarakat Kampung Padang Kecamatan Sukamara
Kabupaten Sukamara

Wibowo, Arif Prasetyo. 2015. Etnobotani Tumbuhan obat di Macon Wilangan


Kabupaten Ngajuk Sebagai Upaya Awal Konservasi Ex-situ. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara PGRI Kediri. Jawa Timur.

28
Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33
ISSN: 1693-8666
available at http://journal.uii.ac.id/index.php/JIF

Inventarytation of medicinal plants as a self-medication by the Tolaki,


Puundoho village, North Kolaka regency, Southeast Sulawesi

Inventarisasi tumbuhan obat sebagai upaya swamedikasi oleh masyarakat


Suku Tolaki Desa Puundoho, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara

Hasria Alang*, Hastuti, Muhammad Sri Yusal

Jurusan Biologi, STKIP-Pembangunan Indonesia, Makassar


*Corresponding author: [email protected]

Abstract

Background: Traditional medicine knowledge is one of the local wisdoms and is passed down from
generation to generation. Traditional medicine needs to be preserved in order to maintain the continuity of
this knowledge; besides that, it requires a balance between modern medicine and herbal medicine. Herbal
medicine is easy to obtain in the surrounding environment, at affordable prices and guarantees the safety of
medicinal chemicals that are harmful to the body. The use of drugs for a long period of time is a habit that is
harmful to the body organs because they contain certain chemical compounds that are not safe for human
vital organs, so it is necessary to make an inventory effort by digging up information from traditional healers.
This research is expected to make a significant contribution so that the role of herbal plants can be
maintained and developed in the future.
Objective: to inventory the plant species which useful as traditional medicines used by traditional healers
of the Tolaki tribe in Puundoho village.
Method: The method used in this research is a qualitative exploration, through an emic approach or a
community and ethical perspective supported by scientific literature. The use of qualitative methods in this
study is intended to describe people's knowledge
Results: The interview results with three traditional healers (mbu'wai) in Puundoho village about plants
that can be used as traditional medicines. It can be found on the side of the road, garden and yard. The part
of the plant used is the whole plant or part of the plant such as roots, stems, or leaves. The method to blend
it is boiled or mashed. The use of traditional medicines is applied orally or topically.
Conclusion: The types of traditional medicinal plants used by the Tolaki tribe in Puundoho village can be
obtained from yards, gardens, and roadsides including sidaguri, ciplukan, jeringan, bangle, purslane,
bandotan, boborongan, turi, meniran, banjar berrywit, mesoyi, ketepeng, guava, ginger, kencur, blechnum
nails and ketepeng
Keywords: Herbal medicine, inventarytation, medicinal plants, traditional medicine

Intisari

Latar belakang: Pengetahuan pengobatan tradisional merupakan salah satu kearifan lokal dan diperoleh
secara turun-temurun dari generasi kegenerasi selanjutnya. Pengobatan tradisional perlu dilestarikan
untuk menjaga keberlangsungan pengetahuan tersebut, selain itu diperlukan suatu keseimbangan antara
pengobatan modern dengan pengobatan herbal. Pengobatan herbal mudah diperoleh di lingkungan
sekitarnya, harga terjangkau, dan jaminan keamanan dari bahan kimia obat yang berbahaya bagi tubuh.
Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama adalah kebiasaan yang berbahaya bagi organ tubuh karena
mengandung senyawa kimia tertentu yang tidak aman bagi organ vital manusia sehingga perlu dilakukan
upaya inventarisasi dengan cara menggali informasi dari para penyehat tradisional. Penelitian ini
diharapkan akan memberikan kontribusi yang signifikan, sehingga peran tanaman herbal dapat terus
terjaga dan dikembangkan di waktu mendatang.
Tujuan: Menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat tradisional yang digunakan
oleh penyehat tradisional suku Tolaki di Desa Puundoho.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplorasi yang bersifat kualitatif, melalui
pendekatan emik atau perspektif masyarakat dan etik yang didukung literatur ilmiah. Penggunaan metode
kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan pengetahuan masyarakat
Hasil: Hasil wawancara dengan tiga penyehat tradisional (mbu’wai) yang ada di Desa Puundoho tentang
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional dapat ditemukan di tepi jalan, kebun dan

19
20 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

pekarangan. Bagian tanaman yang digunakan adalah keseluruhan bagian tanaman atau sebagian tanaman
seperti akar, batang atau daun. Cara meramunya yaitu direbus atau dihaluskan. Penggunaan obat tradisional
tersebut dilakukan secara cara oral atau topikal.
Kesimpulan: Jenis tanaman obat tradisional yang digunakan oleh suku Tolaki di desa Puundoho dapat
diperoleh dari pekarangan, kebun, dan pinggir jalan diantaranya sidaguri, ciplukan, jeringan, bangle, krokot,
bandotan, boborongan, turi, meniran, rumput beriwit banjar, mesoyi, ketepeng, jambu air, jahe, kencur, paku
blechnum dan ketepeng.
Kata kunci: Inventarisasi, obat herbal, pengobatan tradisional, tanaman obat

1. Pendahuluan

Sejak zaman prasejarah, manusia telah menggunakan produk herbal yang berasal dari
tanaman untuk pengobatan penyakit dan berbagai keperluan lain yang berhubungan dengan
kesehatan manusia (Yuan et al., 2016). Informasi tentang tanaman obat sejak dahulu kala
diturunkan dari generasi ke generasi (Jamshidi-Kia et al., 2018). Pengetahuan pemanfaatan
tumbuhan dalam pengobatan tradisonal oleh masyarakat Indonesia diwariskan dari nenek
moyangnya pada sebuah keluarga sehingga menjadi kebiasaan yang tetap bertahan (Rahim,
2013). Tumbuhan sebagai tanaman obat tradisional termasuk rempah, buah, sayur dan juga
tumbuhan liar. Tingginya kekayaan alam Indonesia serta komunitas atau etnis suku yang
beragam, memunculkan berbagai pengetahuan tentang lingkungan alam. Beberapa manfaat
tanaman tersebut telah didapatkan melalui berdasar pengetahuan tentang lingkungan alam,
termasuk pemanfaatan bahan alam untuk meningkatkan derajat kesehatan. Tiap suku atau etnis
di Indonesia memiliki pengetahuan yang berbeda dalam pemanfaatan bahan alam sebagai sumber
obat-obatan. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan tempat tinggal, adat ataupun tata-cara dan
perilaku. Menggali pengetahuan masyarakat tradisional (indigenous knowledge) adalah salah satu
langkah awal untuk mengetahui tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Windadri et al. (2006)
menyatakan bahwa tradisi pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional telah dibuktikan
secara ilmiah, namun masih banyak yang belum disebarluaskan melalui publikasi.
Suku Tolaki merupakan salah satu komunitas di Propinsi Sulawesi Tenggara yang
mendiami beberapa daerah pedesaan, termasuk Desa Puundoho. Nilai kearifan lokal yang berasal
dari alam dan lingkungan sekitar menjadi ciri khas komunitas suku tersebut. Salah satu bentuk
dan kearifan lokal komunitas tersebut adalah penggunaan obat-obatan tradisional berbahan alam
atau tumbuhan sekitar. Namun, pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat ini
cenderung hanya diketahui oleh kelompok tertentu seperti penyehat tradisional, sehingga tidak
semua anggota masyarakat atau anggota suku mengetahuinya. Seiring dengan perkembangan
zaman dan modernisasi, berubahnya ekosistem tempat mereka hidup, perubahan lingkungan dan
arus lalu lintas, komunikasi dan informasi dari luar, serta pola hidup yang serba instan
menyebabkan nilai-nilai budaya yang selama ini tumbuh dan berkembang di masyarakat ikut
berkembang, namun di sisi lain pengetahuan pemanfaatan dan cara meramu tumbuhan obat
mulai mengalami pergeseran minat dari kalangan generasi muda akibat adanya penggunaan obat
21 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

secara modern dan bersifat instant (Wijayakusuma, 2000), sehingga kearifan lokal terkait
pemanfaatan bahan alam dalam pengobatan penyakit terancam akan hilang. Pengobatan
penyakit yang berbahan alam perlu dilakukan guna meningkatkan derajat kesehatan untuk
mendukung animo masyarakat “back to nature” yang kini juga digemari bahkan oleh bangsa barat
(Setyowati & Wardah, 2007). Kuntorini (2005) menyatakan bahwa penelitian mengenai
inventarisasi tanaman sebagai obat tradisional telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu. Rahayu & Rugayah (2007) melakukan inventarisasi pada masyarakat lokal pulau
Wawonii Sulawesi Tenggara, Indrawati et al. (2015) pada masyarakat di Kelurahan Lipu
Kecamatan Betoambari Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara, Hasanah et al. (2016) di Desa
Lapandewa Kaindea kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton Selatan, dan Slamet & Andarias
(2018) pada Sub Etnis Wolio Kota Baubau Sulawesi Tenggara.
Survei etnobotani tentang tumbuhan yang berperan sebagai obat tradisional pada
masyarakat suku Tolaki Kolaka Utara belum pernah dilaporkan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
menginventarisasi jenis-jenis tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat tradisional yang
digunakan oleh penyehat tradisional suku Tolaki di Desa Puundoho. Inventarisasi ini diharapkan
dapat menambah khazanah pengetahuan bagi para peneliti yang ingin mengembangkan riset
tentang peran tanaman herbal sehingga obat tradisional dapat dikembangkan bagi kesehatan
masyarakat di waktu mendatang. Selain itu dengan adanya inventarisasi ini diharapkan agar
pengetahuan pengobatan tradisional dapat terus disebarluaskan dan diketahui oleh generasi-
generasi berikutnya.

2. Metode

2.1 Waktu dan tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2020 di Desa Puundoho, Kecamatan
pakue Utara, Kabupaten Kolaka Utara, Propinsi Sulawesi Tenggara.
2.2 Teknik pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplorasi yang bersifat kualitatif,
melalui pendekatan emik atau perspektif masyarakat dan etik yang didukung literatur ilmiah.
Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan
pengetahuan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan
identifikasi. Observasi dilakukan dengan mengamati jenis tumbuhan yang ada dilapangan
kemudian mendokumentasikan jenis tumbuhan yang ditemukan berdasarkan rekomendasi dari
responden yang membantu menunjukkan tumbuhan yang dicari secara langsung. Wawancara
dilakukan kepada penyehat tradisional (mbu’uwai) suku Tolaki di Desa Puundoho. Identifikasi
nama ilmiah jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional yang mengacu pada buku
22 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan dan buku Flora (Tjitrosoepomo, 2005). Analisis data
dilakukan secara deskriptif.

3. Hasil dan pembahasan

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang mengandung bahan untuk pengobatan.


Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat-obatan oleh suatu adat suku bangsa disebut etnomedis yang
meliputi keseluruhan bagian tumbuhan, atau sebagian tubuh tumbuhan seperti daun, bunga,
buah, biji, batang, kulit, akar atau rimpang. Hal ini dikarenakan adanya bahan aktif (fitokimia)
yang terkandung dalam suatu tanaman yang memiliki aktivitas farmakologi (aktivitas sebagai
obat), diantaranya antioksidan, analgesik (penghilang rasa nyeri), antipiretik (menurunkan suhu
tubuh), antinflamasi (anti-radang), antitusif (anti-batuk). Selanjutnya hasil wawancara dengan
tiga penyehat tradisional (mbu’wai) yang ada di Desa Puundoho tentang tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai obat tradisional selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan masyarakat suku Tolaki

No Nama Lokal Nama Umum Nama Ilmiah


1 Tamiau Ciplukan Physalis angulata
2 Solumba Sidaguri Sida rhombifolia
3 Daria Jeringau Acorus calamus
4 Panini Bangle Zingiber cassumunar
5 Tagurisa Krokot Portulaca oleracea
6 Tawa Bembe Bandotan Ageratum conyzoides
7 Tahusosangia Boborongan Hyptis brevis
8 Taluma Turi Sesbania grandiflora
9 Ocempa’ Meniran Phyllanthus urinaria
10 Bulandia Rumput beriwit Paspalum conjugatum
11 Adinge Massoyi Cryptocarya massoia
12 Tawa sabandara Ketepeng Senna alata
13 Tawa dambu Jambu air Psidium guajava
14 Lo’io Jahe Zingiber officinale
15 O’kudu Kencur Kaempferia galanga
16 O’bite Daun sirih Piper betle
17 Taluede Paku Blechnum Blechnum sp

Jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh suku Tolaki
merupakan tumbuhan budidaya dan non budidaya. Tumbuhan ini mudah ditemukan
dipekarangan, pinggir jalan dan kebun (Tabel 2). Hasil penelitian Hasanah et al. (2016) terlihat
bahwa masyarakat di Lapandewa Kaindea Buton Selatan juga memperoleh tumbuhan dari
pekarangan atau kebun bahkan hutan yang digunakan sebagai tumbuhan obat. Hal ini sesuai
dengan Sofian et al. (2013) yang menyatakan bahwa pekarangan merupakan awal pemanfaatan
sumberdaya alam yang berpotensi terutama sebagai obat, dan sebagai pencegahan dan
pengobatan pertama bagi keluarga.
23 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

Tabel 2. Jenis tumbuhan berkhasiat obat tradisional yang ditemukan di Desa Puundoho
beserta tempat tumbuhnya
No Family Nama Umum Tempat tumbuh Keterangan
1 Solanaceae Ciplukan Kebun dan pinggir jalan Non budidaya
2 Malvaceae Sidaguri Kebun dan pinggir jalan Non budidaya
3 Acoraceae Jeringau Kebun dan pekarangan Budidaya
4 Zingiberaceae Bangle Kebun dan pekarangan Budidaya
5 Portulacaceae Krokot Pekarangan, pinggir jalan dan kebun Non budidaya
6 Asteraceae Bandotan Pekarangan, pinggir jalan dan kebun Non budidaya
7 Lamiaceae Boborongan Pekarangan, pinggir jalan dan kebun Non budidaya
8 Fabaceae Turi Kebun, pekarangan Budidaya
9 Euphorbiaceae Meniran Pekarangan, pinggir jalan dan kebun Non budidaya
10 Anthocerotaceae Rumput beriwit Pekarangan, pinggir jalan dan kebun Non budidaya
banjar
11 Lauraceae Massoyi Kebun dan hutan Budidaya
12 Fabaceae Ketepeng Pinggir jalan dan kebun Non budidaya
13 Myrtaceae Jambu air Pekarangan dan kebun Budidaya
14 Zingiberaceae Jahe Pekarangan dan kebun Budidaya
15 Zingiberaceae Kencur Pekarangan dan kebun Budidaya
16 Piperaceae Daun sirih Pekarangan dan kebun Budidaya
17 Blechnaceae Paku Blechnum Kebun dan hutan Non budidaya

Organ atau bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan adalah keseluruhan
tanaman, atau sebagian misalnya daun, batang dan rimpang. Hal ini sesuai dengan penelitian
Indrawati et al. (2015), Qamariah et al. (2018) dan Yowa et al. (2019) yang menyatakan bahwa
bagian tanaman yang digunakan sebagai obat yaitu daun, batang, kulit batang, bunga, buah, biji,
umbi, getah, rimpang dan akar yang pengolahannya dilakukan dengan cara ditumbuk, direbus,
diremas, dilayukan, dipanggang, diseduh, diparut dan ditempel atau dibalur. Hal ini dikarenakan
tiap organ yang dimiliki oleh suatu tumbuhan memiliki kandungan senyawa kimia yang berbeda
sehingga khasiatnya pun berbeda-beda (Pei et al., 2009). Dosis penggunaan obat radisional oleh
suku Tolaki juga memakai ukuran sederhana seperti segenggam, helai, dan ukuran ruas jari
seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Organ tumbuhan, cara meramu dan khasiat obat tradisional oleh masyarakat Desa Puundoho
No Bahasa lokal Organ Khasiat Cara meramu Cara penggunaan
tanaman
yang
digunakan
1 Tamiau Seluruh Mengobati Untuk mengobati Air rebusan
organ kolesterol, kolesterol dan gondok tersebut diminum
Tanaman sakit perut, beracun dengan cara
gondok keseluruhan tanaman
beracun di rebus dengan tiga
gelas air, hingga tersisa
satu gelas

Untuk mengobatai
sakit perut dengan cara
merebus segenggam
daun tanaman tersebut
dengan tiga gelas air
24 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

No Bahasa lokal Organ Khasiat Cara meramu Cara penggunaan


tanaman
yang
digunakan
hingga tersisa satu
gelas

2 Solumba Bunga Mengobati Untuk mengobati bisul Ditempelkan pada


bisul (yang dilakukan dengan cara permukaan bisul
tidak meletus) mengambil bagian
dan buang air bunga tanaman
besar darah tersebut, selanjutnya
bunga tersebut
diremas dan

Untuk mengobati BAB Air remasan


berdarah dilaukan diminum
dengan cara
mengambil segenggam
daun tanaman tersebut
dan diremas dengan
satu suing bawang
merah hingga lunak
dan berair

3 Daria Rimpang Mengobati Caranya dengan Ditempelkan pada


sakit perut mengambil satu ruas perut yang sakit
rimpang tanaman
tersebut, selanjutnya
dihaluskan

4 Panini Rimpang Mengobati Untuk mengobati sakit Ditempelkan pada


sakit perut, bab perut, bab berdarah perut yang sakit,
berdarah dan dan demam dilakukan dan untuk demam
demam dengan cara dilakukan dengan
mengambil satu ruas cara menempelkan
rimpang tanaman pada jidat
tersebut, selanjutnya
dihaluskan Untuk mengobati
bab berdarah
dengan cara
setelah tanaman
tersebut halus,
selanjutnya
diperas dan air
perasan tersebut
selanjunya
diminum

5 Tagurisa Seluruh Memudahkan Seganggam tanaman Dioleskan pada


bagian persalinan dan tersebut diremas perut ibu yang
tanaman mengobati menjelang
penyakit Merebus keseluruhan melahirkan
jantung akar, batang dan daun
tanaman dengan tiga Meminum air
gelas air hingga tersisa rebusan tanaman
satu gelas krokot tersebut
25 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

No Bahasa lokal Organ Khasiat Cara meramu Cara penggunaan


tanaman
yang
digunakan
6 Tawa Bembe Daun Untuk Meremas segenggam Ditempelkan/dibal
mencegah daun tersebut hingga ur pada luka
pendarahan lunak dan berair
pada luka
7 Tahusosangia Daun Untuk Mengambil segenggam Meminum air
menghilangkan daun tanaman rebusan tanaman
bau amis pada tersebut, kemudian tersebut
darah haid direbus dengan tiga
gelas air hingga tersisa
satu gelas

8 Taluma Daun Untuk luka Untuk luka dalam Meminum air


dalam dan dengan cara rebusan tanaman
panas dalam mengambil segenggam tersebut
pada daun tanaman
anak/balita tersebut, kemudian
direbus dengan tiga
gelas air hingga tersisa
satu gelas
Dicampur dengan
Mengambil segenggam sedikit air hingga
daun tanaman membentuk krim,
tersebut, kemudian kemudian
dihaluskan dengan dibalurkan pada
segenggam beras. seluruh tubuh
Ditumbuk hingga halus anak/balita

9 Ocempa’ Seluruh Mengobati Mengambil Air rebusan


bagian infeksi saluran keseluruhan bagian tersebut diminum
tanaman kemih tanaman, Direbus
dengan tiga gelas air
hingga tersisa satu
gelas

10 Bulandia Rumput Untuk Meremas segenggam Ditempelkan/


dawit mencegah daun tersebut hingga dibalur pada luka
banjar pendarahan lunak dan berair
pada luka

11 Adinge Kulit batang Untuk luka Mengambil kulit batang Ditempelkan/


(borok) tanaman tersebut dibalur pada luka
sebanyak dua ruas jari, borok
kemudian dihaluskan
dengan segenggam
beras. Campur sedikit
air hingga membentuk
krim

12 Tawa Daun Mengobati Mengambil segenggam Digosokkan pada


sabandara panu dan daun tanaman kulit yang
kurap tersebut, kemudian terinfeksi oleh
diremas jamur
26 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

No Bahasa lokal Organ Khasiat Cara meramu Cara penggunaan


tanaman
yang
digunakan
13 Tawa dambu Daun Mengobati Mengambil segenggam Meminum air
sakit perut daun muda tanaman rebusan daun
(diare) tersebut, selanjutnya tersebut
direbus dengan tiga
gelas air hingga tersisa
satu gelas

14 Lo’io Rimpang Mengobati Mengambil satu ruas Meminum air


infeksi jari, kemudian diiris rebusan tersebut
tenggorokan tipis dan direbus
dan masuk dengan tiga gelas air
angin hingga tersisa satu
gelas
15 O’kudu Rimpang Mengobati 1. Mengambil satu Air rebusan
infeksi ruas jari, kemudian tersebut diminum
tenggorokan diiris tipis dan selagi hangat
dan dan sakit direbus dengan
kepala tiga gelas air Ditempelkan
hingga tersisa satu dibagian kepala
gelas (jidat)

2. Mengambil satu
ruas jari kencur,
kemudian
dihaluskan

16 O’bite Daun Sebagai Merebus segenggam Air rebusan


antiseptik pada daun tanaman digunakan obat
wanita tersebut. cebok
17 Taluede Daun Mengobati Bagian daun tanaman Usapkan dikepala
darah putih diremas hingga berarir
yang tinggi
pada ibu hamil

Sebagian besar sumber pengetahuan masyarakat (emik) dari suku Tolaki tentang tanaman
yang digunakan sebagai obat juga telah didukung oleh data ilmiah dan sains (etik). Kesesuaian
emik dan etik ini membawa manfaat sehingga sangat potensial dikembangkan sebagai obat herbal
dimasa yang akan datang. Umumnya tanaman herbal dari golongan Zingiberaceae, telah
memberikan banyak sumbangsih dalam dunia pengobatan tradisional (Mackinnon et al., 2000).
Meliki et al. (2013) menyatakan famili Zingiberaceae banyak dijadikan sebagai bahan obat oleh
Suku Dayak. Begitupun dengan Suku Tolaki di Desa Puundoho Kolaka Utara, beberapa contoh
Zingiberaceae yang digunakan oleh Suku Tolaki di tempat tersebut diantaranya jahe, kencur dan
bangle.
Suku Tolaki pada daerah tersebut secara empiris telah menggunakan Jahe sebagai obat
pada radang tenggorokan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tima et al. (2020)
pada Masyarakat di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur. Hasil
27 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

penelitian tersebut menyebutkan bahwa jahe digunakan sebagai obat luar dan mengobati sakit
tenggorokan. Winarti & Nurdjanah (2005) menyatakan kandungan gingerol yang terdapat dalam
rimpang jahe memiliki aktivtas antioksidan. Samsudin et al. (2016) juga menyatakan bahwa jahe
mengandung senyawa saponin, flavonoid, polifenol dan minya atsiri yang dapat digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri pada penderita gout artritis. Kencur pada komunitas ini digunakan untuk
mengobati infeksi tenggorokan dan sakit kepala. Larasati et al. (2019) menyatakan bahwa
golongan Zingiberaceae seperti pada kencur, memiliki kandungan senyawa flavonoid, saponin,
polifenol dan minyak atsiri yang memiliki aktivitas antibakeri. Hasil penelitian Fajeriyati & Andika
(2017) menyebutkan bahwa ekstrak etanol rimpang kencur dapat menghambat pertumbuhan
Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Rostiana & Effendi (2007) juga menyatakan bahwa kencur
dapat menambah nafsu makan, ekspektoran, obat batuk, disentri, tonikum, infeksi bakteri, masuk
angin, dan sakit perut. Bangle digunakan untuk mengobati sakit perut, diare berdarah dan demam.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan peneliatan Iswantini et al. (2011), Marliani (2012) dan
Wulansari et al. (2016), yang menyebutkan bahwa bangle mengandung senyawa saponin,
flavonoid, minyak atsiri, alkaloid, tanin, dan glikosida yang dapat menghambat pertumbuhan
bakeri, laksatif, antioksidan, dan mampu menghambat lipase pankreas.
Simplisia yang digunakan sebagai obat tradisional oleh suku Tolaki mayoritas berasal dari
daun. Hal ini menandakan bahwa kearifan lokal masyarakat Suku Tolaki dapat dijelaskan secara
ilmiah. Daun adalah bagian yang paling mudah diperoleh dari suatu tumbuhan dan sering
digunakan dalam pengobatan (Karmilasanti & Supartini, 2011). Santoso & Hariyadi (2008)
menyatakan bahwa daun pada umumnya bertekstur lunak sebab mempunyai kandungan air yang
tinggi, merupakan tempat fotosintesis, sehingga mengandung berbagai zat organik atau metabolit
sekunder berupa alkaloid, flavonoid, saponin dan terpenoid yang sangat potensial digunakan
sebagai sumber obat-obatan. Meskipun daun adalah tempat fotosintesis, tetapi daun memiliki
regenerasi yang tinggi, sehingga tidak berdampak besar terhadap keberlangsungan hidup suatu
tumbuhan, berbeda jika pemanfaatan tumbuhan adalah akar dan batangnya. Dikhawatirkan dapat
mengganggu keberlangsungan dan regenerasi tumbuhan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun Suku Tolaki di daerah ini banyak menggunakan tanaman dalam kehidupan, misalnya
sebagai obat-obatan, namun kearifan lokal suku ini sangat menjunjung nilai atau budaya
konservasi.
Beberapa contoh tumbuhan obat suku Tolaki yang berbahan daun yaitu daun jambu biji,
daun sirih dan daun bandotan. Hasil penelitian Rizal & Sustriana (2019) di Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan terlihat bahwa masyarakat juga memanfaatkan sirih, jambu biji
sebagai bahan obat-obatan. Masyarakat Suku Tolaki menggunakan daun jambu biji sebagai obat
sakit perut. Hal ini sesuai dengan Tannaz et al. (2014) & Fratiwi (2015) yang menyatakan tanaman
jambu biji, terutama bagian daun memiliki efektivitas yang lebih tinggi sebagai antidiare
28 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

dikarenakan tanaman ini mengandung tanin, flavonoid, alkoloid dan minyak atsiri yang dapat
menghilangkan rasa sakit di perut. Penggunaan daun sirih sebagai antiseptik pada wanita oleh
Suku Tolaki juga sesuai dengan hasil penelitian (Supratiknyo, 2015). Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa rebusan daun sirih dapat digunakan untuk mengobati keputihan patologis.
Manek et al. (2019) juga menyebutkan sirih dapat digunakan untuk mengobati keputihan pada
masyarakat Desa Lookeu Kecamatan Tasifeto Barat Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur. Sirih
dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit antara lain mengobati diare, mengobati
sakit gigi, mimisan, dan mengatasi keputihan dan masalah kesehatan wanita lainnya sirih
mengandung senyawa bioaktif antara lain metil eugenol, sineol, estragol, karvakrol, tanin,
alkaloid, flavonoid, antrakuinon dan komponen steroid (Suarsana et al., 2015). Suku Tolaki
menggunakan daun bandotan untuk mencegah pendarahan karena luka. Hal ini sejalan dengan
penelitian Amadi et al. (2012) yang menyatakan bahwa kandungan alkaloid dan flavonoid
terakumulasi pada daun bandotan dapat meningkatan proliferasi seluler pada lokasi luka yang
disebabkan oleh sintesis kolagen yang mengalami pengendapan, dengan cara regenerasi dermal
dan epidermal dini, memiliki efek positif terhadap proliferasi seluler, pembentukan jaringan
granular dan epitelisasi.
Selain berbahan daun, simplisia yang digunakan suku Tolaki juga dapat berasal dari
keseluruhan tumbuhan, misalnya tumbuhan ciplukan, dan krokot. Suku Tolaki menggunakan
tanaman ciplukan untuk mengobati kolesterol, sakit perut, gondok beracun. Hal ini sesuai dengan
penelitian Krishna et al. (2013) yang menyatakan bahwa ciplukan memiliki aktivitas sebagai
antioksidan, antiartritis dan antiinflamasi, dan imunomodulator. Hal ini dikarenakan ciplukan
mengandung senyawa flavonoid, yang berpotensi sebagai antioksidan pada pertumbuhan tumor
sehingga dapat meningkatkan respon imun. Suku Tolaki menggunakan krokot untuk penyakit
jantung. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa krokot berperan untuk menurunkan
total kolesterol, trigliserida, LDL (low densitiy lipoprotein) dan meningkatkan HDL (high density
lipoprotein). Masyarakat Suku Tolaki menggunakan meniran untuk mengobati infeksi saluran
kemih. Penelitian Tambunan et al. (2019) menyatakan bahwa kandungan senyawa kimia yang
terdapat pada herba meniran antara lain saponin, flavonoid, polifenol, filantin, hipofilantin, dan
garam kalium. Senyawa-senyawa tersebut saling berinteraksi sehingga dapat meningkatkan
aktivitas antioksidannya.
Suku Tolaki menggunakan kulit batang mesoyi untuk menyembuhkan luka. Hal ini sesuai
dengan penelitian Prasetyo et al. (2019) yang menyatakan bahwa minyak atsiri mesoyi yang
diperoleh dari kulit batang terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans. Masyarakat suku Tolaki menggunakan sidaguri untuk mengobati bisul dan buang air
besar yang disertai darah. Syafrullah (2015) menyatakan bahwa sidaguri memiliki kandungan
flavonoid, alkaloid dan leuokoantosionidan. Sidaguri oleh masyarakat Suku Muna di permukiman
29 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

Kota Wuna digunakan sebagai ramuan setelah melahirkan. Ramuan tersebut berkhasiat untuk
membersihkan darah kotor, memulihkan tenaga dan mengencangkan kembali bagian tubuh yang
kendor setelah melahirkan (Jumiarni & Komalasari, 2017). Jeringau oleh masyarakat suku Tolaki
digunakan untuk mengobati sakit perut (diare). Penelitian dari Widyastuti et al. (2019) pada suku
Devayan di Aceh menyebutkan bahwa Jeringau dapat digunakan untuk mengobati diare, batuk,
demam/panas, HIV/AIDS, perawatan pra/pasca melahirkan, sakit kepala, dan tumor/kanker. Hal
ini dikarenakan rimpang Jeringau memiliki kandungan zat aktif yaitu β-asaron, α-asaron,
seskuiterpen, β-daucosterol, triterpenoid, dan polisakarida larut air (Nandakumar et al., 2012).
Tanaman turi digunakan oleh masyarakat suku Tolaki untuk mengobati panas dalam. Hal
ini dimungkinkan karena tanaman turi mengandung senyawa kimia berupa arginin, sistein,
histidin, isoleusin, fenilalanin, triptofan, valin, treonin, alanine, aspargin, asam aspartat, saponin,
asam oleat, galaktosa, ramnosa, asam glukoronat, flavonoid, dan kaemferol yang mempengaruhi
aktivitas tersebut (Bhoumik et al., 2016).
Masyarakat suku Tolaki menggunakan boborongan untuk menghilangkan bau amis pada
haid. Hal ini sesuai dengan penelitian Falah et al. (2013) pada masyarakat disekitar hutan lindung
Gunung Beratus Kalimantan Timur. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa tanaman
boborongan digunakan untuk pengobatan pasca persalinan dan penghilang bau amis darah (Falah
et al., 2013). Hal ini dikarenakan tanaman tersebut mengandung minyak esensial seperti
germacrene D (13,54%), caryophyllene (12,31%), phthalamide doxime (9,47%), caryophyllene
oxide (8,87%), ℘-elemene (7,18%), caryophyllene (4,83%), carotol (3,83%), juniper camphor
(3,70%), ledol (3,08%), ℘-eudesmol (2,50%) dan lain-lain yang berperan sebagi obat (Bhuiyan et
al., 2010).
Rumput banjan/beriwit oleh masyarakat Suku Tolaki digunakan untuk mencegah
pendarahan pada luka. Hal ini sesuai dengan penelitian Noorcahyati (2012) pada masyarakat
etnis asli Kalimantan. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa rumput banjan/beriwit
dapat digunakan untuk mengobati luka terbuka. Hal ini dikarenakan tanaman tersebut
mengandung glikosida, saponin, steroid, flavonoid, tannin, alkaloid dan triterpenoid. Khasiat
glikosida dalam rumput banjan antara lain menunjukkan aktivitas terapetik seperti aktivitas anti
inflamasi, aktivitas antioksidan, antivitas antidiabetik, antibakteri, antivirus, anti kanker, anti
tumor dan aktivitas biologis lainnya (Garduque et al., 2019).
Masyarakat Suku Tolaki menggunakan paku blechnum (Brachnum orientale) untuk
membantu menurunkan kadar darah putih yang tinggi pada ibu hamil. Hal ini sesuai dengan
penelitian Nikmatullah et al. (2020) yang menyebutkan bahwa paku brachnum dapat digunakan
untuk mengobati penyakit bisul, cacingan, diare, gangguan saluran kemih, kebingungan akut
(igauan), kontrasepsi alami, kulit gatal, luka, leukemia, maag, sakit kepala, sakit telinga, sakit perut
dan tifus. Kandungan senyawa kimia pada paku blechnum yaitu blechnic acid, 8-epiblechnic acid,
30 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

brainic acid, 22-dehydrocampesterol, 24-alpha-ethyl- cholest-5-en-3-beta-ol, 24-alphaethyl-methyl-


cholest-5- en-3-beta-ol, 24-beta-methyl-cholest-5-en-3-beta-ol, 24- alpha-cholest-5 dan 22-dien-3-
beta-ol. Paku blechnum menunjukkan beberapa aktivitas farmakologi antara lain aktivitas
antioksidan, antidiabetik dan antimikroba (Kumar et al., 2015).

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman obat
tradisional yang digunakan oleh Suku Tolaki di desa Puundoho dapat diperoleh dari pekarangan,
kebun, dan pinggir jalan diantaranya sidaguri, ciplukan, jeringan, bangle, krokot, bandotan,
boborongan, turi, meniran, rumput beriwit banjar, mesoyi, ketepeng, jambu air, jahe, kencur, paku
blechnum dan ketepeng. Akan tetapi, kemungkinan masih ada jenis tumbuhan lain yang berperan
sebagai obat dan belum terekspos.

Ucapan terimakasih

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Samsir Sabar selaku Kepala Desa Puundoho yang
telah memberi ijin pelaksaaan penelitian serta penyehat tradisional suku Tolaki yang telah
membantu jalannya penelitian ini.

Daftar pustaka

Van-Steenis, C. G. G. J. (2005). Flora. Jakarta: Pradnya Paramita.


Amadi, B. A., Duru, M. K. C., & Agomuo, E. N. (2012). Chemical profilesof leaf, stem, root and flower
of Ageratum conyzoides. Asian Journal of Plant Science, 2(4), 428-432.
Bhoumik, D., Berhe, A. H., & Mallik, A. (2016). Evaluation of gastric anti-ulcer potency of ethanolic
extract of Sesbania grandiflora Linn leaves in experimental animals. American Journal of
Phytomedicine Clinical Therapeutics, 4(6), 174-182.
Bhuiyan, M. N. I., Begum, J., & Nandi, N. C. (2010). Chemical component studies on the leaf and
inflorescence essential oil of Hyptis brevipes (Poit.). Journal of Medicinal Plants Research,
4(20), 2128-2131.
Fajeriyati, N., & Andika, A. J. J. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.) pada Bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Journal of Current
Pharmaceutical Sciences, 1(1), 36-41.
Falah, F., Sayektiningsih, T., & Noorcahyati, N. (2013). Keragaman jenis dan pemanfaatan tumbuhan
berkhasiat obat oleh masyarakat sekitar Hutan Lindung Gunung Beratus, Kalimantan Timur.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Al, 10(1), 1-18.
Fratiwi, Y. (2015). The potential of guava leaf (Psidium guajava L.) for diarrhea. Jurnal Majority,
4(1), 113-118.
Garduque, D. A., Mateo, K. R., & Oyinloye, S. M. (2019). Antimicrobial Efficacy of Carabao Grass
(Paspalum conjugatum) leaves on Staphylococcus aureus. Paper presented at the Abstract
Proceedings International Scholars Conference.
Hasanah, N., Sudrajat, H. W., & Damhuri, D. (2016). Etnobotani tumbuhan obat masyarakat Desa
Lapandewa Kaindea Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton Selatan. Jurnal AMPIBI, 1(1),
14-20.
31 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

Indrawati, I., Sabilu, Y., & Zainal, P. F. (2015). Keanekaragamaan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Tradisional Pada Masyarakat di Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari Kota Baubau
Provinsi Sulawesi Tenggara. BioWallacea, 2(1), 204-210.
Iswantini, D., Silitonga, R. F., Martatilofa, E., & Darusman, L. K. (2011). Zingiber cassumunar,
Guazuma ulmifolia, and Murraya paniculata extracts as antiobesity: in vitro inhibitory effect
on pancreatic lipase activity. Hayati Journal of Biosciences, 18(1), 6-10. doi:DOI:
10.4308/hjb.18.1.6
Jamshidi-Kia, F., Lorigooini, Z., & Amini-Khoei, H. (2018). Medicinal plants: Past history and future
perspective. Journal of herbmed pharmacology, 7(1), 1-7. doi:doi: 10.15171/jhp.2018.01
Jumiarni, W. O., & Komalasari, O. (2017). Eksplorasi jenis dan pemanfaatan tumbuhan obat pada
masyarakat Suku Muna di Permukiman Kota Wuna. Traditional Medicine Journal, 22(1), 45-
56.
Karmilasanti, K., & Supartini, S. (2011). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat dan
Pemanfaatannya di Kawasan Tane'olen Desa Setulang Malinau, Kalimantan Timur. Jurnal
Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 5(1), 23-38.
Krishna, T. M., Vadluri, R., & Kumar, E. M. (2013). In vitro determination of antioxidant activity of
Physalis angulata Lnn. International Journal of Pharmacy Bio Sciences, 4(3).
Kumar, D. G., Syafiq, A. M., Ruhaiyem, Y., & Shahnaz, M. (2015). Blechnum orientale Linn: An
important edible medicinal fern. International Journal of Pharmacognosy Phytochemical
Research, 7(4), 723-726.
Kuntorini, E. M. (2005). Botani ekonomi suku Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh
masyarakat di Kotamadya Banjarbaru. Jurnal Bioscientiae, 2(1), 25-36.
Larasati, A., Marmaini, M., & Kartika, T. (2019). Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat di Sekitar
Pekarangan di Kelurahan Sentosa. Jurnal Indobiosains, 1(2), 76-87.
Mackinnon, K., Hatta, G., Halim, H., & Mangalik, A. (2000). Seri Ekologi Indonesia, Buku III: Ekologi
Kalimantan. Jakarta: Prenhallindo.
Manek, M. N., Boro, T. L., & Ruma, M. T. L. (2019). Identifikasi Jenis-Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat
Di Desa Lookeu Kecamatan Tasifeto Barat Kabupaten Belu. Jurnal Biotropikal Sains, 16(1), 64-
77.
Marliani, L. (2012). Aktivitas antibakteri dan telaah senyawa komponen minyak atsiri rimpang
bangle (Zingiber cassumunar Roxb.). Prosiding SNaPP2012: Sains, Teknologi, dan Kesehatan,
3(1), 1-6.
Meliki, M., Linda, R., & Lovadi, I. (2013). Etnobotani Tumbuhan Obat oleh Suku Dayak Iban Desa
Tanjung Sari Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten Sintang. Jurnal Protobiont, 2(3), 129-
135.
Nandakumar, S., Menon, S., & Shailajan, S. (2012). A rapid HPLC‐ESI‐MS/MS method for
determination of β‐asarone, a potential anti‐epileptic agent, in plasma after oral
administration of Acorus calamus extract to rats. Biomedical Chromatography, 27(3), 318-
326. doi:DOI 10.1002/bmc.2794
Nikmatullah, M., Renjana, E., Muhaiman, M., & Rahayu, M. (2020). Potensi Tumbuhan Paku (Ferns
& Lycophytes) Yang Dikoleksi Di Kebun Raya Cibodas Sebagai Obat. Al-kauniyah: Jurnal
Biologi, 13(2), 278-287. doi:dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v13i2.16061
Noorcahyati, N. (2012). Tumbuhan Berkasiat Obat Etnis Asli Kalimantan. In.
Pei, S., Zhang, G., & Huai, H. (2009). Application of traditional knowledge in forest management:
Ethnobotanical indicators of sustainable forest use. Forest Ecology and Management, 257,
2017-2021. doi:doi:10.1016/j.foreco.2009.01.003
Prasetyo, Y. S. A., Sitepu, R., & Rollando, R. (2019). Uji Antimikroba Minyak Atsiri Mayosi (Massoia
aromatica) terhadap Bakteri Streptococcus mutans. Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 9(2), 132-
140.
Qamariah, N., Mulyani, E., & Dewi, N. (2018). Inventarisasi Tumbuhan Obat di Desa Pelangsian
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur. Borneo Journal of
Pharmacy, 1(1), 1-10.
Rahayu, M., & Rugayah, R. (2007). Pengetahuan Tradisional dan Pemanfaatan Tumbuhan oleh
Masyarakat Lokal Pulau Wawonii Sulawesi Tenggara Berita Biologi, 8(6), 489-499.
32 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

Rahim, N. (2013). Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat Obat yang Digunakan oleh Pengobat Tradisional
Suku Bajo di Desa Torosiaje. (1), Universitas Negeri Gorontalo, (431409046)
Rizal, S., & Sustriana, S. (2019). Inventarisasi dan Identifikasi Tanaman Bekhasiat Obat di
Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Indobiosains, 1(2), 50-62.
Rostiana, O., & Effendi, D. S. (2007). Teknologi Unggulan Kencur: Perbenihan dan Budidaya
Pendukung Varietas Unggul. In.
Samsudin, A. R. R., Kundre, R., & Onibala, F. (2016). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Memakai
Parutan Jahe Merah (Zingiber Officinale Roscoe Var Rubrum) Terhadap Penurunan Skala
Nyeri PadaPenderitaGout Artritis Di Desa Tateli Dua Kecamatan Mandolang Kabupeten
Minahasa. eJurnal Keperawatan, 4(1).
Santoso, B. B., & Hariyadi, H. (2008). Metode pengukuran luas daun jarak pagar (Jatropha curcas
L.). MAGROBIS-Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 8(1), 17-22.
Setyowati, F. M., & Wardah, W. (2007). Diversity of medicinal plant by Talang Mamak tribe in
surrounding of Bukit Tiga Puluh National Park, Riau. Biodiversitas, 8(3), 228-232.
Slamet, A., & Andarias, S. H. (2018). Studi Etnobotani dan Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat
ObatMasyarakat Sub Etnis Wolio Kota Baubau Sulawesi Tenggara. Paper presented at the
Proceeding Biology Education Conference.
Sofian, F. F., Supriyatna, S., & Moektiwardoyo, M. (2013). Peningkatan sikap positif masyarakat
dalam pemanfaatan tanaman obat pekarangan rumah di Desa Sukamaju dan Girijaya
Kabupaten Garut. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, 2(2), 107-117.
Suarsana, I. N., Kumbara, A. A. N. A., & Satriawan, I. K. (2015). Tanaman Obat Sembuhkan Penyakit
untuk Sehat. In (pp. 126 hlm).
Supratiknyo, S. (2015). Kecepatan Kesembuhan Keputihan Patologis dengan Intervensi Rebusan
Daun Sirih. Oksitosin, Kebidanan, 2(1), 41-48.
Syafrullah, S. C. (2015). Indonesian sidaguri (Sida rhombifolia L.) as antigout and inhibition kinetics
of flavonoids. Jurnal Majority, 4(1), 80-85.
Tambunan, R. M., Swandiny, G. F., & Zaidan, S. (2019). Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol
70% Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terstandar. Jurnal Ilmu Kefarmasian, 12(2), 60-
64.
Tannaz, J. B., Brijesh, S., & Daswani, P. G. (2014). Bactericidal effect of selected antidiarrhoeal
medicinal plants on intracellular heat-stable eterotoxinproducing Escherichia coli. Indian
Journal of Pharmaceutical Sciences, 76(3), 229-235.
Tima, M. T., Wahyuni, S., & Murdaningsih, M. (2020). Etnobotani Tanaman Obat di Kecamatan
Nangapanda Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur. Journal Penelitian Kehutanan FALOAK,
4(1), 23-38. doi:doi.org/10.20886/jpkf.2020.4.1
Tjitrosoepomo, G. (2005). Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan Cetakan ke-2. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Widyastuti, R., Ratnawati, G., & Saryanto, S. (2019). Penggunaan Tumbuhan Jerango (Acorus
Calamus) Untuk Pengobatan Berbagai Penyakit Pada Delapan Etnis Di Provinsi Aceh. Media
Konservasi, 24(1), 11-19.
Wijayakusuma, H. M. H. (2000). Potensi Tumbuhan Obat Asli Indonesia sebagai Produk Kesehatan.
Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, 25-31.
Winarti, C., & Nurdjanah, N. (2005). Peluang tanaman rempah dan obat sebagai sumber pangan
fungsional. Jurnal Litbang Pertanian, 24(2), 47-55.
Windadri, F. I., Rahayu, M., Uji, T., & Rustiami, H. (2006). Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat
oleh masyarakat lokal suku Muna di kecamatan Wakarumba, kabupaten Muna, Sulawesi
Utara. Biodiversitas, 7(4), 333-339.
Wulansari, E. D., Wahyuono, S., Marchaban, M., & Widyarini, s. (2016). Potential Bengle (Zingiber
cassumunar Roxb.) rhizomes for sunscreen and antioxidant compounds. International
Journal of PharmTech Research, 9(11), 72-77.
Yowa, M. K., Boro, T. L. B., & Danong, M. T. (2019). Inventarisasi Jenis-jenis Tumbuhan Berkhasiat
Obat Tradisional di Desa Umbu Langang Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat Kabupaten
Sumba Tengah. Jurnal Biotropikal Sains, 16(1), 1-13.
33 | Hasri, A. /Jurnal Ilmiah Farmasi (Scientific Journal of Pharmacy) 17(1) Januari-Juli 2021, 19-33

Yuan, H., Ma, Q., Ye, L., & Piao, G. (2016). The traditional medicine and modern medicine from
natural products. Molecules, 21(5), 1-18.
Accelerat ing t he world's research.

Etnobotani Bahan Kosmetik Oleh


Masyarakat Using DI Kabupaten
Banyuwangi Sebagai Bahan Ajar
Populer
sulifah aprilya
Pancaran Pendidikan

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Ident ificat ion of Plant Ut ilizat ion in t he Life Cycle Ceremony of t he Kaili Da'A Tribe in Uwemanj…
Musdalifah Nurdin

St udi et nobot ani pemanfaat an suku zingiberaceae di Desa Colo Kecamat an Dawe Kabupat en Kudus …
Umi Nihayat ul Khusna

Kajian Et nobot ani Masyarakat Suku Using Kabupat en Banyuwangi


Fuad Ardiyansyah, N Nurchayat i
ETNOBOTANI BAHAN KOSMETIK OLEH MASYARAKAT USING DI
KABUPATEN BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN AJAR POPULER

Winda Anisfiani16 , Iis Nur Asyiah 17 , Sulifah Aprilya Hariani 18

Abstract. Cosmetics is the preparation of the materials used to support the beauty of women.
But not every cosmetic products are safe. Back to nature is the right choice for natural beauty
care. Using people are an ethnic that still use herbs as cosmetic ingredients. This research
intended to determine the herbs used as ingredients in cosmetics, methods of utilization and
herbs that have potential to be deeper in bioactivity test. Sampling was done by using
Purposive Sampling and Snowball Sampling. Collecting data obtained through interviews
Semi-Stuctured using Open-Ended type questions. The results showed that there were 51
species of 29 families that used as cosmetic ingredients. 7 species of plants are based on Use
Value and Informant Concencus Factor have potential to be deeper test related of bioactivity
compounds to used as the material of 9 types of beauty treatments.

Keywords : bioactivity, Informant Concencus Factor, cosmetics, Using people, Use Value

PENDAHULUAN
Wanita sangat erat kaitannya dengan kecantikan. Wanita dapat melakukan apapun
agar nampak lebih menarik dan cantik, termasuk salah satunya dengan kosmetik [1].
Kebutuhan kosmetik wanita, dewasa ini tidak diiringi dengan persediaan bahan kosmetik
yang aman, melainkan berdasarkan hasil temuan BPOM ditemukan sebanyak 48 item produk
kosmestik di pasaran mengandung bahan berbahaya yaitu merkuri, hidrokinon dan pewarna
yang dilarang [2]. Hidup sehat dengan cara back to nature merupakan pilihan yang tepat
untuk menanggapi hasil-hasil temuan tersebut.
Masyarakat Using merupakan salah satu subsuku di kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur, yang masih tetap memegang teguh nilai budaya warisan leluhurnya. Dari hasil pra-
penelitian yang telah dilakukan di masyarakat Using, terinventarisasi 9 spesies tumbuhan dari
7 famili yang digunakan oleh masyarakat Using sebagai bahan kosmetik. Pemanfaatan
tumbuhan oleh masyarakat lokal sebagai bahan untuk kebutuhan sehari-hari baik obat-obatan,
kesenian, kosmetik dan lain-lain disebut dengan etnobotani.
Pengetahuan etnobotani biasanya diwariskan kepada generasi ke generasi selanjutnya
secara turun-temurun melalui tradisi lisan. Tradisi lisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke
generasi sangat terbatas dilingkungan suku dan keluarga tertentu [3]. Realitas di masyarakat
menunjukkan bahwa para penutur dan komunitas tradisi lisan semakin berkurang. Selain itu

16
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember
17
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember
18
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember
54 ________________________ ©Pancaran, Vol. 3, No. 3, hal 53-62, Agustus 2014

daya ingat tiap orang yang berbeda dapat memungkinkan adanya variasi informasi yang
didapat [4]. Sehingga perlu diadakan penelitian etnobotani untuk melestarikan pengetahuan
lokal (Indigenous Knowledge) masyarakat Using tentang tumbuhan-tumbuhan yang dapat
dijadikan sebagai sumber plasma nutfah khususnya untuk sumber bahan perawatan
kecantikan. Penelitian ini diharapkan untuk mengetahui tumbuh-tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik, cara pemanfaatannya serta tumbuh-tumbuhan yang
berpotensi untuk dilakukan uji bioaktivitas yang lebih mendalam dari masyarakat Using di
kabupaten Banyuwangi.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di desa Kemiren dan desa Olehsari di kecamatan Glagah,
serta kelurahan Boyolangu dan kelurahan Penataban di kecamatan Giri, kabupaten
Banyuwangi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yang menggunakan
gabungan metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif [5].
Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik Purposive Sampling dan
Snowball Sampling. Pengumpulan data didapatkan melalui wawancara Semi-Stuctured
dengan menggunakan tipe pertanyaan Open-Ended [6].
Tumbuhan diidentifikasi dan yang belum diketahui nama ilmiahnya diambil
contoh herbariumnya untuk keperluan identifikasi atau dicatat ciri-ciri morfologinya
untuk dilakukan identifikasi dengan menggunakan buku “Flora of Java” karangan
Backer dan Brink, bila ada keraguan maka diidentifikasi lebih lanjut di Herbarium
Jemberiense Biologi Fakutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Jember.
Spesies tumbuhan dan jenis perawatan yang diperoleh dapat dianalisis dengan
menggunakan nilai Use Value (UV) Informant Concencus Factor (ICF). Untuk
mengetahui spesies tumbuhan yang dianggap penting dianalisis dengan menggunakan
nilai Use Value [7] dengan rumus:

UV =

keterangan:
UV = nilai Use Value
U = jumlah informan yang mengetahui atau menggunakan spesies tumbuhan
Winda dkk : Etnobotani Bahan Kosmetik Oleh Masyarakat Using … ___________ 55

n = jumlah informan keseluruhan


Informant Consencus Factor digunakan untuk mengidentifikasi kategori yang
paling penting pada suatu penelitian dan digunakan sebagai parameter pada spesies
tumbuhan untuk dilaksanakan penelitian yang lebih mendalam untuk menentukan
senyawa bioaktif [8].

ICF =

keterangan:
ICF = Nilai Informant Consencus Factor
nar = Jumlah informan yang mengetahui dan atau menggunakan spesies dalam
satu jenis penyakit
na = Jumlah spesies dalam satu jenis penyakit

HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis Perawatan Kecantikan Tradisional Masyarakat Using
Terdapat 10 kategori perawatan kecantikan tradisional dengan 25 jenis perawatan
yang diketahui dan dilakukan oleh masyarakat Using. Kategori perawatan kecantikan
tradisional tersebut antara lain yaitu perawatan untuk bayi, mandi, mata, rambut, make up,
kebersihan mulut, kebersihan badan, kuku, perawatan kulit dan perawatan lainnya. Jenis
perawatan tersebut dimanfaatkan dalam menganalisis tumbuhan yang berpotensi untuk
dilakukan uji bioaktivitas lebih mendalam berdasarkan nilai ICF.
Tumbuhan yang Digunakan oleh Masyarakat Using Kabupaten Banyuwangi sebagai
Bahan Kosmetik
Dari hasil penelitian terinventarisasi 51 spesies tumbuhan dari 29 famili yang
digunakan oleh masyarakat Using di kabupaten Banyuwangi sebagai bahan kosmetik. dari 51
spesies tumbuhan tersebut, terdapat 6 spesies tumbuhan yang belum teridentifikasi. Hal ini
dikarenakan belum terdapatnya literatur yang menunjukkan nama ilmiah tumbuhan tersebut.
56 ________________________ ©Pancaran, Vol. 3, No. 3, hal 53-62, Agustus 2014

Gambar 1. Distribusi penggolongan tumbuhan sebagai bahan kosmetik


Gambar 1. menunjukkan bahwa Zingiberaceae merupakan famili tumbuhan yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat Using di kabupaten Banyuwangi sebagai bahan
kosmetik. Terdapat 8 spesies tumbuhan terinventarisasi yang tergolong dalam famili
Zingiberaceae, contohnya yaitu kencur (Kaempferia galanga L.) yang digunakan sebagai
bedak. Rimpang famili Zingiberaceae banyak mengandung zat metabolit sekunder seperti
alkaloid, flavonoid, saponin dan minyak atsiri yang sangat banyak dimanfaatkan di bidang
kosmetika dan pengobatan [9].
Bagian-bagian (organ) Tumbuhan yang Digunakan oleh Masyarakat Using sebagai
Bahan Kosmetik
Bagian-bagian (organ) tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
Using di kabupaten Banyuwangi sebagai bahan kosmetik adalah bagian daun sebanyak 18
spesies (29%). Daun merupakan organ tempat akumulasi fotosintat yang mengandung zat
organik dengan zat yang terbanyak yaitu minyak atsiri, fenol, senyawa kalium dan klorofil
serta vitamin dan mineral, dimana umumnya minyak atsiri bersifat anti penuaan dini yang
sangat bermanfaat sebagai bahan perawatan kecantikan [9].
Cara Pengolahan dan Penggunaan Tumbuhan sebagai Bahan Kosmetik oleh
Masyarakat Using
Pemanfaatan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku perawatan
kecantikan tradisional pada proses menyiapkan, mencuci dan mengelola lebih lanjut bahan
relatif sama, perbedaan hanya pada hasil peramuannya, mengingat jenis produk yang
Winda dkk : Etnobotani Bahan Kosmetik Oleh Masyarakat Using … ___________ 57

dihasilkan berbeda-beda. Cara pengolahan dan penggunaan tumbuhan sebagai bahan


kosmetik yang paling banyak dilakukan adalah dengan ditumbuk sebanyak 25 spesies
tumbuhan dan dengan cara digosokkan sebanyak 22 spesies tumbuhan.
Sumber Perolehan Tumbuhan sebagai Bahan Bahan Kosmetik oleh Masyarakat Using
Hasil dari penelitian pada responden masyarakat Using kabupaten Banyuwangi
dikemukakan bahwa terdapat beberapa sumber perolehan tumbuhan yang digunakan sebagai
bahan kosmetik yang mereka ketahui diantaranya berasal dari hasil budidaya, membeli,
tumbuhan liar dan beberapa mereka tidak mengetahuinya dimana sumber perolehan
tumbuhan tersebut, karena merupakan informasi lampau yang didapat dari nenek moyang dan
sekarang sudah tidak digunakan.
Sumber perolehan tumbuhan yang digunakan sebagai bahan kosmetik paling tinggi
berasal dari budidaya yaitu sebanyak 25 spesies tumbuhan (49%). Hal ini dikarenakan
penggunaan tumbuhan sebagai bahan kosmetik hanya digunakan dalam jangka pendek dan
skala kecil sehingga masih dapat menggunakan tumbuhan yang dibudidaya sendiri di sekitar
pekarangan rumah.
Tumbuhan yang Dianggap Paling Penting dan Berpotensi untuk Dilakukan Uji
Bioaktivitas Lebih Mendalam dari Masyarakat Using
Hasil dari penelitian ini selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui jenis
tumbuhan serta jenis perawatan yang penting untuk dilaksanakan penelitian selanjutnya
dengan cara menentukan nilai Use Value dan Informant Concencus Factor. Tabel 2.
menunjukkan tumbuhan yang terpilih dengan nilai UV dan ICF tinggi yang digunakan
sebagai bahan perawatan kecantikan. Tumbuh-tumbuhan tersebut berpotensi dilakukan uji
bioaktivitas lebih mendalam yang selanjutnya dilakukan analisis kegunaan dengan
pendekatan fitokimia dan atau kemotaksonomi. Terdapat 7 spesies yang berpotensi
untuk dilakukan uji bioaktivitas lebih mendalam yaitu padi, gambir, pinang, sirih, katuk,
kelapa dan pacar kuku untuk 9 jenis perawatan kecantikan.
Tabel 2. Jenis tumbuhan yang berpotensi dilakukan uji bioaktivitas lebih mendalam dari
masyarakat Using kabupaten Banyuwangi
Nilai Nilai
No. Nama Tumbuhan
UV ICF
1. Kelapa (Cocos nucifera L.) untuk minyak rambut 0,21 1
2. Pacar kuku (Lawsonia inermis L.) untuk pewarna kuku 0,17 1
3. Padi (Oryza sativa L.) untuk shampo 0,9 0,93
4. Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) untuk pewarna 0,52 0,77
58 ________________________ ©Pancaran, Vol. 3, No. 3, hal 53-62, Agustus 2014

Nilai Nilai
No. Nama Tumbuhan
UV ICF
bibir
5. Pinang (Areca catechu L.) untuk pewarna bibir 0,52 0,77
6. Sirih (Piper betle L.) untuk pewarna bibir 0,52 0,77
7. Sirih (Piper betle L.) untuk pembersih kuku 0,52 0,7
8. Padi (Oryza sativa L.) untuk bedak pengantin 0,9 0,5
9. Katuk (Souropus androgynus (L.) Merr.) untuk penyubur 0,28 0,4
rambut

Pembahasan
Setelah didapatkan tumbuhan yang dianggap paling penting bagi masyarakat
Using kabupaten Banyuwangi sebagai bahan kosmetik serta jenis perawatan kecantikan
yang dianggap penting untuk dilakukan uji yang lebih mendalam, selanjutnya dilakukan
analisis kegunaan dengan pendekatan fitokimia dan atau kemotaksonomi terhadap
tumbuh-tumbuhan tersebut. Analisis tersebut untuk mengkaji tingkat keamanan
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan kosmetik.
Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) tergolong tumbuhan yang dapat
dilakukan uji lebih mendalam sebagai bahan pewarna bibir (lipstik). Gambir merupakan
salah satu bahan yang digunakan untuk nginang. Warna yang dihasilkan dari nginang
ini adalah warna coklat kemerahan pada bibir. Warna tersebut berasal dari kandungan
tanin dan katekin (tanin terkondensasi) yang ada pada getah daun atau ranting tumbuhan
gambir. Katekin yang ditemukan dalam tanin ini adalah flavan-3-o1, dimana ketika
ditambahkan asam atau enzim cenderung menghasilkan warna merah yang disebut
dengan phlobaphens [10].
Selain gambir, bahan lain yang digunakan oleh wanita Using untuk nginang
adalah pinang (Areca catechu L.) atau disebut jambe dan sirih (Piper betle L.). Warna
merah yang dihasilkan oleh pinang dan daun sirih juga dikarenakan adanya kandungan
tanin. Selain itu warna merah yang dihasilkan pada daun sirih juga karena adanya
antosianin yang terkandung, kadar antosianin daun sirih hijau menurun pada umur
sedang, sehingga penggunaan daun sirih sebagai bahan untuk nginang sebaiknya pada
umur muda atau tua [11].
Senyawa polifenol yang terkandung dalam sirih seperti chatecol,
allylpyrocatecol dalam ekstrak daun sirih menghambat induksi proses peroksidasi lipid
secara efektif sehingga berperan sebagai antioksidan [12]. Selain itu derivat fenol
Winda dkk : Etnobotani Bahan Kosmetik Oleh Masyarakat Using … ___________ 59

(eugenol dan chavicol) yang terkandung dalam daun sirih berkhasiat antiseptik dan
khususnya kavikol diketahui mempunyai daya pembunuh bakteri lima kali fenol [13].
Daun katuk (Souropus androgynus (L.) Merr.) mengandung alpha-tocopherol
yang tinggi, bahkan tertinggi dibandingkan dengan tanaman tropis lain yang dapat
dikonsumsi. Kandungan tokoferol tersebut merupakan antioksidan yang dapat
membantu menjaga kesehatan rambut [14]. Selain itu masyarakat Using untuk menjaga
kesehatan rambut sering menggunakan minyak kelapa (Cocos nucifera L.) sebagai
bahan minyak rambut. Minyak kelapa mengandung trigliserida berupa asam laurat
(45%) [15]. Trigliserida tersebut memiliki afinitas yang tinggi untuk menembus sampai
pada kutikula dan korteks sel rambut serta dapat melapisi permukaan serat rambut. Hal
tersebut menempatkan minyak kelapa sebagai bahan utama sebagai pelindung rambut
dari kerusakan atau untuk merawat rambut yang rusak [16].
Penggunaan pacar kuku (Lawsonia inermis L.) sebagai pewarna kuku masih
sering dilakukan pada saat menjelang pernikahan. Pada pengantin-pengantin adat
masyarakat Using penggunaan pacar kuku digunakan di kuku tangan dan ruas jari
tangan kedua. Di dalam daun pacar kuku terdapat senyawa 2-hydroxy-1:4-
napthoquinone (lawsone), asam p-coumaric, 2-methoxy-3-methyl-1,4-naphthoquinone,
apiin, apigenin, luteolin, dan cosmosiin [17]. Warna orange yang dihasilkan oleh daun
pacar kuku berasal senyawa kuinon yaitu alpha-napthaquinone [18]. Senyawa kuinon
ini merupakan senyawa aromatik pada tumbuhan berupa minyak yang mempunyai
rentang warna mulai dari kuning sampai merah dan mudah larut dalam pelarut organik
seperti benzena [15].
Padi (Oryza sativa L.) adalah komponen utama dalam pembuatan bedak ataupun
lulur tradisional masyarakat Using. Pada umumnya dari aleuron padi mengandung suatu
bahan oryzae perpolitiones yang mengandung vitamin B1 dan lain vitamin B, minyak
menguap, zat putih telur dan lain-lain [19]. Padi kaya akan senyawa gamma oryzanol,
tokoferol, vitamin E, ferulic acid, phytic acid, lecithin, inositol dan wax. Gamma
oryzanol mempunyai peranan antioksidan yaitu berperan dalam proteksi sinar UV untuk
menginduksi peroksidasi lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan tabir surya
seperti bedak maupun lulur [20].
Sementara tangkai buah dan batang padi atau yang biasa disebut merang
digunakan sebagai shampo tradisional oleh masyarakat Using. Tangkai buah dan batang
60 ________________________ ©Pancaran, Vol. 3, No. 3, hal 53-62, Agustus 2014

padi (Oryza sativa L.) mengandung saponin [21]. Saponin yang terkandung pada famili
Gramineae ini adalah senyawa saponin triterpenoid seperti yang terkandung pada
bambu [22]. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan
busa ketika dikocok dalam air, selain itu beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba
[15]. Hal tersebut yang menyebabkan batang padi banyak digunakan oleh masyarakat
Using kabupaten Banyuwangi sebagai bahan pencuci rambut (shampo). Batang padi
atau biasa yang disebut merang oleh masyarakat Using tersebut dibakar dan diambil air
dari abunya. Bila rambut dalam keadaan kotor maka tidak akan menimbulkan busa,
sehingga dibutuhkan beberapa kali pengulangan dalam pemberian air abu merang
tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian
Etnobotani bahan kosmetik oleh masyarakat Using di kabupaten Banyuwangi, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
a. Terdapat 51 spesies dari 29 famili yang digunakan oleh masyarakat Using sebagai
bahan kosmetik tradisional.
b. Cara pengolahan tumbuhan sebagai bahan kosmetik dengan cara dibakar, diiris,
dikeringkan, dimemarkan, diparut, diperas, direbus, direndam, disangrai, dan
ditumbuk, sedangkan cara penggunaannya dengan cara digosokkan, dikunyah,
diminum, dioleskan dan disiramkan.
c. Terdapat 7 spesies tumbuhan untuk 9 jenis perawatan kecantikan yang berpotensi
untuk dilakukan uji bioaktivitas lebih mendalam sebagai bahan kosmetik yaitu padi
(Oryza sativa L.) (0,9), gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) (0,52), pinang
(Areca catechu L.) (0,52), sirih (Piper betle) (0,52), katuk (Souropus androgynus
(L.) Merr.) (0,28), kelapa (Cocos nucifera L.) (0,21) dan pacar kuku (Lawsonia
inermis L.) (0,17).
Saran yang dapat dituliskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan uji ilmiah mengenai kegunaan dan
kandungan aktif dari 7 spesies tumbuhan sebagai bahan kosmetik dan 2 spesies
tumbuhan sebagai bahan perawatan kecantikan pasca persalinan di masyarakat
Using kabupaten Banyuwangi.
Winda dkk : Etnobotani Bahan Kosmetik Oleh Masyarakat Using … ___________ 61

b. Segera dilakukan konservasi terhadap jenis tumbuhan yang banyak digunakan


sebagai bahan perawatan kecantikan agar tidak menjadi langka dan punah.
c. Perlu disediakan penerjemah bahasa Using oleh desa/kelurahan di kabupaten
Banyuwangi untuk lebih mempermudah para peneliti dalam memperoleh data.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Topan. 2010. Tanpa Judul . http : // elibrary. mb. ipb. ac. id /download. php ?
id=17084 (doc) [10 Maret 2013].

[2] Health Kompas. 2012. BPOM Umumkan Kosmetik Berbahaya. http://health.


kompas.com / read /2012 /12 /27 /14084895 /BPOM. Umumkan. Produk.
Kosmetik. Berbahaya [09 Maret 2013].

[3] Yulianingsih, Dewi. 2002. Skripsi: Etnobotani pada Masyarakat Adat Kampung
Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi
Jawa Barat. Fakultas Kehutanan: Institut Pertanian Bogor.

[4] Maulana, Puri. 2013. Penelitian Sejarah Lisan, Metode, Tujuan, Kelebihan,
Kekurangan, Prinsip Dasar. http: // perpustakaancyber. blogspot. com /2013 /02/
penelitian –sejarah–lisan–metode–tujuan-kelebihan - kekurangan-prinsip-dasar.
html [12 April 2013].

[5] Santhyami, Sulistyawati, E. 2009. Etnobotani Tumbuhan Obat oleh Masyarakat


Adat Kampung Dukuh, Garut, Jawa Barat. http://www.sith.itb.ac.id
/profile/databuendah/Publications/Santhyami%20&%20Dr.%20Endah%20S.pdf
[07 Maret 2013].

[6] Simbo, J.D. 2010. An Ethnobotanical Survey of Medicinal Plants in Babungo,


Northwest Region, Cameron. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine 6:8.

[7] Gozzaneo, L.R.S., Lucena, R.F.P., Albuquerque, U.P. 2005. Knowledge and Use of
Medicinal Plants By Local Specialist in a Region of Atlantic Forest in th State of
Pernambuco (Northeastern Brazil). Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine
1:9.

[8] Almeida, C.F., Amorim, E.L.C., Albuquerque, U.P., Maia, M.B.S. 2006. Medicinal
Plant Populary Used in The Xingo Region-A Semi Arid- Location in Northeastern
Brazil. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 2:15

[9] Mahfudloh, Wiwin. 2011. Skripsi: Studi Etnobotani Tumbuhan yang Dimanfaatkan
sebagai Bahan Perawatan Pra dan Pasca Persalinan oleh masyarakat Samin
Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Fakultas Sains dan Teknologi:
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
62 ________________________ ©Pancaran, Vol. 3, No. 3, hal 53-62, Agustus 2014

[10] Prabhu, K. H. and Bhute, Aniket S. 2012. Plant Based Natural Dyes and Mordnats:
A Review. J. Nat. Prod. Plant Resour., 2012, 2 (6):649-664.

[11] Muthoharoh, Layin. 2011. Skripsi: Analisis Berbagai Pigmen Daun Sirih Hijau
(Piperbetle L.) dan Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Berdasarkan Umur
Fisiologis Daun. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA: UM.

[12] Pradhan, D. et al. 2013. Golden Heart of the Nature: Piper betle L. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry. Vol. 1 No. 6 2013.

[13] Parwata, I Made Oka Adi, dkk. 2011. Aktivitas Larvasida Minyak Atsiri pada Daun
Sirih (Piper betle Linn) terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Kimia 5 (1),
Januari 2011 : 88-93.

[14] Subekti, Sri, dkk. 2006. Penggunaan Tepung Daun Katuk dan Ekstrak Daun Katuk
(Sauropus androgynus L.Merr) sebagai Substitusi Ransum yang Dapat
Menghasilkan Produk Puyuh Jepang Rendah Kolesterol. JITV Vol. 11 No. 4 Th.
2006:254-259

[15] Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB

[16] Rele, Aarti S. and Mohile, R. B. 2003. Effect of mineral oil, sunflower oil, and
coconut oil on prevention of hair damage. J. Cosmet. Sci., 54, 175-192
(March/April 2003).

[17] Zubardiah, Lies, dkk. 2008. Khasiat Daun Lawsonia inermis L. sebagai Obat
Tradisional Antibakteri. Dibawakan pada Kongres PDGI XXIII Surabaya 19-22
Maret

[18] Kapoor, V P. 2005. Herbal Cosmetics for Skin and Hair Care. J. Botanical
Research. Vol 4(4) July-August 2005:306-314.

[19] Tjitrosepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta:


UGM

[20] Patel, M and Naik, S N. 2004. Gamma-oryzanol from Rice Bran Oil-A review.
Journal of Scientific & Industrial Research. Vol.63, July 2004,pp 569-578.

[21] IPTEK, 2013. www.iptek.com. [17 Juni 2013].

[22] Chen, Lingen et al. 2009. An composition Containing Triterpenoid Saponins


Extracted from Bamboo, and The Preparation Method and Use thereof.

You might also like