Jurnal 2

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.

3 SEPTEMBER 2022

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


ABORTUS PADA IBU HAMIL DI POLI KEBIDANAN
RS BUDI KEMULIAAN BATAM
Sukma Sahreni1, Dino Gagah,P2, Fikri Septian3
1FakultasKedokteran Universitas Batam, [email protected]
2FakultasKedokteran Universitas Batam, [email protected]
3Fakultas Kedokteran Universitas Batam, [email protected]

ABSTRACT
Background: Abortion is still a big problem in Indonesia in terms of epidemiology, morbidity,
mortality, and prognosis. The unclear pathogenesis due to the uncertainty of etiology and risk factors
is reflected in research design with a case control approach. The sampling technique used is
purposive sampling with a sample of 69 people. Sources of data used in this study is medical records.
Data analysis using Chi Square statistical test.
Method : This study uses an analytical observational research design with a case control approach.
The sampling technique used is purposive sampling with a sample of 69 people. Sources of data used
in this study is medical records. Data analysis using Chi Square statistical test.
Results: From the results of the study, it was found that parity, maternal age, and iron deficiency
anemia had a relationship with the incidence of abortion, while a history of abortion had no
relationship with the incidence of abortion. The results of the Chi Square statistical test showed that
the p-value for parity was 0,000, maternal age was 0,000, history of abortion was 0,779, and iron
deficiency anemia was 0,007.
Conclusion: Based on the results of data processing, it can be concluded that there is a significant
relationship between parity, maternal age, and iron deficiency anemia with the incidence of abortion
and there is no significant relationship between the history of abortion and the incidence of abortion
at the obstetrics poly at Budi Kemuliaan Hospital Batam.
Keywords: Abortion, Parity, Maternal age, History of abortion, and Iron deficiency anemia
ABSTRAK
Latar Belakang: Abortus saat ini masih merupakan masalah besar di indonesia dilihat dari
epidemiologis, mordibitas, mortalitas, dan prognosisnya. Ketidakjelasan patogenesis akibat adanya
ketidakpastian etiologi dan faktor risiko yang direfleksikan pada belum adanya perlakuan yang
mampu mendeteksi sedini mungkin mencegah kejadian abortus. Abortus dipengaruhi oleh beberapa
faktor resiko seperti paritas, umur ibu, riwayat abortus, dan anemia defisiensi besi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan case
control. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan sampel
berjumlah 69 orang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik. Analisis
data dengan menggunakan uji statistik Chi Square.
Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan bahwa paritas, umur ibu, dan anemia defisiensi besi memiliki
hubungan dengan kejadian abortus, sedangkan riwayat abortus tidak memiliki hubungan dengan
kejadian abortus. Hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai p untuk paritas 0,000, umur ibu 0,000,
riwayat abortus 0,779, dan anemia defisiensi besi 0,007
Kesimpulan: Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara paritas, umur ibu, dan anemia defisiensi besi dengan kejadian abortus dan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat abortus
Kata Kunci: Abortus, Paritas, Umur ibu, Riwayat abortus, dan Anemia defisiensi besi

Universitas Batam Page 239


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
PENDAHULUAN Wanita berumur 45 tahun atau lebih risikonya
Abortus merupakan fetus dengan berat meningkat 74,7%. Diduga makin tinggi usia
kurang dari 500 gram atau umur kehamilan makin tinggi kelainan pada kromosom
kurang dari 20 minggu pada saat keluar dari ovarium. Hal ini di terangkat dengan
uterus, yang tidak mempunyai kemungkinan peningkatan angka kelainan kromosom pada
hidup. Kejadian abortus bisa baik secara usia yang lebih tinggi (Utami, 2012).
spontan maupun diinduksi. (Akbar, Pada faktor paritas, persalinan yang
Tjokroprawiro, & Hendarto, 2020) Pada awal pertama kali (primipara) biasanya mempunyai
kehamilan, keguguran merupakan kejadian risiko relatif tinggi terhadap ibu dan anak,
yang biasa terjadi. Sebagian besar keguguran kemudian risiko ini akan menurun pada paritas
awal berasal dari kelainan genetik atau alasan kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi
yang belum teridentifikasi. Dengan demikian, pada paritas keempat dan seterusnya (Mochtar,
peluang untuk pencegahan saat ini masih kecil 2011).
(Gant & Cunningham, 2010). Frekuensi abortus berbanding lurus
Berdasarkan data yang dikeluarkan dengan angka graviditas, sekitar 6% abortus
National Health Service (NHS) tahun (2021) terjadi pada kehamilan pertama atau kedua dan
memperkirakan 23 juta kejadian abortus meningkat menjadi 16% pada kehamilan
spontan terjadi setiap tahun di seluruh dunia, selanjutnya. Sedangkan pada penelitian
yang berarti 44 kejadian abortus spontan setiap (Koekoeh Hardjito, Estuning Rahayu, & Fitri
menitnya (Quenby et al., 2021). Di indonesia Meilia, n.d.) dalam penelitian (Hardjito,
sendiri, menurut Badan Litbang Kesehatan Budiarti, & Nurika, 2011). mengungkapkan
dalam laporan Riskesdas 2012 bahwa pada wanita primigravida sekitar 5,6%
mengungkapkan bahwa angka kejadian abortus kehamilan berakhir dengan abortus dan 2,2%
spontan secara nasional adalah 4%. kasus abortus terjadi pada kehamilan
(Kemenkes, 2018) Kalau dilihat per provinsi, selanjutnya pada wanita yang telah memiliki
angka ini bervariasi mulai terendah 2,4% yang anak.
terdapat di Bengkulu sampai dengan yang Terdapat banyak faktor yang dapat
tertinggi 6,9% di Papua Barat (Pranata & mempengaruhi terjadinya kejadian abortus.
Sadewo, 2012). Namun beberapa faktor penting yang dapat
Berbeda dengan data abortus induksi, mempengaruhinya antara lain umur ibu, paritas
Diperkirakan 1,7 juta kejadian aborsi terjadi di dan riwayat abortus. Berdasarkan data yang
pulau Jawa pada tahun 2018. Data tersebut diperoleh dari beberapa Iiteratur diatas, angka
sesuai dengan angka 43 kejadian aborsi per kejadian abortus masih terbilang tinggi di
1.000 perempuan usia 15–49 tahun (Bass, Indonesia. Berdasarkan hasil survei
2012). Wanita dengan resiko abortus pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah
meningkat seiring meningkatnya usia. Risiko Sakit Budi Kemuliaan Batam, dikumpulkan
abortus wanita usia 20-24 tahun adalah 8,9%, Dari hasil 967 kunjungan ibu hamil di poli

Universitas Batam Page 240


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
kebidanan RS Budi Kemuliaan Batam, berhubungan atau berkolerasi, yaitu
didapatkan 158 yang menderita ibu hamil yang menggunakan uji Chi Square yang dilakukan
mengalami abortus selain umur ibu, paritas, secara komputerisasi. Batas atau tingkat
dan riwayat abortus terdapat riwayat anemia kemaknaan yang digunakan dalam penelitian
defisiensi besi yang juga berperan penting ini yaitu nilai α 0,05. Odds Ratio (OR)
dalam faktor risiko terhadap kejadian abortus. digunakan untuk membandingkan pajanan
Berdasarkan permasalahan yang telah diantara kelompok kasus terhadap pajanan
dipaparkan diatas melihat masih tingginya pada kelompok kontrol. Untuk mendapatkan
angka kejadian abortus yang terjadi di RS besarnya risiko terjadinya efek pada kasus,
Budi Kemulian Batam, Maka peneliti tertarik maka digunakan odds ratio dengan bantuan
untuk melakukan penelitian faktor-faktor apa table kontingensi 2x2.
saja yang dapat berhubungan dengan kejadian HASIL DAN PEMBAHASAN
abortus pada ibu hamil di Poli Kebidanan RS A. Analisis Univariat
Budi Kemuliaan Batam. 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas

METODE PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan


Paritas
Penelitian dilaksanakan pada bulan Paritas Frekuensi Persentase
Januari 2022, bertempat di Rumah Sakit Budi (f) (%)
Risiko Rendah 39 57,4
Kemuliaan Kota Batam. Jenis penelitian yang Risiko Tinggi 29 42,6
digunakan yakni Observasional Analitik Total 68 100
dengan pendekatan Case Control. Jumlah
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa dari 68
sampel dalam penelitian adalah 68 sampel
sampel yang menjadi sampel penelitian
dengan teknik pengambilan sampel
didapatkan 39 sampel (57,4%) yang berada
menggunakan Purposive Sampling memakai
dalam kategori paritas risiko rendah dan
rumus Finit pada populasi 967 pasien ibu
sebanyak 29 sampel (42,6%) yang berada
hamil di poli kebidanan RS budi kemuliaan
dalam kategori paritas risiko tinggi.
Batam.
Paritas adalah jumlah kelahiran yang
Metode pengumpulan data dengan
pemah dialami oleh wanita.Paritas merupakan
menggunakan data sekunder berupa rekam
salah satu faktor predisposisi terjadinya
medis. Analisis data menggunakan program
abortus spontan, dimana jumlah kehamilan
SPSS dengan uji Chi-Square.
ataupun paritas mempengaruhi kerja alat-alat
Terdapat 3 jenis analisis data pada
reproduksi. Semakin tinggi paritas maka akan
penelitian ini. Analisis univariat bertujuan
semakin berisiko kehamilan dan persalinan,
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karena pada wanita yang sering hamil
karakteristik responden penelitian yang
ataupun melahirkan akan mengalami
digambarkan berdasarkan distribusi frekuensi
penurunan elastisitas pada dinding rahim
masing-masing variabel. Analisis bivariat
(Mahdiyah, Rahmawati, & Lestari, 2013).
dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

Universitas Batam Page 241


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
Berdasarkan hasil penelitian ini dari 68 fisik, psikis, maupun sosial, semakin
sampel penelitian didapatkan sebanyak 29 bertambah umur, semakin bertambah pula
sampel (42%) ibu hamil berada pada kategori risiko terjadinya masalah saat kehamilan.
paritas risiko tinggi, Hal tersebut dapat Dalam penelitian ini menunjukan bahwa lebih
menyebabkan ibu hamil lebih berisiko dari setengah sampel (50,7%) ibu hamil
terjadinya abortus saat masa kehamilan. berada pada kategori umur yang berisiko
Tingginya paritas seorang ibu akan semakin tinggi, hal tersebut dapat mengakibatkan
meningkatnya riwayat abortus yang terjadi, kondisi ibu hamil lebih berisiko terjadinya
sehingga seiring bertambahnya paritas akan abortus pada saat masa kehamilan yang
mengakibatkan risiko terjadinya abortus dan berbahaya bagi ibu.
keguguran dapat terjadi pada usia muda 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
karena pada usia muda/remaja alat reproduksi Riwayat Abortus
belum matang dan belum siap untuk hamil. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Riwayat Abortus
Kehamilan maternal pada wanita hamil dan Riwayat Frekuensi Persentase
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun Abortus (f) (%)
Risiko Rendah 51 75
ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada Risiko Tinggi 17 25
kematian maternal yang terjadi pada usia 20- Total 68 100
29 tahun. Kematian maternal meningkat
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 68
kembali sesudah usia 30-35 tahun
sampel yang menjadi sampel penelitian
(Rochmawati, Sulastri, Zulaicha, & Kp,
didapatkan 51 sampel (75%) tidak memiliki
2013).
riwayat abortus dengan kategori risiko rendah
2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
dan sebanyak 17 sampel (25%) memiliki
Umur Ibu
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan riwayat abortus dengan kategori risiko tinggi.
Umur Ibu Kejadian abortus diperkirakan mempunyai
Umur Ibu Frekuensi Persentase
(f) (%) efek y terhadap kehamilan berikutnya, baik
Risiko Rendah 33 48,5 pada timbulnya penyulit kehamilan maupun
Risiko Tinggi 35 51,5
Total 68 100 pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita
dengan riwayat abortus mempunyai risiko
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 68 yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan
sampel yang menjadi sampel penelitian prematur, abortus berulang, bayi dengan
didapatkan 33 sampel (48,5%) berada dalam Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
kategori umur ibu risiko rendah dan sebanyak 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
35 sampel (51,5%) berada dalam kategori Anemia Defisiensi Besi
umur ibu risiko tinggi. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Anemia Defisiensi Besi
Umur adalah salah satu faktor yang dapat Anemia Frekuensi Persentase
menggambarkan kematangan seseorang baik Defisiensi (f) (%)

Universitas Batam Page 242


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
Besi Perubahan fisiologi yang alami terjadi selama
Tidak ADB 31 45,6 kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel
ADB 37 54,4
darah normal pada kehamilan. Peningkatan
Total 68 100
volume darah ibu terutama terjadi akibat
peningkatan jumlah sel darah merah di dalam
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 68
sirkulasi, tetapi jumlahnya akan seimbang
sampel yang menjadi sampel penelitian
dengan peningkatan volume plasma darah.
didapatkan 31 sampel (45,6%) berada dalam
Ketidakseimbangan ini akan terlihat dalam
kategori tidak anemia defisiensi dan 37
bentuk penurunan kadar Hb. Dalam penelitian
sampel (54,4%) berada dalam kategori anemia
ini kejadian anemia diukur menggunakan
defisiensi (kekurangan kadar hemoglobin).
rekam medis dengan melihat hasil
Salah satu penyebab anemia defisiensi
pemeriksaan darah lengkap kadar jumlah
besi yaitu malnutrisi yang berat merupakan
ferritin dan kadar Hb.
predisposisi meningkatnya kemungkinan
5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
terjadinya kejadian abortus. Sebagian besar
Kejadian Abortus
mikronutrien dilaporkan mempunyai nilai
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
dalam mengurangi risiko terjadinya abortus Kejadian Abortus
spontan. Akan tetapi bukti yang kuat untuk Kejadian Frekuensi Persentase
Abortus (f) (%)
menyokong pendapat tersebut masih sangat Tidak Abortus 34 50
lemah. Namun rendahnya nutrisi yang Abortus 34 50
mengandung zat besi (Fe) dapat menjadi salah Total 68 100
satu faktor resiko abortus yang bisa
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 68
menyebabkan anemia defisiensi besi (ADB)
sampel yang menjadi sampel penelitian
pada ibu hamil. Ibu hamil perlu
didapatkan 34 sampel (50%) berada dalam
mengkonsumsi zat besi selama kehamilan,
kategori tidak abortus dan sebanyak 34 sampel
karena kebutuhan zat besi ibu hamil
(50%) berada dalam kategori abortus.
meningkat selama kehamilan.
Abortus adalah terhentinya kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sebelum janin dapat bertahan hidup, sebelum
dilakukan dari 68 sampel penelitian
kehamilan berumur 22 minggu atau berat
didapatkan sebanyak 37 sampel (54,4%) ibu
janin belum mencapai 500 gram. Abortus
hamil berada pada kategori anemia defisiensi
ditandai terjadinya pendarahan pada wanita
besi, Masih tingginya anemia defisiensi besi
yang sedang hamil, dengan peralatan USG.
pada ibu hamil hal ini dapat menyebabkan ibu
Abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
hamil lebih berisiko terjadinya abortus saat
pertama adalah abortus karena kegagalan
masa kehamilan. Anemia dalam kehamilan
perkembangan janin dimana gambaran USG
adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin
akan menunjukkan kantong kehamilan yang
di bawah 11 g/dL pada trimester 1 dan 3.
kosong, jenis yang kedua adalah abortus

Universitas Batam Page 243


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
karena kematian janin, dimana janin tidak banyak ialah jenis abortus inkomplete, karena
menunjukkan tanda kehidupan seperti denyut ibu datang ke fasilitas kesehatan dengan
jantung (Rukiyah & Yulianti, 2010). perdarahan yang banyak di rumah dan
Hasil menunjukkan jenis abortus paling didiagnosa abortus inkomplete saat di RS.
B. Analisis Bivariat
1. Analisis Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus
Tabel 6. Analisis Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus
Kejadian Abortus Total OR
P-Value
Paritas Tidak Abortus Abortus (95% CI)
n % n % n %
Risiko Rendah 7,071
27 69,2 12 30,8 39 100
(Paritas 2 atau 3)
0,000 (2,380-21,010)
Risiko Tinggi
7 24,1 22 75,9 29 100
(1 dan 4)
Total 34 34 68

Pada Tabel 6 didapatkan bahwa dari 39 paritas 2/3 di Poli Kebidanan RS Budi
sampel yang berada pada kategori paritas Kemuliaan Batam Menurut peneliti ibu hamil
risiko rendah, terdapat 27 sampel (69,2%) dengan paritas resiko rendah dan tinggi yang
tidak terjadi kejadian abortus dan 12 sampel tidak mengalami kejadian abortus karena
(30,8%) terjadi kejadian abortus. Dari 29 banyak faktor penyebab jelas tidak
sampel yang berada pada kategori paritas dikarenakan selain paritas, dimungkinkan
risiko tinggi, terdapat 7 sampel (24,1%) tidak karena indikasi medis misalnya apabila
terjadi kejadian abortus dan 22 sampel kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan
(75,9%) terjadi kejadian abortus. Dari tabel 6 jiwa ibu atau pada abortus kriminalis abortus
juga menunjukkan bahwa dari hasil uji sengaja dilakukan karena kehamilan tidak
statistik dengan Chi Square antara variabel diinginkan sehingga dilakukan abortus yang
paritas dengan kejadian abortus didapatkan p- tidak legal (tidak berdasarkan indikasi medis).
value sebesar 0,000 (<0,05), maka dapat Ibu yang mengalami abortus spontan di ruang
ditarik kesimpulan bahwa H01 ditolak, dimana bersalin bukan disebabkan karena faktor risiko
terdapat hubungan antara paritas dengan paritas, dimungkinkan ada faktor-faktor
kejadian abortus pada ibu hamil di poli penyebab lain yang tidak diteliti seperti faktor
kebidanan RS Budi Kemuliaan Batam. janin, jarak kehamilan, penyakit infeksi,
Hasil uji juga diperoleh nilai odds ratio hipertensi, kelainan traktus genetalia dan
(OR) sebesar 7,071 dengan CI (2,380- kelainan pertumbuhan konsepsi.
21,010) artinya bahwa ibu hamil dengan Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan
paritas 1 dan >3 memiliki risiko 7 kali lebih paritas tinggi mempunyai risiko tinggi
besar untuk mengalami kejadian abortus terjadinya abortus dikarenakan kehamilan
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki yang berulang-ulang menyebabkan rahim

Universitas Batam Page 244


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang akan berkurang dibanding pada kehamilan
berulang menimbulkan kerusakan pada sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan
pembuluh darah pada dinding uterus yang kematian pada janin ibu. Apabila kehamilan
akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.10
2. Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Abortus
Tabel 7. Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Abortus
Kejadian Abortus Total OR
P-Value
Umur Ibu Tidak Abortus Abortus (95% CI)
n % n % N %
Risiko Rendah 18,000
27 81,8 6 18,2 33 100
(20–35 tahun)
0,000
Risiko Tinggi (5,358-60,472)
(<20 atau >35 7 20 27 80 35 100
tahun)
Total 34 34 68

Pada Tabel 7 didapatkan bahwa dari 33 dengan ibu hamil yang memiliki umur dengan
sampel yang berada pada kategori umur ibu risiko rendah di Poli Kebidanan RS Budi
risiko rendah, terdapat 27 sampel (81,8%) Kemuliaan Batam. Adapun menurut data yang
tidak terjadi kejadian abortus dan 6 sampel di dapatkan Peneliti berpendapat masih
(18,2%) terjadi kejadian abortus. Dari 35 banyaknya kejadian abortus berdasarkan umur
sampel yang berada pada kategori umur ibu ibu hamil yang berisiko rendah dan tinggi
risiko tinggi, terdapat 7 sampel (20%) tidak pada ibu hamil khususnya di Kota Batam
terjadi kejadian abortus dan 27 sampel (80%) disebabkan masih tingginya pernikahan dini di
terjadi kejadian abortus. Kota. Data laporan badan pusat statistik kota
Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari batam ditahun 2019-2020 diketahui bahwa
hasil uji statistik dengan Chi Square antara tercatat 409 kasus pernikahan dini, Umur ibu
variabel umur ibu dengan kejadian abortus berperan dalam meningkatkan angka
didapatkan p-value sebesar 0,000 (<0,05), kejadian abortus, Ibu hamil yang mengalami
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa H02 abortus dengan frekuensi terbanyak adalah ibu
ditolak, dimana terdapat hubungan antara hamil dengan umur <20 tahun dan umur
umur ibu dengan kejadian abortus pada ibu merupakan salah satu faktor penentu tinggi
hamil di poli kebidanan RS Budi Kemuliaan rendahnya pengetahuan ibu tentang umur
Batam. reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan
Hasil uji diperoleh nilai odds ratio (OR) dan saat persalinan, kenyataanya umur sangat
sebesar 18,000 dengan CI (5,358-60,472) mempengaruhi terjadinya abortus jika
artinya bahwa ibu hamil dengan umur risiko dibandingkan antara umur ibu yang tidak
tinggi memiliki risiko 18 kali lebih besar bersiko (20-35 tahun) dan yang beresiko (>35
mengalami kejadian abortus dibandingkan tahun) mengalami abortus, didapatkan lebih

Universitas Batam Page 245


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
banyak mengalami abortus pada umur <20 terjadinya abortus pada ibu hamil akan faktor
tahun, umur ibu >35 tahun angka kejadiannya lain yang beriringan dengan umur. Terdapat
lebih sedikit dari umur ibu 20-35 tahun. Ini hubungan antara umur ibu dengan kejadian
menunjukkan umur tidak menjadi penentu abortus pada ibu hamil di Poli Kebidanan.
3. Analisis Hubungan Riwayat Abortus dengan Kejadian Abortus
Tabel 8. Analisis Riwayat Abortus dengan Kejadian Abortus
Kejadian Abortus Total OR
P-Value
Riwayat Abortus Tidak Abortus Abortus (95% CI)
n % n % N %
Risiko Rendah 1,170
26 51 25 49 51 100
(Tidak Ada)
0,779 (0,390-3,512).
Risiko Tinggi
8 47,1 9 52,9 17 100
(Ada)
Total 34 34 68

Pada tabel 8 didapatkan bahwa dari 51 dari beberapa studi juga menyatakan bahwa
sampel yang berada pada kategori riwayat ibu yang pernah mengalami abortus spontan 1
abortus risiko rendah, terdapat 26 sampel kali memiliki risiko abortus rekuren sebanyak
(51%) tidak terjadi kejadian abortus dan 25 15%, meningkat menjadi 25% apabila pernah
sampel (49%) terjadi kejadian abortus. Dari mengalami abortus sebanyak 2 kali, dan
17 sampel yang berada pada kategori riwayat meningkat lagi menjadi 30–45% setelah
abortus risiko tinggi, terdapat 8 sampel mengalami abortus spontan 3 kali berturut-
(47,1%) tidak terjadi kejadian abortus dan 9 turut.
sampel (52,9%) terjadi kejadian abortus. diketahui bahwa kejadian abortus tidak
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari disebabkan riwayat abortus, Peneliti
hasil uji statistik dengan Chi Square antara berpendapat bahwa hubungan riwayat abortus
variabel riwayat abortus dengan kejadian dengan kejadian abortus tidak bermakna
abortus didapatkan p-value sebesar 0,738 kemungkinan bisa dikarenakan banyak
(>0,05), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kehamilan maternal pada ibu dan melahirkan
H03 diterima, dimana tidak terdapat hubungan pada usia di bawah 20 tahun dimana ibu
antara riwayat abortus dengan kejadian belum pernah merencanakan program
abortus pada ibu hamil di poli kebidanan RS kehamilan sebelumnya sehingga belum pernah
Budi Kemuliaan Batam. memiliki riwayat abortus sebelumnya. Faktor
Hasil uji juga diperoleh nilai OR sebesar penyebab dapat disebabkan tidak hanya satu
1,170 dengan CI (0,390-3,512). Nilai odds faktor tapi lebih banyak faktor risiko, karena
ratio (OR) 1, artinya artinya tidak terdapat pada hakekatnya antara satu faktor dengan
asosiasi/hubungan antara faktor risiko dengan faktor yang lain saling berkaitan. Bisa karena
kejadian abortus. adanya faktor-faktor lain misal aktivitas fisik
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Data ibu yang terjaga sehingga akan berpengaruh

Universitas Batam Page 246


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
terhadap kesehatan janin dan ibu itu sendiri. disebabkan oleh riwayat abortus. karena
Ataupun variabel perancu yang dapat kehamilan maternal pada ibu dan melahirkan
berpengaruh terhadap kesehatan organ pada usia di bawah umur 20 tahun dimana ibu
reproduksi ibu. Kejadian Abortus tidak belum merencanakan program KB.
4. Analisis Hubungan Anemia Defisiensi Besi dengan Kejadian Abortus Tabel
Tabel 9. Analisis Hubungan Anemia Defisiensi Besi dengan Kejadian Abortus
Kejadian Abortus Total OR
Anemia Defisiensi P value
Tidak Abortus Abortus (95% CI)
Besi
N % n % N %
Tidak ADB 3,877
21 67,7 10 32,3 31 100
(> nilai normal)
0,007 (1,410-10,658)
ADB
13 35,1 24 64,9 37 100
(< nilai normal)
Total 34 34 68
Pada tabel 9 didapatkan bahwa dari 31 defisiensi besi di Poli Kebidanan RS Budi
sampel yang berada pada kategori tidak Kemuliaan Batam. Anemia defisiensi besi
anemia defisiensi besi, terdapat 21 sampel merupakan faktor maternal pada kejadian
(67,7%) tidak terjadi kejadian abortus dan 10 abortus. Ibu hamil yang mengalami anemia
sampel (32,3%) terjadi kejadian abortus. Dari defisiensi besi sangat rentan atau beresiko
37 sampel yang berada pada kategori anemia untuk terjadi abortus. Hal ini disebabkan
defisiensi besi, terdapat 13 sampel (35,1%) karena dalam kehamilan zat besi berperan
tidak terjadi kejadian abortus dan 24 sampel sebagai hematopoiesis (pembentukan darah)
(64,9%) terjadi kejadian abortus. yaitu dalam sintesa haemoglobin (Hb).
Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari Seorang ibu yang dalam masa kehamilannya
hasil uji statistik dengan Chi Square antara telah menderita kekurangan zat besi tidak
variabel anemia defisiensi besi dengan dapat memberi cadangan zat besi kepada
kejadian abortus p-value sebesar 0,007 bayinya dalam jumlah yang cukup untuk
(<0,05), maka dapat ditarik kesimpulan bahwa beberapa bulan pertama kehamilan. Hal inilah
H04 ditolak, dimana terdapat hubungan antara yang menyebabkan bahwa seorang ibu hamil
anemia defisiensi besi dengan kejadian yang mengalami anemia pada umur kehamilan
abortus pada ibu hamil di poli kebidanan RS <20 minggu dapat menyebakan abortus
Budi Kemuliaan Batam. (Wibowo & Regina Purba, 2006).
Hasil uji juga diperoleh nilai OR sebesar Peneliti berpendapat masih banyaknya
3,877 dengan CI (1,410-10,658) artinya kejadian anemia pada ibu hamil khususnya di
bahwa ibu hamil dengan anemia defisiensi Kota Batam disebabkan karena kurangnya
besi memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk daya konsumsi ibu hamil terhadap makanan
mengalami kejadian abortus dibandingkan yang dapat meningkatkan kadar Hb dan
dengan ibu hamil yang tidak memiliki anemia kepatuhan untuk mengkonsumsi tablet Fe

Universitas Batam Page 247


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
yang masih sangat kurang. Hal ini menjadi poli kebidanan RS Budi Kemuliaan Batam
faktor penyebab tingginya kasus anemia dan dengan nilai p=0,000.
kejadian abortus di wilayah Kota Batam. 7. Tidak terdapat hubungan bermakna antara
Masih banyaknya ibu hamil anemia defisiensi riwayat abortus dengan kejadian abortus
besi tersebut juga dapat dipengaruhi oleh efek pada ibu hamil poli kebidanan RS Budi
samping yang kurang nyaman dirasakan oleh Kemuliaan Batam dengan nilai p=0,779.
ibu ketika mengkonsumsi zat besi, seperti 8. Terdapat hubungan bermakna antara
mual muntah, dan nyeri ulu hati. Hal tersebut anemia defisiensi besi dengan kejadian
dapat menyebabkan ibu hamil menjadi abortus pada ibu hamil poli kebidanan RS
kurang/tidak patuh dalam mengkonsumsi Budi Kemuliaan Batam dengan nilai
tablet Fe sehingga menyebabkan anemia. p=0,007.
Alasan lain yaitu mereka lupa, malas, dan SARAN
bosan jika setiap hari harus mengkonsumsi zat 1. Bagi Sampel
besi tersebut. Dari hasil penelitian ini diharapkan sampel
KESIMPULAN untuk mengetahui faktor-faktor resiko yang
1. Dari 68 sampel diketahui sebanyak 42,6% dapat menyebabkan kejadian abortus agar
memiliki paritas kategori resiko tinggi dapat mengurangi resiko yang terjadi. Bagi
pada ibu hamil poli kebidanan RS Budi ibu hamil terutama yang mempunyai paritas 1
Kemuliaan Batam. dan >3 agar dapat melakukan asuhan obstetri
2. Lebih dari setengah sampel sebanyak yang adekuat, wajib mengikuti kelas ibu hamil
51,5% memiliki umur ibu kategori resiko selama proses kehamilannya untuk mencegah
tinggi pada ibu hamil poli kebidanan RS terjadinya komplikasi pada saat kehamilan.
Budi Kemuliaan Batam. Melakukan pemeriksaan ANC secara teratur
3. Lebih dari setengah sampel sebanyak 75% pada tenaga kesehatan yang berwenang/
tidak memiliki riwayat abortus kategori bidan/dokter spesialis kandungan.
resiko rendah pada ibu hamil poli 2. Bagi Rumah Sakit
kebidanan RS Budi Kemuliaan Batam. Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa
4. Lebih dari setengah sampel sebanyak menjadi bacaan di rumah sakit untuk ibu
54,4% memiliki kategori anemia defisiensi hamil mengenai paritas, resiko umur ibu,
besi pada ibu hamil poli kebidanan RS riwayat abortus, anemia defisiensi besi dan
Budi Kemuliaan Batam. faktor-faktor yang dapat meningkatkan
5. Terdapat hubungan bermakna antara paritas kemungkinan gangguan dalam kehamilan
dengan kejadian abortus pada ibu hamil khususnya mengenai kejadian abortus.
poli kebidanan RS Budi Kemuliaan Batam 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
dengan nilai p=0,000. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
6. Terdapat hubungan bermakna antara umur dengan jenis desain penelitian dan variabel
ibu dengan kejadian abortus pada ibu hamil yang berbeda untuk lebih mengetahui faktor

Universitas Batam Page 248


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
lain yang berhubungan dengan kejadian Ayu. (2013). Hubungan Paritas Dengan
abortus. Kejadian Abortus Di Ruang Bersalin Rsud.
UCAPAN TERIMA KASIH Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL
kepada Ibu Isramilda, yang telah memberikan KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN, 4(2),
masukan dalam penelitian ini.
68–74.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri Jilid I.
Akbar, Muhammad Ilham Aldika,
2011.
Tjokroprawiro, Brahmana Askandar, &
Pranata, Setia, & Sadewo, F. X. Sri. (2012).
Hendarto, Hendy. (2020). Ginekologi
Kejadian keguguran, kehamilan tidak
Praktis Komprehensif (Vol. 2). Airlangga
direncanakan dan pengguguran di
University Press.
Indonesia. Buletin Penelitian Sistem
Bass, Hannah. (2012). Guttmacher Institute.
Kesehatan, 15(2), 21342.
BMJ, 344.
Quenby, Siobhan, Gallos, Ioannis D., Dhillon-
Gant, Norman F., & Cunningham, F. Garry.
Smith, Rima K., Podesek, Marcelina,
(2010). Dasar-Dasar Ginekologi &
Stephenson, Mary D., Fisher, Joanne,
Obstetri. Jakarta: EGC.
Brosens, Jan J., Brewin, Jane, Ramhorst,
Hardjito, K., Budiarti, T., & Nurika, Y. M.
Rosanna, & Lucas, Emma S. (2021).
(2011). Perbedaan Kejadian Abortus
Miscarriage matters: the
Berdasarkan Paritas Di Rsia Aura Syifa
epidemiological, physical, psychological,
Kabupaten Kediri. Jurnal Penelitian
and economic costs of early pregnancy
Kesehatan Suara Forikes, 2(2), 91–96.
loss. The Lancet, 397(10285), 1658–
Kemenkes, R. I. (2018). Riset Kesehatan Dasar
1667.
(Riskesdas) Badan Penelitian dan
Rochmawati, Putri Nurvita, Sulastri, S. Kp,
Pengembangan Kesehatan Kementerian
Zulaicha, Endang, & Kp, S. (2013).
RI tahun 2018.
Faktor-Faktor Yang mempengaruhi
Koekoeh Hardjito, Koekoeh Hardjito, Estuning
Abortus di Rumah Sakit Umum Pusat DR.
Rahayu, Estuning Rahayu, & Fitri Meilia,
Soeradji Tirtonegoro Klaten. Universitas
Fitri Meilia. (n.d.). Hubungan
Muhammadiyah Surakarta.
Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Rukiyah, Ai Yeyeh, & Yulianti, Lia. (2010).
Dismenorhea dengan Motivasi untuk
Asuhan kebidanan IV (patologi
Periksa ke Pelayanan Kesehatan. Asuhan
kebidanan). Jakarta: Trans Info Media.
Kesehatan: Jurnal Penelitian Kesehatan,
Utami, Mardiana Widya. (2012). Resiliensi
2(1), 195758.
pada Ibu yang Mengalami Keguguran.
Mahdiyah, Dede, Rahmawati, Dwi, & Lestari,

Universitas Batam Page 249


ZONA KEDOKTERAN VOL.12 NO.3 SEPTEMBER 2022
University of Muhammadiyah Malang.
Wibowo, Noroyono, & Regina Purba, R. T.
(2006). Anemia Defisiensi Besi dalam
Kehamilan. Dexa Media, Jan-Maret,
19(1).

Universitas Batam Page 250

You might also like