ID Kandungan Resin Pada Kayu Gaharu Tanaman

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

KANDUNGAN RESIN PADA KAYU GAHARU TANAMAN

(Resin Content in Cultivated Agarwood)

Oleh/By :
Jamal Balfas

Pusat Litbang Hasil Hutan, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor Telp./Fax. 8633318/8633413

Diterima 2 Desember 2008, disetujui 20 Desember 2008

ABSTRACT

Artificial efforts in agarwood cultivation and production have attracted international considerations. Inoculation
treatments on agarwood plantation have indicated promising results in several countries, including Indonesia. However, it
is difficult to find information regarding characteristics of the resulted agarwood. This study examined resin content of the
cultivated and natural agarwood using distilled water and methanol. Materials of the cultivated agarwood originated from
Jambi were divided into two groups, namely mixture and chocolate. Materials of similar grade originated from Irian were
also examined for comparative purposes. Each wood sample was examined anatomically to identify its authentic species.
Identification results indicated that the inoculated agarwood sample originated from Jambi is Aqularia
malaccensis, while the natural sample from Irian is Gyrinops sp. Resin contents of the samples were significantly
influenced by the source of wood samples and the kind of solvent used in extraction. Samples from the mixture group of
the cultivated agarwood possess lower resin content than those of the chocolate group. The cultivated agarwood samples
consistently exerted less resin in comparison with those of the natural agarwood at any solvent. The cultivated agarwood
samples from Jambi exerted higher extractives in hot distilled water but diluted smaller amounts of resin when extracted
with hot alcohols in comparison with those samples taken from Irian. The highest resin dilution was achieved in extracting
Irian agarwood using methanol.

Keywords : Resin, extraction, agarwood, cultivation

ABSTRAK

Kelestarian tanaman dan produksi gaharu telah menjadi perhatian dan program internasional.
Kegiatan budidaya dan inokulasi gaharu di beberapa negara termasuk Indonesia telah memberikan
hasil yang menggembirakan. Namun demikian, sukar diperoleh informasi mengenai karakteristik hasil
gaharu yang diperoleh dari program budidaya. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian hasil resin dari
jenis gaharu tanaman dan alami dengan menggunakan pelarut air destilasi dan metanol. Bahan gaharu
tanaman yang berasal dari Jambi dibedakan dalam dua kelompok, yaitu campuran dan coklat. Sebagai
bahan pembanding digunakan kayu gaharu alami asal Irian. Pada masing-masing bahan gaharu
tersebut dilakukan identifikasi secara anatomis untuk mengetahui otentitas jenisnya.
Hasil determinasi jenis menunjukkan bahwa bahan kayu tanaman asal Jambi merupakan spesies
Aqularia malaccensis, sedangkan kayu asal Irian merupakan jenis Gyrinops sp. Secara statistik kandungan
resin pada kayu gaharu dipengaruhi secara nyata oleh faktor jenis bahan dan faktor pelarut yang
digunakan dalam ekstraksi. Contoh uji kayu gaharu tanaman dari kelompok campuran memiliki

235
Penelitian Hasil Hutan Vol. 27 No. 3, September 2009: 235-244

kandungan resin lebih rendah daripada contoh uji kelompok coklat. Kandungan resin kayu gaharu
tanaman lebih rendah dibandingkan dengan kandungan resin kayu gaharu alami dengan menggunakan
pelarut yang sama. Kandungan resin pada kayu gaharu Jambi dalam pelarut akuades relatif lebih banyak
dibandingkan dengan resin yang diperoleh dari kayu gaharu Irian. Kelarutan kayu gaharu Jambi dalam
alkohol jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kayu Irian. Kelarutan resin tertinggi diperoleh pada
ekstraksi kayu gaharu Irian dengan menggunakan pelarut metanol.
Kata kunci : Resin, ekstraksi, kayu gaharu, tanaman

I. PENDAHULUAN

Penggolongan konvensi internasional terhadap tanaman gaharu ke dalam kelompok


jenis yang terancam punah (CITES) dalam dekade terakhir telah mendorong upaya
penanaman jenis ini secara intensif oleh beberapa negara penghasil gaharu, terutama
Indonesia, Malaysia, India, Thailand dan Vietnam. Melalui budidaya tersebut diharapkan
akan diperoleh produksi kayu gaharu secara lestari di masa mendatang. Konsep budidaya
tanaman ini dengan tujuan produksi gaharu secara artifisial dirintis oleh seorang ahli
mikrobiologi kayu dari University of Minnesota (Anonim, 2007). Pada saat ini konsep
tersebut menjadi eksperimen internasional yang berlangsung di berbagai negara Asia,
termasuk Indonesia.
Kegiatan produksi dalam konsep budidaya tanaman gaharu diawali dengan membuat
pelukaan pada jaringan batang atau cabang dari pohon usia remaja (lebih dari 6 tahun),
kemudian diberi inokulan jamur, sehingga pohon mengalami infeksi dan dalam tempo sekitar
6 sampai 12 bulan pohon tersebut dapat menghasilkan bagian kayu yang mengandung resin,
yang disebut kayu gaharu (Gambar 1). Bagian kayu yang mengandung resin berwarna
kehitaman (Anonim, 2007), sehingga dalam perdagangannya kayu tersebut dipisahkan dari
bagian kayu yang tidak mengandung resin, seperti tampak pada Gambar 2.

Gambar 1. Formasi kayu gaharu tanaman pada penampang melintang batang


Figure 1. Cultivated agarwood formation on cross sectional trunk

236
Kandungan Resin pada Kayu ... Jamal Balfasi)

Gambar 2. Kayu gaharu tanaman


Figure 2. Cultivated agarwood

Pengembangan konsep gaharu tanaman secara praktis dan realistis telah menunjukkan
hasil yang menggembirakan. Namun demikian, secara ekonomis kegiatan panen kayu gaharu
tanaman belum memberikan hasil yang efektif, karena harga jual kayu gaharu tanaman relatif
murah. Alasan utama yang menjadi pertimbangan harga jual kayu gaharu tanaman adalah
keharumannya yang relatif ringan dibandingkan dengan kayu gaharu alami. Tingkat
keharuman pada kayu gaharu secara umum berbanding lurus dengan porsi kandungan resin,
makin tinggi kandungan resin, maka semakin tinggi tingkat keharuman pada kayu gaharu
(Anonim, 1999). Namun demikian, sampai saat ini belum diketahui berapa banyak
kandungan resin yang terdapat pada kayu gaharu tanaman.
Dalam tulisan ini disajikan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kandungan
resin pada suatu jenis kayu gaharu tanaman yang dikembangkan di wilayah Jambi. Hasil
panen dari kebun tersebut diekstraksi dengan menggunakan pelarut air dan alkohol
(metanol). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam upaya
pengembangan dan pemasaran kayu gaharu tanaman.

II. BAHAN DAN METODE

A. Bahan
Bahan kayu gaharu yang digunakan dalam penelitian ini berupa serpihan kayu
gaharu hasil panen dari suatu kebun gaharu di Jambi (Gambar 3) yang diperoleh dari hasil
inokulasi selama 12 bulan. Sebagai pembanding digunakan kayu gaharu alami asal Irian
dengan klasifikasi kualitas TGC (Tanggung-C). Bahan pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari air suling (akuades) dan metanol teknis.

237
Penelitian Hasil Hutan Vol. 27 No. 3, September 2009: 235-244

A B
Gambar 3. Contoh uji kayu gaharu tanaman (A) dan kayu gaharu alami Irian (B)
Figure 3. Samples of the cultivated (A) and natural (B) agarwood

B. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat penggerus kayu
(hammermill), timbangan elektrik digital, termometer, peralatan ekstraksi, bak penangas air
(waterbath), pengaduk, beakerglass, erlenmeyer, kertas saring, oven dan kantong plastik.

C. Metode Penelitian
1. Penentuan jenis
Bahan kayu gaharu yang diperoleh dari suatu kebun gaharu di Jambi diidentifikasi
jenisnya secara anatomis pada Laboratorium Anatomi Kayu, Pusat Litbang Hasil Hutan,
Bogor menurut prosedur yang diuraikan oleh Mandang (2006).

2. Persiapan bahan
Bahan kayu gaharu sebanyak dua karung atau sekitar 50 kilogram berupa potongan dan
serpihan dikeringkan dalam oven pada temperatur 80oC selama 24 jam. Bahan ini kemudian
dipisahkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok campuran (A) dan kelompok coklat.
Pembedaan ini dilakukan karena adanya keragaman warna pada serpihan kayu gaharu seperti
tampak pada Gambar 3. Kedua kelompok bahan tersebut kemudian dikonversi menjadi
serbuk berukuran 100 mesh dengan menggunakan alat hammermill (Gambar 4). Serbuk hasil
penggerusan (dengan kadar air sekitar 15%) disimpan dalam kantong plastik secara terpisah
menurut sumber bahan.

238
Kandungan Resin pada Kayu ... Jamal Balfasi)

Gambar 4. Serbuk gaharu tanaman kelompok campuran (A) dan coklat (B)
Figure 4. Cultivated agarwood powder of the mixed (A) and brownish (B) groups

3. Pelaksanaan ekstraksi
Ekstraksi resin dari serbuk gaharu dilakukan dengan diawali penimbangan serbuk
gaharu sebanyak 100 gram untuk masing-masing contoh uji. Serbuk kemudian dimasukkan
ke dalam beakerglass kapasitas 2000 ml dan ditambahkan pelarut (akuades atau metanol)
sebanyak 1000 ml. Campuran bahan ini kemudian dipanaskan pada temperatur 100oC
dengan menggunakan waterbath. Waktu pemanasan yang digunakan untuk campuran dengan
pelarut akuades adalah 8 jam, sedangkan campuran dengan pelarut alkohol (metanol)
dipanaskan selama 1 jam. Setelah pendinginan, campuran bahan diperas dan disaring
sehingga diperoleh ekstrak resin yang ditampung dalam beakerglass kapasitas 1000 ml yang
telah diketahui beratnya. Ekstrak kemudian dikeringkan atau dihilangkan pelarutnya dengan
pemanasan pada waterbath dengan temperatur 100oC. Pembebasan campuran ekstrak resin
dari komponen pelarut dilanjutkan dengan pemanasan dalam oven pada temperatur 80oC
selama 4 jam. Setelah pendinginan, beakerglass berisi ekstrak resin kering ditimbang, kemudian
berat resin yang dihasilkan dihitung berdasarkan selisih berat beakerglass.

D. Rancangan Percobaan dan Analisis Data


Penelitian ini terdiri dari dua faktor, yaitu jenis gaharu dan jenis pelarut. Faktor jenis
gaharu terdiri dari 3 taraf menurut sifat dan sumber bahan, yaitu Jambi campuran, Jambi

239
Penelitian Hasil Hutan Vol. 27 No. 3, September 2009: 235-244

coklat dan Irian. Faktor pelarut dalam pelaksanaan ekstraksi terdiri dari 2 taraf, yaitu akuades
dan metanol. Setiap taraf pada masing-masing faktor memiliki 5 ulangan ekstraksi.
Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah berat resin kering yang dihasilkan dari
masing-masing ekstraksi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL). Analisis data secara statistik dilakukan dengan bantuan program minitab.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi terhadap bahan kayu gaharu tanaman asal Jambi pada Gambar 5
menunjukkan bahwa kayu tersebut termasuk pada genera Aquilaria, secara spesifik adalah
jenis Aquilaria malaccensis, sedangkan gaharu asal Irian termasuk pada genera Gyrinops, yang
secara otentik sukar ditentukan jenisnya. Kedua jenis kayu tersebut berasal dari suku yang
sama yaitu Thymeliaceae. Secara makroskopis kayu gaharu tanaman asal Jambi memiliki
warna cream cerah kecoklatan sampai agak hitam (Gambar 3A). Kayu ini memiliki kesan raba
agak kasar, dengan aroma khas berbau kemenyan bila dibakar. Memiliki tanda kerinyut (ripple
marks) agak besar dan memanjang ke arah transfersal, dengan pembuluh soliter atau
membentuk gabungan radial 2-5. Sedangkan kayu asal Irian memiliki warna kuning
kecoklatan secara merata, dengan kesan raba agak halus, memiliki aroma khas kayu merauke
bila dibakar, memiliki tanda kerinyut agak sempit yang dikelilingi oleh parenkim membentuk
pola lingkaran, pembuluh umumnya membentuk gabungan radial 3-9, jarang dijumpai soliter.

A B
Aquilaria malaccensis ; Jambi Gyrinops sp.; Irian

Gambar 5. Kayu gaharu asal Jambi dan Irian


Figure 5. Agarwood originated from Jambi and Irian

240
Kandungan Resin pada Kayu ... Jamal Balfasi)

Hasil ekstraksi resin dari serbuk kayu gaharu pada Tabel 1 menunjukkan keragaman
menurut sumber bahan dan jenis pelarut yang digunakan. Kedua faktor ini secara statistik
memiliki pengaruh sangat nyata terhadap ekstrak resin yang dihasilkan (Tabel 2). Serbuk kayu
gaharu tanaman asal Jambi memiliki hasil ekstraksi yang berbeda secara nyata (p<0,05) antara
dua kelompok bahan. Kelompok bahan kayu coklat memiliki kelarutan resin lebih tinggi
pada kedua jenis pelarut dibandingkan dengan kelompok bahan campuran. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa bagian kayu yang berwarna lebih gelap dari kelompok bahan yang sama
cenderung memiliki kandungan resin lebih tinggi, atau dengan kata lain pada bagian kayu yang
berwarna lebih gelap terdapat formasi resin yang lebih banyak. Namun demikian hasil
ekstraksi resin pada bahan coklat relatif lebih rendah dibandingkan dengan hasil ekstraksi
kayu gaharu alami asal Jambi dengan pelarut yang sama (Tabel 1). Hal ini menunjukkan
bahwa kayu gaharu alami kualitas rendah (TGC) memiliki kandungan resin lebih banyak atau
memiliki kualitas lebih baik daripada kayu gaharu tanaman. Perbedaan kualitas ini mungkin
disebabkan oleh mekanisme pembentukan gaharu yang berbeda antara jenis tanaman dan
jenis alami (Donovan dan Puri, 2004). Formasi resin pada gaharu tanaman terjadi dalam
tempo relatif singkat dengan cara infeksi buatan oleh manusia menggunakan mikroba
tertentu, sedangkan infeksi pada gaharu alami terjadi secara alami dengan kehadiran sejumlah
mikroba dalam tempo relatif panjang.

Tabel 1. Rata-rata hasil resin ( %w/w) menurut sumber bahan dan jenis pelarut
Table 1. Average resin yield ( %w/w) in accordance with material source and solvent
Sumber bahan (Material source)
Jenis pelarut Jambi, Tanaman (Cultivation)
Irian, Alami Jambi, Alami
(Solvents) Campur Coklat
(Natural) (Natural)*
(Mixed) (Brownish)
Akuades (Distilled
3,936 (0,137) 4,348 (0,211) 3,407 (0,131) 4,482 (0,081)
water)
Metanol (Methanol) 5,295 (0,194) 6,184 (0.227) 12,478 (0,365) 7,356 (0,342)
Keterangan (Remarks): Nilai dalam kurung adalah deviasi standar dari lima ulangan (Figures within
the brackets are standard deviation of five replications)
* Sumber (Source): Balfas (2008)

241
Penelitian Hasil Hutan Vol. 27 No. 3, September 2009: 235-244

Tabel 2. Analisis keragaman pada hasil ekstraksi


Table 2. Analysis of variances on extraction yields

Sumber keragaman db Kuadrat tengah F hitung


(Source of variances) (df ) (Means squares) (F-Calculated)
Sumber bahan
2 31,837 604,222 sn
(Material source)
Pelarut (Solvent) 1 126,280 2396,585 sn
Sumber bahan * Pelarut (Material
2 48,248 915,664 sn
source * Solvent)
Galat (Error) 24
Keterangan (Remarks): db (df) = derajat bebas (degrees of freedom); sn = sangat nyata (very significant)

Pada Tabel 1 tampak bahwa kayu gaharu alami asal Irian memiliki kelarutan dalam
akuades relatif rendah namun memiliki kelarutan dalam metanol yang sangat tinggi
dibandingkan dengan bahan serbuk gaharu asal Jambi, baik dari sumber tanaman maupun
sumber alami. Kelarutan kayu alami Irian yang lebih rendah dalam aquades panas
menunjukkan kehadiran garam anorganik, polisakarida atau arabinogalaktan yang lebih
rendah dibandingkan dengan kayu asal Jambi. Ketiga kelompok senyawa tersebut
merupakan komponen utama yang terlarut dalam ekstraksi serbuk kayu dengan air panas
(Pettersen, 1984). Pada sisi lain, keragaman komposisi kimia pada kayu gaharu dapat
dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan waktu pertumbuhan (Zich dan Compton,
2001).
Jumlah resin yang dihasilkan dari proses ekstraksi serbuk gaharu dengan metanol
tampak secara konsisten lebih banyak dibandingkan dengan hasil ekstraksi dengan air panas
pada semua jenis bahan (Tabel 1). Proporsi ini menunjukkan bahwa kayu gaharu lebih
banyak mengandung komponen resin (senyawa terpen) daripada komponen getah
(polisakarida) yang umumnya larut dalam air (Anonim, 1999-a). Menurut Yoneda et al. (1986)
pada kayu gaharu umum dijumpai kelompok senyawa agarospirol dan jinkohol. Kedua
kelompok senyawa ini hanya sebagian kecil larut dalam ekstraksi dengan air panas, namun
mudah larut dalam ekstraksi alkohol.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil ekstraksi serbuk gaharu alami Irian dengan
menggunakan pelarut metanol menghasilkan resin lebih banyak dibandingkan dengan
ekstraksi yang sama pada serbuk gaharu tanaman maupun alami asal Jambi. Perbedaan ini
dapat diartikan bahwa kayu gaharu (Gyrinops sp.) asal Irian memiliki kandungan senyawa
terpen lebih banyak dibandingkan dengan gaharu (A. malaccensis) asal Jambi. Senyawa organik
tersebut tidak larut dalam air, kecuali dalam pelarut organik seperti alkohol (Pettersen, 1984;
Anonim, 1999). .
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya (Balfas, 2008) bahwa larutan hasil ekstraksi
serbuk gaharu dengan menggunakan akuades mudah mengalami kontaminasi, terutama oleh
invasi dan aktivitas jamur. Kehadiran spora jamur pada permukaan larutan secara visual
dapat dilihat pada hari ketiga atau keempat setelah ekstraksi. Kehadiran jamur pada larutan

242
Kandungan Resin pada Kayu ... Jamal Balfasi)

tersebut disebabkan oleh komponen utama yang terlarut dalam ekstraksi akuades panas
adalah senyawa polisakarida seperti getah dan pati (Pettersen, 1984), yang keduanya bersifat
mudah terserang dan sangat disukai oleh mikroba (Kirk dan Cowling, 1984). Kontaminasi
mikroba tidak dijumpai pada larutan resin hasil ekstraksi dengan metanol. Hal ini terutama
disebabkan oleh sifat senyawa yang bercampur, baik resin gaharu maupun alkohol keduanya
bersifat disinfektan (Pettersen, 1984).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa kayu gaharu asal Jambi merupakan jenis Aquilaria
malaccensis, sedangkan jenis gaharu asal Irian adalah Gyrinops sp. Secara statistik kandungan
resin pada kayu gaharu dipengaruhi secara nyata oleh faktor jenis bahan dan faktor pelarut
yang digunakan dalam ekstraksi. Contoh uji kayu gaharu tanaman dari kelompok campuran
memiliki kandungan resin lebih rendah daripada contoh uji kelompok coklat. Kandungan
resin kayu gaharu tanaman lebih rendah dibandingkan dengan kandungan resin kayu gaharu
alami dengan menggunakan pelarut yang sama. Kandungan resin pada kayu gaharu Jambi
dalam pelarut akuades relatif lebih banyak dibandingkan dengan resin yang diperoleh dari
kayu gaharu Irian. Kelarutan kayu gaharu Jambi dalam alkohol jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan kayu Irian. Kelarutan resin tertinggi diperoleh pada ekstraksi kayu
gaharu Irian dengan menggunakan pelarut metanol.

B. Saran
Sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa hasil ekstraksi resin pada kayu
gaharu tanaman asal Jambi relatif lebih sedikit dibandingkan dengan hasil resin yang
diperoleh dari kayu gaharu alami dari jenis dan asal tempat yang sama. Hal penting yang perlu
dicatat adalah adanya bukti bahwa perlakuan inokulasi pada tanaman gaharu secara efektif
mampu menghasilkan gaharu dengan kandungan resin yang lebih rendah daripada
mekanisme alami. Hasil ini menunjukkan perlunya dilakukan penyempurnaan pada
rangkaian metode perlakuan inokulasi agar kandungan resin pada gaharu yang dihasilkan
setara dengan kandungan resin pada gaharu alami.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Plant Resources of South-East Asia No. 19: Essential-oil plants. Prosea
Fondation. Bogor.
Anonim. 1999-a. Plant Resources of South-East Asia No. 18: Plants producing exudates.
Prosea Fondation. Bogor.
______. 2007. Factual infor mation about cultivated agarwood. Website:
http://www.traffic.org/news/press-releases/wood. Diakses tanggal 5 April 2008.
Balfas, J. 2008. Kandungan resin pada kayu gaharu kualitas rendah. Konsep artikel Jurnal

243
Penelitian Hasil Hutan Vol. 27 No. 3, September 2009: 235-244

Penelitian Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
Donovan, D and R. Puri. 2004. Learning from traditional knowledge of non-timber forest
products: Penan Benalui and the autecology of Aquilaria in Indonesian Borneo.
Department of Anthropology, University of Kent, Canterbury.
Kirk, T.K. dan E.B. Cowling. 1984. Biological decomposition of solid wood: in The
Chemistry of Solid Wood. American Chemical Society. Washington D.C.
Mandang Y.I. 2006. Digitalisasi basis data xylarium pusat penelitian dan pengembangan hasil
hutan bogor. Info Hasil Hutan. 12(2):75-85. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan, Bogor.
Pettersen, R.C. 1984. The chemical composition of wood: in The Chemistry of Solid Wood.
American Chemical Society. Washington D.C.
Zich, F. and J. Compton. 2001. The Final Frontier Towards Sustainable ManagementOf
Papua New Ginea's Agarwood Resorce. Traffic Oceania and the WWF South Pacific
Programme. Traffic Oceania, Sydney.
Yoneda, K., E. Yamagata, Y. Sugimoto, and T. Nakanishi. 1986. Pharmocognostical studies
on the crude drug of agarwood (I): comparison of constituents of essential oil from
agarwood by means of GLC and GC-MS. Shoyakugaku Zasshi 40(3):252258. Japan.

244

You might also like